• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jumlah Pabrik

Dalam dokumen KINERJA INDUSTRI GULA DI INDONESIA (Halaman 62-65)

Di Indonesia, pabrik gula dimiliki oleh pihak pemerintah atau BUMN yang bergerak pada pergulaan, perusahaan swasta, dan pabrik gula rafinasi. Pabrik gula BUMN dan swasta bertuga untuk mengolah tebu menjadi gula kristal putih, sedangkan pabrik gula rafinasi bertugas mengolah raw sugar menjadi gula kristal rafinasi. Di bawah ini terdapat tabel yang berisi wilayah penghasil gula di Indonesia dengan jumlah pabrik pada setiap wilayahnya.

Tabel 9. Jumlah Pabrik Gula di Tujuh Wilayah Penghasil Gula di Indonesia Tahun 2011

Wilayah Penghasil Gula Jumlah (Pabrik)

Sumatera Utara 2

Sumatera Selatan 2

Lampung 6

Jawa Barat-Yogyakarta-Jawa Tengah 15

Jawa Timur 33

Sulawesi Selatan 3

Gorontalo 1

Sumber: Dewan Gula Indonesia (2012)

Pabrik gula di Indonesia tersebar di beberapa pulau saja yaitu Jawa, Sumatera, dan Sulawesi. Pada ketiga pulau tersebut tersebar pabrik gula kristal putih dan pabrik gula kristal rafinasi. Untuk pabrik gula di Jawa terdapat 48 pabrik yang tersebar di empat provinsi yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah, DI. Yogyakarta, dan Jawa timur. Pada provinsi Jawa Barat terdapat lima pabrik gula

62 yang dikelola oleh PT. Rajawali Nusantara Indonesia II. Untuk provinsi Jawa Tengah terdapat delapan pabrik gula yang dikelola oleh PTPN IX dan satu pabrik gula yang dikelola oleh PT. IGN. Kemudian di provinsi Jawa Timur memiliki pabrik gula dengan jumlah terbanyak di Indonesia karena pada provinsi tersebut terdapat dua BUMN yang fokus pada sektor perkebunan yaitu PTPN X dan PTPN XI. Untuk PTPN X mengelola sebelas pabrik gula dan untuk PTPN XI mengelola enam belas pabrik gula. Selain PTPN X dan PTPN XI, di Jawa Timur juga terdapat PT. Rajawali Nusantara Indonesia I yang mengelola dua pabrik gula, PT. Kebon Agung yang mengelola dua pabrik gula, PT. Pakis Baru yang mengelola satu pabrik gula dan PT. PG Candi mengelola satu pabrik gula. Kemudian untuk provinsi DI Yogyakarta terdapat satu pabrik gula yang dikelola oleh PT. Madukismo.

Untuk Pabrik gula di Sumatera terdapat di tiga provinsi yaitu Sumatera Utara, Sumatera Selatan, dan Lampung. Untuk di provinsi Sumater Utara, terdapat dua pabrik gula yang dikelola oleh PTPN II. Untuk di provinsi Sumatera Selatan, terdapat satu pabrik gula yng dikelola oleh PTPN VII dan satu pabrik gula yang dikelola oleh PT. Laju Perdana Indah. Untuk di provinsi Lampung terdapat pabrik-pabrik gula yang dimiliki oleh BUMN sektor perkebunan dengan perusahaan swasta. Terdapat satu pabrik gula yang dikelola oleh PTPN VII, PT. Sugar Group Company mengelola tiga pabrik gula, PT. Pemuka Sakti Manis Indah yang mengelola satu pabrik gula, dan PT. Gunung Madu Plantation yang mengelola satu pabrik gula.

Untuk pabrik gula yang terletak di Sulawesi yaitu terdapat di provinsi Gorontalo dan Sulawesi Selatan. Untuk provinsi Gorontalo terdapat satu pabrik gula yang dikelola oleh PT. PG Gorontalo dan untuk di provinsi Sulawesi Selatan terdapat tiga pabrik gula yang dikelola oleh PTPN XIV. Kemudian terdapat rencana pemerintah untuk membangun beberapa pabrik baru dalam hal pencapaian swasembada gula. Rencananya pabrik gula kristal putih tersebut dibangun di Aceh, Merauke, Jambi, Maluku, dan Kalimantan Barat. Dalam kenyataanya, industri pengolahan tebu menjadi gula di Indonesia saat ini memang belum optimal karena belum dapat menahan arus impor dan memenuhi konsumsi domestik. Hal tersebut dikarenakan teknologi yang digunakan sudah tua dan

63 proses regenerasi teknologi yang lambat akibat keterbatasan pendanaan dalam revitalisasi pabrik.

Pabrik-pabrik gula yang di atas yang tersebar di tiga pulau di Indonesia tersebut adalah pabrik gula yang memroduksi gula kristal putih, sedangkan untuk pabrik gula yang memroduksi gula kristal rafinasi terdapat di Jawa, Sumatera, dan Sulawesi. Adapun di Jawa tersebar di beberapa provinsi yaitu di Jawa Barat terdapat empat pabrik gula, yang dikelola oleh PT. Angles Product, PT. Jawamanis, PT. Sentar Usahatama Jaya, dan PT. Duta Sugar International. Di Jawa Tengah terdapat dua pabrik gula yang dikelola oleh PT. Permata Dunia Sukses Utama dan PT. Dharmapala Usaha Sukses. Di provinsi lampung terdapat satu pabrik gula yang dikelola oleh PT. Sugar Labinta. Untuk provinsi Sulawesi Selatan terdapat satu pabrik gula yang dikelola oleh PT. Makasar Tene.

3. Produktivitas Tebu

Produktivitas tebu untuk tanaman tebu merupakan kemampuan daya dukung lahan tebu untuk menghasilkan tanaman tebu pada satuan ton per hektar. Menurut Hartono (2012) bahwa dalam periode 1970 hingga 2009 produktivitas tebu tidak menyumbang terhadap kenaikan produksi tebu, ditunjukkan oleh produktivitas tebu yang tidak meningkat tapi justru menurun sebesar 0,57 persen per tahun. Hal ini terlihat dari produktivitas tahun 2005 hingga 2007 yang mengalami penurunan padahal pada medio tersebut terjadi peningkatan lahan tebu.

Tabel 10. Produktivitas Tebu di Jawa dan Luar Jawa Tahun 2007-2011

Tahun Jawa Luar Jawa

Produktivitas Tebu (ton/ha) Pertumbuhan (%) Produktivitas Tebu (ton/ha) Pertumbuhan (%) 2006 80,4 - 78,9 - 2007 82,9 3,11 68,3 -13,43 2008 75,7 -8,69 73,4 7,47 2009 73,9 -2,38 70,4 -4,09 2010 83,1 12,45 79,4 12,78 2011 68,2 -17,93 69,7 -12,22

Sumber: Dewan Gula Indonesia (2012)

Terdapat pada Tabel 10 bahwa rata-rata pertumbuhan Produktivitas tebu di Jawa lebih rendah dibandingkan Produktivitas tebu di luar jawa pada enam tahun terakhir, dimana rata-rata pertumbuhan produktivitas tebu di Jawa adalah -2,69

64 persen sedangkan di luar Jawa adalah -1,90 persen. Hal ini dikarenakan terdapat masalah pada teknologi intensif yang berbeda antara lahan di Jawa dengan luar Jawa, dimana teknologi yang ada di luar Jawa lebih baik dibandingkan di Jawa dalam hal pengelolaan lahan tebu sehingga berpengaruh terhadap produktivitas tebu. Selain masalah teknologi intensif juga terdapat masalah kepemilikan lahan tebu yang berpengaruh kepada pengelolaan lahan oleh petani terkait penyeragaman input yang digunakan. Penyeragaman input yang termasuk penggunaan bibit yang seragam oleh petani agar tercipta kesamaan produksi dan produktivitas antara petani di wilayah tersebut.

Terkait masalah kepemilikan lahan dilihat dari data luas lahan tebu antara tebu rakyat dengan tebu swasta. Lahan tebu rakyat merupakan lahan tersebut dikelola oleh petani tebu sepenuhnya tanpa ada campur tangan pabrik gula sehingga untuk kepentingan kegiatan usahataninya maka itu adalah kewenangan penuh petani tebu. Sedangkan lahan tebu swasta merupakan lahan tebu yang dikelola pleh pabrik gula sehingga segala hal tentang kegiatan usahatani tebu diatur sesuai aturan pabrik tebu, sehingga pabrik dengan baik menetapkan varietas dan pupuk yang digunakan agar mereka mendapatkan tebu yang berkualitas.

Masalah penyeragaman varietas berawal dari kewenangan petani menanam bibit tebunya, apabila pada lahan tebu rakyat maka petani dapat menanam bibit yang sesuai dengan mereka tapi menimbulkan variasi hasil tebu yang tinggi dihasilkan oleh. Mayoritas lahan tebu di Jawa adalah lahan tebu rakyat sehingga preferensi penanaman bibit tebu bervariasi setiap petani sehingga produktivitas di Jawa menjadi beragam. Berbeda dengan lahan di luar jawa yang lebih banyak lahan tebu swasta sehingga pengelolaan khusus untuk penanaman bibit dapat dilakukan seragam, karena pabrik gula menetapkan standar bagi tiap bibit yang ditanam oleh petani di lahan tebu swasta tersebut. Hal tersebut menghasilkan produktivitas yang seragam dan cenderung lebih baik ketimbang hasil yang ada pada lahan tebu rakyat.

Dalam dokumen KINERJA INDUSTRI GULA DI INDONESIA (Halaman 62-65)

Dokumen terkait