• Tidak ada hasil yang ditemukan

1. SNI 01-2976-2006 10 9 90% 1 9 90% 1 9 90% 1 2. SNI 01-3546-2004 1 1 100% 0 1 100% 0 1 100% 0

3. SNI 01-2891-1992 1 1 100% 0 1 100% 0 1 100% 0 4. SNI 2897-1992 1 1 100% 0 1 100% 0 1 100% 0 5. SNI 06-1136-1989 1 1 100% 0 1 100% 0 1 100% 0

Dari tabel di atas terlihat bahwa laboratorium yang menggunakan metode pengujian Standar Nasional Indonesia untuk pengujian terkait, memperoleh hasil memuaskan dengan rentang 40% - 100%. Untuk persentase memuaskan yang paling kecil (40%) adalah untuk pengujian natrium benzoat dalam saus cabe dengan menggunakan SNI 01-2894-1992.

Hal yang cukup menarik di sini, beberapa laboratorium masih menggunakan SNI 01-3747-1995, yang sebenarnya telah direvisi dengan SNI 01-3747-2009. Namun demikian kinerja laboratorium peserta yang menggunakan metode tersebut menurut evaluasi hasil uji 1, 2, dan 3 adalah 100% memuaskan.

4. KESIMPULAN

1. Metode evaluasi hasil uji 2 adalah yang paling sensitif (memberikan jumlah laboratorium outlier paling banyak) apabila dibandingkan dengan metode evaluasi hasil uji 1 dan 3; dengan catatan terdapat beberapa kumpulan data yang memberikan jumlah laboratorium outlier yang sama.

2. Terdapat kumpulan data yang jumlah laboratorium outlier untuk metode evaluasi hasil uji 1 dan 2 adalah persis sama. Hal yang membedakan adalah laboratorium yang dinyatakan outlier dengan Z-Score pada metode evaluasi hasil uji 1, dinyatakan outlier dengan Grubbs pada metode evaluasi hasil uji 2.

3. Terdapat kumpulan data yang hanya dapat dilakukan seleksi data Grubbs satu kali dan pada seleksi Grubbs berikutnya, tidak ada lagi data yang keluar.

4. Pada metode evaluasi hasil uji 2, setelah diakukan beberapa kali uji Grubbs pada kumpulan data dan beberapa laboratorium dinyatakan outlier, data yang tersisa diuji kembali dengan Robus Z-Score. Ternyata dari uji Robust Z-Score tersebut, ada yang sudah tidak dapat terdeteksi outlier, dan ada juga yang masih terdeteksi outlier dengan Robust Z-Score

5. Berdasarkan tingkat keragaman (CV) yang diperbolehkan menurut

persamaan Horwitz, kemampuan laboratorium Indonesia untuk kadar kadmium pada kakao bubuk dan padatan terlarut pada saus cabe sangat baik (CV Robust < CV Horwitz); sedangkan untuk parameter pengujian lain kurang baik (CV Robust lebih besar daripada CV Horwitz).

6. Laboratorium yang (menyatakan) menggunakan metode pengujian Standar Nasional Indonesia untuk pengujian terkait, memperoleh hasil memuaskan dengan rentang 40% - 100%. Untuk persentase memuaskan yang paling kecil (40%) adalah untuk pengujian natrium benzoat dalam saus cabe dengan menggunakan SNI 01-2894-1992

5. DAFTAR PUSTAKA

Edelgard Hund, D. Luc Massart. Johanna Smeyers-Verbeke. 2000. Interlaboratory Studies in Analytical Chemistry. Analtica Chimica Acta 423 (2000) 145-165

Frank Baumeister & Michael Kohc. 2009. Use of Consensus Means of Reference Values for the Calculation of the Assign Value in PTS for PAH Analysis. International Proficiency Testing II. 63-71

[ISO] International 0rganization for Standardization. 2005. ISO/IEC 13528:2005: Statistical Methods for Use in Proficiency Testing by Interlaboratory Comparisons. Switzerland. ISO

[ISO] International 0rganization for Standardization. 2010. ISO/IEC 17043:2010: Conformity Assessment -- General Requirements for Proficiency Testing. Switzerland. ISO

[IUPAC] International Union of Pure and Applied Chemistry. 2006. The International Hormonized Protocol for The Proficiency Testing of Analytical Chemistry Laboratories. Pure Appl. Chem., Vol. 78, No. 1, pp. 145–196, 2006. [KAN] Komite Akreditasi Nasional. 2008. KAN Policies on Proficiency Testing. Jakarta. KAN

[KAN] Komite Akreditasi Nasional. 2011. Laporan Program Uji Profisiensi KAN 2011. Jakarta. KAN

Michael Kohc. Konsensus Mean and Standard Deviation in PT Differences Between Various Calculation Methods. International Proficiency Testing II: 14-29 Pedro Rosario, Jose Luis Martinez, Jose Miguel. 2007. Evaluation of Proficiency

Test Data by Different Statistical Methods Comparison. International Proficiency Testing1: 95-104

Pomeranz. Food Analysis Theory and Practice Third Edition. New York. Chapman & Hall.

Rosario P, Martinez LJ, Silvan JM. 2007. Evaluation of Proficiency Test Data by Different Statistical Methods Comparison. International Proficiency Testing 1: 95-104

Thompson, M. 2006. Fitness for Purpose – The Integrating Theme of The Revised Harmonised Protocol for Proficiency Testing in Analytical Chemistry Laboratories. Accreditation Quality Assurance 11: 373-378

Uhlig S. 2008. Statistical-Based Performance Characteristics in Laboratory Performance Studies. Analyst 123: 167-172

ABSTRACT

FAJARINA. Proficiency Testing System of Agricultural Product for National Laboratory Accreditation. Under supervision of Yandra Arkeman and Julia Kantasubrata.

Proficiency testing was inter laboratory comparisons. The same sample could have different test results when tested in some different laboratories. To find out and improve the performance of laboratories, proficiency testing can be done. Different evaluation of test results from participant laboratories could make different interpretations of the proficiency testing, which means it can also affect the assessment of the participant laboratories. The aims of this research are 1) to design a system for proficiency testing by using several evaluation methods of test results 2) to identify the testing methods used by the participant laboratories and possible causes of outlier laboratories. The method used in this research are: method 1: one round data selection by Grubbs and the rest of the data is calculated by Robust Z- Score; method 2: data selection by Grubbs several times until no more data can be excluded and the rest data is calculated by Robust Z-score; method 3: direct calculation by Robust Z-Score; method 4: calculation by reference value. The data used are the results of proficiency testing of cocoa powder, chili sauce and vegetable oil; reference values come from German reference laboratory; interview result from the stakeholders and field observations for related testing. The results show the median from Indonesian laboratories are not too different from the reference value; distributions of data are large enough, proved by CV robust larger than CV Horwitz (except for cadmium and the amount of dissolved solid); method 2 is chosen as the best method based on the smallest CV Robust; method 2 is the most sensitive which is giving the bigger number of outlier laboratories than methods 1 and 3; the number of outlier laboratories with method 2 are less than method 4; testing laboratories using National Standard of Indonesia (SNI) obtained satisfactory results (40% - 100%) by method 2, for most of the test parameters; possible causes of outlier laboratories results come from a variety factors, particularly the implementation of testing that does not comply with the testing method.

RINGKASAN

FAJARINA. Sistem Uji Profisiensi Produk Agroindustri untuk Akreditasi Laboratorium Nasional. Dibawah bimbingan Yandra Arkeman dan Julia Kantasubrata.

Uji profisiensi adalah uji banding antar laboratorium. Laboratorium

menganalisis sampel yang sama dan homogen. Sampel yang sama dapat mempunyai data hasil analisis yang berbeda apabila dianalisis pada beberapa laboratorium yang berbeda. Perbedaan hasil pengujian yang cukup besar dapat menimbulkan keraguan dalam mengambil suatu keputusan atau kesimpulan. Untuk mengetahui unjuk kerja laboratorium dan meningkatkan kinerja laboratorium dapat dilakukan uji profisiensi. Evaluasi hasil uji profisiensi yang berbeda dapat menyebabkan interpretasi hasil uji profisiensi yang berbeda pula. Hal ini berarti berpengaruh pula bagi penilaian kinerja laboratorium peserta.

Penelitian ini bertujuan 1) merancang sistem uji profisiensi dengan evaluasi hasil uji menggunakan beberapa metode pendekatan (Metode 1: seleksi data Grubbs 1 kali kemudian terhadap data yang tersisa dilakukan perhitungan Robust Z-score; Metode 2: seleksi data Grubbs berulang kali sampai tidak ada lagi data yg keluar, kemudian terhadap data yang tersisa dilakukan perhitungan Robust Z-score; Metode 3: langsung Robust Z-score; Metode 4: menggunakan nilai acuan); 2) menganalisis metode pengujian yang digunakan oleh peserta (terutama SNI); 3) mengidentifikasi kemungkinan penyebab kinerja laboratorium tidak memuaskan.

Data yang digunakan adalah data uji profisiensi untuk komoditi kakao bubuk (parameter pengujiannya adalah kadar air, kadar lemak, kehalusan lolos ayakan, dan kadmium), saus cabe (parameter pengujiannya adalah kalium sorbat, natrium benzoat, sakarin, dan jumlah padatan terlarut), dan minyak nabati (parameter pengujiannya adalah miristat, palmitat, stearat, oleat, dan linoleat); nilai acuan dari laboratorium acuan Jerman; interview kepada stake holder terkait (pakar uji profisiensi, laboratorium penyiap sampel), observasi lapangan pelaksanaan pengujian parameter terkait.

Sampel uji profisiensi dipersiapkan dengan seksama. Kemudian akan dilakukan uji homogenitas secara anova. Sampel yang telah homogen didistribusikan kepada laboratorium pengujian di Indonesia dan dikirimkan pula ke laboratorium pengujian di Jerman untuk memperoleh nilai acuan. Jumlah peserta uji profisiensi untuk setiap parameter adalah berbeda berkisar antara 8 laboratorium – 40 laboratorium. Dalam penelitian ini digunakan pendekatan statistika untuk melakukan evaluasi, dengan keempat metode evaluasi seperti disebutkan di atas. Kemudian akan dipilih metode evaluasi yang terbaik berdasarkan Robust Coefficient

of Variation (CV Robust) yang terkecil. Kemungkinan penyebab kinerja

laboratorium tidak memuaskan dianalisis dengan menggunakan diagram tulang ikan. Setelah dilakukan evaluasi dengan keempat metode evaluasi di atas, diketahui bahwa CV Robust terkecil untuk setiap parameter pengujian adalah metode 2: “seleksi data Grubbs berulang kali sampai tidak ada lagi data yg keluar, kemudian terhadap data yang tersisa dilakukan perhitungan Robust Z-score”. CV Robust yang diperoleh untuk metode terpilih (untuk seluruh parameter pengujian) berkisar antara 5.71% – 42.29%, sedangkan CV Robust berkisar antara 5.71% - 52.55%.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa median laboratorium peserta Indonesia tidak terlalu berbeda dengan nilai acuan. Namun demikian penyebaran/distribusi data cukup besar. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kebanyakan laboratorim di Indonesia mempunyai bias. Sebaran data hasil uji profisiensi cukup besar dibuktikan dengan CV Robust yang lebih besar dari CV Horwitz (kecuali untuk kadmium pada kakao bubuk dan jumlah padatan terlarut pada saus cabe). CV Robust yang menggambarkan penyebaran data untuk seluruh parameter pengujian dari peserta uji profisiensi berkisar antara 5.71% – 42.29% sedangkan CV Horwitz yang merupakan CV harapan berkisar 2.76% – 18.71%.

Metode evaluasi terpilih merupakan metode yang paling sensitif, dalam arti memberikan jumlah laboratorium tidak memuaskan paling banyak dibandingkan metode evaluasi berdasarkan nilai median yang lain (metode evaluasi 1 dan 3). Jumlah laboratorium tidak memuaskan sesuai metode terpilih untuk seluruh parameter pengujian berkisar antara 1 laboratorium – 11 laboratorium, sedangkan jumlah laboratorium tidak memuaskan berdasarkan metode evaluasi berdasarkan nilai median yang lain berkisar antara 0 laboratorium – 7 laboratorium. Namun demikian jumlah laboratorium tidak memuaskan sesuai metode evaluasi terpilih adalah lebih sedikit apabila dibandingkan dengan metode evaluasi berdasarkan nilai acuan (metode 4). Jumlah laboratorium tidak memuaskan berdasarkan metode terpilih untuk seluruh parameter pengujian berkisar antara 1 laboratorium – 11 laboratorium, sedangkan jumlah laboratorium tidak memuaskan berdasarkan metode evaluasi berdasarkan nilai acuan berkisar antara 3 laboratorium – 17 laboratorium.

Laboratorium yang menggunakan metode pengujian Standar Nasional Indonesia (SNI) memperoleh hasil memuaskan (40%-100%) melalui metode evaluasi terpilih untuk sebagian besar parameter pengujiannya.

Kemungkinan penyebab kinerja laboratorium memperoleh hasil tidak memuaskan adalah dari berbagai faktor, dan penyebab tersebut harus diperbaiki. Kemungkinan penyebab utama kinerja laboratorium tidak memuaskan adalah peralatan dan langkah pengerjaan yang tidak sesuai dengan persyaratan.