• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jumlah Pemberian Pakan

Dalam dokumen BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN (Halaman 67-72)

Kandungan nutisi itik petelur dari umur starter, grower dan layer menurut Hardjosworo et al (2001) disajikan pada Tabel 8berikut

G. Jumlah Pemberian Pakan

Setelah ransum itik disusun, tahap selanjutnya yang perlu diperhatikan adalah jumlah pemberian pakan. Jumlah pemberian dan kandungan nutrisi pakan itik disesuaikan dengan umurnya. Karena itik terkurung, maka kebutuhan nutrisi sangat tergantung pada pakan yang diberikan. Berikut ini disajikan kebutuhan itik dari berbagai umur.

Tabel 13. Kebutuhan Pakan Itik Sesuai Dengan Umur

Uraian Umur Kebutuhan pakan

Starter (anak) 1 hari – 1 minggu

1 – 2 minggu 2 – 3 minggu 3 – 4 minggu 4 – 5 minggu 5 – 6 minggu 6 – 7 minggu 7 – 8 minggu 15 (gr/ekor/hari) 41 67 93 108 115 115 120 (total = 4,5 kg/ekor)

Grower (dara) 8 – 9 minggu

9 – 15 minggu 15 – 20 minggu 130 (gr/ekor/hari) 145 150 (total = 12,5 kg/ekor)

Layer (petelur) 20 minggu 160 – 180 (gr/ekor/hari)

Sumber: Prasetyo et al, 2010

1. Pemberian pakan itik dengan sistem pemeliharaan terkurung

Cara pemberian pakan

Cara pemberian pakan yang benar perlu diperhatikan karena sangat penting dalam usaha ternak itik. Hal ini terkait dengan adanya dua bentuk pakan itik, yaitu tepung (mash) dan butiran (crumble). Kedua bentuk pakan tersebut berbeda cara pemberiannya. Pakan dalam bentuk tepung, diberikan dengan cara dicampur dengan air, sehingga diberikan dalam keadaan basah. Pencampuran dilakukan karena iitik mengalami kesulitan dalam pengambilan pakan dalam bentuk tepung karena bentuk paruhnya yang lebar dan berigi. Jika pakan bentuk tepung dipaksakan diberikan dalam keadaan kering, akan terjadi kehilangan pakan antara 20 – 30 persen. Untuk

pakan dengan bentuk butiran, bisa diberikan dalam bentuk kering. Itik akan dengan mudah mengambil pakan dalam bentuk butiran tersebut.

Jumlah pemberian pakan itik

Jumlah pemberian pakan terkait dengan umur itik, masa bertelur dan biaya pakan. Penjelasan dari jumlah pemberian pakan itik sebagai berikut:

 Umur 1 hari – 4 minggu : jumlah pemberian pakan dapat dilakukan dengan bebas sesuai kebutuhan. Pada umur ini itik memerlukan nutrisi dalam jumlah yang cukup untuk pertumbuhan.

 Umur 5 – 16 minggu : jumlah pemberian pakan dibatasi. Tujuan

pembatasan pemberian pakan dimaksudkan agar itik tidak terlalu cepat tumbuh dan mulai bertelur pada umur muda. Bila itik cepat bertelur, maka telur yang dihasilkan kecil-kecil dan masa produksi pendek. Salah satu cara untuk mengetahui apakah jumlah pemberian pakan berlebih, adalah dengan menimbang bobot badan saat pertumbuhan. Walaupun patokan bobot badan maksimal itik berbeda untuk setiap bangsa itik, bobot badan maksimal pada itik siap bertelur yang dapat digunakan sebagai patokan adalah 1,6 kg. Pengurangan jumlah pakan dilakukan dengan memberikan hanya 80 – 90 persen dari kebutuhan atau dengan cara menggembalakan itik di sawah yang habis dipanen. Itik dapat digembalakan mulai umur 1 – 4 bulan, setelah itu itik dipelihara secara intensif dengan pakan yang cukup.

 Umur lebih 16 minggu itik diberi pakan bebas sesuai dengan kebutuhan karena pakan dipakai untuk persiapan dan produksi telur. Pembatasan pakan akan mengakibatkan terjadinya penurunan produksi telur.

2. Pemberian pakan pada itik gembala/pangon

Pemeliharaan itik dapat dilakukan secara intensif atau ekstensif. Pada sistem ekstensif, itik dipelihara dengan sistem gembala (angon). Sistem pemeliharaan gembala terutama ditemui di Pulau Jawa. Itik digembala di tempat penggembalaan berupa lahan sawah yang baru saja/telah dipanen. Itik juga dapat digembala di pinggir sungai. Tujuan dari penggembalaan adalah untuk menghemat biaya, mengingat biaya pakan itik yang mahal.

Perlu diingat bahwa itik gembala produksi telurnya tidak bisa setinggi pada sistem pemeliharaan intesif. Produksi telur itik gembala dalam setahun hanya 22,5 % atau 82 butir/ekor/tahun (Setioko et al, 1985). Hal ini disebabkan pakan yang tersedia dan dikonsumsi oleh itik gembala sangat tergantung pada lahan gembalaan. Setioko et al (1985) melaporkan hasil penelitiannya yaitu pembedahan tembolok pada itik yang digembalakan di sawah yang habis dipanen di Kabupaten Cianjur menunjukkan 77,2% isi tembolok adalah padi yang merupakan sumber energi (Tabel 14).

Untuk mengatasi kekurangan pakan pada itik gembala diperlukan tambahan pakan dan penambahan pakan (jumlah dan jenisnya) disesuaikan dengan lahan gembalaan. Pada penggembalaan itik di lahan sawah yang habis dipanen (Gambar 29 kiri) itik diberi pakan tambahan antara 30 – 40 % dari kebutuhan, sementara itik yang digembalakan di sungai (Gambar 29 kanan) diberikan tambahan pakan

sebanyak 60 – 70 %. Tambahan pakan diperlukan mengingat pakan yang ada disepanjang sungai sangat terbatas. Penambahan pakan disesuaikan dengan jenisnya, penambahan tepung ikan sebagai pakan bisa menaikkan produksi hingga 12,4 %. Pemberian jagung sebagai pakan tambahan dapat meningkatkan produksi telur itik gembala sebesar 6,7%, sementara bekatul dan nasi aking dapat meningkatkan produksi sebesar 4,8 %.

Tabel 14. Komposisi Isi Tembolok Itik di Kabupaten Cianjur (%)

Jenis bahan pakan Persen (%)

Padi 77,2 Keong sawah 17,4 Serangga 1,0 Rumput sawah 0,5 Katak kecil 0,2 Remis 0,1

Bahan tidak dikenal 3,6

Sumber: Setioko et al, 1985

Gambar 29. Itik di Gembala di Sawah yang Habis Dipanen (kiri) dan di Sungai

(kanan)

3. Tingkah laku makan itik

Tingkah laku makan itik penting untuk diketahui oleh peternak, khususnya terkait dengan jumlah pakan yang tersisa. Ada 2 hal penting yang terkait dengan tingkah laku makan itik, yaitu waktu yang diperlukan itik untuk makan serta letak tempat pakan dan tempat minum.

Waktu makan itik

Biaya pakan itik dalam usaha peternakan itik sangat besar, yaitu antara 70 - 80 persen dari biaya operasional. Oleh karena itu penggunaan pakan diupayakan dapat

Su mb er : K ol ek si Pr ib ad i

dilakukan seefisien mungkin (Ketaren, 2002). Mengetahui tingkah laku makan itik dengan demikian menjadi sangat penting.

Berdasarkan hasil pengamatan, pada satu kali periode makan itik makan dalam waktu tertentu. Waktu makan itik hanya berlangsung sekitar 15 menit. Setelah itu, itik akan berhenti untuk makan. Itik tidak mau makan sisa pakan yang diberikan, karena sisa pakan menjadi asam. Sisa pakan juga sangat rentan terhadap pertumbuhan jamur Aspergillus flavus yang menyebabkan tumbuhnya racun

aflatoksin. Itik sangat paka terhadap jenis racun tersebut. Disamping itu pakan yang

tidak habis akan mengundang lalat yang dapat mendatangkan penyakit.

Untuk menghindari banyaknya jumlah pakan yang tersisa, perlu diperhatikan jumlah pakan yang diberikan. Jumlah pakan yang diberikan disesuaikan dengan jumlah itik yang diusahakan dan diperkirakan akan habis dimakan dalam waktu 15 menit. Untuk itu disarankan pemberian pakan dilakukan sedikit-sedikit dan dalam sehari pakan diberikan sebanyak 2 – 3 kali atau lebih.Tempat pakan juga perlu disediakan dalam jumlah yang cukup agar itik dapat makan dengan leluasa tanpa harus berebut.

Letak tempat pakan dan minum

Mengingat karakteristik itik dan tingkah laku makannya, letak tempat makan dan minum itik perlu diperhatikan. Letak tempat makan dan minum perlu disesuaikan dengan sifat makan itik. Setelah makan itik akan segera minum untuk mendorong makanan masuk kedalam perut. Untuk itu letak tempat pakan dan minum harus berdekatan sehingga jumlah pakan yang tercecer dapat dikurangi. Kehilangan pakan akibat tempat pakan letaknya jauh dari tempat minum mencapai 14 persen.

Letak tempat minum tidak boleh kena sinar matahari langsung, mengingat sifat itik yang berdarah panas (Gambar 30). Tempat minum selain berfungsi sebagai penyedia air minum, juga berfungsi sebagai tempat air untuk membasahi bagian atas kepala itik yang diperlukan untuk menjaga suhu tubuh. Mengingat dua kegunaan air tersebut bagi itik, maka tempat air harus selalu dalam keadaan dingin. Idealnya air untuk minum dan mandi dapat terus mengalir sepanjang hari (lihat BAB air minum).

Gambar 30. Tempat Air Minum Disarankan Tidak Kena Sinar Matahari Langsung

(Ternaung) Su mb er : K ol ek si Pr ib ad i

BAB V

Dalam dokumen BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN (Halaman 67-72)

Dokumen terkait