• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambar 6. Histogram Pengaruh Interaksi antara Konsentrasi Kelapa dengan Varietas Kacang Hijau terhadap Berat Akar

Jumlah Daun (Helai)

Data pengamatan jumlah daun dan daftar sidik ragam dapat dilihat pada Lampiran 7 - 8. Dari Lampiran 8 dilihat bahwa perlakuan varietas berpengaruh nyata terhadap jumlah daun, sedangkan perlakuan konsentrasi air kelapa dan interaksi konsentrasi air kelapa dengan varietas belum berpengaruh nyata terhadap jumlah daun.

Rataan jumlah daun pada perlakuan konsentrasi air kelapa dan varietas da-pat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Rataan Jumlah Daun dari Perlakuan Konsentrasi Air Kelapa dan Varietas pada Kultur Embrio Kacang Hijau

Konsentrasi Varietas Rataan V1 V2 V3 V4 K0 1,34 1,22 1,22 1,46 1,31 K1 1,68 1,58 1,58 1,58 1,60 K2 1,58 1,58 1,68 1,68 1,63 K3 1,68 1,58 1,58 1,68 1,63 Rataan 1,57 a 1,49 b 1,51 b 1,60 a

Keterangan : angka-angka dengan huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama menunjukkan pengaruh yang tidak nyata pada uji Jarak Berganda Duncan dengan taraf kepercayaan 5%

Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa jumlah daun tertinggi terdapat pada varietas V4 (1,60 helai) dan terendah terdapat pada varietas V2 (1,49 helai).

Histogram rataan jumlah daun dari setiap varietas kacang hijau dapat dili-

hat pada Gambar 7.

0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2 1,4 1,6 1,8 2 V1 V2 V3 V4 Varietas J u m la h D a u n ( h e la i)

Gambar 7. Histogram Rataan Jumlah Daun dari Setiap Varietas Kacang Hijau

Berat Total Planlet (gram)

Data pengamatan berat total planlet dan daftar sidik ragam dapat dilihat pada Lampiran 11 – 12. Dari Lampiran 12 dilihat bahwa perlakuan konsentrasi air kelapa dan varietas serta interaksi konsentrasi air kelapa dengan varietas ber-pengaruh nyata terhadap berat total planlet.

Rataan berat total planlet pada perlakuan konsentrasi air kelapa dan varie-tas dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Rataan Berat Total Planlet dari Perlakuan Konsentrasi Air Kelapa dan Varietas pada Kultur Embrio Kacang Hijau

Konsentrasi Varietas Rataan

V1 V2 V3 V4 K0 0,99 h 1,42 h 2,88 f 1,57 h 1,72 c K1 1,83 h 3,32 e 2,70 f 2,53 fg 2,60 b K2 1,41 h 3,60 de 3,97 cd 5,34 a 3,58 a K3 2,27 g 3,55 e 4,15 bc 4,39 b 3,59 a Rataan 1,63 c 2,97 b 3,43 a 3,46 a

Keterangan : angka-angka dengan huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama menunjukkan pengaruh yang tidak nyata pada uji Jarak Berganda Duncan dengan taraf kepercayaan 5%

Dari Tabel 6 terlihat pada perlakuan konsentrasi air kelapa berat total planlet tertinggi terdapat pada perlakuan K3 (3,59 g) dan terendah pada perlakuan K0 (1,72 g). Pengaruh perlakuan konsentrasi air kelapa terhadap berat total planlet dapat dilihat pada Gambar 8.

y = 0,0066x + 1,884 R2 = 0,8981 0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 4,5 0 100 200 300 K onse ntra si B e ra t T o ta l P la n le t (g ) K ons entras i L inear

Gambar 8. Hubungan antara Berat Total Planlet dengan Perlakuan Konsentrasi Air Kelapa

Pada perlakuan varietas berat total tanaman tertinggi terdapat pada varietas V4 (3,46 g) dan terendah terdapat pada varietas V1 (1,63 g). Histogram rataan be-

rat total planlet dari setiap varietas kacang hijau dapat dilihat pada Gambar 9 0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 V1 V2 Varietas V3 V4 B er at T o ta l T an am an ( g )

Gambar 9. Histogram Rataan Berat Total Planlet dari Setiap Varietas Kacang Hijau

Interaksi konsentrasi air kelapa dengan varietas terhadap berat total planlet tertinggi terdapat pada K2V4 (5,34 g) dan terendah terdapat pada perla-kuan K0V1 (0,99 g). Histogram pengaruh interaksi antara konsentrasi air kelapa dengan varietas kacang hijau terhadap berat total planlet dapat dilihat pada Gambar 10.

0 5 10 15 20 25 30 35 40 K0V1 K0V2 K0V3 K0V4 K1V1 K1V2 K1V3 K1V4 K2V1 K2V2 K2V3 K2V4 K3V1 K3V2 K3V3 K3V4 Kombinasi Perlakuan B e ra t T o ta l T a n a m a n ( g )

Gambar 10. Histogram Pengaruh Interaksi antara Konsentrasi Air Kelapa dengan Varietas Kacang Hijau terhadap Berat Total Planlet

Jumlah Klorofil

Data pengamatan jumlah klorofil dan daftar sidik ragam dapat dilihat pada Lampiran 13 – 14. Dari Lampiran 14 dilihat bahwa perlakuan varietas dan interaksi berpengaruh nyata terhadap jumlah klorofil; sedangkan perlakuan air kelapa belum berpengaruh nyata terhadap jumlah klorofil.

Rataan jumlah klorofil pada perlakuan konsentrasi air kelapa dan varietas dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Rataan Jumlah Klorofil dari Perlakuan Konsentrasi Air Kelapa dan Varietas pada Kultur Embrio Kacang Hijau

Konsentrasi Varietas Rataan

V1 V2 V3 V4 K0 21,37 c 28,03 abc 21,73 c 27,33 abc 24,62 K1 14,97 c 27,67 abc 30,93 ab 19,83 c 23,35 K2 25,07 bc 31,67 ab 19,73 c 32,47 ab 27,23 K3 26,97 abc 20,70 c 27,73 abc 34,37 a 27,44 Rataan 22,09 27,02 25,03 28,50

Keterangan : angka-angka dengan huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama menunjukkan pengaruh yang tidak nyata pada uji Jarak Berganda Duncan dengan taraf kepercayaan 5%

Dari Tabel 7 yaitu pada perlakuan konsentrasi air kelapa terlihat bahwa jumlah klorofil tertinggi terdapat pada perlakuan K3 (27,44) dan terendah terdapat pada perlakuan K1 (23,35). Pengaruh perlakuan konsentrasi air kelapa terhadap jumlah klorofil dapat dilihat pada Gambar 11.

y = 0,0123x + 23,809 R2 = 0,6318 21 22 23 24 25 26 27 28 0 100 200 300 K onse ntra si J u m la h K lo ro fi l K ons entras i L inear ( )

Gambar 11. Hubungan antara Jumlah Klorofil dengan Perlakuan Konsentrasi Air Kelapa

Interaksi konsentrasi air kelapa dengan varietas terhadap jumlah klorofil tertinggi terdapat pada K3V4 (34,37) dan terendah terdapat pada perlakuan K1V1 (14,97). Histogram pengaruh interaksi antara konsentrasi air kelapa dengan varietas kacang hijau terhadap jumlah klorofil dapat dilihat pada Gambar 12.

0 5 10 15 20 25 30 35 40 K0V1 K0V2 K0V3 K0V4 K1V1 K1V2 K1V3 K1V4 K2V1 K2V2 K2V3 K2V4 K3V1 K3V2 K3V3 K3V4 Kombinasi Perlakuan J u m la h K lo ro fi l

Gambar 12. Histogram Pengaruh Interaksi antara Konsentrasi Air Kelapa dengan Varietas Kacang Hijau terhadap Jumlah Klorofil

Pembahasan

Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan teknik kultur jaringan antara lain sumber tanaman yang digunakan sebagai eksplan, varietas tanaman, lingkungan tumbuh eksplan, unsur-unsur hara yang diperlukan bagi perkembangan eksplan, pelaksanaan kerja dan faktor lainnya.

Pengaruh Konsentrasi Air Kelapa terhadap Pertumbuhan Kultur Embrio Kacang Hijau

Dari hasil analisis data secara statistik menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi air kelapa berpengaruh nyata terhadap: jumlah akar, jumlah daun, berat akar, dan berat total planlet, sedangkan terhadap parameter persentase tumbuh, tinggi tanaman, dan jumlah klorofil belum berpengaruh nyata.

Jumlah akar tertinggi diperoleh pada perlakuan konsentrasi air kelapa (K3) 300 ml/l (3,98 helai). Diduga karena komposisi media MS menggunakan zat pengatur tumbuh sudah sesuai untuk pertumbuhan embrio kacang hijau. Hal ini disebabkan karena dalam air kelapa disamping mengandung auksin dan giberelin

juga mengandung zeatin yang merupakan kelompok sitokinin. Sitokinin mempu-nyai kemampuan dalam merangsang pembelahan sel dan diferensiasi terutama dalam hal pembentukan pucuk daun sedangkan auksin merangsang pembentukan akar. Jumlah akar terendah terdapat pada konsentrasi (K0) 0 ml/l (3,34 helai). Diduga karena tidak terdapat auksin dan sitokinin akar yang mampu tumbuh tetapi jumlahnya relatif sedikit. Santoso dan Nursandi (2001) mengemukakan penambahan sitokinin dalam jumlah yang banyak dapat mengakibatkan batang tanaman bertambah besar, daun kecil dan pucat. George dan Sherrington (1995) mengemukan pengaruh sterilisasi yang menggunakan tekanan dan suhu tinggi dalam penelitian ini mengakibatkan auksin yang terkandung dalam air kelapa menjadi rusak sehingga yang terlihat hanya pengaruh sitokinin.

Jumlah daun tertinggi terdapat pada perlakuan konsentrasi (K2) 200 ml/l dan (K3) 300 ml/l (1,63 helai), diduga karena air kelapa disamping mengandung auksin dan giberelin juga mengandung zeatin yang merupakan kelompok sitokinin. Sitokinin mempunyai kemampuan dalam merangsang pembelahan sel dan diferensiasi terutama dalam hal pembentukan pucuk daun sedangkan auksin merangsang pembentukan akar. Jumlah daun terendah terdapat pada konsentrasi (K0) 0 ml/l (1,31 helai). Hal ini berarti tidak ada zat pengatur tumbuh yang terdapat didalam media sehingga daun tumbuh dengan jumlah sedikit. Menurut Davies (1987) pengaruh auksin dan hormon tumbuh lainnya dalam mengatur pertumbuhan atau pembentukan daun belum diketahui dengan jelas, sedangkan kerja atau peranan sitokinin sendiri belum dimengerti dan tidak cukup bukti- bukti yang jelas untuk menguatkan hasil dari suatu proses biokimia.

Berat akar tertinggi dijumpai pada perlakuan (K3) 300 ml/l (1,90 g). Diduga karena sitokinin eksogen yang terkandung didalam air kelapa beserta kandungan sitokinin endogen, dapat menghambat pertumbuhan akar tetapi dilain hal dapat merangsang diameter akar, sehingga mempengaruhi berat akar. Santoso dan Nursandi (2001) mengemukakan penambahan sitokinin dalam jumlah yang banyak dapat mengakibatkan batang tanaman bertambah besar, daun kecil dan pucat. Auksin dalam kultur jaringan berperan dalam merangsang pertumbuhan kalus, pembesaran sel, pertumbuhan akar, dan mengatur morfogenesis.

Berat total planlet tertinggi terdapat pada perlakuan (K3) 300 ml/l (3,59 g) dan terendah terdapat pada perlakuan (K0) 0 ml/l (1,72 g). Berat total planlet ini berhubungan dengan parameter lainnya. Dimana tingginya konsentrasi air kelapa, akan menurunkan berat akar sehingga menurunkan berat total tanaman. Menurut Wattimena (1987) proses-proses pembelahan sel pada sel-sel meristem akan menghambat pemberian sitokinin eksogen. Baik efek yang menghambat maupun efek yang mendorong proses pembelahan sel oleh sitokinin tergantung dari adanya fitohormon lainnya, terutama auksin. Tidak diketahui perbandingan sitokinin dan auksin yang bagaimana yang merangsang atau menghambat proses pembelahan sel.

Pengaruh Varietas Kacang Hijau terhadap Pertumbuhan Kultur Embrio Dari hasil analisa data statistik diperoleh data bahwa perlakuan varietas kacang hijau berpengaruh nyata terhadap: jumlah akar, berat akar, dan berat total planlet, sedangkan pada persentase tumbuh, parameter tinggi tanaman, jumlah daun , dan jumlah khlorofil belum berpengaruh nyata.

Dari hasil uji beda rataan diketahui bahwa perlakuan varietas kacang hijau berbeda nyata terhadap jumlah akar, jumlah akar tertinggi terdapat pada varietas Kenari (V3) yaitu 3,99 helai, varietas Perkutut (V4) yaitu 3,78 helai, varietas Sriti (V1) yaitu 3,72 helai, dan varietas Betet (V2) yaitu 3,43 helai. Diduga adanya perbedaan kemampuan masing-masing varietas untuk merespon pemberian air kelapa terhadap jumlah akar. Gunawan (1988) berpendapat bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kultur embrio yaitu: genotip, hasil perkembangan embrio setelah diisolasi, kondisi tanaman induk, zat hara dalam media, cahaya dan suhu.

Dari hasil uji beda rataan diketahui bahwa perlakuan varietas kacang hijau berbeda nyata terhadap berat akar, berat akar yang tertinggi terdapat pada varietas Perkutut (V4) yaitu 1,73 gram, varietas Kenari (V3) yaitu 1,64 gram, varietas Betet (V2) yaitu 1,63 gram, dan varietas Sriti (V1) 1,27 gram. Diduga adanya perbedaan kemampuan masing-masing varietas untuk merespon pemberian air kelapa terhadap jumlah akar. Gunawan (1988) berpendapat bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kultur embrio yaitu: genotip, hasil perkembangan embrio setelah diisolasi, kondisi tanaman induk, zat hara dalam media, cahaya dan suhu.

Dari hasil uji beda rataan diketahui bahwa perlakuan varietas kacang hijau berbeda nyata terhadap berat total planlet; berat total planlet tertinggi terdapat pada varietas Perkutut (V4) yaitu 3,46 gram, varietas Kenari (V3) yaitu 3,43 gram, varietas Betet (V2) yaitu 2,97 gram, dan varietas Sriti (V1) yaitu 1,63 gram. Diduga adanya perbedaan kemampuan masing-masing varietas untuk merespon pemberian air kelapa terhadap berat total planlet. Gunawan (1988) berpendapat bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kultur embrio yaitu: genotip, hasil

perkembangan embrio setelah diisolasi, kondisi tanaman induk, zat hara dalam media, cahaya dan suhu.

Dari hasil uji beda rataan diketahui bahwa perlakuan varietas kacang hijau berbeda nyata terhadap jumlah klorofil; jumlah klorofil tertinggi terdapat pada varietas Perkutut (V4) yaitu 28,50 gram, varietas Betet (V2) yaitu 27,02 gram, varietas Kenari (V3) yaitu 25,03 gram, dan varietas Sriti (V1) yaitu 22,09 gram. Diduga adanya perbedaan kemampuan masing-masing varietas untuk merespon pemberian air kelapa terhadap jumlah klorofil. Gunawan (1988) berpendapat bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kultur embrio yaitu: genotip, hasil perkembangan embrio setelah diisolasi, kondisi tanaman induk, zat hara dalam media, cahaya dan suhu.

Pengaruh Interaksi Konsentrasi Air Kelapa dan Varietas Kacang Hijau terhadap Pertumbuhan Kultur Embrio

Hasil analisa data secara statistik menunjukkan bahwa interaksi konsentrasi air kelapa dan varietas kacang hijau berpengaruh nyata terhadap: jumlah akar, berat akar, berat total tanaman, jumlah klorofil. Terhadap jumlah akar diperoleh jumlah akar tertinggi pada perlakuan K1V3 yaitu 4,30 helai dan terendah pada perlakuan K1V2 yaitu 3,24 helai. Setiap varietas (genotip) memiliki respon tertentu terhadap perlakuan konsentrasi air kelapa yang diberikan. George and Sherrington (1995) mengemukakan bahwa sitokinin dalam jumlah yang banyak dapat merangsang pertumbuhan tunas tetapi menekan pertumbuhan tinggi tanaman serta merangsang pertumbuhan akar.

Terhadap parameter berat akar diperoleh berat akar tertinggi pada perlakuan K2V4 (5,34 gram) dan terendah pada perlakuan K0V1 (0,99 gram). Santoso dan Nursandi (2001) mengemukakan penambahan sitokinin dalam jumlah

yang banyak dapat mengakibatkan batang tanaman bertambah besar, daun kecil dan pucat. Auksin dalam kultur jaringan berperan dalam merangsang pertumbuhan kalus, pembesaran sel, pertumbuhan akar, dan mengatur morfogenesis. Gunawan (1988) berpendapat bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kultur embrio yaitu: genotip, hasil perkembangan embrio setelah diisolasi, kondisi tanaman induk, zat hara dalam media, cahaya dan suhu.

Terhadap parameter berat total planlet diperoleh berat total planlet tertinggi pada perlakuan K2V4 (5,34 gram) dan terendah pada perlakuan K0V1 (0,99 gram). Terdapat perbedaan pada masing-masing varietas dalam konsentrasi air kelapa sehingga interaksi K2V4 dinilai memiliki pengaruh yang lebih baik yakni menghasilkan berat total planlet yang lebih tinggi. Santoso dan Nursandi (2001) mengemukakan bahwa penambahan sitokinin dalam jumlah yang banyak dapat mengakibatkan batang tanaman bertambah besar, daun kecil dan pucat. Auksin dalam air kelapa tidak terlihat pengaruhnya dalam penelitian ini.

Hasil analisis data secara statistik dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan yang sangat nyata pada interaksi konsentrasi air kelapa dengan varietas terhadap parameter jumlah klorofil, jumlah klorofil tertinggi terdapat pada K3V4 (34,37) dan terendah terdapat pada perlakuan K1V1 (14,97). Adanya perbedaan pada masing-masing varietas dalam konsentrasi air kelapa sehingga interaksi K3V4 dinilai memiliki pengaruh yang lebih baik dalam junlah klorofil. Wattimena (1987) menyatakan bahwa sitokinin memperlambat proses penghancuran butir-butir klorofil pada daun-daun yang terlepas dari tanaman (detached leave), tetapi sitokinin mengaktifkan beberapa proses metabolisme pada tempat pemberian sitokinin itu dan menghambat perombakan dari butir-butir klorofil dan protein.

Kesimpulan

1. Konsentrasi air kelapa berpengaruh nyata dalam kultur embrio kacang hijau antara lain: mampu meningkatkan jumlah akar, jumlah daun, berat akar dan berat total planlet. Konsentrasi air kelapa terbaik adalah 30 %. 2. Varietas berbeda nyata dalam kultur embrio kacang hijau antara lain

terhadap: jumlah akar, berat akar , berat total planlet dan jumlah klorofil.Varietas terbaik adalah varietas perkutut.

3. Interaksi konsentrasi air kelapa dengan varietas kacang hijau berpengaruh nyata dalam kultur embrio kacang hijau antara lain terhadap: jumlah akar, berat akar, berat total tanaman, jumlah klorofil. Perlakuan terbaik adalah K2V4 (20 %, Perkutut).

Saran

• Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan konsentrasi air kelapa yang lebih tinggi dengan kisaran konsentrasi lebih optimum untuk mendapatkan konsentrasi yang sesuai lagi.

• Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan varietas kacang hijau yang berbeda dan lebih banyak varietas.

Dokumen terkait