• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peranan Air Kelapa Dalam Kultur Embrio Beberapa Varietas Tanaman Kacang Hijau (Phaseolus radiatus L)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Peranan Air Kelapa Dalam Kultur Embrio Beberapa Varietas Tanaman Kacang Hijau (Phaseolus radiatus L)"

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)

PERANAN AIR KELAPA DALAM KULTUR EMBRIO BEBERAPA VARIETAS TANAMAN KACANG HIJAU (Phaseolus radiatus L.)

SKRIPSI

OLEH :

SRI ASTUTI WULANDARI 030307013

BDP / PET

DEPARTEMEN BUDI DAYA PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

(Phaseolus radiatus L)

Nama

: Sri Astuti Wulandari

NIM

: 030307013

Departemen

: Budidaya Pertanian

Program Studi : Pemuliaan Tanaman

Disetujui Oleh, Dosen Komisi Pembimbing

(Ir. Hot Setiado MS, PhD)

Ketua Anggota

(Ir. Hasmawi Hasyim, MS)

Mengetahui,

(3)

ABSTRACT

The objective of the research was to know the effect of coconut water on the mungbean embryo culture. The research was conducted at the Research and Technology Laboratory, Faculty of Agriculture, North Sumatera, Medan from November 2008 to December 2008. The completely randomized design was used with two factors and three replications. The first factor was the coconut water (0 %, 10 %, 20 %, 30 %) and the second factor was the variety (Sriti, Betet, Kenari, Perkutut). The result showed that the coconut water significantly affected the number of leaves, the root weight and the total weight of plantlet. The variety significantly affected the number of root, the root weight, the total weight of planltlet and the number of plantlet. The interarraction between the coconut water and variety significantly affected the number of root, the root weight, the total weight of plantlet, and the number of chlorofhyll

(4)

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui peranan bahan organik alami air kelapa dalam kultur embrio beberapa varietas tanaman kacang hijau. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Riset dan Teknologi, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan pada bulan November hingga Desember 2008 dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 2 faktor perlakuan dan 3 ulangan. Faktor pertama adalah pemberian air kelapa yang terdiri dari 4 taraf (0%, 10%, 20% dan 30%) dan faktor kedua adalah varietas yang terdiri dari 4 varietas (sriti, betet, kenari dan perkutut). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian air kelapa berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah daun, berat akar dan berat total planlet. Varietas berbeda nyata terhadap parameter jumlah akar, berat akar, berat total planlet dan jumlah planlet. Interaksi antara pemberian air kelapa dengan varietas berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah akar, berat akar, berat total planlet dan jumlah klorofil.

(5)

RIWAYAT HIDUP

Sri Astuti Wulandari dilahirkan di Tanjung Balai pada tanggal 20 Mei 1985 dari Ayahanda Asnan dan Ibunda Winarsih. Penulis merupakan anak pertama dari lima bersaudara.

Adapun pendidikan yang pernah ditempuh penulis adalah SD Negeri 132408 Tanjung Balai lulus tahun 1997, SMP Negeri 4 Tanjung Balai lulus tahun 2000, SMU Negeri 3 Tanjung Balai lulus tahun 2003. Terdaftar sebagai mahasiswa Pemuliaan Tanaman Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan pada tahun 2003 melalui jalur PMDK.

(6)

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang bejudul “Peranan Air kelapa dalam Kultur embrio Beberapa Varietas Tanaman Kacang Hijau (Phaseolus radiatus L.)”.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ir. Hot Setiado MS, PhD selaku ketua komisi

pembimbing dan Ir. Hasmawi Hasyim, MS selaku anggota komisi pembimbing yang telah banyak membantu dan membimbing dalam menyusun dan menyelesaikan skripsi ini, dan Ir. Emmy Harso Kardhinata, MSc yang telah membantu penulis dalam penelitian serta kepada para dosen dan staf pengajar mata kuliah yang telah memberi ilmu dan pengetahuan kepada penulis selama masa perkuliahan.

(7)

Kakanda Yuni, Novi, Sri Yanti, terimakasih atas bantuan, saran, dukungan dan kebersamaannya. Terkhusus kepada Erfan Indriyawan, SP penulis ucapkan terimakasih.

Terima kasih kepada teman-teman di Program Studi Pemuliaan Tanaman dan Agronomi yang telah banyak membantu dalam perkuliahan. Tidak lupa kepada teman-teman stambuk 2003 dan adik-adik junior stambuk 2004, 2005, 2006, 2007 terima kasih atas dukungan dan kebersamaannya. Terima kasih juga kepada teman-teman Kos Nayaka Kakanda Eva, Yeni, dan Noni. Adinda Ana, Ani, Mida, Iya, Tiva, Rini, Dela dan Lina terima kasih atas dukungan dan kebersamaannya.

Akhir kata penulis mengharapkan saran dan masukan dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini dimasa mendatang. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Medan, Mei 2009

(8)

ABSTRACT ... i

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kultur Jaringan ... 8

(9)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil ... 21

Persentase Tumbuh (%) ... 21

Tinggi Tanaman (cm) ... 21

Jumlah Akar (Helai) ... 22

Berat Akar (g) ... 25

Jumlah Daun (Helai) ... 27

Berat Total Planlet (gram)... 28

Jumlah Klorofil ... 31

Pembahasan ... 33

Pengaruh Konsentrasi Air Kelapa terhadap Pertumbuhan Kultur Embrio Kacang Hijau ... 33

Pengaruh Varietas Kacang Hijau terhadap Pertumbuhan Kultur Embrio ... 35

Pengaruh Interaksi Konsentrasi Air Kelapa dan Varietas Kacang Hijau Terhadap Pertumbuhan Kultur Embrio ... 37

KESIMPULAN Kesimpulan ... 39

Saran ... 39 DAFTAR PUSTAKA

(10)

No Judul Hal 1. Rataan Persentase Tumbuh dari Perlakuan Konsentrasi Air ... 21 2. Rataan Tinggi Tanaman dari Perlakuan Konsentrasi Air Kelapa

dan Varietas pada Kultur Embrio Kacang Hijau ... 22 3. Rataan Jumlah Akar dari Perlakuan Konsentrasi Air Kelapa

dan Varietas pada Kultur Embrio Kacang Hijau ... 22 4. Rataan Berat Akar dari Perlakuan Konsentrasi Air Kelapa

dan Varietas pada Kultur Embrio Kacang Hijau ... 25 5. Rataan Jumlah Daun dari Perlakuan Konsentrasi Air Kelapa

dan Varietas pada Kultur Embrio Kacang Hijau ... 28 6. Rataan Berat Total Planlet dari Perl;akuan Konsentrasi

(11)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Hal

1. Hubungan antara Jumlah Akar dengan Perlakuan Konsentrasi Air

Kelapa ... 23 2. Histogram Rataan Jumlah Akar dari Setiap varietas Kacang Hijau ... 24 3. Histogram Pengaruh Interaksi antara Konsentrasi air Kelapa dengan

Kacang Hijau terhadap Jumlah Akar ... 24 4. Hubungan antara Berat Akar dengan Perlakuan Konsentrasi Air

Kelapa ... 26 5. Histogram Rataan Berat Akar dari Setiap Varietas kacang Hijau ... 26 6. Histogram Pengaruh Interaksi antara Konsentrasi Air Kelapa dengan

Varietas Kacang Hijau terhadap Berat Akar ... 27 7. Histogram Rataan Jumlah Daun dari Setiap Varietas Kacang Hijau ... 28 8. Hubungan antara Berat Total Planlet dengan Perlakuan

Konsentrasi Air Kelapa ... 29 9. Histogram Rataan Berat Total Planlet dari setiap Varietas kacang

Hijau ... 30 10. Histogram Pengaruh Interaksi antara Konsentrasi Air Kelapa dengan

Varietas Kacang Hijau terhadap Berat Total Planlet ... 31 11. Hubungan antara Jumlah Klorofil dengan Perlakuan Konsentrasi Air

Kelapa ... 32 12. Histogram Pengaruh Interaksi antara Konsentrasi Air kelapa dengan

(12)

No Judul Hal

1. Deskripsi Tanaman ... 42

2. Bagan Penelitian ... 44

3. Jadwal Kegiatan ... 45

4. Komposisi Media Dasar MS ... 46

5. Senyawa-senyawa yang telah diidentifikasikan Sebagai komponen-komponen Air kelapa ... 47

6. Rangkuman Uji Beda Rataan Perlakuan Konsentrasi Air Kelapa dan Varietas Kacang Hijau terhadap Persentase tumbuh (%), Tinggi Tanaman (cm), Jumlah Akar (helai), Jumlah Daun (helai), Berat Akar (g), Berat Total Planlet (g), Jumlah Klorofil ... 48

7. Data Pengamatan Persentase Tumbuh (%) ... 49

8. Daftar Sidik Ragam Persentase Tumbuh ... 49

9. Data Pengamatan Tinggi Tanaman (cm) ... 50

10. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman ... 50

11. Data Pengamatan Jumlah Akar (helai) ... 51

12. Daftar Sidik Ragam Jumlah Akar ... 51

18. Daftar Sidik Ragam Berat Total Planlet ... 48

(13)

20. Daftar Sidik Ragam Jumlah Klorofil ... 55 21. Foto Tanaman Kacang Hijau pada Setiap Kombinasi Perlakuan

Air kelapa ... 56 22. Foto Tanaman Kacang Hijau pada Perlakuan K2V4 ... 57 23. Foto Kacang Hijau pada Perlakuan Konsentrasi K3 (300 ml/L

(14)

The objective of the research was to know the effect of coconut water on the mungbean embryo culture. The research was conducted at the Research and Technology Laboratory, Faculty of Agriculture, North Sumatera, Medan from November 2008 to December 2008. The completely randomized design was used with two factors and three replications. The first factor was the coconut water (0 %, 10 %, 20 %, 30 %) and the second factor was the variety (Sriti, Betet, Kenari, Perkutut). The result showed that the coconut water significantly affected the number of leaves, the root weight and the total weight of plantlet. The variety significantly affected the number of root, the root weight, the total weight of planltlet and the number of plantlet. The interarraction between the coconut water and variety significantly affected the number of root, the root weight, the total weight of plantlet, and the number of chlorofhyll

(15)

ABSTRAK

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui peranan bahan organik alami air kelapa dalam kultur embrio beberapa varietas tanaman kacang hijau. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Riset dan Teknologi, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan pada bulan November hingga Desember 2008 dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 2 faktor perlakuan dan 3 ulangan. Faktor pertama adalah pemberian air kelapa yang terdiri dari 4 taraf (0%, 10%, 20% dan 30%) dan faktor kedua adalah varietas yang terdiri dari 4 varietas (sriti, betet, kenari dan perkutut). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian air kelapa berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah daun, berat akar dan berat total planlet. Varietas berbeda nyata terhadap parameter jumlah akar, berat akar, berat total planlet dan jumlah planlet. Interaksi antara pemberian air kelapa dengan varietas berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah akar, berat akar, berat total planlet dan jumlah klorofil.

(16)

Latar Belakang

Kacang hijau (Phaseolus radiatus L.) merupakan tanaman kacang-kacangan yang banyak dibudidayakan di Indonesia, menempati urutan ketiga setelah kedelai dan kacang tanah. Rata-rata produktivitas kacang hijau mencapai lebih dari 0,91 ton/ha dan dirasakan masih kurang memadai untuk memenuhi kebutuhan nasional. Hal ini karena salah satu kelemahan kacang hijau adalah produktivitas tidak stabil. Dilihat dari segi agronomis dan ekonomi, kacang hijau mempunyai beberapa kelebihan, antara lain tahan kekeringan, hama dan penyakit yang menyerang kacang hijau ini relatif sedikit, dapat ditanam pada tanah yang kurang subur, cara budidaya mudah, resiko kegagalan relatif kecil, harga jual tinggi dan stabil dan dapat dipanen umur 55-60 hari (Supeno dan Sujudi, 2004).

Dalam kultur embrio tidak dimaksudkan untuk menumbuhkan kalus dari embrio yang digunakan, sebaliknya embrio diharapkan tetap mempertahankan integritasnya dan tumbuh menjadi tanaman. Kultur embrio ditujukan untuk membantu perkecambahan embrio menjadi tanaman lengkap. Selain untuk menolong embrio-embrio yang abortus, kultur embrio juga penting dalam ilmu fisiologi dalam hal perkembangan embrio. Dengan kultur embrio dapat juga dipelajari kemampuan regenerasi dari potongan-potongan embrio (Gunawan, 1988).

(17)

beberapa jenis tumbuh-tumbuhan dapat dilihat bahwa makin banyak embrio tersebut menyerap zat makanan, akan makin besar ukurannya dan makin kecil endospermnya. Pengambilan zat makanan oleh embrio dari endosperm dapat di

mulai pada waktu biji masih kecil atau masih muda (Hendaryono dan Wijayani, 1994).

Selama ini air kelapa banyak digunakan sebagai nutrisi tambahan di dalam media kultur jaringan. Buah kelapa sangat kaya akan makanan, maka jika air kelapa tersebut ditambahkan dalam medium kultur jaringan, eksplan yang kita tanam dapat tumbuh dengan baik. Efek air kelapa pada pertumbuhan menjadi lebih baik, bila dalam embrio juga diberi auksin. Auksin tertentu dan air kelapa, dapat bersifat sinergis. Air kelapa yang baik untuk digunakan adalah buah kelapa yang daging buahnya tidak terlalu lunak, tetapi juga belum terlalu keras (umur 210-240 hari/7-8 bulan) (Hendaryono dan Wijayani, 1994).

Dilihat dari komposisi yang terkandung didalamnya, terutama adanya zat tumbuh, maka penambahan air kelapa dalam media kultur dapat membantu mendorong pertumbuhan. Baik pertmbuhan planlet, daun dan akar

Dari uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai peranan air kelapa dalam kultur embrio pada beberapa varietas tanaman kacang hijau (Phaseolus radiatus L.).

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peranan air kelapa dalam kultur embrio beberapa varietas tanaman kacang hijau.

(18)

Hipotesis Penelitian

1. Ada pengaruh konsentrasi air kelapa terhadap pertumbuhan kultur embrio kacang hijau.

2. Ada pengaruh beberapa varietas kacang hijau terhadap pertumbuhan kultur embrio kacang hijau.

3. Ada pengaruh interaksi konsentrasi air kelapa dan varietas kacang hijau terhadap pertumbuhan kultur embrio kacang hijau.

Kegunaan Penelitian

1. Sebagai salah satu syarat untuk dapat melaksanakan penelitian di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

2. Sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.

(19)

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman

Menurut Tjitrosoepomo (1989) tanaman kacang hijau termasuk suku (famili)

Fabaceae. Kedudukan tanaman kacang hijau dalam taksonomi tumbuhan diklasifikasikan

sebagai berikut.

Kingdom : Plantae.

Divisi : Spermatophyta.

Subdivisi : Angiospermae.

Kelas : Dicotyledonae.

Ordo : Fabales.

Famili : Fabaceae

Genus : Phaseolus.

Spesies : Phaseolus radiatus L.

Kacang hijau merupakan tanaman pangan semusim berupa semak yang tumbuh

tegak. Tanaman kacang hijau ini diduga berasal dari India. Tanaman kacang hijau adalah

tanaman semusim berumur pendek (60 hari). Batang kacang hijau berbentuk bulat dan

berbuku-buku. Ukuran batang kecil–kecil, berbulu, berwarna hijau kecoklatan atau

kemerahan. Daun kacang hijau tumbuh majemuk, terdiri dari tiga helai anak daun setiap

tangkai. Helai daun berbentuk oval dengan bagian ujung lancip dan berwarna hijau muda

hingga hijau tua. Bunga kacang hijau berbentuk seperti kupu-kupu dan berwarna kuning

kehijauan. Bunga termasuk hermafrodit atau berkelamin dua. Buah kacang hijau

berbentuk silindris dengan panjang antara 5–16 cm dan berbulu pendek. Setiap polong

berisi 10–15 biji. Biji kacang hijau berbentuk bulat. Biji kacang hijau mempunyai bobot

(20)

Daun terdiri dari tiga helai (trifoliat) dan letaknya berseling. Tangkai daun lebih

panjang dari daun dengan warna daun hijau muda sampai hijau tua. Bunga berwarna

kuning tersusun dalam tandan, muncul pada cabang serta batang, dan dapat menyerbuk

sendiri. Polong berbentuk silindris dengan panjang antara 6-15 cm dan berbulu pendek.

Sewaktu muda berwarna hijau dan berubah hitam atau coklat ketika tua, dengan isi

polong 10–15 biji (Andrianto dan Indarto, 2004).

Tanaman kacang hijau berakar tunggang. Sistem perakaran dibagi menjadi dua,

yaitu mesopita dan seropita. Mesopita mempunyai banyak cabang akar pada permukaan

tanah dan tipe pertumbuhannya menyebar. Sementara seropita memiliki akar cabang

lebih sedikit dan memanjang ke arah bawah (Purwono dan Hartono, 2005).

Kultur Jaringan

Kultur jaringan atau budidaya in vitro adalah suatu metode untuk mengisolasi bagian dari tanaman seperti protoplasma, sel, jaringan atau organ yang serba steril, ditumbuhkan pada media buatan yang steril, dalam botol kultur yang steril dan dalam kondisi yang aseptik, sehingga bagian-bagian tersebut dapat memperbanyak diri dan beregenerasi menjadi tanaman yang lengkap. Dasar teori yang digunakan adalah teori totipotensi. Totipotensi adalah bagian tanaman yang hidup mempunyai potensi, kalau dibudidayakan di dalam media yang sesuai, akan dapat tumbuh dan berkembang menjadi tanaman yang sempurna, artinya dapat

bereproduksi, berkembang biak secara normal melalui biji atau spora

(21)

alat-alat kerja, sarana pendukung terciptanya kondisi aseptik terkendali, dan fasilitas dasar seperti: air, listrik, dan bahan bakar. Kultur jaringan sangat membantu dalam usaha eliminasi patogen. Dengan metode ini kita dapat memilih bagian-bagian atau sel-sel yang tidak mengandung patogen, terutama virus, dan menumbuhkan sel-sel tersebut serta meregenerasikannya kembali menjadi tanaman lengkap dan sehat (Gunawan, 1988).

Zat Pengatur Tumbuh

Dalam kultur jaringan, dua golongan zat pengatur tumbuh yang sangat penting adalah sitokinin dan auksin. Zat pengatur tumbuh ini mempengaruhi pertumbuhan dan morfogenesis dalam kultur sel, jaringan, dan organ. Interaksi dan perimbangan antara zat pengatur tumbuh yang diberikan dalam media dan yang diproduksi oleh sel secara endogen menentukan arah perkembangan suatu kultur. Penambahan auksin atau sitokinin eksogen, mengubah level zat pengatur tumbuh endogen sel. Level zat pengatur tumbuh endogen ini kemudian merupakan “trigerring factor” untuk proses-proses tumbuh dan morfologi (Gunawan, 1988).

Pengaruh dari suatu zat pengatur tumbuh bergantung pada spesies tum-buhan, situs aksi ZPT pada tumtum-buhan, tahap perkembangan tumbuhan dari kon-sentrasi ZPT. Satu ZPT tidak bekerja sendiri dalam mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan, pada umumnya keseimbangan konsentrasi dari be-berapa ZPT yang akan mengontrol pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan

Zat pengatur tumbuh memegang peranan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan kultur. Faktor yang perlu mendapat perhatian dalam

(22)

penggunaan zat pengatur tumbuh antara lain jenis zat pengatur tumbuh yang akan digunakan, konsentrasi, urutan penggunaan, dan periode masa induksi dalam kultur tertentu (Gunawan, 1995).

Dalam pengkulturan untuk merangsang pembentukaan akar pada tunas, biasanya menggunakan ZPT auksin. Jenis yang sering digunakan untuk pengakaran in vitro adalah IBA dan NAA, karena efektifitasnya tinggi dan harganya relatif murah (Yusnita, 2003)

Sitokinin dalam kultur jaringan berfungsi untuk mengatur pertumbuhan serta morfogenesis. Sitokinin diproduksi dalam akar. Itulah sebabnya sitokinin tidak perlu ditambahkan dalam media jika yang dikulturkan akar (Katuuk, 1989).

Dilaporkan bahwa sitokinin dapat mengatur keseimbangan sel. Sitokinin dalam jumlah yang banyak dapat merangsang pertumbuhan tunas tetapi menekan

pertumbuhan tinggi tanaman serta merangsang pertumbuhan akar (George and Sherrington, 1995).

Penambahan sitokinin dalam jumlah yang banyak dapat mengakibatkan batang tanaman bertambah besar, daun kecil dan pucat. Auksin dalam kultur jaringan berperan dalam merangsang pertumbuhan kalus, pembesaran sel, pertumbuhan akar, dan mengatur morfogenesis (Santoso dan Nursandi, 2001).

(23)

fitohormon lainnya, terutama auksin. Tidak diketahui perbandingan sitokinin dan auksin yang bagaimana yang merangsang atau menghambat proses pembelahan sel. Sitokinin juga berpengaruh didalam perkembangan embrio. Air kelapa (coconut milk) telah lama diketahui sebagai sumber yang kaya akan zat-zat aktif yang diperlukan untuk perkembangan embrio. Di antara zat-zat yang aktif terdapat sitokinin endogen. Pada air kelapa ini dapat dilihat suatu interaksi antara sitokinin dengan fitohormon lainnya di dalam proses perkembangan embrio itu. Sitokinin memperlambat proses penghancuran butir-butir klorofil pada daun-daun yang terlepas dari tanaman (detached leave) dan memperlambat proses senescence pada daun, buah, dan organ-organ lainnya. Warna kuning ini disebabkan oleh perombakan butir-butir klorofil, tetapi sitokinin mengaktifkan beberapa proses metabolisme pada tempat pemberian sitokinin itu dan menghambat perombakan dari butir-butir klorofil dan protein (Wattimena, 1987).

Pengaruh auksin dan hormon tumbuh lainnya dalam mengatur pertum-buhan atau pembentukan daun belum diketahui dengan jelas, sedangkan kerja atau peranan sitokinin sendiri belum dimengerti dan tidak cukup bukti-bukti yang jelas untuk menguatkan hasil dari suatu proses biokimia (Davies, 1987).

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kultur Jaringan

Eksplan

Dalam perbanyakan tanaman secara kultur jaringan, eksplan merupakan faktor penting penentu keberhasilan. Umur fisiologis, umur ontogenetik, ukuran eksplan, serta bagian tanaman yang diambil merupakan hal-hal yang harus diper-timbangkan dalam memilih eksplan yang akan digunakan sebagai bahan awal

(24)

kultur. Umumnya, bagian tanaman yang digunakan sebagai eksplan adalah ja-ringan muda yang sedang tumbuh aktif. Jaja-ringan tanaman yang masih muda mempunyai daya regenerasi lebih tinggi, sel-sel masih aktif membelah diri, dan relatif lebih bersih (mengandung lebih sedikit kontaminan) (Yusnita, 2003).

Penggunaan embrio tanaman sebagai eksplan dikenal dengan kultur em-brio yang memisahkan emem-brio tanaman yang belum dewasa dan menumbuhkan-nya secara kultur jaringan untuk mendapatkan tanaman yang viable. Faktor-faktor yang mempengaruhi kultur embrio yaitu genotip, hasil perkembangan embrio setelah diisolasi, kondisi tanaman induk, zat hara dalam media, cahaya dan suhu (Gunawan, 1988).

Media Kultur Jaringan

Media kultur merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan perba-nyakan tanaman secara kultur jaringan. Berbagai komposisi media kultur telah diformulasikan untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang dikulturkan (Yusnita, 2003).

(25)

seperti air kelapa, ekstrak ragi, jus tomat, ekstrak kentang, buffer organik, ataupun arang aktif. Kebutuhan tiap tanaman berbeda pada hal komposisi dan jumlah yang diperlukan (Santoso dan Nursandi, 2001).

Lingkungan

Kondisi lingkungan yang menentukan keberhasilan pembiakan tanaman dengan kultur jaringan meliputi cahaya, suhu, dan komponen atmosfer. Cahaya dibutuhkan untuk mengatur proses morfogenetik tertentu. Dalam teknik kultur jaringan tanaman, cahaya dinyatakan dengan dimensi lama penyinaran, intensitas, dan kualitasnya. Murashige (1962) dalam Gunawan (1995) menyarankan untuk mengasumsikan kebutuhan lama penyinaran pada kultur jaringan tanaman merupakan pencerminan dari kebutuhan periodisitas tanaman yang bersangkutan di lapangan. Kualitas cahaya mempengaruhi arah diferensiasi jaringan. Energi radiasi mendekati spektrum ultra violet dan biru merupakan kualitas cahaya yang paling efektif untuk merangsang pembentukan tunas, sedangkan pembentukan akar dirangsang oleh cahaya merah dan sedikit cahaya biru. Untuk itu, pada tahap inisiasi dan multiplikasi tunas digunakan pencahayaan dengan lampu fluorescent (TL). Secara umum, intensitas cahaya yang optimum untuk tanaman pada kultur tahap inisiasi kultur adalah 0 - 1.000 lux, tahap multiplikasi sebesar 1.000 - 10.000 lux, tahap pengakaran sebesar 10.000 - 30.000 lux, dan tahap aklimatisasi sebesar 30.000 lux (Yusnita, 2003).

Suhu juga berpengaruh terhadap kesehatan tanaman yang dikulturkan. Suhu yang umum digunakan untuk pengkulturan berbagai jenis tanaman adalah 26 + 2 0C. Untuk kebanyakan tanaman, suhu yang terlalu rendah(kurang dari 20

0

(26)

0

C) menyebabkan tanaman merana. Namun, pada kultur tanaman yang biasanya memerlukan suhu rendah untuk pertumbuhan terbaiknya, seperti stroberi, suhu yang diperlukan juga lebih rendah (Yusnita, 2003).

(27)

penelitian yang menggunakan media dengan pH rendah untuk tujuan seleksi (Gunawan, 1988).

Senyawa Kompleks Alami

Disamping golongan persenyawaan organik yang konstitusinya jelas, da-lam media kultur juga kadang-kadang ditambahkan persenyawaan yang kompleks, yang komposisinya dapat berbeda dari sumber yang satu dengan yang lainnya. Persenyawaan kompleks yang dimaksud adalah air kelapa, casein hydrolysate, ekstrak ragi, juice tomat, ekstrak kentang, dan ekstrak pisang. Penggunaan air kelapa pertama kali dilaporkan oleh Van Overbeek (1941) dalam George dan Sherrington (1984) pada kultur embrio Datura stramonium. Selanjutnya Gautheret (1942) dalam George dan Sherrington (1984) menemukan bahwa air kelapa dapat digunakan untuk mempertahankan pertumbuhan jaringan yang diisolasi dari sumber yang berlainan. Caplin dan Steward (1951) dalam George dan Sherrington (1984) memperoleh pertumbuhan kalus dari kultur tanaman wor-tel yang lebih baik pada media dengan 5 % air kelapa dan caseinhydrolysate dari pada media dengan IAA. Penelitian yang mendalam menemukan bahwa efek air kelapa pada pertumbuhan menjadi lebih baik bila dalam media juga diberikan auksin. Auksin tertentu dan air kelapa, dapat bersifat sinergis. Steward dan Caplin (1951) dalam George dan Sherrington (1984) mendapatkan bahwa antara 2,4-D dan air kelapa terjadi reaksi sinergistik yang memacu pertumbuhan kalus Daucus carota. Tetapi tidak semua auksin dan air kelapa mempunyai kerja sama yang sinergis (Gunawan, 1988).

Burnet and Braham (1973) dalam George and Sherrington (1995) mene-mukan bahwa air kelapa 20 % akan menginisiasi pertumbuhan kalus dari

(28)

beberapa jenis jeruk dalam media MS. Ragavan (1974) dalam George and Sherrington (1995), telah mencoba meningkatkan pertumbuhan dari Panicum

miliaceum da-lam media MS dengan menggunakan 2,4-D dalam kehadiran 15 %

(29)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Riset dan Teknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Penelitian ini dimulai pada bulan November 2008 sampai dengan Desember 2008.

Bahan dan Alat

Bahan tanaman yang digunakan sebagai eksplan adalah embrio kacang hijau, bahan penyusun media MS, air kelapa, deterjen, larutan benlate, akuades steril, NaOH, HCl, bacto agar, betadine, Clorox, Tween 20, alkohol.

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah laminar air flow, autoklaf, timbangan analitik, rak kultur, hot plate dengan pengaduk magnetik, erlenmeyer, gelas ukur, beaker glass, labu takar, cawan petri, pipet, pinset, batang pengaduk, handsprayer, thermometer, timer (alat pengatur lama penyinaran), lampu bunsen, pH meter, sarung tangan, baju laboratorium, masker, kertas saring, kertas sampul, aluminium foil, tisu, label, botol kultur.

Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktorial yang terdiri dari dua faktor :

Faktor I : Pemberian Air Kelapa

(30)

K2 = 20 % (200 ml/L liter media) K3 = 30 % (300 ml/L liter media)

Faktor II : Varietas terdiri dari 4 macam varietas V1 = Sriti

V2 = Betet V3 = Kenari V4 = Perkutut

Diperoleh 16 kombinasi perlakuan yaitu :

K0V1 KOV2 KOV3 KOV4

K1V1 K1V2 K1V3 K1V4

K2V1 K2V2 K2V3 K2V4

K3V1 K3V2 K3V3 K3V4

Jumlah kombinasi :16

Jumlah ulangan : 3 Jumlah eksplan/botol : 1 Jumlah eksplan seluruhnya : 48

Model linier yang digunakan untuk Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktorial sebagai berikut :

Yijk = µ + αi + βj + (αβ)ij + εijk

Dimana :

i = 1, 2, 3, 4 (perlakuan konsentrasi air kelapa) j = 1, 2, 3, 4 (perlakuan varietas)

k = 1, 2, 3 (ulangan)

Yijk = Hasil pengamatan dari faktor kosentrasi pemberian air kelapa pada taraf

(31)

µ = Nilai tengah

αI = Pengaruh pemberian faktor konsentrasi air kelapa pada taraf ke-i βj = Pengaruh varietas ke-j

(αβ)ij = Pengaruh pemberian faktor konsentrasi pemberian air kelapa pada taraf

ke-i dan faktor varietas ke-j.

εijk = Efek dari faktor konsentrasi pemberian air kelapa pada taraf ke-i dan

faktor varietas ke-j dan ulangan ke-k.

Data diolah dengan analisis sidik ragam. Bila perlakuan berpengaruh nyata terhadap parameter yang diamati maka dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda

Duncan (UJBD). Untuk data persentase tumbuh digunakan uji khikuadrat (Gomez dan Gomez, 1995; Sastrosupadi, 1995).

(32)

Sterilisasi Alat-Alat

Semua alat-alat seperti botol kultur, cawan petri, gelas piala, gelas kultur, erlenmeyer, pinset, pisau, scapel, spatula dan alat-alat gelas lainnya terlebih dahulu direndam dalam deterjen dan dicuci bersih dengan air, selanjutnya dike-ringkan dan disterilkan dalam autoklaf pada suhu 1210C dengan tekanan 17,5 psi selama 60 menit. Sedangkan sarung tangan dapat disterilkan dengan penyinaran ultra violet (UV) dan alkohol 96 %.

Pembuatan Media

Media yang digunakan dalam penelitian ini adalah media MS padat de-ngan penambahan air kelapa dede-ngan konsentrasi sesuai dede-ngan perlakuan. Tahap pertama dalam pembuatan media adalah membuat larutan stok bahan kimia hara mikro, iron, dan vitamin; sedangkan hara makro, sukrosa, myo-inositol ditimbang sesuai dengan kebutuhan.

(33)

yang dikehendaki adalah 5,8. Untuk mengatur pH yaitu menaikkan atau menurunkan pH dapat digunakan larutan HCl 0.1 N dan NaOH 0.1 N.

Tepung agar sebanyak 7 g ditambahkan kedalam setiap perlakuan sesuai dengan kebutuhan, lalu dipanaskan diatas hotplate sambil diaduk dengan penga-duk magnetic (magnetic stirrer) sampai larutan menjadi bening (semua agar telah larut). Media siap dipindahkan kedalam botol kultur steril dan dibagi sesuai de-ngan banyak ulade-ngan serta jumlah sampel. Kemudian botol kultur tersebut ditutup dengan aluminium foil dan diberi label sesuai dengan perlakuan. Media dalam botol tersebut disterilisasi di dalam autoklaf dengan tekanan 17,5 psi, suhu 1210C selama 15 menit. Selanjutnya disimpan dalam ruang kultur sebelum digunakan (pre-conditioning).

Pembuatan Media Kapas Steril

Kapas dimasukkan kedalam botol kultur bersih dan dibasahi dengan akua-des steril, kemudian botol kultur yang telah berisi kapas ditutup dengan alumini-um foil dan disterilisasi dalam autoklaf pada suhu 1210C dan tekanan 17,5 psi selama 60 menit.

Persiapan Bahan

(34)

steril sebanyak tiga kali. Sterilisasi selanjutnya dilakukan di dalam kotak tabur (laminar airflow cabinet). kemudian biji kacang hijau disterilkan dengan alkohol 70 %, larutan Clorox 10 % selama 10 menit, larutan Clorox 20 % selama 10 menit, dan direndam dalam larutan Betadine 10 % selama 5 menit. Pada setiap tahap sterilisasi benih-benih kacang hijau dibilas dengan akuades steril sebanyak tiga kali. Benih-benih tersebut kemudian dikecambahkan di dalam botol kultur yang telah berisi kapas (telah disterilisasi; disebut dengan media kapas steril). Benih-benih kacang hijau disimpan di ruang kultur selama 6 jam untuk inisiasi embrio.

Penanaman Eksplan

Eksplan yang akan ditanam yaitu embrio yang sudah dikecambahkan sela-ma 6 jam. Isolasi embrio dilakukan secara aseptik disela-mana embrio dipisahkan dari bagian kotiledon secara hati-hati supaya tetap utuh. Eksplan embrio kemudian direndam dengan larutan Betadin 5% lalu dibilas dengan akuades steril sebanyak tiga kali dan dikeringkan diatas kertas saring steril dalam cawan petri. Eksplan embrio siap ditanam dalam media MS dengan memakai pinset steril dengan mengarahkan mulut botol ke lampu bunsen. Setiap botol diisi satu eksplan embrio lalu ditutup dengan aluminium foil.

Pemeliharaan Eksplan

(35)

(neon) dengan intensitas cahaya 1000 lux dan panjang penyinaran 16 jam/hari. Ruangan kultur diusahakan bebas dari bakteri dan jamur dengan cara menyemprotkan botol kultur dengan alkohol 96 % setiap hari.

(36)

Hasil

Persentase Tumbuh (%)

Data pengamatan persentase tumbuh dapat dilihat pada Lampiran 1 – 2. Dari Lampiran 2 dapat dilihat bahwa perlakuan konsentrasi air kelapa dan varietas serta interaksi konsentrasi air kelapa dengan varietas belum berpengaruh nyata terhadap persentase tumbuh. Tabel 1 menunjukkan persentase tumbuh seluruh unit percobaan adalah 100 %.

Tabel 1. Rataan Persentase Tumbuh dari Perlakuan Konsentrasi Air Kelapa dan Varietas pada Kultur Embrio Kacang Hijau

Perlakuan Varietas Rataan

V1 V2 V3 V4

Keterangan : angka-angka dengan huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama menunjukkan pengaruh yang tidak nyata pada uji jarak Berganda Duncan pada taraf kepercayaan 5%

Tinggi Tanaman (cm)

Data pengamatan tinggi tanaman dan daftar sidik ragam dapat dilihat pada Lampiran 3 - 4. Dari Lampiran 4 dapat dilihat bahwa perlakuan konsentrasi air kelapa dan varietas serta interaksi konsentrasi air kelapa dengan varietas belum berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman.

(37)

Tabel 2. Rataan Tinggi Tanaman dari Perlakuan Konsentrasi Air Kelapa dan Varietas pada Kultur Embrio Kacang Hijau

Konsentrasi Varietas Rataan

V1 V2 V3 V4

Keterangan : angka-angka dengan huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama menunjukkan pengaruh yang tidak nyata pada uji jarak Berganda Duncan pada taraf kepercayaan 5%

Jumlah Akar (Helai)

Data pengamatan jumlah akar dan daftar sidik ragam dapat dilihat pada Lampiran 5 – 6. Dari Lampiran 6 dilihat bahwa perlakuan konsentrasi air kelapa dan varietas serta interaksi konsentrasi air kelapa dengan varietas berpengaruh nyata terhadap jumlah akar.

Rataan jumlah akar pada perlakuan konsentrasi air kelapa dan varietas dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Rataan Jumlah Akar dari Perlakuan Konsentrasi Air Kelapa dan Varietas pada Kultur Embrio Kacang Hijau

Konsentrasi Varietas Rataan

V1 V2 V3 V4

Keterangan : angka-angka dengan huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama menunjukkan pengaruh yang tidak nyata pada uji jarak Berganda Duncan dengan taraf kepercayaan 5%

Pada Tabel 3 yaitu pada perlakuan konsentrasi air kelapa terlihat bahwa jumlah akar tertinggi dijumpai pada perlakuan K3 (3,98 helai) dan terendah terdapat pada perlakuan K0 (3,34 helai). Pengaruh perlakuan konsentrasi air kelapa terhadap jumlah akar dapat dilihat pada Gambar 1.

(38)

y = 0,002x + 3,427

Gambar 1. Hubungan antara Jumlah Akar dengan Perlakuan Konsentrasi Air Kelapa

Gambar 1 memperlihatkan hubungan antara jumlah akar dengan konsen-trasi air kelapa dalam bentuk linier positif yakni semakin tinggi konsenkonsen-trasi air kelapa semakin meningkat jumlah akar.

(39)

0

Gambar 2. Histogram Rataan Jumlah Akar dari Setiap Varietas Kacang Hijau

Interaksi konsentrasi air kelapa dengan varietas terhadap jumlah akar tertinggi terdapat pada K1V3 (4,30 helai) dan yang terendah terdapat pada perlakuan K1V2 (3,24 helai). Histogram pengaruh interaksi antara konsentrasi air kelapa dengan varietas kacang hijau terhadap jumlah akar dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Histogram Pengaruh Interaksi antara Konsentrasi Air Kelapa dengan Varietas Kacang Hijau terhadap Jumlah Akar

(40)

Berat Akar (gram)

Data pengamatan berat akar dan daftar sidik ragam dapat dilihat pada Lampiran 9 – 10. Dari Lampiran 10 dilihat bahwa perlakuan konsentrasi air kelapa dan varietas serta interaksi konsentrasi air kelapa dengan varietas berpengaruh nyata terhadap berat akar.

Rataan berat akar pada perlakuan konsentrasi air kelapa dan varietas dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Rataan Berat Akar dari Perlakuan Konsentrasi Air Kelapa dan Varietas pada Kultur Embrio Kacang Hijau

Konsentrasi Varietas Rataan

V1 V2 V3 V4

K0 0,91 i 0,92 i 0,91 i 0,93 i 0,92 d

K1 1,46 f 1,86 d 1,68 e 1,42 f 1,60 c

K2 1,22 h 1,85 d 1,90 d 2,39 a 1,84 b

K3 1,50 f 1,89 d 2,05 c 2,16 b 1,90 a

Rataan 1,27 d 1,63 c 1,64 b 1,73 a

Keterangan : angka-angka dengan huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama menunjukkan pengaruh yang tidak nyata pada uji Jarak Berganda Duncan dengan taraf kepercayaan 5%

(41)

y = 0,0032x + 1,088

Gambar 4. Hubungan antara Berat Akar dengan Perlakuan Konsentrasi Air Kelapa

Gambar 4 memperlihatkan hubungan antara berat akar dengan konsen-trasi air kelapa dalam bentuk linier positif yakni semakin tinggi konsenkonsen-trasi air kelapa semakin meningkat berat akar.

Pada perlakuan varietas berat akar tertinggi terdapat pada varietas V4 (1,73 g) dan terendah terdapat pada varietas V1 (1,27 g). Histogram rataan berat akar dari setiap varietas kacang hijau dapat dilihat pada Gambar 5.

0

Gambar 5. Histogram Rataan Berat Akar dari Setiap Varietas Kacang Hijau

(42)

Interaksi konsentrasi air kelapa dengan varietas terhadap berat akar terting-gi terdapat pada K2V4 (2,39 g) dan yang terendah terdapat pada perlakuan K0V1 dan K0V3 (0,,91 g). Histogram pengaruh interaksi antara konsentrasi air kelapa dengan varietas kacang hijau terhadap berat akar dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Histogram Pengaruh Interaksi antara Konsentrasi Kelapa dengan Varietas Kacang Hijau terhadap Berat Akar

Jumlah Daun (Helai)

Data pengamatan jumlah daun dan daftar sidik ragam dapat dilihat pada Lampiran 7 - 8. Dari Lampiran 8 dilihat bahwa perlakuan varietas berpengaruh nyata terhadap jumlah daun, sedangkan perlakuan konsentrasi air kelapa dan interaksi konsentrasi air kelapa dengan varietas belum berpengaruh nyata terhadap jumlah daun.

Rataan jumlah daun pada perlakuan konsentrasi air kelapa dan varietas da-pat dilihat pada Tabel 5.

(43)

Konsentrasi Varietas Rataan

Keterangan : angka-angka dengan huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama menunjukkan pengaruh yang tidak nyata pada uji Jarak Berganda Duncan dengan taraf kepercayaan 5%

Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa jumlah daun tertinggi terdapat pada varietas V4 (1,60 helai) dan terendah terdapat pada varietas V2 (1,49 helai).

Histogram rataan jumlah daun dari setiap varietas kacang hijau dapat dili-

Gambar 7. Histogram Rataan Jumlah Daun dari Setiap Varietas Kacang Hijau

Berat Total Planlet (gram)

Data pengamatan berat total planlet dan daftar sidik ragam dapat dilihat pada Lampiran 11 – 12. Dari Lampiran 12 dilihat bahwa perlakuan konsentrasi air kelapa dan varietas serta interaksi konsentrasi air kelapa dengan varietas ber-pengaruh nyata terhadap berat total planlet.

(44)

Rataan berat total planlet pada perlakuan konsentrasi air kelapa dan varie-tas dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Rataan Berat Total Planlet dari Perlakuan Konsentrasi Air Kelapa dan Varietas pada Kultur Embrio Kacang Hijau

Konsentrasi Varietas Rataan

V1 V2 V3 V4

Keterangan : angka-angka dengan huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama menunjukkan pengaruh yang tidak nyata pada uji Jarak Berganda Duncan dengan taraf kepercayaan 5%

Dari Tabel 6 terlihat pada perlakuan konsentrasi air kelapa berat total planlet tertinggi terdapat pada perlakuan K3 (3,59 g) dan terendah pada perlakuan K0 (1,72 g). Pengaruh perlakuan konsentrasi air kelapa terhadap berat total planlet dapat dilihat pada Gambar 8.

y = 0,0066x + 1,884

Gambar 8. Hubungan antara Berat Total Planlet dengan Perlakuan Konsentrasi Air Kelapa

(45)

rat total planlet dari setiap varietas kacang hijau dapat dilihat pada Gambar 9

V1 V2 Varietas V3 V4

B

Gambar 9. Histogram Rataan Berat Total Planlet dari Setiap Varietas Kacang Hijau

Interaksi konsentrasi air kelapa dengan varietas terhadap berat total planlet tertinggi terdapat pada K2V4 (5,34 g) dan terendah terdapat pada perla-kuan K0V1 (0,99 g). Histogram pengaruh interaksi antara konsentrasi air kelapa dengan varietas kacang hijau terhadap berat total planlet dapat dilihat pada Gambar 10.

(46)

0

Gambar 10. Histogram Pengaruh Interaksi antara Konsentrasi Air Kelapa dengan Varietas Kacang Hijau terhadap Berat Total Planlet

Jumlah Klorofil

Data pengamatan jumlah klorofil dan daftar sidik ragam dapat dilihat pada Lampiran 13 – 14. Dari Lampiran 14 dilihat bahwa perlakuan varietas dan interaksi berpengaruh nyata terhadap jumlah klorofil; sedangkan perlakuan air kelapa belum berpengaruh nyata terhadap jumlah klorofil.

Rataan jumlah klorofil pada perlakuan konsentrasi air kelapa dan varietas dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Rataan Jumlah Klorofil dari Perlakuan Konsentrasi Air Kelapa dan Varietas pada Kultur Embrio Kacang Hijau

Konsentrasi Varietas Rataan

V1 V2 V3 V4

(47)

Dari Tabel 7 yaitu pada perlakuan konsentrasi air kelapa terlihat bahwa jumlah klorofil tertinggi terdapat pada perlakuan K3 (27,44) dan terendah terdapat pada perlakuan K1 (23,35). Pengaruh perlakuan konsentrasi air kelapa terhadap jumlah klorofil dapat dilihat pada Gambar 11.

y = 0,0123x + 23,809

Gambar 11. Hubungan antara Jumlah Klorofil dengan Perlakuan Konsentrasi Air Kelapa

Interaksi konsentrasi air kelapa dengan varietas terhadap jumlah klorofil tertinggi terdapat pada K3V4 (34,37) dan terendah terdapat pada perlakuan K1V1 (14,97). Histogram pengaruh interaksi antara konsentrasi air kelapa dengan varietas kacang hijau terhadap jumlah klorofil dapat dilihat pada Gambar 12.

(48)

0

Gambar 12. Histogram Pengaruh Interaksi antara Konsentrasi Air Kelapa dengan Varietas Kacang Hijau terhadap Jumlah Klorofil

Pembahasan

Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan teknik kultur jaringan antara lain sumber tanaman yang digunakan sebagai eksplan, varietas tanaman, lingkungan tumbuh eksplan, unsur-unsur hara yang diperlukan bagi perkembangan eksplan, pelaksanaan kerja dan faktor lainnya.

Pengaruh Konsentrasi Air Kelapa terhadap Pertumbuhan Kultur Embrio Kacang Hijau

Dari hasil analisis data secara statistik menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi air kelapa berpengaruh nyata terhadap: jumlah akar, jumlah daun, berat akar, dan berat total planlet, sedangkan terhadap parameter persentase tumbuh, tinggi tanaman, dan jumlah klorofil belum berpengaruh nyata.

(49)

juga mengandung zeatin yang merupakan kelompok sitokinin. Sitokinin mempu-nyai kemampuan dalam merangsang pembelahan sel dan diferensiasi terutama dalam hal pembentukan pucuk daun sedangkan auksin merangsang pembentukan akar. Jumlah akar terendah terdapat pada konsentrasi (K0) 0 ml/l (3,34 helai). Diduga karena tidak terdapat auksin dan sitokinin akar yang mampu tumbuh tetapi jumlahnya relatif sedikit. Santoso dan Nursandi (2001) mengemukakan penambahan sitokinin dalam jumlah yang banyak dapat mengakibatkan batang tanaman bertambah besar, daun kecil dan pucat. George dan Sherrington (1995) mengemukan pengaruh sterilisasi yang menggunakan tekanan dan suhu tinggi dalam penelitian ini mengakibatkan auksin yang terkandung dalam air kelapa menjadi rusak sehingga yang terlihat hanya pengaruh sitokinin.

Jumlah daun tertinggi terdapat pada perlakuan konsentrasi (K2) 200 ml/l dan (K3) 300 ml/l (1,63 helai), diduga karena air kelapa disamping mengandung auksin dan giberelin juga mengandung zeatin yang merupakan kelompok sitokinin. Sitokinin mempunyai kemampuan dalam merangsang pembelahan sel dan diferensiasi terutama dalam hal pembentukan pucuk daun sedangkan auksin merangsang pembentukan akar. Jumlah daun terendah terdapat pada konsentrasi (K0) 0 ml/l (1,31 helai). Hal ini berarti tidak ada zat pengatur tumbuh yang terdapat didalam media sehingga daun tumbuh dengan jumlah sedikit. Menurut Davies (1987) pengaruh auksin dan hormon tumbuh lainnya dalam mengatur pertumbuhan atau pembentukan daun belum diketahui dengan jelas, sedangkan kerja atau peranan sitokinin sendiri belum dimengerti dan tidak cukup bukti- bukti yang jelas untuk menguatkan hasil dari suatu proses biokimia.

(50)

Berat akar tertinggi dijumpai pada perlakuan (K3) 300 ml/l (1,90 g). Diduga karena sitokinin eksogen yang terkandung didalam air kelapa beserta kandungan sitokinin endogen, dapat menghambat pertumbuhan akar tetapi dilain hal dapat merangsang diameter akar, sehingga mempengaruhi berat akar. Santoso dan Nursandi (2001) mengemukakan penambahan sitokinin dalam jumlah yang banyak dapat mengakibatkan batang tanaman bertambah besar, daun kecil dan pucat. Auksin dalam kultur jaringan berperan dalam merangsang pertumbuhan kalus, pembesaran sel, pertumbuhan akar, dan mengatur morfogenesis.

Berat total planlet tertinggi terdapat pada perlakuan (K3) 300 ml/l (3,59 g) dan terendah terdapat pada perlakuan (K0) 0 ml/l (1,72 g). Berat total planlet ini berhubungan dengan parameter lainnya. Dimana tingginya konsentrasi air kelapa, akan menurunkan berat akar sehingga menurunkan berat total tanaman. Menurut Wattimena (1987) proses-proses pembelahan sel pada sel-sel meristem akan menghambat pemberian sitokinin eksogen. Baik efek yang menghambat maupun efek yang mendorong proses pembelahan sel oleh sitokinin tergantung dari adanya fitohormon lainnya, terutama auksin. Tidak diketahui perbandingan sitokinin dan auksin yang bagaimana yang merangsang atau menghambat proses pembelahan sel.

(51)

Dari hasil uji beda rataan diketahui bahwa perlakuan varietas kacang hijau berbeda nyata terhadap jumlah akar, jumlah akar tertinggi terdapat pada varietas Kenari (V3) yaitu 3,99 helai, varietas Perkutut (V4) yaitu 3,78 helai, varietas Sriti (V1) yaitu 3,72 helai, dan varietas Betet (V2) yaitu 3,43 helai. Diduga adanya perbedaan kemampuan masing-masing varietas untuk merespon pemberian air kelapa terhadap jumlah akar. Gunawan (1988) berpendapat bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kultur embrio yaitu: genotip, hasil perkembangan embrio setelah diisolasi, kondisi tanaman induk, zat hara dalam media, cahaya dan suhu.

Dari hasil uji beda rataan diketahui bahwa perlakuan varietas kacang hijau berbeda nyata terhadap berat akar, berat akar yang tertinggi terdapat pada varietas Perkutut (V4) yaitu 1,73 gram, varietas Kenari (V3) yaitu 1,64 gram, varietas Betet (V2) yaitu 1,63 gram, dan varietas Sriti (V1) 1,27 gram. Diduga adanya perbedaan kemampuan masing-masing varietas untuk merespon pemberian air kelapa terhadap jumlah akar. Gunawan (1988) berpendapat bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kultur embrio yaitu: genotip, hasil perkembangan embrio setelah diisolasi, kondisi tanaman induk, zat hara dalam media, cahaya dan suhu.

Dari hasil uji beda rataan diketahui bahwa perlakuan varietas kacang hijau berbeda nyata terhadap berat total planlet; berat total planlet tertinggi terdapat pada varietas Perkutut (V4) yaitu 3,46 gram, varietas Kenari (V3) yaitu 3,43 gram, varietas Betet (V2) yaitu 2,97 gram, dan varietas Sriti (V1) yaitu 1,63 gram. Diduga adanya perbedaan kemampuan masing-masing varietas untuk merespon pemberian air kelapa terhadap berat total planlet. Gunawan (1988) berpendapat bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kultur embrio yaitu: genotip, hasil

(52)

perkembangan embrio setelah diisolasi, kondisi tanaman induk, zat hara dalam media, cahaya dan suhu.

Dari hasil uji beda rataan diketahui bahwa perlakuan varietas kacang hijau berbeda nyata terhadap jumlah klorofil; jumlah klorofil tertinggi terdapat pada varietas Perkutut (V4) yaitu 28,50 gram, varietas Betet (V2) yaitu 27,02 gram, varietas Kenari (V3) yaitu 25,03 gram, dan varietas Sriti (V1) yaitu 22,09 gram. Diduga adanya perbedaan kemampuan masing-masing varietas untuk merespon pemberian air kelapa terhadap jumlah klorofil. Gunawan (1988) berpendapat bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kultur embrio yaitu: genotip, hasil perkembangan embrio setelah diisolasi, kondisi tanaman induk, zat hara dalam media, cahaya dan suhu.

Pengaruh Interaksi Konsentrasi Air Kelapa dan Varietas Kacang Hijau terhadap Pertumbuhan Kultur Embrio

Hasil analisa data secara statistik menunjukkan bahwa interaksi konsentrasi air kelapa dan varietas kacang hijau berpengaruh nyata terhadap: jumlah akar, berat akar, berat total tanaman, jumlah klorofil. Terhadap jumlah akar diperoleh jumlah akar tertinggi pada perlakuan K1V3 yaitu 4,30 helai dan terendah pada perlakuan K1V2 yaitu 3,24 helai. Setiap varietas (genotip) memiliki respon tertentu terhadap perlakuan konsentrasi air kelapa yang diberikan. George and Sherrington (1995) mengemukakan bahwa sitokinin dalam jumlah yang banyak dapat merangsang pertumbuhan tunas tetapi menekan pertumbuhan tinggi tanaman serta merangsang pertumbuhan akar.

(53)

yang banyak dapat mengakibatkan batang tanaman bertambah besar, daun kecil dan pucat. Auksin dalam kultur jaringan berperan dalam merangsang pertumbuhan kalus, pembesaran sel, pertumbuhan akar, dan mengatur morfogenesis. Gunawan (1988) berpendapat bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kultur embrio yaitu: genotip, hasil perkembangan embrio setelah diisolasi, kondisi tanaman induk, zat hara dalam media, cahaya dan suhu.

Terhadap parameter berat total planlet diperoleh berat total planlet tertinggi pada perlakuan K2V4 (5,34 gram) dan terendah pada perlakuan K0V1 (0,99 gram). Terdapat perbedaan pada masing-masing varietas dalam konsentrasi air kelapa sehingga interaksi K2V4 dinilai memiliki pengaruh yang lebih baik yakni menghasilkan berat total planlet yang lebih tinggi. Santoso dan Nursandi (2001) mengemukakan bahwa penambahan sitokinin dalam jumlah yang banyak dapat mengakibatkan batang tanaman bertambah besar, daun kecil dan pucat. Auksin dalam air kelapa tidak terlihat pengaruhnya dalam penelitian ini.

Hasil analisis data secara statistik dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan yang sangat nyata pada interaksi konsentrasi air kelapa dengan varietas terhadap parameter jumlah klorofil, jumlah klorofil tertinggi terdapat pada K3V4 (34,37) dan terendah terdapat pada perlakuan K1V1 (14,97). Adanya perbedaan pada masing-masing varietas dalam konsentrasi air kelapa sehingga interaksi K3V4 dinilai memiliki pengaruh yang lebih baik dalam junlah klorofil. Wattimena (1987) menyatakan bahwa sitokinin memperlambat proses penghancuran butir-butir klorofil pada daun-daun yang terlepas dari tanaman (detached leave), tetapi sitokinin mengaktifkan beberapa proses metabolisme pada tempat pemberian sitokinin itu dan menghambat perombakan dari butir-butir klorofil dan protein.

(54)

Kesimpulan

1. Konsentrasi air kelapa berpengaruh nyata dalam kultur embrio kacang hijau antara lain: mampu meningkatkan jumlah akar, jumlah daun, berat akar dan berat total planlet. Konsentrasi air kelapa terbaik adalah 30 %. 2. Varietas berbeda nyata dalam kultur embrio kacang hijau antara lain

terhadap: jumlah akar, berat akar , berat total planlet dan jumlah klorofil.Varietas terbaik adalah varietas perkutut.

3. Interaksi konsentrasi air kelapa dengan varietas kacang hijau berpengaruh nyata dalam kultur embrio kacang hijau antara lain terhadap: jumlah akar, berat akar, berat total tanaman, jumlah klorofil. Perlakuan terbaik adalah K2V4 (20 %, Perkutut).

Saran

• Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan konsentrasi

air kelapa yang lebih tinggi dengan kisaran konsentrasi lebih optimum untuk mendapatkan konsentrasi yang sesuai lagi.

• Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan varietas

(55)

DAFTAR PUSTAKA

Andrianto, T. T. dan N. Indarto, 2004. Budidaya dan Analisis Usaha Tani Kedelai, Kacang Hijau, Kacang Panjang. Absolut, Yogyakarta.

Davies, P. J. 1987. The Plant Hormones : Their Nature, Occurrence, and Function. Pp 1-11. In P. J. Davies (ed.) 1987. Plant Hormones and Their Role in Plant Growth and Development. Martinus Nijhoff Publisshers.

Gamborg, O. L., and J. P. Shyluk. 1981. Nutrition media and characteristics of plant cell and tissue cultures. p. 21-24. in T. A. Thorpe (Ed.). Plant Tissue Culture Methods and Aplication For Agriculture. Academic Press, New York.

George, E. F.and P. D. Sherrington, 1995. Plant Propagation By Tissue Culture : Hanbook and Directory of Camercial Laboratotiris. Exegetics Ltd, Eversley, Basingtoke, Hants, England. pp 236-240.

Gomez,A. A dan Gomez, A. K., 1995. Prosedur Statistik untuk Penelitian Pertanian. Edisi Kedua. Penerbit Universitas Indonesia.

Gunawan, L. W,. 1988. Teknik kultur Jaringan Institut Pertanian Bogor. _____________. 1995. Teknik kultur Jaringan Institut Pertanian Bogor.

Hendaryono, D. P. S dan A. Wijayani, 1994. Teknik Kultur Jaringan, Pengenalan dan Petunjuk Perbanyakan Tanaman Secara vegetatif-Modern. Kanisius, Yogyakarta.

an%20Organik%20Kompleks.htm#Juice, 2008. Persenyawaan OOrganik Kompleks Alami. Diakses pada hari kamis, tanggal 17 juli 2008. 1 hlmn.

Suspensi/VII2%20Prosedur%20Produksi%20Senyawa%20Metabolik%20 Sekunder%20Melalu%20Kultur%20Jaringan.htm 2008. Prosedur Produksi Senyawa Metabolik Sekunder Melalui Kultur Jaringan. Diakses pada hari kamis, tanggal 17 juli 2008. 1 hlmn.

(56)

http://www.iel,ipb.ac.id/sac/hibah/2003/sf tumbuhan/ZPT.html, 2008. Peranan Zat Diakses pada hari kamis, tanggal 17 juli 2008. 1 hlmn Pengatur Tumbuh (ZPT) Dalam Pertumbuhan Perkembangan Tumbuhan.

Katuuk, J. P. R. 1989. Teknik Kultur Jeringan dalam Miropropagasi Tanaman. Departemen P dan K. Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan. Yakarta.

Purwono dan R. Hartono, 2005. Kacang Hijau. Penebar Swadaya, Jakarta. Santoso, U. dan F. Nursandi, 2001. Kultur Jaringan Tanaman. Penerbit UMM,

Malang.

Sastrosupardi, A., 2004. Rancangan Percobaan Praktis Bidang Pertanian. Kanisius. Yogyakarta.

Supeno, A. dan Sujudi. 2004. Teknik Pengujian Adaptasi Galur Harapan Kacang Hijau di Lahan Sawah. Buletin Teknik Pertanian Vol. 9 Nomor 1, 2004. Available at [25 Agustus 2007].

Tjitrosoepomo, G., 1989. Taksonomi Tumbuhan (Spermatophyta). Gadjah Mada University-Press.Yogyakarta.

Wattimena, G. A. 1987. Zat Pengatur Tumbuh Tanaman. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

(57)

Lampiran 1. Deskripsi Kacang Hijau

Varietas Sriti Betet

Nomor Induk Mb 2385.

Nomor Galur MLG 944

Asal Hasil seleksi galur dari varietas introduksi asal AVRDC, Taiwan

Hasil persilangan dari Mb 129 X Siwalik.

Umur (hari)

Mulai berbunga 35

Polong matang 58 – 60.

Tipe Tumbuh Tegak,determinate Tegak, determinate. Tinggi Tanaman (cm) 40-60 45

Periode berbunga Serempak Serempak.

Biji

Posisi Polong Terkulai Di atas mahkota daun.

Kadar (%)

Protein 19.5 22,9.

Lemak 1

Potensi Hasil

Rata-rata Hasil 1.58 ton/ha biji kering 1,47 ton/ha biji kering. Ketahanan terhadap

penyakit

Tahan terhadap penyakit embun tepung dan bercak daun

Cukup tahan terhadap kudis(Scab),tidak tahan terhadap bercak daun Cercospora dan tepung putih.

Tahun dilepas 3-Nov-92 29 November 1983. No. SK Pelepasan 613/Kpts/TP.240/11/1992 TP. 240/Kpts/11/1983

Keterangan Beradaptasi pada keadaan kering polong tua tidak mudah pecah dan mudah lunak saat direbus

Sumber : BALITKABI, Malang.

(58)

Varietas Kenari Perkutut

Nomor Induk CR 479-13-4-2 B Mb 2385.

Nomor Galur VC 2750.

Asal Introduksi dari AVRDC, Taiwan, 1987, hasil silang tunggal VC 1178B x VC 1624

Introduksi dari AVRDC Taiwan, tahun 1984 diseleksi di Balitkabi.

Mulai berbunga 35 hari (50%) 36 Polong matang 60-65 60

Tipe Tumbuh Tegak,determinate Tegak, determinate. Tinggi Tanaman (cm) 55 65 Periode berbunga Serempak Serempak.

Biji

Warna Hijau mengkilat Hijau mengkilat. Bobot 1000 biji (gr) penyakit bercak daun dan toleran penyakit karat

Agak tahan terhadap bercak daun dan tahan terhadap penyakit embun tepung.

Tahun dilepas 4-Nov-98 8 Februari 2002

No. SK Pelepasan 877/Kpts/TP.240/11/1998 125/Kpts/TP.240/2/2002

Keterangan

(59)
(60)

Lampiran 3. Jadwal Kegiatan

No Kegiatan Minggu

1 2 3 4 5 6

1 Sterilisasi x

2 Pembuatan Media x

3 Persiapan Bahan x

4 Penanaman Eksplan x

5 Pemeliharaan Eksplan x x x x 6 Pengamatan Parameter Persentase Tumbuh (%) x

Tinggi Tanaman (cm) x

Jumlah Akar (helai) x

Jumlah Daun (helai) x

Berat Akar (g) x

(61)

Lampiran 4. Komposisi Media Dasar MS

Asam nikotinat 0,5

Glisin 2,0

Mio-inositol 100

Sukrosa 30.000

Agar 8.000

Sumber : Yusnita (2003).

(62)

Lampiran 5. Senyawa-senyawa yang telah diidentifikasikan Sebagai Komponen-komponen Air Kelapa

Senyawa Nomor referensi senyawa

Nomor

Serin, r-aminobutirat, ) Asam pantotenat, )

Asparagin, Glycin, ) biotin, riboflavin, ) 4

Dihidroksifenilalanin Zeatin ribosida 18,23

diketahui ) RNA-polimerase 21

Gula Urasil, adenin, 19

Sukrosa, Glukosa 12 Filokosin 14

Fruktosa 12, 1 Asam fosfatase 9

(63)

Lampiran 15. Rangkuman Uji Beda Rataan Perlakuan Konsentrasi Air Kelapa dan Varietas Kacang Hijau terhadap Persentase tumbuh (PT), Tinggi Tanaman (TT), Jumlah Akar (JA), Jumlah Daun (JD), Berat Akar (BA), Berat Total Planlet (BTP), Jumlah Klorofil (JK).

Perlakuan PT TT JA BA JD BTP JK

Keterangan : angka-angka dengan huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama menunjukkan pengaruh yang tidak nyata pada uji jarak Duncan pada taraf kepercayaan 5%

(64)

Lampiran 7. Data Pengamatan Persentase Tumbuh (%)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

Lampiran 8. Daftar Sidik Ragam Persentase Tumbuh

(65)

Lampiran 9. Data Pengamatan Tinggi Tanaman (cm)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

Lampiran 10. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman

(66)

Lampiran 11. Data Pengamatan Jumlah Akar (helai)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

Lampiran 12. Daftar Sidik Ragam Jumlah Akar

(67)

Lampiran 13. Data Pengamatan Jumlah Daun (helai)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

Lampiran 14. Daftar Sidik ragam Jumlah Daun

(68)

Lampiran 15. Data Pengamatan Berat Akar (g)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

Lampiran 16. Daftar Sidik Ragam Berat Akar

(69)

Lampiran 17. Data Pengamatan Berat Total Planlet (g)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

Lampiar 18. Daftar Sidik Ragam Berat Total Planlet

(70)

Lampiran 19. Data Pengamatan Jumlah Klorofil

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

Lampiran 20. Daftar Sidik Ragam Jumlah Klorofil

(71)

Lampiran 21. Foto Tanaman Kacang Hijau pada Setiap Kombinasi Perlakuan Air Kelapa

Keterangan :

K0 : Tanpa Pemberian Air Kelapa K1 : 100 ml/L liter Media Air Kelapa K2 : 200 ml/L liter Media ir Kelapa K3 : 300 ml/L liter Media Air Kelapa V1 : Sriti

V2 : Betet V3 : Kenari V4 : Perkutut

(72)

Lampiran 22. Foto Tanaman Kacang Hijau pada Perlakuan K2V4

Keterangan :

(73)

Lampiran 23. Foto Kacang Hijau pada Perlakuan Konsentrasi K3 (300 ml/L liter Media Air Kelapa)

Gambar

Tabel 1. Rataan Persentase Tumbuh dari Perlakuan Konsentrasi Air Kelapa dan Varietas pada Kultur Embrio Kacang Hijau
Gambar 1. Hubungan antara Jumlah Akar dengan Perlakuan Konsentrasi Air Kelapa
Gambar 2. Histogram  Rataan Jumlah Akar dari Setiap Varietas  Kacang Hijau
Gambar 4. Hubungan antara Berat Akar dengan Perlakuan  Konsentrasi Air Kelapa
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil analisa data secara statistik menunjukkan bahwa pada perbedaan varietas, memberikan pengaruh yang nyata terhadap jumlah bunga pertanaman, dan tidak berpengaruh nyata

Hasil penelitian menunjukkan bahwa varietas kacang hijau (V) memberikan pengaruh sangat nyata terhadap variabel yang diamati, beberapa diantaranya terhadap tinggi

Berdasarkan hasil penelitian Nuhayati (2008), penyiraman ekstrak kulit kacang hijau dan air cucian beras (leri) memberikan pengaruh yang berbeda terhadap

Perlakuan kolkisin dan lama perendaman benih memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan kacang hijau yaitu bahwa tanaman lebih tinggi, jumlah polong

Perbedaan penambahan konsentrasi maltodekstrin dan tween 80 pada proses pembuatan minuman serbuk kacang hijau (Phaseolus radiatus L) diduga berpengaruh nyata

Hasil penelitian menunjukkan bahwa embrio hasil persilangan antara kacang hijau dan kacang hitam dapat berkecambah pada semua media yang diguna- kan, baik media yang sederhana

Berdasarkan hal tersebut penelitian ini bertujuan mengetahui bagaimana air dapat mempengaruhi pertumbuhan pada kacang hijau serta proses yang terjadi pada pertumbuhan biji kacang hijau

Hasil perhitungan terhadap komponen pertumbuhan dan produksi menunjukkan bahwa minimal terdapat satu perlakuan yang memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kacang