STUDI KARAKTER BEBERAPA VARIETAS TANAMAN KACANG
HIJAU (Phaseolus radiatus L.) TURUNAN KELIMA
SKRIPSI
OLEH :
HALIMUDDIN PANDIANGAN 040307010
BDP / PET
DEPARTEMEN BUDI DAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
STUDI KARAKTER BEBERAPA VARIETAS TANAMAN KACANG
HIJAU (Phaseolus radiatus L.) TURUNAN KELIMA
SKRIPSI
OLEH :
HALIMUDDIN PANDIANGAN 040307010
BDP / PET
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian, Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara, Medan
Disetujui Oleh: Disetujui Oleh :
(Ir. Hot Setiado MS, PhD.) (Ir. Emmy H. Kardhinata, MSc. Ketua Dosen Pembimbing Anggota Dosen Pembimbing
)
NIP : 131570477 NIP : 132149453
DEPARTEMEN BUDI DAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
ABSTRACT
The aim this research is to study the characteristic F5 introducing varieties of mung bean. The varieties wich examined consist of varieties, namely Betet,Parkit, Perkutut, Kenari, Sriti, and Murai. The parameter observed those are high of plant, number of branch, age flowering, age harvesting, number of pod/stalk, number of mature plant, number of immature plant, leght of pod, number of seed/pod, weight 100 seed/plant, weight of seed/plant, time filling and pest attack with visual observation. From result the research, for the result components that the varieties were significant to high of plant, age flowering, age harvesting, leght of pod, number of seed/pod and weight 100 seeds. The genetics variability that has the very high value in parameter the number of immature plant, the genetics variability that has high value in parameter number of branch, the genetics variability that has medium value in paramater high of plant, number of pod/stalk, leght of pod, number of seed/pod, number of mature plant, weight 100 seed and the other parameters were low. The heritability that has the high value in parameters high of plant. The heritability that has medium value in parameter number of branch, age flowering, age harvesting, number of pod/ stalk, leght of pod, number of seeds pod/plant, and weight 100 seed/plant but the other parameter have heritability low. The average progress of genetic that has the very high value in parameter number of immature plant. The average progress of genetic that has high value in parameter high of plant, number of branch, leght of pod, weight 100 seed. The average progress of genetic that has a medium value in parameter number of seed/pod but the other parameter were low. The result of progeny test showed that the characteristics of F1 were siginificant with F5, characteristics of F2 were significant with F5, characteristics of F3 were significant with F5, but the characteristics of F4 were not significant with F5 and it’s characteristics were almost looking like with characteristics of F5. The influence of genetic and environment were very cause to change of which happened at every character at the plant.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik F5 dari beberapa varietas introduksi tanaman kacang hijau. Varietas yang di uji terdiri dari 6 varietas yaitu varietas Betet, Parkit, Perkutut, Kenari, Sriti dan Murai. Parameter yang diamati meliputi tinggi tanaman, jumlah cabang, umur berbunga, umur panen, jumlah polong/tangkai, panjang polong, jumlah biji/polong, jumlah biji yang masak/ tanaman, jumlah biji yang belum masak/ tanaman, bobot biji/ tanaman dan bobot 100 biji serta warna bunga, warna biji, waktu pembentukan polong dan serangan hama yang diamati secara visual. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa varietas berbeda nyata terhadap tinggi tanaman, umur mulai berbunga, umur panen, panjang polong, jumlah biji/polong, bobot 100 biji. Variabilitas genetik sangat tinggi pada parameter jumlah polong yang belum masak/tanaman, variabilitas genetik tinggi pada parameter jumlah cabang, Variabilitas genetik sedang yaitu pada parameter tinggi tanaman, jumlah polong per tangkai, panjang polong, jumlah biji/polong, jumlah polong yang masak/tanaman, bobot 100 biji, dan parameter yang lainnya rendah. Heritabilitas yang tinggi yaitu pada parameter tinggi tanaman, heritabilitas sedang yaitu pada parameter jumlah cabang, umur mulai berbunga, umur panen, jumlah polong yang belum masak/tanaman, panjang polong, jumlah biji/polong, bobot 100 biji, dan pada parameter lainnya rendah. Kemajuan genetik sangat tinggi yaitu pada parameter jumlah polong yang belum masak/tanaman. Kemajuan genetik tinggi terdapat pada parameter tinggi tanaman, jumlah cabang, panjang polong, dan bobot 100 biji. Kemajuan genetik sedang yaitu pada parameter jumlah biji/polong dan pada parameter lainnya rendah. Dari hasil uji keturunan diperoleh bahwa karakteristik F1 berbeda nyata dengan F5 , F2 berbeda nyata dengan F5 , F3 berbeda nyata dengan F5, namun dengan F4 tidak berbeda nyata dan hampir sama dengan F5. Pengaruh dari genetik dan lingkungan sangat berperan dalam perubahan yang terjadi pada setiap karakter dari tanaman.
RIWAYAT HIDUP
Halimuddin Pandiangan, dilahirkan pada tanggal 11 Desember 1986 di
Pematangsiantar yang merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara, putra dari ayahanda Drs. B. Pandiangan dan ibunda N. br Saragih.
Tahun 2004 penulis lulus dari SMU Negeri 2 Pematangsiantar, pada tahun 2004 penulis terdaftar sebagai mahasiswa di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa
Baru (SPMB) dan memilih Departemen Budidaya Pertanian Program Studi Pemuliaan Tanaman.
Selama mengikuti perkuliahan, Penulis mengikuti kegiatan organisasi Himpunan Mahasiswa Jurusan Budidaya Pertanian (HIMADITA) sebagai anggota. Penulis pernah menjabat sebagai Asisten Laboratorium di Laboratorium Pengantar Pemuliaan Tanaman, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan pada periode 2006 - 2007 dan 2007 - 2008.
DAFTAR TABEL
Hal
1. Nilai Kuadrat Tengah Bagi Analisis RAK ... 18
2. Warna Bunga, Waktu Pembentukan Polong, Warna Biji dan Persentase Serangan Hama ... 25
3. Rataan Tinggi Tanaman (cm) 5 MST, 6 MST dan 8 MST pada beberapa Varietas Tanaman Kacang HIjau ... 26
4. Rataan Jumlah Cabang (cabang) 5 MST, 6 MSt dan 8 MST pada beberapa Varietas Tanaman Kacang Hijau ... 26
5. Rataan Umur Berbunga (hari) pada Beberapa Varietas Tanaman Kacang hijau ... 27
6. Rataan Umur Panen (hari) pada Beberapa Varietas Tanaman Kacang Hijau ... 27
7. Rataan Jumlah Polong/Tangkai (buah) pada Beberapa Varietas Tanaman Kacang Hijau ... 28
8. Rataan Jumlah Polong yang Masak/Tanaman (buah) ... 29
9. Rataan Jumlah Polong yang belum masak/ Tanaman (buah) ... 29
10.Rataan Panjang Polong (cm) ... 30
11.Ratan Jumlah Biji/Polong (biji) ... 30
12.Rataan Bobot Biji/Tanaman (g) ... 31
13.Rataan Bobot 100 (g) ... 31
14.Variabilitas Genotip ( 2g), Variabilitas Fenotip ( 2p), Koefisien Variabilitas Genotip (KVG), Koefisien Variabilitas Fenotip (KVP) .. 32
15.Nilai Duga Heritabilitas untuk Masing-masing Komponen Hasil ... 33
16.Harapan Kemajuan Genetik (HKG) dan Kemajuan Genetik rata-rata (KGR) ... 34
17.Uji Progenitas F1 dan F5 pada Tinggi Tanaman (cm) ... 35
18.Uji Progenitas F1dan F5 pada Jumlah Cabang (cabang) ... 36
19.Uji Progenitas F1 dan F5 pada Umur Berbunga (hari) ... 37
20.Uji Progenitas F1 dan F5 pada Umur Panen (hari) ... 38
21.Uji Progenitas F1 dan F5 pada Jumlah Polong/Tangkai (buah) ... 39
22.Uji Progenitas F1 dan F5 pada Jumlah Polong yang Masak/ Tanaman ... 40
23.Uji Progenitas F1 dan F5 pada Jumlah Polong yang belum Masak/Tanaman (buah)... 41
24.Uji Progenitas F1 dan F5 pada Panjang Polong (cm) ... 42
25.Uji Progenitas F1 dan F5 pada Jumlah Biji/ Polong ... 43
26.Uji Progenitas F1 dan F5 pada pada Bobot 100 Biji (g) ... 44
27.Uji Progenitas F2 dan F5 pada Tinggi Tanaman (cm) ... 45
28.Uji Progenitas F2 dan F5 pada Jumlah Cabang (cabang)... 46
29.Uji Progenitas F2 dan F5 pada Umur Berbunga (hari) ... 47
30.Uji Progenitas F2 dan F5 pada Umur Panen (hari) ... 48
31.Uji Progenitas F2 dan F5 pada Jumlah Polong/Tangkai (buah) ... 49
32.Uji Progenitas F2 dan F5 pada Jumlah Polong yang Masak/ Tanaman ... 50
34.Uji Progenitas F2 dan F5 pada Panjang Polong (cm) ... 52
35.Uji Progenitas F2 dan F5 pada Jumlah Biji/ Polong ... 53
36.Uji Progenitas F2 dan F5 pada pada Bobot 100 Biji (g) ... 54
37.Uji Progenitas F3 dan F5 pada Tinggi Tanaman (cm) ... 55
38.Uji Progenitas F3 dan F5 pada Jumlah Cabang (cabang)... 56
39.Uji Progenitas F3 dan F5 pada Umur Berbunga (hari) ... 57
40.Uji Progenitas F3 dan F5 pada Umur Panen (hari) ... 58
41.Uji Progenitas F3 dan F5 pada Jumlah Polong/Tangkai (buah) ... 59
42.Uji Progenitas F3 dan F5 pada Jumlah Polong yang Masak/ Tanaman ... 60
43.Uji Progenitas F3 dan F5 pada Jumlah Polong yang belum Masak/Tanaman (buah)... 61
44.Uji Progenitas F3 dan F5 pada Panjang Polong (cm) ... 62
45.Uji Progenitas F3 dan F5 pada Jumlah Biji/ Polong ... 63
46.Uji Progenitas F3 dan F5 pada pada Bobot 100 Biji (g) ... 64
47.Uji Progenitas F4 dan F5 pada Tinggi Tanaman (cm) ... 65
48.Uji Progenitas F4dan F5 pada Jumlah Cabang (cabang) ... 66
49.Uji Progenitas F4 dan F5 pada Umur Berbunga (hari) ... 67
50.Uji Progenitas F4 dan F5 pada Umur Panen (hari) ... 68
51.Uji Progenitas F4 dan F5 pada Jumlah Polong/Tangkai (buah) ... 69
52.Uji Progenitas F4 dan F5 pada Jumlah Polong yang Masak/ Tanaman ... 70
53.Uji Progenitas F4 dan F5 pada Jumlah Polong yang belum Masak/Tanaman (buah)... 71
54.Uji Progenitas F4 dan F5 pada Panjang Polong (cm) ... 72
55.Uji Progenitas F4 dan F5 pada Jumlah Biji/ Polong ... 73
DAFTAR GAMBAR
Hal 1. Diagram Tinggi Tanaman antara F1 dan F5 pada Varietas
Kacang Hijau ... 35 2. Diagram Jumlah Cabang antara F1 dan F5 pada Varietas
Kacang Hijau ... 36 3. Diagram umur Berbunga antara F1 dan F5 pada Varietas
Kacang Hijau ... 37 4. Diagram Umur Panen antara F1 dan F5 pada Varietas
Kacang Hijau ... 38 5. Diagram Jumlah Polong/Tangkai antara F1 dan F5 pada varietas
Kacang Hijau ... 39 6. Diagram Jumlah Polong yang Masak/Tanaman
antara F1 dan F5 pada Varietas Kacang Hijau ... 40 7. Diagram Jumlah Polong yang belum Masak/Tanaman
antara F1 dan F5 pada Varietas Kacang Hijau ... 41 8. Digram Panjang Polong (cm) antara F1 dan F5 pada
Varietas Kacang Hijau ... 42 9. Diagram Jumlah Biji/ Polong antara F1 dan F5 pada
Varietas Kacang Hijau ... 43 10.Diagram Bobot 100 Biji antara F1 dan F5 pada
Varietas Kacang Hijau ... 44 11.Diagram Tinggi Tanaman antara F2 dan F5 pada Varietas
Kacang Hijau ... 45 12.Diagram Jumlah Cabang antara F2 dan F5 pada Varietas
Kacang Hijau ... 46 13.Diagram umur Berbunga antara F2 dan F5 pada Varietas
Kacang Hijau ... 47 14.Diagram Umur Panen antara F2 dan F5 pada Varietas
Kacang Hijau ... 48 15.Diagram Jumlah Polong/Tangkai antara F2 dan F5 pada varietas
Kacang Hijau ... 49 16.Diagram Jumlah Polong yang Masak/ Tanaman
antara F2 dan F5 pada Varietas Kacang Hijau ... 50 17.Diagram Jumlah Polong yang belum Masak/ Tanaman
antara F2 dan F5 pada Varietas Kacang Hijau ... 51 18.Digram Panjang Polong (cm) antara F2 dan F5 pada
Varietas Kacang Hijau ... 52 19.Diagram Jumlah Biji/ Polong antara F2 dan F5 pada
Varietas Kacang Hijau ... 53 20.Diagram Bobot 100 Biji antara F2 dan F5 pada
Varietas Kacang Hijau ... 54 21.Diagram Tinggi Tanaman antara F3 dan F5 pada Varietas
Kacang Hijau ... 56
23.Diagram umur Berbunga antara F3 dan F5 pada Varietas Kacang Hijau ... 57
24.Diagram Umur Panen antara F3 dan F5 pada Varietas Kacang Hijau ... 58
25.Diagram Jumlah Polong/Tangkai antara F3 dan F5 pada varietas Kacang Hijau ... 59
26.Diagram Jumlah Polong yang Masak/ Tanaman antara F3 dan F5 pada Varietas Kacang Hijau ... 60
27.Diagram Jumlah Polong yang belum Masak/ Tanaman antara F3 dan F5 pada Varietas Kacang Hijau ... 61
28.Digram Panjang Polong (cm) antara F3 dan F5 pada Varietas Kacang Hijau ... 62
29.Diagram Jumlah Biji/ Polong antara F3 dan F5 pada Varietas Kacang Hijau ... 63
30.Diagram Bobot 100 Biji antara F3 dan F5 pada Varietas Kacang Hijau ... 64
31.Diagram Tinggi Tanaman antara F4 dan F5 pada Varietas Kacang Hijau ... 65
35.Diagram Jumlah Polong/Tangkai antara F4 dan F5 pada varietas Kacang Hijau ... 69
36.Diagram Jumlah Polong yang Masak/ Tanaman antara F4 dan F5 pada Varietas Kacang Hijau ... 70
37.Diagram Jumlah Polong yang belum Masak/ Tanaman antara F4 dan F5 pada Varietas Kacang Hijau ... 71
38.Digram Panjang Polong (cm) antara F4 dan F5 pada Varietas Kacang Hijau ... 72
39.Diagram Jumlah Biji/ Polong antara F4 dan F5 pada Varietas Kacang Hijau ... 73
40.Diagram Bobot 100 Biji antara F4 dan F5 pada Varietas Kacang Hijau ... 74
41.Tinggi Tanaman Masing-masing Varietas F1 hingga F5 ... 117
42.Jumlah Cabang Masing-masing Varietas dari F1 hingga F5 ... 118
43.Umur Mulai Berbunga Masing-masing Varietas dari F1 hingga F5 ... 119
44.Umur Panen Masing-masing Varietas dari F1 hingga F5 ... 120
45.Jumlah Polong/tangkai Masing-masing Varietas dari F1 hingga F5 ... 121
46.Jumlah Polong yang Masak/tanaman Masing-masing Varietas dari F1 hingga F5 ... 122
47.Jumlah Polong yang Belum Masak/tanaman Masing-masing Varietas dari F1 hingga F5 ... 123
48.Panjang Polong Masing-masing Varietas dari F1 hingga F5 ... 124
51.Areal Pertanaman Kacang Hijau ... 127
52.Sosok Tanaman Kacang Hijau Secara Keseluruhan ... 127
53.Tanaman Varietas Betet ... 128
54.Bunga Varietas Betet... 128
55.Polong Varietas Betet ... 128
56.Biji Varietas Betet ... 128
57.Tanaman Varietas Parkit ... 129
58.Bunga Varietas Parkit... 129
59.Polong Varietas Parkit ... 129
60.Biji Varietas Parkit ... 129
61.Tanaman Varietas Perkutut ... 130
62.Bunga Varietas Perkutut ... 130
63.Polong Varietas Perkutut ... 130
64.Biji Varietas Perkutut ... 130
65.Tanaman Varietas Kenari ... 131
66.Bunga Varietas Kenari ... 131
67.Polong Varietas Kenari ... 131
68.Biji Varietas Kenari ... 131
69.Tanaman Varietas Sriti ... 132
70.Bunga Varietas Sriti ... 132
71.Polong Varietas Sriti ... 132
72.Biji Varietas Sriti ... 132
73.Tanaman Varietas Murai ... 133
74.Bunga Varietas Murai ... 133
75.Polong Varietas Murai ... 133
DAFTAR LAMPIRAN
Hal 1. Deskripsi Tanaman Kacang Hijau Varietas Sriti, Kenari,
Murai, Betet, Parkit, dan Perkutut ... 86
2. Bagan Penelitian... 87
3. Jadwal Kegiatan Penelitian ... 89
4. Deskripsi Varietas Betet, Parkit, Perkutut, Kenari, Sriti, dan Murai Hasil Pengamatan di Lapangan (F1) ... 90
5. Deskripsi Varietas Betet, Parkit, Perkutut, Kenari, Sriti, dan Murai Hasil Pengamatan di Lapangan (F2) ... 91
6. Deskripsi Varietas Betet, Parkit, Perkutut, Kenari, Sriti, dan Murai Hasil Pengamatan di Lapangan (F3) ... 92
7. Deskripsi Varietas Betet, Parkit, Perkutut, Kenari, Sriti, dan Murai Hasil Pengamatan di Lapangan (F4) ... 93
8. Deskripsi Varietas Betet, Parkit, Perkutut, Kenari, Sriti, dan Murai Hasil Pengamatan di Lapangan (F5) ... 94
9. Model Sidik Ragam Rancangan Acak Kelompok ... 95
10.Data pengamatan Tinggi Tanaman saat mulai berbunga (5 MST) .... 96
11.Sidik ragam tinggi Tanaman saat mulai berbunga ( 5 MST) ... 96
12.Data Pengamatan Tinggi Tanaman saat Terbentuk Polong (6 MST) . 96 13.Sidik Ragam tinggi Tanaman saat Terbentuk Polong (6 MST) 14.Data Pengamatan Tinggi Tanaman saat Panen ( 8 MST) ... 97
15.Sidik Ragam Tinggi Tanaman saat Panen ( 8 MST) ... 97
16.Data Pengamatan Jumlah Cabang saat mulai Berbunga (5 MST) ... 98
17.Data Transformasi Y ‘ = Jumlah Cabang Saat Mulai Berbunga (5MST) ... 98
18.Sidik ragam Jumlah Cabang saat mulai Berbunga (5 MST) ... 98
19.Data Pengamatan Jumlah Cabang saat Terbentuk Polong (6 MST) ... 99
20.Data Transformasi Y ‘ = Jumlah Cabang Saat Terbentuk Polong (MST) ... 99
21.Sidik Ragam Jumlah Cabang saat terbentuk Polong (6MST) ... 99
22.Data Pengamatan Jumlah Cabang saat Panen ( 8 MST) ... 100
23.Data Transformasi Y ‘ = Jumlah Cabang Saat Panen (5MST) ... 100
24.Sidik Ragam Jumlah Cabang saat Panen (8 MST) ... 100
25.Data Pengamatan Umur Mulai Berbunga ... 101
26.Sidik Ragam Umur Mulai Berbunga ... 101
27.Data Pengamatan Umur Panen ... 101
28.Sidik Ragam Umur Panen ... 101
29.Data Pengamatan Jumlah Polong/Tangkai ... 102
30.Sidik Ragam Jumlah Polong/Tangkai ... 102
33.Data Pengamatan Jumlah Polong yang belum Masak/Tanaman ... 103
34.Data Transformasi Y ‘ = Jumlah Polong yang Belum Masak/Tanaman ... 103
35.Sidik Ragam Jumlah Polong yang belum Masak/Tanaman ... 103
36.Data Pengamatan Panjang Polong ... 104
37.Sidik Ragam Panjang Polong... 104
38.Data Pengamatan Jumlah biji/Polong... 104
39.Sidik Ragam Jumlah Biji/Polong ... 104
40.Data Pengamatan Bobot Biji/ Tanaman ... 105
41.Sidik Ragam Bobot Biji/ Tanaman ... 105
42.Data Pengamatan Bobot 100 Biji ... 105
43.Sidik Ragam Bobot 100 Biji ... 105
44.Variabilitas Genotif ( 2g), Variabilitas Fenotif ( 2p), Koefisien Variabilitas Genotif (KVG), Koefisien Variabilitas Fenotif (KVP) Kemajuan Harapan Genetik (HKG) dan Kemajuan Genetik rata-rata (KGR) untuk F1 ... 106
45.Variabilitas Genotif ( 2g), Variabilitas Fenotif ( 2p), Koefisien Variabilitas Genotif (KVG), Koefisien Variabilitas Fenotif (KVP) Kemajuan Harapan Genetik (HKG) dan Kemajuan Genetik rata-rata (KGR) untuk F2 ... 107
46.Variabilitas Genotif ( 2g), Variabilitas Fenotif ( 2p), Koefisien Variabilitas Genotif (KVG), Koefisien Variabilitas Fenotif (KVP) Kemajuan Harapan Genetik (HKG) dan Kemajuan Genetik rata-rata (KGR) untuk F3 ... 108
47.Variabilitas Genotif ( 2g), Variabilitas Fenotif ( 2p), Koefisien Variabilitas Genotif (KVG), Koefisien Variabilitas Fenotif (KVP) Kemajuan Harapan Genetik (HKG) dan Kemajuan Genetik rata-rata (KGR) untuk F4 ... 109
48.Variabilitas Genotif ( 2g), Variabilitas Fenotif ( 2p), Koefisien Variabilitas Genotif (KVG), Koefisien Variabilitas Fenotif (KVP) Kemajuan Harapan Genetik (HKG) dan Kemajuan Genetik rata-rata (KGR) untuk F5 ... 110
49.Rangkuman Uji Beda Rataan pada beberapa Varietas Tanaman Kacang Hijau F1 ... 111
50.Rangkuman Uji Beda Rataan pada Beberapa Varietas Tanaman Kacang Hijau F2 ... 112
51.Rangkuman Uji Beda Rataan pada Beberapa Varietas Tanaman Kacang Hijau F3 ... 113
52.Rangkuman Uji Beda Rataan pada Beberapa Varietas Tanaman Kacang Hijau F4 ... 114
53.Rangkuman Uji Beda Rataan pada Beberapa Varietas Tanaman Kacang Hijau F4 ... 115
54.Perbandingan antara F1, F2, F3, F4 dan F5 ... 116
55.Rangkuman Grafik dari F1 - F5 untuk masing-masing parameter ... 117
56.Areal Pertanaman dan Sosok Tanaman Kacang Hijau secara Keseluruhan ... 127
DAFTAR ISI
Heritabilitas ... 12
Kemajuan Genetik ... 14
Uji progenitas ... 15
BAHAN DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ... 16
Bahan dan Alat ... 16
Metode Penelitian ... 16
PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan Lahan ... 20
Penyiapan Media Tanam ... 20
Persiapan Benih ... 20
Penanaman Benih ... 20
Pemupukan ... 21
Penyulaman ... 21
Penyiangan ... 22
Pengendalian Hama dan Penyakit ... 22
Panen ... 22
Pengamatan Parameter ... 22
Tinggi Tanaman (cm) ... 22
Jumlah Cabang (cabang) ... 22
Umur Mulai Berbunga (hari) ... 23
Umur Panen ... 23
Jumlah polong/Tangkai (buah) ... 23
Jumlah polong yang Masak/Tanaman ... 23
Jumlah Polong yang belum Masak/Tanaman ... 23
Panjang Polong (cm) ... 23
Jumlah Biji/ Polong (biji) ... 23
Bobot Biji/ Tanaman (g) ... 23
Bobot100 Biji (g) ... 24
Waktu Pembentukan Polong (hari) ... 24
Persentase serangan Hama ... 24
Warna Bunga, Warna Biji ... 24
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ... 25
Pembahasan ... 84
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 85
Saran ... 85 DAFTAR PUSTAKA
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kacang hijau merupakan tanaman kacang-kacangan yang banyak dibudidayakan di Indonesia, menempati urutan ketiga setelah kedelai dan kacang tanah. Rata-rata produktivitas kacang hijau mencapai lebih dari 0,91 ton/ha dan dirasakan masih kurang memadai untuk memenuhi kebutuhan nasional. Hal ini karena salah satu kelemahan kacang hijau adalah produktivitas tidak stabil. Disamping itu, petani umumnya membudidayakan kacang hijau secara sambilan. Dilihat dari segi agronomis dan ekonomi, kacang hijau mempunyai beberapa kelebihan, antara lain tahan kekeringan, hama dan penyakit yang menyerang kacang hijau ini relatif sedikit, dapat ditanam pada tanah yang kurang subur, cara budidaya mudah, resiko kegagalan panen relatif kecil, harga jual tinggi dan stabil dan dapat dipanen umur 55 – 60 hari (Supeno dan Sujudi, 2004).
Kacang hijau mempunyai nilai gizi yang cukup baik, mengandung vitamin B1 cukup tinggi dan vitamin A. Kacang hijau yang sudah menjadi kecambah kaya kandungan vitamin E (tokoferol) yang penting sebagai anti oksidan, dalam mencegah penuaan dini, dan anti sterilitas. Kandungan protein kacang hijau mencapai 24%, dengan kandungan asam amino esensial seperti isoleusin, leusin, lisin, metionin, fenilalanin, treonin, triptofan, dan valin. Kacang hijau mengandung karbohidrat sekitar 58%. Kacang hijau mengandung karbohidrat sekitar 58%. Pemanfaatan dari patinya dapat dibuat sebagai tepung bahan berbagai bentuk makanan bayi sampai orang dewasa. Pati kacang hijau terdiri dari amilosa 28,8%, dan amilopektin 71,2%. Kegunaan lain pada tanaman kacang hijau adalah sebagai pupuk hijau dan penutup tanah (Balittan, 2007).
Selain itu, di lapangan juga sering didapati polong yang tidak sempurna. Banyaknya polong dan biji/polong terbentuk ditentukan oleh faktor pembungaan dan lingkungan yang mendukung pada saat pengisian polong. Gangguan selama masa pembungaan akan mengurangi pembentukan polong (Soemaatmadja, 1993).
Dengan mengintroduksi tanaman, disamping menambah species tanaman
di daerah tertentu juga menambah macam plasma nutfah. Dalam program
pertukaran tanaman, introduksi yang merupakan sumber plasma nutfah baru
penting artinya agar diperoleh keragaman yang memungkinkan penukaran ini
lebih berhasil. Introduksi tanaman diutamakan untuk tanaman yang bernilai
ekonomi. Sebagai bahan pemuliaan tanaman atau varietas introduksi dapat
menjadi bahan yang baik untuk lebih meningkatkan keunggulan varietas yang
Varietas atau klon introduksi perlu diuji adaptabilitasnya pada
suatulingkungan untuk mendapatkan genotif unggul pada lingkungan tersebut.
Pada umumnya suatu daerah memiliki kondisi lingkungan yang berbeda terhadap
genotif. Respon genotif terhadap faktor lingkungan ini biasanya terlihat dalam
penampilan fenotipik dari tanaman bersangkutan (Darliah, dkk, 2001).
Perbedaan spesifik dari lingkungan mungkin memberikan efek yang lebih
besar terhadap suatu genotip, akan tetapi tidak terhadap genotip lain. Adanya
interaksi genotip dan lingkungan menunjukkan perbedaan tanggapan
galur/varietas yang diuji dilingkungan yang berbeda (Hasyim, 2006).
Dari hasil pengamatan F1 diperoleh tinggi tanaman berkisar antara 48,50 – 63,75; jumlah cabang berkisar antara 4,25 – 4,87; umur berbunga berkisar antara 33,75 – 36,87; umur panen berkisar antara 55,88 – 58,00; jumlah
polong per tangkai berkisar antara 4,38 – 6,25; jumlah polong yang masak per tanaman berkisar antara 5,60 – 8,87; jumlah polong yang belum masak per tanaman berkisar antara 8,00 – 18,25; panjang polong berkisar antara 9,99 – 12,16; jumlah biji per polong berkisar antara 10,41 – 13,46; bobot 100 biji berkisar antara 6,31 – 7,92 (Sriwahyuni, 2005).
per polong berkisar antara 12,07 – 13.47; bobot 100 biji berkisar antara 6,12 – 7,99 (Sijabat, 2006).
Dari hasil pengamatan F3 diperoleh tinggi tanaman berkisar antara 47,75 – 58,38; jumlah cabang berkisar antara 4,13 – 4,50; umur berbunga berkisar antara 34,38 – 35,88; umur panen berkisar antara 55,25 – 56,63; jumlah polong per tangkai berkisar antara 3,27 – 4,05; jumlah polong yang masak per tanaman berkisar antara 38.25 – 47.00; jumlah polong yang belum masak per tanaman 20.20 – 40.13; panjang polong berkisar antara 9,03 – 9,64; jumlah biji
per polong berkisar antara 10,34 – 10,94; bobot 100 biji berkisar antara 6,56 – 6,96 (Brahmana, 2007).
Dari hasil pengamatan F4 diperoleh tinggi tanaman berkisar antara 39,73 – 59,40; jumlah cabang berkisar antara 3,00 – 4,00; umur berbunga berkisar antara 34,00 – 37,13; umur panen berkisar antara 55,25 – 56,63, jumlah polong per tangkai berkisar antara 2,37 – 3,19; jumlah polong yang masak per tanaman berkisar antara 38.25 – 47.00; jumlah polong yang belum masak per tanaman 2,50 – 17,75; panjang polong berkisar antara 9,36 – 10,42; jumlah biji
per polong berkisar antara 10,93 – 11,95; bobot 100 biji berkisar antara 7,01 – 8,33 (Situmeang, 2007).
Adanya perbedaan respon genotip tanaman terhadap lingkungan menyebabkan timbul perbedaan fenotip pada setiap tanaman, dan dari
penampilan fenotipik suatu tanaman dapat dihitung suatu nilai yang menentukan
Berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian guna mengetahui kelanjutan karakteristik dari beberapa varietas kacang hijau introduksi.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik dari turunan ke lima (F5) beberapa varietas introduksi tanaman kacang hijau.
Hipotesis Penelitian
1. Ada perbedaan karakteristik pada masing-masing varietas introduksi tanaman kacang hijau.
2. Ada perbedaan antara karakteristik antara F1, F2, F3, F4 dan F5 pada masing-masing varietas introduksi tanaman kacang hijau.
Kegunaan Penelitian
1. Sebagai bahan untuk menyusun skripsi yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman
Menurut Tjitrosoepomo (1989) tanaman kacang hijau termasuk suku (famili) Leguminosae. Keduduk an tanaman kacang hijau dalam taksonomi tumbuhan diklasifikasikan sebagai berikut.
Kingdom : Plantae.
Divisi : Spermatophyta. Subdivisi : Angiospermae. Kelas : Dicotyledonae. Ordo : Rosales.
Famili : Leguminosae (Papilionideae). Genus : Phaseolus.
Spesies : Phaseolus radiatus L.
10 – 15 biji. Biji kacang hijau berbentuk bulat. Biji kacang hijau mempunyai bobot hanya sekitar 0,5 – 0,8 mg (Purwono dan Hartono, 2005).
Daunnya terdiri dari tiga helaian (trifoliat) dan letaknya berseling. Tangkai daunnya lebih panjang dari daunnya dengan warna daun hijau muda sampai hijau tua. Bunganya berwarna kuning tersusun dalam tandan, keluar pada cabang serta batang, dan dapat menyerbuk sendiri. Polongnya berbentuk silindris dengan panjang antara 6 - 15 cm dan berbulu pendek. Sewaktu muda berwarna hijau dan
berubah hitam atau coklat ketika tua, dengan isi polong 10 - 15 biji (Andrianto dan Indarto, 2004).
Tanaman kacang hijau berakar tunggang. Sistem perakarannya di bagi menjadi dua, yaitu mesopita dan seropita. Mesopita mempunyai banyak cabang akar pada permukaan tanah dan tipe pertumbuhannya menyebar. Sementara seropita memiliki cabang akar lebih sedikit dan memanjang ke arah bawah (Purwono dan Hartono, 2005).
Syarat Tumbuh
Iklim
Jumlah curah hujan dapat mempengaruhi produksi kacang hijau. Tanaman ini cocok ditanam pada musim kering (kemarau) yang rata-rata curah hujannya rendah. Di daerah yang bercurah hujan tinggi, tanaman kacang hijau mengalami banyak hambatan atau gangguan, misalnya mudah rebah dan mudah terserang penyakit. Produksi kacang hijau musim hujan umumnya lebih rendah daripada produksi musim kemarau (Rukmana, 1997).
dalam rata-rata rentang suhu sekitar 200 - 400C, suhu optimum antara 280 - 300C. Oleh karena itu, tanaman ini dapat tumbuh di musim panas dan musim gugur di daerah hangat, subtropis dan pada ketinggian di bawah 2000 m di daerah tropis. Tanaman ini sangat peka pada kondisi air yang berlebihan, tetapi dapat bertahan terhadap tekanan kekeringan dengan relatif baik, dengan pembatasan periode dari berbunga ke kedewasaan. Kebutuhan air adalah sekitar 200 - 300 mm per musim pertumbuhan
Tanah
Tanaman kacang hijau menghendaki tanah yang tidak terlalu berat. Artinya, tanaman kacang hijau tumbuh dengan baik pada tanah yang tidak terlalu banyak mengandung liat. Tanah dengan kandungan bahan organik tinggi sangat disukai oleh tanaman kacang hijau. Tanah berpasir pun dapat digunakan untuk pertumbuhan tanaman kacang hijau, asalkan kandungan air tanahnya tetap terjaga dengan baik. Adapun jenis tanah yang dianjurkan adalah latosol atau regosol. Jenis tanah tersebut akan lebih baik bila digunakan setelah ditanami tanaman padi terlebih dahulu (Purwono dan Hartono, 2005).
Lahan yang akan ditanami tanaman kacang hijau bisa sawah beririgasi, lahan sawah tadah hujan, lahan kering tegalan, serta lahan pasang surut dan lebak. Lahan kacang hijau prioritas pertama (sawah beririgasi) mempunyai keuntungan lahan lebih produktif, ketersediaan air lebih terjamin, biaya produksi relatif rendah (karena tanpa mengolah tanah secara intensif), terhindar resiko erosi,
Hal yang paling penting diperhatikan dalam pemilihan lokasi kebun kacang hijau adalah tanahnya subur, gembur, banyak mengandung bahan organik (humus), aerasi dan drainasenya baik, serta mempunyai kisaran pH 5,8 – 6,5. Untuk tanah yang ber-pH lebih rendah dari pada 5,8 perlu dilakukan pengapuran atau liming (Rukmana, 1997).
Keragaman Genotip dan Fenotip
Di dalam arti yang sangat terbatas, muncul suatu pertanyaan apakah karakteristik itu dari keturunan atau lingkungan, tidak ada nilainya?. Gen-gen tidak dapat menyebabkan berkembangnya karakter terkecuali mereka berada pada lingkungan yang sesuai, dan sebaliknya tidak ada pengaruhnya terhadap berkembangnya karakteristik dengan mengubah tingkat keadaan lingkungan terkecuali gen yang diperlukan ada. Namun, harus disadari bahwa keragaman yang diamati terhadap sifat-sifat yang terutama disebabkan oleh perbedaan gen yang dibawa oleh individu yang berlainan dan terhadap variabilitas di dalam sifat yang lain, pertama-tama disebabkan oleh perbedaan lingkungan dimana individu berada (Allard, 2005).
Keragaman yang sering ditunjukkan oleh tanaman sering dikaitkan dengan aspek negatif. Hal ini sering tidak diperhatikan oleh peneliti yang menganggap bahwa susunan genetik dari bahan tanaman yang digunakan adalah sama karena berasal dari varietas yang sama. Keragaman penampilan tanaman akibat perbedaan susunan genetik selalu mungkin terjadi sekalipun bahan tanaman yang digunakan berasal dari jenis tanaman yang sama. Jika ada dua jenis tanaman yang sama ditanam pada lingkungan yang berbeda, dan timbul variasi yang sama dari kedua tanaman tersebut maka hal ini dapat disebabkan oleh genetik dari tanaman yang bersangkutan (Sitompul dan Guritno, 1995).
Perbedaan kondisi lingkungan memberikan kemungkinan munculnya variasi yang akan menentukan penampilan akhir dari tanaman tersebut. Bila ada variasi yang timbul atau tampak pada populasi tanaman yang ditanam pada kondisi lingkungan yang sama maka variasi tersebut merupakan variasi atau
perbedaan yang berasal dari genotip individu anggota populasi (Mangoendidjojo, 2003).
respon tidak sejajar dan tidak berpotongan, berarti hanya 1 varietas di lingkungan pertama yang memberikan tanggapan positif dan varietas yang kedua memberikan tanggapan yang berbeda; dan garis tanggapan yang berpotongan, berarti kedua varietas memberikan tanggapan yang berbeda terhadap perubahan lingkungan (Hasyim, 2006).
Variasi yang ditimbulkan ada yang langsung dapat dilihat, misalnya adanya perbedaan warna bunga, daun dan bentuk biji (ada yang berkerut, ada yang tidak), ini disebut variasi sifat yang kualitatif. Namun ada pula variasi yang memerlukan pengamatan dengan pengukuran, misalnya tingkat produksi, jumlah anakan, tinggi tanaman, dan lainnya (Mangoendidjojo, 2003).
Keragaman genetik alami merupakan sumber bagi setiap program pemuliaan tanaman. Variasi ini dapat dimanfaatkan, seperti semula dilakukan manusia, dengan cara melakukan introduksi sederhana dan teknik seleksi atau dapat dimanfaatkan dalam program persilangan yang canggih untuk mendapatkan kombinasi genetik yang baru. Jika perbedaan antara dua individu yang mempunyai faktor lingkungan yang sama dapat diukur, maka perbedaan ini berasal dari variasi genotip kedua tanaman tersebut. Keragaman genetik menjadi perhatian utama para pemulia tanaman, karena melalui pengelolaan yang tepat dapat dihasilkan varietas baru yang lebih baik (Welsh, 2005).
Heritabilitas
dapat dihitung dengan persamaan berikut :
h2 = V(P) – V(E)/V(P)
dimana V(P) adalah keragaman individu dalam suatu populasi, akibat perbedaan genetik dan perbedaan lingkungan dan V(E) keragaman lingkungan. Akan tetapi tanaman tingkat tinggi bukanlah suatu organisme yang ideal untuk percobaan genetik, karena waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu siklus cukup panjang (Sitompul dan Guritno, 1995).
Salah satu faktor yang paling penting dalam merumuskan rencana pemuliaan yang efektif untuk memperbaiki kualitas genetik dari tanaman budidaya adalah suatu pengetahuan mengenai kontribusi relatif yang diberikan oleh gen-gen terhadap variabilitas suatu sifat yang dipersoalkan. Variabilitas nilai-nilai fenotip bagi suatu sifat kuantitatif dapat, sekurang-kurangnya dalam teori, dibagi dalam komponen-komponen genetik dan non genetik (lingkungan).
2p = 2g + 2 e
Heritabilitas (diberi simbol h2) adalah proporsi dari variansi fenotip total yang disebabkan oleh efek gen.
h2 =
arti yang luas adalah semua aksi gen termasuk sifat dominan, aditif, dan epistasis. Nilai heritabilitas secara teoritis berkisar dari 0 sampai 1. Nilai 0 ialah bila seluruh variasi yang terjadi disebabkan oleh faktor lingkungan, sedangkan nilai 1 bila seluruh variasi disebabkan oleh faktor genetik. Dengan demikian nilai heritabilitas akan terletak antara kedua nilai ekstrim tersebut (Welsh, 2005).
Jain (1982) menyatakan bahwa nilai heritabilitas suatu sifat tergantung pada tindak gen yang mengendalikan sifat tersebut. Jika heritabilitas dalam arti sempit suatu sifat bernilai tinggi, maka sifat tersebut dikendalikan oleh tindak gen aditif pada kadar yang tinggi. Sebaliknya jika heritabilitas dalam arti sempit bernilai rendah, maka sifat tersebut dikendalikan oleh tindak gen bukan aditif (dominan dan epistasis) pada kadar yang tinggi. Heritabilitas akan bermakna jika varians genetik didominasi oleh varians aditif karena pengaruh aditif setiap alel akan diwariskan dari tetua kepada progeninya (Suprapto dan Kairuddin, 2007).
Kemajuan Genetik
Selain menggunakan nilai heritabilitas yang tinggi, juga menggunakan nilai parameter lainnya, yaitu nilai duga kemajuan genetik yang tinggi, sebab nilai heritabilitas itu sendiri kurang memberikan gambaran sebenarnya mengenai kemajuan yang diharapkan terhadap genetik dengan nilai heritabilitas dan dengan kemajuan genetik akan didapatkan gambaran terbaik mengenai kemajuan yang diharapkan dari seleksi (Rachmadi, dkk, 1990).
Menurut Knight (1979) Informasi mengenai variasi genetik dan heritabilitas berguna untuk menentukan kemajuan genetik yang diperoleh dari seleksi. Zen (1995) menyatakan bahwa seleksi akan menunjukkan kemajuan genetik yang tinggi jika sifat yang dilibatkan dalam seleksi mempunyai variasi genetik dan heritabilitas yang tinggi. Jika nilai heritabilitas tinggi, sebagian besar variasi fenotip disebabkan oleh variasi genetik, maka seleksi akan memperoleh kemajuan genetik. Hayward (1990) menyatakan bahwa sifat-sifat yang dikendalikan oleh gen-gen bukan aditif menyebabkan kemajuan genetik yang rendah. Hal ini disebabkan pengaruh tindak gen bukan aditif tidak diwariskan dan akan lenyap semasa seleksi (Suprapto dan Kairuddin, 2007).
genetik dalam persen (KG%) di atas nilai rata-rata populasi. Oleh karena itu sesuai rumus yang disajikan Singh dan Chaudhary (2001) tergambar bahwa KG (%) merupakan produk dari nilai-nilai diferensial seleksi, heritabilitas yang menentukan efisiensi sistem seleksi sehingga seleksi akan efektif bila nilai kemajuan genetik tinggi ditunjang oleh salah satu nilai KVG atau heritabilitas tinggi (Tempake dan Luntungan, 2002).
Uji Progenitas
Berbagai sistem perkawinan dapat dipakai dalam memproduksi keturunan yang akan diuji. Produksi yang paling umum ialah memungut hasil hanya biji yang diperoleh melalui penyerbukan secara bebas (bersari bebas) dari tanaman yang dipilih dan memakainya untuk membuat generasi berikutnya kemudian diseleksi atas dasar pekerjaan keturunannya, dari pada atas dasar penampilan fenotip sendiri. Pokok utama untuk diingat ialah bahwa uji keturunan, walaupun bernilai dalam membantu seleksi mengidentifikasi genotip superior, tidak
mempunyai sumbangan lain yang dibuat ke arah perbaikan efisiensi seleksi massa (Allard, 2005).
BAHAN DAN METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di lahan percobaan Universitas Medan Area, Medan dengan ketinggian tempat + 25 meter di atas permukaan laut, yang dimulai pada bulan Januari 2008 hingga Maret 2008.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih varietas kacang hijau F5 yang terdiri dari 6 varietas yaitu Betet, Parkit, Perkutut, Kenari, Sriti dan Murai. Tanah top soil jenis ultisol, pasir, kompos sebagai media tanam, Decis 2,5 EC sebagai insektisida dengan konsentrasi 0,2 %, Polibag ukuran 40 x 50 cm, air untuk menyiram tanaman serta bahan lain yang mendukung penelitian ini.
Alat yang digunakan adalah cangkul untuk mencampur dan mengisi media ke polibek, meteran untuk mengukur luas lahan dan tinggi tanaman, handsprayer, gembor, tali plastik, pacak sampel, timbangan analitik untuk menimbang produksi tanaman, alat tulis, dan kertas label serta alat lain yang mendukung penelitian ini.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode RAK (Rancangan Acak Kelompok) non faktorial. Varietas yang diuji yaitu:
V1 : Betet. V4 : Kenari.
V2 : Parkit. V5 : Sriti.
Jumlah Ulangan : 5 ulangan. Jumlah Plot : 30 plot. Jumlah tanaman/plot : 1 tanaman. Jumlah sampel/ plot : 1 sampel. Jumlah sampel seluruhnya : 30 sampel. Jumlah tanaman seluruhnya : 30 tanaman. Jarak antar blok : 50 cm. Jarak antar plot : 25 cm.
Ukuran plot : 70 cm x 50 cm. Lihat bagan lahan percobaan (lampiran 2).
Data yang dikumpulkan , dianalisis dengan sidik ragam linear Rancangan Acak Kelompok (RAK) non faktorial yaitu sebagai berikut :
Yijk = µ + i+ j + ij
Dimana :
Yij = Hasil pengamatan pada blok ke-i terhadap perlakuan varietas ke-j. µ = Nilai tengah rata-rata.
i = Efek blok ke-i. j = Efek varietas ke-j.
Tabel 1. Nilai Kuadrat Tengah Bagi Analisis RAK
Sumber Keragaman Derajat Bebas JK KT Estimasi (Kuadrat Tengah) Blok
1. Keragaman Genotif dan Fenotif.
Keragaman sifat dihitung melalui analisis sidik ragam yang dikemukakan oleh Tempake dan Luntungan (2002).
Kriteria variabilitas menurut Murdaningsih, dkk (1990) dalam Tempake dan Luntungan (2002) adalah :
Rendah = 0 – 25% dari Koefisian Variabilitas Genetik (KVG) tertinggi. Sedang = 25 – 50% dari Koefisian Variabilitas Genetik (KVG) tertinggi. Tinggi = 50 – 75 % dari Koefisian Variabilitas Genetik (KVG) tertinggi. Sangat Tinggi = 75 – 100% dari Koefisian Variabilitas Genetik (KVG) tertinggi
2. Heritabilitas.
Heritabilitas dari seluruh sampel dihitung dengan rumus :
3. Kemajuan Genetik
Harapan Kemajuan Genetik (HKG), dan Kemajuan Genetik Rata-rata (KGR) dapat dihitung dan diduga menurut cara sebagai berikut :
HKG = I ( ) (h2) KGR = x 100%.
I = Konstanta 2,06 untuk intensitas seleksi 0,05. = Nilai tengah populasi.
h2 = Nilai heritabilitas.
4. Uji Progenitas
Menurut Sastrosupardi (2004) untuk membedakan atau membandingkan dua macam perlakuan umumnya dilakukan dengan uji t (t test). Pada prinsipnya berbeda nyata atau tidaknya dua macam perlakuan tersebut dapat diketahui dari perbandingan t hitung dan t tabel ( daftar).
t hitung
jika : t hitung < t.05/2 (dbe) tn (H0 terima) t hitung > t.05/2(dbe) * (H0 tolak) Dimana:
S2 = KT error
PELAKSANAAN PENELITIAN
Persiapan Lahan
Areal pertanaman yang akan digunakan, dibersihkan dari gulma yang tumbuh pada areal tersebut. Kemudian dibuat plot percobaan dengan ukuran 70cm x 50cm. Dibuat parit drainase dengan jarak antar plot 25 cm dan jarak antar blok 50 cm.
Penyiapan Media Tanam
Media tanam yang digunakan adalah campuran pasir, top soil dan kompos dengan perbandingan 1 : 1 : 1. Media dicampur secara merata dan digemburkan dengan menggunakan cangkul, lalu diisi ke dalam polibek. Kemudian polibek disusun sesuai bagan lahan percobaan (lampiran 2).
Penyiapan Benih
Disiapkan benih F5 dari 6 varietas introduksi yang akan ditanam sesuai dengan yang dibutuhkan.
Penanaman Benih
Pemupukan
Pemupukan dilakukan sesuai dengan dosis anjuran kebutuhan pupuk
kacang hijau yaitu 100 kg Urea/ha (0,2 gr/lubang tanam), 100 Kg TSP/ha (0,2 gr/lubang tanam), dan 75 kg KCl/ha (0,15 gr/lubang tanam). Pemupukan
dilakukan dalam 2 tahap yakni pada saat penanaman sebanyak setengah dosis anjuran dan setengah dosis lagi diberikan pada saat tanaman berumur 35 hari setelah tanam (hst).
Pemeliharaan
Penyiraman
Penyiraman dilakukan sesuai dengan kondisi di lapangan. Penyiraman dilakukan pagi dan sore hari.
Penyulaman
Penyulaman dilakukan untuk mengganti tanaman yang mati atau pertumbuhannya abnormal dengan tanaman cadangan. Penyulaman dilakukan dengan menggantikan polibek yang mempunyai tanaman abnormal dengan polibek yang berisi tanaman cadangan dengan perlakuan yang sama. Penyulaman dilakukan pada minggu ke-2 setelah tanam.
Penyiangan
Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalian hama dilakukan dengan penyemprotan insektisida Decis 2,5 EC dengan dosis 2ml/liter air, sedangkan pengendalian penyakit dilakukan penyemprotan fungisida Dithane M-45 dengan dosis 2 g/liter air. Masing-masing disemprotkan pada tanaman yang terkena serangan.
Panen
Panen dilakukan dengan cara memetik satu persatu dengan mengggunakan tangan atau menggunakan pisau atau sabit yang tajam bila panen secara serempak. Panen dilakukan sebanyak tiga kali dalam jangka waktu 2 minggu. Adapun kriteria panen adalah sebagian besar polong berwarna coklat sampai hitam, kulit keras, dan polong mudah pecah.
Pengamatan Parameter
Tinggi tanaman (cm)
Pengukuran tinggi tanaman dilakukan dari pangkal batang sampai titik tumbuh dengan menggunakan meteran, dilakukan pada saat mulai berbunga. Jumlah cabang (cabang)
Dihitung seluruh cabang yang terbentuk. Dilakukan pada saat tanaman mulai berbunga.
Umur mulai berbunga (HST)
Umur panen (HST)
Umur panen dihitung pada saat tanaman telah menunjukkan kriteria panen. Jumlah polong per tangkai (polong)
Jumlah polong/tangkai dapat diketahui dengan menghitung semua polong yang terbentuk pada setiap tangkai tanaman.
Jumlah polong yang masak per tanaman (polong)
Setiap kali dilakukan pemanenan, dihitung jumlah semua polong yang telah masak pada setiap tanaman sampel.
Jumlah polong yang belum masak per tanaman (polong)
Pada pemanenan yang terakhir, dihitung berapa jumlah polong yang belum masak pada setiap tanaman sampel.
Panjang polong (cm)
Panjang polong dihitung dengan menggunakan meteran. Pengukuran dimulai dari pangkal polong sampai ujung polong.
Jumlah biji per polong (buah)
Untuk mengetahui jumlah biji pada tiap polong dilakukan dengan membuka/mengupas tiap polong, lalu dihitung semua biji yang ada pada polong tersebut.
Bobot biji per tanaman (g)
Bobot 100 biji (g)
Diambil 100 biji dari masing-masing varietas, pada tanaman sampel kemudian ditimbang dengan timbangan analitik.
Warna bunga, waktu pembentukan polong, warna biji dan persentase serangan Hama
Pengamatan warna bunga, waktu pembentukan polong, warna biji, dan persentase serangan hama dilakukan secara visual. Persentase serangan hama dihitung dengan rumus sebagai berikut :
PS =
Dimana : PS = persentase serangan. a = polong yang terserang. b = polong yang sehat.
Kemudian ditentukan intensitas serangannya. Adapun kriteria intensitas serangan adalah : skala 0 = tidak ada serangan (0%), skala 1= >0% - 15%, Skala 3 = > 15 % - 25%, skala 5 = > 25% - 50%, skala 7 = >50 % - 75%, skala 9 = > 75%.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Pengamatan Visual
Pengamatan visual meliputi warna bunga, waktu pembentukan polong, warna biji, dan persentase serangan hama yang disajikan dalam Tabel 2 untuk warna bunga, keenam varietas memiliki warna bunga yang sama yaitu warna kuning. Waktu pembentukan polong varietas Murai cenderung lebih cepat dibandingkan dengan varietas yang lainnya.
Tabel 2. Warna Bunga, Waktu Pembentukan Polong, Warna Biji Dan Persentase Serangan Hama
Varietas Warna
Tabel 3. Rataan Tinggi Tanaman (cm) MST, 6 MST, 8 MST
Ket : Angka–angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan dengan taraf 0.05
Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa tanaman yang tertinggi adalah pada varietas Kenari (47,84 cm) dan yang terendah pada varietas Murai (38,78 cm).
Jumlah Cabang (cabang)
Data pengamatan jumlah cabang saat mulai berbunga (5 MST), saat mulai terbentuk polong (6 MST), dan saat panen (8 MST), serta analisis sidik ragam dapat dilihat pada Lampiran 16 sampai dengan Lampiran 24. Dari hasil analisis sidik ragam diketahui bahwa varietas berbeda nyata terhadap jumlah cabang pada saat mulai berbunga (5 MST) dan pada saat mulai terbentuk polong(6 MST) dan varietas tidak berbeda nyata terhadap jumlah cabang pada umur 8 minggu setelah tanam (pada saat panen). Rataan jumlah cabang dari keenam varietas dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Rataan Jumlah Cabang (cabang) 5 MST, 6 MST, 8 MST
Varietas Rataan
Umur Mulai Berbunga (hari)
Data umur berbunga dapat dilihat pada Lampiran 25 dan analisis sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 26. Dari hasil analisis sidik ragam dapat dilihat bahwa varietas berbeda nyata terhadap umur berbunga. Rataan umur berbunga dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5.Rataan Umur Berbunga (hari) pada Beberapa Varietas Tanaman Kacang Hijau
Varietas Umur berbunga (Hari)
Kenari 37,6 a
Parkit 37,2 ab
Sriti 37 abc
Betet 36,4 abc
Murai 35,6 bc
Perkutut 35,2 c
Ket : Angka–angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan dengan taraf 0.05
Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa varietas yang paling cepat berbunga adalah varietas Perkutut (35,2 hari) yang berbeda nyata dengan varietas Kenari & Parkit, dan varietas yang paling lama berbunga adalah varietas Kenari (37,6 hari).
Umur Panen (Hari)
Tabel 6. Rataan Umur Panen (hari) pada Beberapa Varietas Tanaman Kacang Hijau
Ket : Angka–angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan dengan taraf 0.05
Dari Tabel 6 dapat dilihat bahwa varietas yang paling cepat panen adalah varietas Perkutut (53 hari) yang berbeda nyata dengan varietas Kenari tetapi tidak berbeda nyata dengan varietas lainnya dan varietas yang paling lama panen adalah varietas Kenari (57,8 hari).
Jumlah Polong/Tangkai (buah)
Data pengamatan jumlah polong/tangkai dapat dilihat pada Lampiran 29 dan hasil analisis sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 30. Dari hasil analisis sidik ragam dapat dilihat bahwa varietas tidak berbeda nyata terhadap jumlah polong/tangkai. Rataan jumlah polong/tangkai dari ke enam varietas dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Rataan Jumlah Polong/Tangkai (buah) pada Beberapa Varietas Kacang Hijau
Varietas Jumlah Polong/tangkai
Betet 2,23
Ket : Angka–angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan dengan taraf 0.05
Varietas Umur Panen (hari)
Pengamatan jumlah polong yang masak/tanaman dapat dilihat pada Lampiran 31 dan hasil analisis sidik ragam dapat dilihat pada Lampiran 32. Dari hasil analisis sidik ragam dapat dilihat bahwa varietas tidak berbeda nyata terhadap jumlah polong yang masak/tanaman. Rataan jumlah polong yang masak/tanaman dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Rataan Jumlah Polong yang Masak/Tanaman (buah) pada Beberapa Varietas Kacang Hijau
Varietas Jumlah Polong yang Masak Pertanaman
Betet 13,6
Jumlah Polong Yang Belum Masak/Tanaman (buah)
Data pengamatan jumlah polong yang belum masak/tanaman dapat dilihat pada Lampiran 33 dan hasil analisis sidik ragamnya pada Lampiran 35. Dari hasil analisis sidik ragam dapat dilihat bahwa varietas tidak berbeda nyata terhadap jumlah polong yang belum masak/tanaman. Rataan jumlah polong yang belum masak dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Rataan Jumlah Polong yang belum Masak/Tanaman (buah) pada Beberapa Varietas Kacang Hijau
Varietas Jumlah Polong yang Belum Masak/tanaman
Betet 10,8
Panjang Polong (cm)
Data pengamatan panjang polong dan hasil analisis sidik ragam dapat dilihat pada Lampiran 36 dan 37. Dari hasil analisis sidik ragam dapat dilihat bahwa varietas berbeda nyata terhadap panjang polong. Rataan panjang polong dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Rataan Panjang Polong (cm) pada Beberapa Varietas Kacang Hijau
Varietas Panjang Polong (cm)
Betet 8,84 bc
Parkit 9,74 ab
Perkutut 8,80 bc
Kenari 10,55 a
Sriti 9,13 bc
Murai 9,70 abc
Ket : Angka–angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan dengan taraf 0.05
Dari Tabel 10 dapat dilihat bahwa polong yang terpanjang pada varietas Kenari (10,55 cm) yang berbeda nyata dengan varietas Betet, Perkutut, Sriti tetapi tidak berbeda nyata dengan varietas lainnya dan polong yang terpendek yaitu pada varietas Perkutut (8,80 cm).
Jumlah Biji/Polong (biji)
Tabel 11. Rataan Jumlah Biji/ Polong (biji ) pada Beberapa Varietas Kacang Hijau
Varietas Jumlah biji per polong
Betet 10,02 abc
Ket : Angka–angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan dengan taraf 0.05
Dari Tabel 11 dapat dilihat bahwa jumlah biji/polong terbanyak pada varietas kenari (11 biji) yang berbeda nyata dengan varietas Perkutut tetapi tidak berbeda nyata dengan varietas lainnya dan jumlah biji/polong yang terendah pada varietas Perkutut (8 biji).
Bobot Biji/ Tanaman (g)
Data pengamatan bobot biji/tanaman dapat dilihat pada Lampiran 40 dan analisis sidik ragamnya pada Lampiran 41. Dari analisis sidik ragam dapat dilihat bahwa varietas tidak berbeda nyata terhadap bobot biji/tanaman. Rataan bobot biji/tanaman dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12. Rataan bobot Biji/Tanaman (g) pada Beberapa Varietas Kacang Hijau
Varietas Bobot Biji Pertanaman
Betet 9,72
Bobot 100 Biji (g)
Data pengamatan bobot 100 biji dapat dilihat pada Lampiran 42 dan analisis sidik ragam pada lampiran 43. Dari analisis sidik ragam dapat dilihat bahwa varietas berbeda nyata terhadap berat 100 biji. Rataan bobot 100 biji dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13. Rataan bobot 100 Biji (g) pada Beberapa Varietas Kacang Hijau
Varietas Bobot 100 Biji
Betet 8,04 c
Parkit 9,36 ab
Perkutut 8,6 bc
Kenari 9,6 a
Sriti 8,16 c
Murai 8,72 abc
Ket : Angka–angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan dengan taraf 0.05
Pendugaan Parameter Genetik.
Variabilitas Genetik
Hasil perhitungan variabilitas genotip ( 2g), variabilitas fenotip ( 2p), Koefisien variabilitas genetik (KVG) dan koefisien variabilitas fenotip (KVP) dapat dilihat pada Tabel 14. Nilai KVG berkisar antara 1,91 – 16,00 dan nilai KVP berkisar antara 4,10 – 39,97.
Berdasarkan hasil analisis diperoleh bahwa dari komponen hasil yang diamati terdapat 1 (satu) komponen hasil yang bervariabilitas genetik sangat tinggi, 1 (satu) komponen hasil yang bervariabilitas genetik tinggi, 6 (enam) komponen hasil yang bervariabilitas genetik sedang, dan 3 (tiga) komponen hasil yang bervariabilitas genetik rendah.
Tabel 14. Variabilitas Genotip ( 2g), Variabilitas Fenotip ( 2p), Koefisien Variabilitas Genotip (KVG), Koefisien Variabilitas Genetik (HKG), Kemajuan Genetik Rata-rata (KGR) ) F5 Jumlah Polong yang belum
Heritabilitas
Nilai duga heritabilitas (h2) untuk masing-masing karakter dapat dievaluasi. Nilai duga heritabilitas (h2) dapat dilihat pada Tabel 15. Berdasarkan kriteria heritabilitas diperoleh 1 (satu) komponen yang mempunyai heritabilitas tinggi, terdapat 7 (tujuh) komponen hasil yang mempunyai heritabilitas sedang dan terdapat 3 (tiga) komponen hasil yang mempunyai heritabilitas rendah. Tabel 15. Nilai duga Heritabilitas untuk masing-masing komponen hasil
Komponen Hasil (h2)
Tinggi Tanaman (cm ) 0,54t
Jumlah Cabang (cabang) 0,24s
Umur Berbunga (hari) 0,22s
Umur Panen (hari) 0,29s
Jumlah Polong/Tangkai 0,08r
Jumlah Polong yang Masak/Tanaman (buah) 0,01r Jumlah Polong yang belum Masak/Tanaman (buah) 0,24s
Panjang Polong (cm) 0,45s
Jumlah Biji/Polong (buah) 0,25s
Bobot Biji/ Tanaman (g) 0,03r
Bobot 100 biji (g) 0,47s
Kemajuan Genetik
Nilai dari harapan kemajuan genetik (HKG) dan kemajuan genetik rata-rata (KGR) dapat dilihat pada Tabel 16. Nilai HKG berkisar antara 0,06 – 4,69 dan nilai KGR berkisar antara 0,39 – 16,04.
Dari hasil analisis diperoleh bahwa dari semua komponen hasil yang diamati terdapat 1 (satu) komponen hasil yang mempunyai nilai kemajuan genetik rata-rata yang sangat tinggi, 4 (empat) komponen hasil yang mempunyai nilai kemajuan genetik rata-rata yang tinggi, 1 (satu) komponen hasil yang mempunyai nilai kemajuan genetik rata-rata yang sedang, 5 (lima) komponen hasil yang mempunyai nilai kemajuan genetik yang rendah.
Tabel 16. Harapan Kemajuan Genetik (HKG) dan Kemajuan Genetik Rata-rata (KGR)
Komponen Hasil HKG KGR
Tinggi Tanaman (cm ) 4,69 11,28 t
Jumlah Cabang (cabang) 0,16 8,94 t
Umur Berbunga (hari) 0,67 1,83 r
Umur Panen (hari) 1,52 2,77 r
Jumlah Polong/Tangkai 0,09 4,01 r
Jumlah Polong yang Masak/Tanaman (buah) 0,06 0,39 r Jumlah Polong yang belum Masak/Tanaman (buah) 0,53 16,04 st
Panjang Polong (cm) 0,83 8,79 t
Jumlah Biji/Polong (buah) 0,74 7,49 s
Bobot Biji/ Tanaman (g) 0,15 1,37 r
Bobot 100 biji (g) 0,80 9,18 t
Uji Progenitas
I. Uji progenitas antara F1 dengan F5
Tinggi Tanaman saat Panen (8 MST)
Data perbandingan tinggi tanaman saat panen terdapat pada Lampiran 54. Dari data tersebut dapat diperoleh bahwa F1 berbeda nyata dengan F5 pada setiap varietas. Uji progenitas dapat dilihat pada Tabel 17.
Tabel 17. Uji Progenitas F1 dan F5 pada Tinggi Tanaman
Varietas Tinggi Tanaman
(F1)
Diagram beda tinggi tanaman antara F1 dengan F5 dapat dilihat pada Gambar 1
Jumlah Cabang saat Panen ( 8 MST) Jumlah Cabang saat Panen ( 8 MST)
Data perbandingan jumlah cabang saat panen dapat dilihat pada Lampiran 54. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa jumlah cabang pada F1 berbeda nyata dengan jumlah cabang pada F5 kecuali pada varietas Murai. Uji progenitas dapat dilihat pada Tabel 18.
Tabel 18. Uji Progenitas F1 dan F5 pada Jumlah Cabang
Varietas Jumlah Cabang
(F1)
Diagram beda rataan jumlah cabang antara F1 dengan F5 terdapat pada Gambar 2
Umur Berbunga (hari)
Data perbandingan umur berbunga dapat dilihat pada Lampiran 54. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa umur berbunga pada F1 tidak berbeda nyata dengan umur berbunga pada F5, kecuali pada varietas Parkit. Uji progenitas dapat dilihat pada Tabel 19.
Tabel 19. Uji Progenitas F1 dan F5 pada Umur Berbunga (hari)
Varietas Umur Berbunga
(F1)
Umur Berbunga (F5)
S2 SE Uji t
V1 (Betet) 35,75 36,40 1,56 0,838 0,776 tn
V2 (Parkit) 33,75 37,20 4,118 *
V3 (Perkutut) 34,75 35,20 0,537 tn
V4 (Kenari) 36,75 37,60 1,014 tn
V5 (Sriti) 36,87 37,00 0,155 tn
V6 (Murai) 35,25 35,60 0,418 tn
2.9 t.05/2(20)= 2,086
Kacang Hijau.
Umur Panen (hari)
Data perbandingan umur panen (hari) dapat dilihat pada Lampiran 54. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa umur panen pada F1 tidak berbeda nyata dengan umur panen pada F5 kecuali pada varietas Perkutut dan Murai. Uji progenitas dapat dilihat pada Tabel 20.
Tabel 20. Uji Progenitas F1 dan F5 pada Umur Panen (hari)
Varietas Umur panen
(F1)
Gambar 4. Diagram Umur Panen antara F1 dan F5 pada Beberapa Varietas Kacang Hijau
Jumlah Polong/Tangkai (buah)
Data perbandingan jumlah polong/tangkai dapat dilihat pada Lampiran 54. Dari data tersebut terlihat bahwa jumlah polong/tangkai pada F1 berbeda nyata dengan jumlah polong/tangkai pada F5 pada semua varietas dan jumlah polong/tangkai semua varietas pada F5 lebih rendah dari jumlah polong/tangkai semua varietas pada F1. Uji progenitas dapat dilihat pada Tabel 21.
Tabel 21. Uji Progenitas F1 dan F5 pada Jumlah Polong/Tangkai (buah)
Varietas Kontrol
Gambar 5. Diagram Jumlah Polong/ Tangkai antara F1 dan F5 pada Beberapa Varietas Kacang Hijau
Jumlah Polong yang Masak/Tanaman (buah)
Data perbandingan jumlah polong yang masak/tanaman dapat dilihat pada Lampiran 54. Dari data tersebut diketahui bahwa jumlah polong yang masak/tanaman di semua varietas pada F1 berbeda nyata dengan jumlah polong yang masak/tanaman di semua varietas pada F5 dan F5 lebih tinggi dari F1. Uji progenitas dapat dilihat pada Tabel 22.
Diagram beda rataan jumlah polong yang masak/tanaman antara F1 dengan F5 dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6. Diagram Jumlah Polong yang Masak/Tanaman antara F1 dan F5 Pada Beberapa Varietas Kacang Hijau
Jumlah Polong yang belum Masak/Tanaman (buah)
Data perbandingan jumlah polong yang belum masak/tanaman dapat dilihat pada Lampiran 54. Dari data tersebut dapat diperoleh bahwa jumlah polong yang masak/tanaman pada F1 tidak berbeda nyata dengan jumlah polong yang belum masak/tanaman pada F5. Uji progenitas dapat dilihat pada Tabel 23.
Diagram beda rataan jumlah polong yang belum masak/tanaman antara F1 dengan F5 dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 7. Diagram Jumlah Polong yang belum Masak/Tanaman antara F1 dan F5 pada Beberapa Varietas Kacang Hijau
Panjang Polong (cm)
Data perbandingan panjang polong dapat dilihat pada Lampiran 54. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa panjang polong pada F1 berbeda nyata dengan panjang polong pada F5 kecuali pada varietas Parkit dan Murai. Dimana panjang polong varietas Parkit dan Murai pada F1 tidak berbeda nyata dengan panjang polong varietas Parkit dan Murai pada F5. Uji progenitas disajikan pada Tabel 24. Tabel 24. Uji Progenitas F1 dan F5 pada Panjang Polong (cm)
Varietas Panjang Polong
Diagram beda rataan panjang polong antara F1 dengan F5 dapat dilihat pada Gambar 8.
Gambar 8. Diagram Panjang Polong (cm) antara F1 dan F5 pada Beberapa Varietas Kacang Hijau
Jumlah Biji/ Polong (biji)
Data perbandinganjumlah biji/polong dapat dilihat pada Lampiran 54. Dari data tersebut diperoleh bahwa jumlah biji/polong pada F1 berbeda nyata dengan jumlah biji/polong pada F5 kecuali pada pada varietas Kenari dan Murai. Dimana jumlah biji/polong varietas kenari dan murai pada F1 tidak berbeda nyata dengan jumlah biji/polong varietas kenari dan murai pada F5. Uji progenitas disajikan pada Tabel 25.
2.9 t.05/2(20)= 2,086 Diagram beda rataan jumlah biji/polong antara F1 dan F5 disajikan pada Gambar 9
Gambar 9. Diagram Jumlah Biji/ Polong antara F1 dan F5 pada Beberapa Varietas Kacang Hijau.
Bobot 100 Biji (g)
Data perbandingan bobot 100 Biji dapat dilihat pada Lampiran 54. Dari data tersebut diperoleh bahwa bobot 100 biji pada F1 berbeda nyata dengan bobot 100 biji pada F5 untuk semua varietas dan bobot 100 biji pada F5 lebih tinggi dari bobot 100 biji pada F1 pada semua varietas. Uji progenitas dapat dilihat pada Tabel 26.
Tabel 26. Uji Progenitas F1 dan F5 pada Bobot 100 Biji (g)
Varietas Bobot 100 biji
Diagram beda rataan bobot 100 biji antara F1 dengan F5 dapat dilihat pada Gambar 10.
Gambar 10. Diagram bobot 100 Biji antara F1 dan F5 pada Beberapa Varietas Kacang Hijau.
II. Uji progenitas antara F2 dengan F5
Tinggi Tanaman saat Panen (8 MST)
Data perbandingan tinggi tanaman saat panen terdapat pada Lampiran 54. Dari data tersebut dapat diperoleh bahwa tinggi tanaman pada F2 berbeda nyata dengan tinggi tanaman pada F5 kecuali pada varietas Kenari. Uji progenitas dapat dilihat pada Tabel 27.
Tabel 27. Uji Progenitas F2 dan F5 pada Tinggi Tanaman.
Varietas Tinggi tanaman
Diagram beda rataan tinggi tanaman antara F2 dengan F5 dapat dilihat pada Gambar 11
Gambar 11. Diagram Tinggi Tanaman F2 dan F5 pada Varietas Kacang Hijau.
Jumlah Cabang saat Panen (8 MST)
Data perbandingan jumlah cabang saat panen dapat dilihat pada Lampiran 54. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa jumlah cabang pada F2 berbeda nyata dengan jumlah cabang pada F5 kecuali pada varietas Parkit, Sriti, dan Murai. Uji progenitas dapat dilihat pada Tabel 28.
Tabel 28. Uji Progenitas F2 dan F5 pada Jumlah Cabang
Varietas Jumlah Cabang
Diagram beda rataan jumlah cabang antara F2 dengan F5 dapat dilihat pada Gambar 12.
Gambar 12. Diagram Jumlah Cabang F2 dan F5 pada Varietas Kacang Hijau. Umur Berbunga (hari)
Data perbandingan umur berbunga dapat dilihat pada Lampiran 54. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa umur berbunga pada F2 berbeda nyata dengan umur berbunga pada F5 kecuali pada varietas Betet, Perkutut, dan Murai. Uji progenitas dapat dilihat pada Tabel 29.
Tabel 29. Uji Progenitas F2 dan F5 pada Umur Berbunga (hari)
Varietas Umur Berbunga
(F2)
Umur Berbunga
(F5) S
2
SE Uji t
V1 (Betet) 35,75 36,40 1,56 0,838 0,776 tn
V2 (Parkit) 35,25 37,20 2,327 *
V3 (Perkutut) 34,87 35,20 0,394 tn
V4 (Kenari) 35,50 37,60 2,506 *
V5 (Sriti) 34,12 37,00 3,437 *
V6 (Murai) 34,00 35,60 1,910 tn
Diagram beda rataan umur berbunga antara F2 dengan F5 dapat dilihat pada Gambar 13.
Gambar 13. Diagram Umur Berbunga F2 dan F5 pada Beberapa Varietas Kacang Hijau.
Umur Panen (hari)
Data perbandingan umur panen (hari) dapat dilihat pada Lampiran 54. Dari data dapat diketahui bahwa umur panen pada F2 tidak berbeda nyata dengan umur panen pada F5 untuk semua varietas. Uji progenitas dapat dilihat pada Tabel 30.
Tabel 30. Uji Progenitas F2 dan F5 pada Umur Panen (hari)
Varietas Umur Panen
Diagram beda rataan umur panen antara F2 dengan F5 dapat dilihat pada Gambar 14.
Gambar 14. Diagram Umur Panen antara F2 dan F5 pada Beberapa Varietas Kacang Hijau.
Jumlah Polong/Tangkai (buah)
Data perbandingan jumlah polong/tangkai dapat dilihat pada Lampiran 54. Dari data tersebut terlihat bahwa jumlah polong/tangkai pada F2 berbeda nyata dengan jumlah polong/tangkai pada F5 untuk semua varietas. Uji progenitas dapat dilihat pada Tabel 31.
Tabel 31. Uji Progenitas F2 dan F5 pada Jumlah Polong/Tangkai (buah)
2.9 t.05/2(20)= 2,086
Diagram beda rataan jumlah polong antara F2 dengan F5 dapat dilihat Gambar 15.
Gambar 15. Diagram Jumlah Polong/Tangkai antara F2 dan F5 pada Beberapa Varietas Kacang Hijau.
Jumlah Polong yang Masak/Tanaman (buah)
Data perbandingan jumlah polong yang masak/tanaman dapat dilihat pada Lampiran 54. Dari data tersebut diketahui bahwa jumlah polong yang masak/tanaman pada F2 berbeda nyata dengan jumlah polong yang masak/tanaman pada F5 untuk seluruh varietas. Uji progenitas dapat dilihat pada Tabel 32.
Tabel 32. Uji Progenitas F2 dan F5 pada Jumlah Polong yang Masak/ Tanaman (buah).
Varietas
Jumlah Polong Yang Masak per tanaman
(F2)
Jumlah Polong Yang Masak per tanaman
(F5)
S2 SE Uji t
V1 (Betet) 37,88 13,60 6,13 1,66 14,623 *
V2 (Parkit) 36,63 16,00
V3 (Perkutut) 38,38 14,60
Diagram beda rataan jumlah polong yang masak/tanaman antara F2 dengan F5 dapat dilihat pada Gambar 16.
Gambar 16. Diagram Jumlah Polong yang Masak/Tanaman antara F2 dan F5 pada Beberapa Varietas Kacang Hijau.
Jumlah Polong Yang Belum Masak/Tanaman (buah)
Data perbandingan jumlah polong yang belum masak/tanaman dapat dilihat pada Lampiran 54. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa jumlah polong yang masak/tanaman pada F2 berbeda nyata pada F5 untuk semua varietas. Uji progenitas dapat dilihat pada Tabel 33.