• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Jumlah Produksi 2 Lokasi Pabrik

3. Formula Ransum

Standarisasi Nilai Nutrisi dan Prosedur

Pengolahan Bahan Baku Pakan Lokal

66

Penentuan Lokasi Pabrik

Hal pertama yang perlu diperhatikan dalam industri pakan ternak adalah penentuan lokasi pabrik. Penentuan lokasi pabrik sangat menentukan kelangsungan hidup pabrik pakan. Pabrik pakan sebaiknya didirikan di wilayah yang diprioritaskan untuk pengembangan daerah industri yang direkomendasikan.

Menurut Assauri (1980) penentuan lokasi pabrik pakan ternak, perlu mempertimbangkan beberap faktor antara lain:

1. Faktor primer:

- Kedekatan dengan pasar (konsumen) - Kedekatan dengan sumber bahan baku - Fasilitas transportasi

- Terdapatnya pembangkit tenaga listrik

- Kemudahan mendapatkan tenaga kerja yang sesuai kriteria 2. Faktor sekunder:

- Perencanaan prospek pabrik pakan

- Kemudahan sarana dan prasarana seperti fasilitas perbankan, suku cadang, telekomunikasi dan lain sebagainya

Industri bahan baku pakan yang mengelola dan mengolah hijauan sebagai sumber serat hendaknya dikembangkan di kecamatan yang berpotensi menjadi lumbung hasil samping pertanian. Hal tersebut dengan pertimbangan untuk memudahkan penyediaan dan transportasi serta mengurangi biaya produksi. Sedangkan pembangunan pabrik pakan konsentrat sebaiknya didirikan di daerah yang dekat dengan bahan pakan dan pasar, maka dari itu pemilihan pabrik pakan direkomendasikan untuk dibangun di tempat yang dekat dengan kecamatan- kecamatan sumber bahan pakan lokal dan sentra sapi potong di Kabupaten Jepara.

Adapun alternatif kecamatan yang direkomendasikan untuk dikembangkan industri bahan baku pakan adalah yang potensial menjadi lumbung hasil samping pertanian yaitu Kecamatan Nalumsari, Batealit, dan Mayong yang mempunyai nilai daya dukung dan PPT tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa produksi pakan wilayah tersebut melebihi jumlah populasi ruminansia yang dimiliki, kebijakan yang dapat dilakukan adalah memanfaatkan dan mengolah bahan baku pakan yang melimpah ini dengan megembangkan industri bahan baku pakan berupa hijauan dari hasil samping

67 pertanian. Selain itu, lokasi-lokasi terpilih diatas sudah mudah dijangkau kendaraan truk (transportasi berat) dan sudah terjangkau jaringan listrik/PLN.

Sedangkan alternatif kecamatan yang direkomendasikan sebagai tempat pembangunan pabrik pakan kosentrat sapi potong adalah Kecamatan Pakis Aji, Mlonggo, dan Bangsri. Selain itu, penentuan alternatif calon lokasi pabrik juga didasarkan pada pertimbangan bahwa Kecamatan Pakis Aji selain merupakan salah satu sentra ampas tahu dan lokasinya dekat dengan kecamatan lumbung pakan ternak ruminansia juga menjadi lokasi pembangunan program Kampung Teknologi Jepara yang terdiri dari sektor produksi dan industri termasuk juga industri peternakan. Adapun Kecamatan Mlonggo selain sangat potensial menjadi lumbung hasil samping industri pertanian juga lokasinya dekat dengan kecamatan potensial lumbung ternak ruminansia khususnya sapi potong. Sedangkan Kecamatan Bangsri merupakan salah satu kecamatan potensial menjadi lumbung ternak dan lokasinya dekat dengan kecamatan lumbung hasil samping industri pertanian, sentra jagung dan sentra ubi kayu. Selanjutnya penentuan lokasi pabrik pakan dari alternatif lokasi diatas dapat ditentukan dengan menggunakan the faktor-rating methode dengan hasil survei terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan lokasi dapat dilihat pada Tabel 19.

Tabel 19. Data Hasil Survei Terhadap Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Lokasi

Faktor Daerah calon lokasi

Pakis Aji Mlonggo Bangsri

Kedekatan dengan pasar B = 4 C = 3 BS = 5

Kedekatan dengan bahan baku BS = 5 B = 4 BS = 5 Fasilitas transportasi B = 4 BS = 5 BS = 5 Terdapatnya pembangkit tenaga listrik C = 3 B = 4 B = 4 Kemudahan mendapatkan tenaga kerja C = 3 C = 3 B = 4

Kemudahan sarana dan prasarana

C = 3 B = 4 B = 4

Kebijakan daerah B = 4 B = 4 B = 4

Sumber air tawar B = 4 B = 4 B = 4

Jumlah 26 31 35

68 Pada Tabel 19 dapat dilihat bahwa dari alternatif lokasi yang direkomendasikan, Kecamatan yang lebih memungkinkan dibangun pabrik pakan adalah Kecamatan Bangsri yang ditunjukkan dengan nilai tertinggi.

Estimasi Jumlah Produksi Pakan

Jenis sapi yang digunakan untuk program penggemukan sapi potong adalah sapi muda sebagai bakalan yang siap untuk digemukkan. Berdasarkan data ternak dari Distanak Kabupaten Jepara (2010) diketahui bahwa sapi potong muda (umur 1-2 tahun) berjumlah sekitar 9.620 ekor (Lampiran 5). Menurut informasi yang didapat bahwa di Kabupaten Jepara lebih didominasi sapi PO dengan BB rata-rata 200 kg, jika sapi potong mampu mengkonsumsi BK sebanyak 3% dari BB dan konsumsi konsentrat sebanyak 1% BB (Tillman et al., 1991), maka total kebutuhan konsentrat sapi potong muda di Kabupaten Jepara adalah 19,24 ton/hari atau 577,2 ton/bulan.

Pengolahan Sumber Bahan Baku dan Formulasi Ransum

Salah satu upaya untuk mengoptimalkan hasil samping pertanian dan hasil samping industri pertanian sebagai pakan ternak di Kabupaten Jepara adalah peningkatan kualitas hasil samping pertanian dan perkebunan melalui teknologi pengolahan baik fisik, kimia, maupun biologi. Menurut Sukria dan Krisnan (2009) pengolahan hasil samping pertanian umumnya bertujuan untuk meningkatkan kualitas, memperbaiki daya simpan, dan menghilangkan senyawa atau hambatan dalam penggunaan lebih lanjut untuk makanan ternak.

Berdasarkan potensi bahan baku yang tersedia, maka bahan pakan lokal di Jepara dapat di klasifikasikan sebagai berikut:

• Sumber energi: jagung, ubi kayu, dan dedak padi

• Sumber protein: ampas tahu, ampas tempe, dan jerami ubi kayu

• Sumber serat: jerami padi, jerami jagung, jerami kacang kedelai, jerami kacang tanah, daun ubi jalar, daun ubi kayu, dan pucuk tebu.

Beberapa hal penting yang harus kita ketahui dalam pemberian ransum antara lain: kebutuhan gizi ternak, kandungan nutrisi dan anti nutrisi, sifat dan peran bahan pakan, toleransi pemakaian, kontinyuitas, harga bahan baku; dasar dan teknik perhitungan formula. Selain itu, untuk mencapai pembangunan industri pakan yang berkelanjutan maka dalam penyusunan ransum juga mempertimbangkan kuantitas serta ketersediaan bahan baku yang digunakan dan menggunakan lebih dari 80%

69 bahan baku pakan lokal agar suplai bahan baku terjamin dan kebutuhan pakan sapi potong muda di Kabupaten Jepara terpenuhi secara berkesinambungan dari waktu ke waktu.

Berdasarkan produksi dan ketersediaan bahan baku lokal yang tersedia di Jepara, formula yang dapat direkomendasikan untuk penggemukan sapi potong dapat dilihat pada Tabel 20 dan Tabel 21 dengan persyaratan mutu konsentrat sapi potong berdasarkan BK adalah sebagai berikut: KA maksimal 14%, Abu maksimal 12%, PK minimal 13%, ca 0,8 – 1,0%, P 0,6 – 0,8%, NDF maksimal 25%,dan TDN minimal 70% (SNI, 2009).

Tabel 20. Susunan Bahan Pakan Konsentrat Sapi Potong I (berdasarkan % BK)

No Bahan Pakan % dalam

Ransum % kontribusi PK % kontribusi TDN Harga (Rp/Kg ransum) 1 Jagung 22 2,38 17,78 484,00 2 Ubi Kayu 18 0,52 14,22 54,00 3 Dedak Padi 25 2,47 13,77 475,00 4 Bungkil Kelapa 10 2,13 7,87 200,00 5 Ampas Tempe 2 0,36 1,31 10,00

6 Daun Ubi Kayu 22 5,30 15,91 55,00

7 Mineral dan

Vitamin 1 0,00 0,00 50,00

Jumlah 100 13,15 70,85 1.328,00

Keterangan: Asumsi harga (Rp/kg): jagung: 2.200,-, ubi kayu: 300,-, dedak padi: 1.900,-, bungkil kelapa: 2000,-, ampas tempe: 500,-, daun ubi kayu: 250,-, mineral dan vitamin: 5.000,-. BK = Bahan Kering, PK = Protein Kasar, TDN = Total Degistable Nutrient.

70 Tabel 21. Susunan Bahan Pakan Konsentrat Sapi Potong II (berdasarkan % BK)

No Bahan Pakan % dalam

Ransum % kontribusi PK % kontribusi TDN Harga (Rp/Kg ransum) 1 Jagung 20 2,16 16,16 440,00 2 Ubi Kayu 17 0,49 13,43 51,00 3 Dedak Padi 25 2,47 13,77 475,00 4. Molases 3 0,12 2,12 33,00 5 Bungkil Kelapa 10 2,13 7,87 200,00 6 Ampas Tempe 2 0,36 1,31 10,00

7 Daun Ubi Kayu 22 5,30 15,91 55,00

8 Mineral dan

Vitamin 1 0,00 0,00 50,00

Jumlah 100 13,03 70,56 1.314,00

Keterangan: Asumsi harga (Rp/kg): jagung: 2.200,-, ubi kayu: 300,-, dedak padi: 1.900,-, molases: 1100,-, bungkil kelapa: 2000,-, ampas tempe: 500,-, daun ubi kayu: 250,-, mineral dan vitamin: 5.000,-. BK = Bahan Kering, PK = Protein Kasar, TDN = Total Degistable Nutrient.

Strategi pembangunan industri pakan yang berkelanjutan di Kabupaten Jepara pada sistem produksi dapat dilakukan dengan beberapa pendekatan antara lain; pengurangan bahan input kimia, pengolahan lahan konservasi, dan intregated farming antara indusri pakan, indutri peternakan, industri pertanian, industri bahan baku pakan, dan industri pupuk organik dan bioenergi. Prinsip pengembangan industri pakan harus berorientasi pada hasil pertanian, hasil samping pertanian, dan hasil samping industri pertanian dengan mengutamakan prinsip-prinsip efesiensi dan zero waste. Model industri pakan ruminansia berkelanjutan berbasis pertanian terpadu di Kabupaten Jepara dijelaskan pada Gambar 17.

71 Gambar 17. Model Industri Pakan Ruminansia Berkelanjutan Berbasis Pertanian

Terpadu di Kabupaten Jepara

Berdasarkan Gambar 17 dapat diketahui bahwa industri pakan berkelanjutan di Kabupaten Jepara dapat dikembangkan berdasarkan integrasi beberapa industri yaitu:

1. Pabrik pakan konsentrat sapi potong untuk memenuhi 9.620 ekor sapi potong muda yang ada di Kabupaten Jepara dengan kebutuhan konsentrat sebanyak 19,24 ton/hari atau 577,2 ton/bulan dan alternatif lokasi pabrik yang direkomendasikan adalah

Kecamatan Pakis Aji, Mlonggo, dan Bangsri. Pembangunan pabrik pakan dirancang sesuai dengan kebutuhan pakan ternak tertentu yang menjadi rekomendasi dan juga berdasarkan kuantitas serta kontinyuitas ketersediaan bahan baku lokal yang ada di Jepara. Pabrik pakan ini diharapkan dapat menjadi bagian dari solusi untuk mengembangkan berbagai inovasi teknologi untuk menjawab permasalahan yang ada pada industri pakan termasuk meningkatkan efisiensi, standarisasi nilai nutrisi, mengendalikan kualitas, pengolahan pakan dan mengembangkan imbuhan pakan.

2. Industri pertanian yang mengelola dan mengolah hasil pertanian yang berasal dari petani lokal dimana hasil utama maupun hasil samping industri pertanian ini menjadi bahan baku pakan lokal yang akan diolah di pabrik pakan. Selain itu, sumber bahan baku pakan ini juga dapat langsung digunakan oleh peternak di Kabupaten Jepara. Adapun hasil utama dan hasil samping pertanian yang

INTEGRASI Industri  Pertanian Pabrik  Pakan Industri Pupuk  Organik dan  Bioenergi Industri  Bahan Baku  Pakan

72 ketersediaannya mencukupi kebutuhan dalam susunan formulasi konsentrat sapi potong muda (Tabel 20 dan Tabel 21) di Kabupaten Jepara adalah dedak padi dengan perkiraan kebutuhan sebanyak 126,98 ton/bulan, ubi kayu sebanyak 103,90 ton/bulan, dedak padi sebanyak 144,30 ton/bulan, ampas tempe sebanyak 11,54 ton/bulan, dan daun ubi kayu sebanyak 126,98 ton/bulan.

3. Industri bahan baku pakan yang mengelola dan mengolah hijauan berupa hasil samping pertanian. Dengan produksi riil hasil samping pertanian sebanyak 8.105,01 ton/tahun dan daya dukung sebanyak 19.292,36 ST, maka Kabupaten Jepara sudah dapat memenuhi kebutuhan hijauan total untuk 5.772 ST sapi potong muda yang ada. Perlakuan yang dapat dilakukan untuk mengelola dan mengolah hasil samping pertanian dapat berupa perlakuan fisik, kimia, biologis, atau kombinasi. Sumber bahan baku pakan yang dihasilkan industri ini akan dikelola lebih lanjut di pabrik pakan atau bisa juga langsung digunakan oleh peternak. Upaya untuk mengoptimalkan pemanfaatan hasil samping pertanian dan perkebunan sebagai pakan ternak dapat dilakukan dengan meningkatkan kualitas nutrisinya melalui fermentasi, suplementasi, dan pembuatan pakan lengkap (Wahyono dan Hardianto, 2004).

4. Industri pupuk organik dan bioenergi yang mengelola limbah kotoran ternak menjadi pupuk organik dan bioenergi. Limbah kotoran ternak ini berasal dari kotoran ternak ruminansia khususnya sapi potong muda sebanyak 9.620 ekor atau 5.772 ST. Jika asumsi seekor sapi dapat menghasilkan 20 kg/hari kotoran padat dan 9 kg/hari kotoran cair maka dengan jumlah sapi yang ada akan dihasilkan 192.400 kg/hari kotoran padat dan 86.580 kg/hari kotoran cair. Putro (2007) menyatakan bahwa produksi biogas dari kotoran sapi berkisar antara 600-1000 liter biogas per hari dan kebutuhan energi untuk memasak satu keluarga rata-rata 2000 liter perhari, maka kebutuhan energi memasak rumah tangga dapat dipenuhi dari kotoran 3 ekor sapi. Dengan demikian produksi biogas dari sapi potong muda yang ada dapat mencukupi kebutuhan energi sekitar 3.206 rumah tangga.Pupuk organik sangat bermanfaat bagi petani untuk mendukung terlaksananya pengembangan pertanian organik, sehingga hasil pertanian dan hasil samping pertanian tersebut merupakan alternatif yang dapat diterapkan untuk mendapatkan pakan yang mampu mengurangi resiko terjadinya

73 residu bahan beracun berbahaya pada produk ternak serta mengurangi ancaman terhadap kesehatan ternak. Sedangkan bioenergi yang dihasilkan contohnya biogas dan bioarang sangat bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar masyarakat di Kabupaten Jepara.

Pembangunan industri pakan berkelanjutan yang dikembangkan di Jepara harus berwawasan lingkungan, artinya: tidak menimbulkan pencemaran serta degradasi dalam mutu lingkungan hidup, yakni secara teknis tepat guna, secara ekonomi layak diusahakan, secara sosial dapat diterima, secara ekologis tetap menjamin keseimbangan ekosistem lainnya. Implikasinya pembangunan industri pakan berwawasan lingkungan adalah: (1) terpeliharanya kapasitas produksi sumber daya alam, (2) mengurangi dampak pencemaran dan penurunan kualitas lingkungan hidup, (3) dapat menghasilkan produk primer maupun sekunder yang berkualitas dan higienis dan berdaya saing tinggi, serta (4) dapat menyediakan lapangan kerja dan pendapatan yang memadai bagi masyarakat.

Penggunaan bahan pakan lokal merupakan tujuan pengembangan industri pakan di pedesaan. Hal ini dilakukan agar diperoleh beberapa keuntungan sebagai berikut :

1. Dapat menyerap produk hasil pertanian lokal, seperti jagung dan ubi kayu. 2. Mendorong perekonomian pedesaan, karena dengan digunakannya bahan pakan

lokal akan meningkatkan permintaan bahan pakan yang dapat diproduksi secara kontinyu karena ada kepastian pasar.

3. Mendorong pemanfaatan lahan pertanian menjadi lahan produktif karena adanya permintaan hasil pertanian dan kepastian pasar.

4. Mudah dalam distribusi karena jarak antara tempat prosesing dengan lokasi peternak lebih dekat.

5. Harga lebih murah dengan kualitas standar karena menggunakan sebagian besar bahan baku lokal dan overhead costyang sangat rendah.

6. Memiliki keunggulan kompetitif dibandingkan pakan komersial buatan pabrik skala industri besar, karena lebih efisien dalam biaya manajemen & produksi serta mengurangi biaya transportasi.

74 7. Merupakan embrio usaha di bidang agroinput di perdesaan dengan skala usaha komersial yang asetnya dimiliki oleh masyarakat untuk pengembangan dan pemberdayaan usaha kecil dan menengah (UKM ).

8. Nilai tambah dari kegiatan prosesing dan diversifikasi pemanfaatan hasil samping menjadi pakan diperoleh langsung para petani/peternak di pedesaan. 9. Mendukung program agribisnis peternakan di pedesaan melalui industrialisasi

pertanian.

Model industri pakan ruminansia berkelanjutan di Kabupaten Jepara ini merupakan salah satu langkah menuju industri pertanian (industrial agriculture) di perdesaan untuk membangun desa yang industrialis yang menerapkan prinsip-prinsip efesiensi dalam produksi. Industrialisasi pertanian di perdesaan menjadi langkah utama yang strategis dalam mewujudkan industrialisasi perdesaan, sehingga pendapatan dan kesejahteraan masyarakat desa terutama petani di Kabupaten Jepara akan meningkat secara signifikan dan mampu bersaing di era global.

Dokumen terkait