• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data Penelitian 1. Deskripsi Lokasi Penelitian

6. Jumlah Siswa Yang Belum Tuntas

13 11

7. Persentase Siswa Yang Tuntas 23,52% 35,29% 8. Persentase Siswa Yang Belum

Tuntas

76,47% 64,70%

Berdasarkan tabel 7. dapat dibaca dari pra tindakan ke siklus I mengalami peningkatan hasil belajar. Nilai rata-rata hasil belajar pada pra tindakan 69,64 sedangkan nilai rata-rata hasil belajar pada

60

siklus I mengalami peningkatan yaitu mencapai 73,82. Jumlah siswa yang tuntas belajarnya juga mengalami peningkatan yaitu dari 4 orang siswa (23,52%) menjadi orang siswa ( 35,29%). Data tes hasil belajar selengkapnya dapat dibaca pada lampiran 6 halaman 89.

Untuk lebih jelasnya perbandingan ketuntasan hasil belajar pratindakan dan siklus I disajikan dalam bentuk diagram dibawah ini

Gambar 2. Diagram Ketuntasan Hasil Belajar Pra Tindakan dan Siklus I

Berdasarkan gambar 2. dapat menunjukan adanya peningkatan ketuntasan hasil belajar dari pra tindakan ke siklus I, pada pra tindakan tuntas 23.52% meningkat menjadi 35,29% pada siklus I. tidak tuntas pra tindakan 76,47% menjadi 64,70% pada siklus I. Berdasarkan data di atas maka penelitian dilanjutkan pada siklus II.

61 4. Refleksi

Refleksi dilakukan oleh peneliti selaku observer beserta observer lain dan juga dengan guru selaku pelaksana pembelajaran. Berdasarkan hasil observasi yang menunjukan bahwa kerja sama dalam kelompok belum optimal dan beberapa siswa masih sibuk main sendiri serta tes hasil belajar belum memenuhi kriteria keberhasilan maka, dilakukan perbaikan untuk siklus kedua yaitu dengan menyesuaikan jumlah siswa tiap kelompok menjadi empat orang. Dan memberikan tugas kepada masing-masing anggota kelompok. Guru memberikan bimbingan kepada masing-masing kelompok secara efektif.

b. Siklus II

1. Perencanaan

Dalam perencanaan tindakan ini guru sebagai pelaksana pembelajaran peneliti sebagai pengamat dan membantu guru dalam kegiatan kelompok siswa. Pengamatan dilakukan oleh peneliti dan dibantu oleh satu orang teman observer. Beberapa hal yang perlu dipersiapkan dalam rencana tindakan yaitu: Membuat RPP, menyiapkan LKS, mempersiapkan media, mempersiapkan lembar observasi dan mempersiapkan soal tes untuk siklus II.

62 2. Pelaksanaan

a) Pertemuan pertama

Pertemuan pertama dalam siklus II menerapkan metode inkuiri terbimbing ini mempelajari jenis-jenis tanah. Pembelajaran dimulai dengan apersepsi atau bahan pengait yang sesuai dengan tema yang akan dipelajari yaitu jenis-jenis tanah. Dalam kegiatan apersepsi guru menanyakan kepada

siswa “ apakah siswa sering melihat macam-macam tanah

sekitar tempat tinggal?”. Dari pertanyaan guru tentang jenis

tanah, siswa diarahkan kepada topik yang akan dipelajari yaitu

“jenis-jenis tanah”. Dari kondisi tersebut guru mengondisikan

siswa membentuk kelompok kerja yang ada. Setelah kelompok kerja terkondisikan, guru membagikan LKS kepada siswa dan siswa mengerjakan LKS tersebut secara bergantian sesuai dengan pengamatannya. Dalam pelaksanaan percobaan/ pengamatan siswa diajak bekerja sama dalam kelompoknya masing-masing. Siswa terlibat aktif dalam melakukan percobaan dan pengamatan serta siswa mencari tahu jawaban sendiri dari buku/modul yang siswa baca. Siswa bertanya kepada guru tentang hal yang belum siswa pahami dan belum jelas. Kemudian siswa menuliskan hasil percobaan dan pengamatan kedalam LKS tersebut. Hasil pengamatan dipresentasikan didepan kelas secara berkelompok.

63 b)Pertemuan Kedua

Pelaksanaan penelitian pada pertemuan kedua mempelajari tentang komposisi dan susunan tanah pelaksanaan pembelajaran berawal dari apersepsi dengan cara guru mengulang materi yang telah dipelajari pada pertemuan sebelumnya, kemudian guru memberi pertanyaan kepada siswa “apakah kalian pernah melihat jenis tanah humus dan liat” dengan serentak siswa, menjawab pernah.

Setelah apersepsi selesai dilakukan, guru meminta siswa membentuk kelompok sesuai dengan kelompok kerja (anggota kelompok di sesuaikan). Siswa kemudian mengkondisikan untuk dapat membentuk kelompok dengan tertib. Pada saat siswa bekerja berkelompok guru membagikan LKS (lembar kerja siswa). Guru membimbing kerja kelompok lebih efektif.

3. Observasi

Peneliti bersama observer yang lain melakukan observasi pada saat proses pembelajaran hasil observasi ditemukan guru melaksanakan pembelajaran dengan metode inkuiri terbimbing dimulai dengan apersepsi dilanjutkan kegiatan inti yaitu siswa aktif melakukan percobaan/pengamatan tentang komposisi dan susunan tanah dilanjutkan diskusi mengerjakan LKS, kemudian wakil kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompok. Siswa nampak

64

antusias mengikuti proses pembelajaran. Namun tidak seluruh siswa dapat bekerja sama dalam kelompok, masih ada beberapa siswa yang sibuk sendiri. Setelah dilakukan tes hasil belajar hasilnya belum memenuhi kriteria keberhasilan.

Tabel 6. Data Hasil Belajar Siswa Siklus II

No. Data Hasil Belajar Keterangan

1. Nilai Total 1420

2. Rata-Rata 85

3. Nilai Tertinggi 90

4. Nilai Terendah 80

5. Jumlah Siswa Yang Tuntas 17

6. Jumlah Siswa Yang Belum Tuntas - 7. Persentase Siswa Yang Tuntas 100% 8. Persentase Siswa Yang Belum Tuntas -

Dari tabel 7. di atas dapat diketahui jumlah siswa yaitu ada 17 siswa yang tuntas sebanyak 17 siswa yaitu 100%. Hasil belajar dari pra tindakan, siklus I, siklus II sebagai berikut.

Tabel 7. Hasil Belajar Siswa dari pra tindakan, siklus I dan siklus II

No. Data Hasil Belajar Pra Tindakan Siklus I Siklus II 1. Nilai Total 1184 1255 1420 2. Rata-Rata 69,64 73,82 85 3. Nilai Tertinggi 80 80 90 4. Nilai Terendah 50 55 80

5. Jumlah Siswa Yang Tuntas

4 6 17

6. Jumlah Siswa Yang Belum Tuntas

13 11 -

7. Persentase Siswa Yang Tuntas

23,52% 35,29% 100% 8. Persentase Siswa Yang

Belum Tuntas

74,47% 64,70% - Artinya terdapat peningkatan sebesar 100% dari ketuntasan

65

belajar pada siklus I yaitu 35,29%. Berdasarkan data hasil belajar semua siswa kelas VB sesuai dengan kriteria keberhasilan. Untuk lebih jelas ketuntasan belajar pra tindakan, siklus I, dan siklus II disajikan dalam bentuk diagram berikut:

Gambar 3. Diagram Ketuntasan Belajar Pra Tindakan, Siklus I, dan Siklus II

4. Refleksi

Refleksi dilakukan oleh peneliti selaku observer beserta observer lain dan juga dengan guru selaku pelaksana pebelajaran. Berdasarkan hasil observasi dan refleksi yang menunjukan bahwa kerja sama dalam kelompok sudah optimal dan semua siswa sudah aktif dalam kelompoknya karena guru memberikan bimbingan kepada masing-masing kelompok secara efektif. Pembelajaran sudah sesuai dengan metode inkuiri terbimbing serta hasil kerja kelompok siswa sudah memenuhi kriteria keberhasilan maka, tidak ada perbaikan untuk siklus II ketuntasan siswa dalam belajar 100%.

66

Peningkatan hasil belajar 69,64 pada pra siklus meningkat menjadi 73,82 di siklus I, dan meningkat lagi menjadi 85 pada siklus II, berdasarkan hasil data tersebut maka penelitian dihentikan pada siklus II.

B. Pembahasan

Usman Samatowa (2011: 2) IPA membahas tentang gejala-gejala alam yang disusun secara sistematis yang bedasarkan hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan oleh manusia. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Powler dalam Winaputra, (1992: 122) bahwa IPA merupakan ilmu yang berhubungan dengan gejala alam dan kebendaan yang sistematis yang tersusun secara teratur, berlaku umum yang berupa kumpulan dari hasil observasi dan eksperimen/sistematis (teratur) artinya pengetahuan itu tersususun dalam suatu sistem, tidak berdiri sendiri, satu dengan lainnya saling berkaitan, saling menjelaskan sehingga seluruhnya merupakan suatu kesatuan yang utuh, sedangkan berlaku umum artinya pengetahuan itu tidak hanya berlaku atau oleh seseorang atau beberapa orang dengan cara eksperimentasi yang sama akan memperoleh hasil yang sama atau konsisten.

Pada pra siklus hasil belajar siswa belum memenuhi kriteria ketuntasan yaitu (69,64) karena metode pembelajaran yang digunakan ceramah dan Tanya jawab sehingga siswa bosan, hafalan tidak memperoleh pengelaman yang konkrit. Siklus I meningkat menjadi 73,82, karena menerapkan metode pembelajaran inkuiri terbimbing dimana siswa didesain untuk dapat belajar dengan menemukan sendiri jawaban dari materi yang dipelajari melakukan

67 kegiatan percobaan/pengamatan.

Menurut Wina Sanjaya (2006: 196), metode pembelajaran inkuiri (SPI) adalah rangkaian pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Proses berpikir itu sendiri biasanya dilakukakn melalui Tanya jawab antara guru dan siswa. Maslichah Asy’ari (2006: 27) prinsip inkuiri atau penemuan perlu diterapkan dalam pembelajaran IPA karena pada dasarnya anak memiliki rasa ingin tahu yang besar, sedang alam sekitar penuh dengan fakta tau fenomena yang dapat merangsang siswa ingin tahu lebih banyak.

Dalam inkuiri terbimbing siswa aktif melakukan percobaan/pengamatan sehingga siswa memperoleh pengelaman konkrit. Dengan pengelaman konkrit siswa mengalami kemajuan, siswa dapat memproses Ilmu Pengetahuan sebagai lebih mudah mempelajari IPA, tetapi masih ada siswa yang masih belum serius dalam menerima pelajaran maupun melakukan percobaan/ pengamatan. sehingga siswa paham tentang materi yang dipelajari. Dan hasil tes dari siklus I belum memenuhi kriteria keberhasilan ≥75.

Setelah itu dilanjukan dengan siklus II dengan menerapkan metode inkuiri terbimbing, kegiatan pembelajaran pun dilakukan secara berkelompok, disesuaikan dan bimbingan, guru lebih efektif dalam membimbing siswa dalam mengerjakan tugas kelompok. Guru lebih memperhatikan siswa agar siswa lebih aktif di kelas selama proses pembelajaran dan kegiatan percobaan/ pengamatan berlangsung secara kelompok. Setelah itu guru mengondisikan

68

pembelajaran agar lebih kondusif, sehingga siswa lebih mudah mempelajari IPA. Maka hasilnya baik dan memenuhi kriteria keberhasilan yaitu rerata hasil belajar 85.

Penggunaaan metode inkuiri terbimbing yang guru lakukan tentunya lebih memunculkan keaktifan siswa sebab pembelajaran dengan inkuiri terbimbing, siswa mencari jawaban sendiri sesuai dengan materi yang diajarkan dengan situasi nyata siswa dan mendorong siswa untuk mencari tahu jawaban atas pentanyaan yang diberikan guru. Begitu juga akan muncul keaktifan siswa dalam berdiskusi kelompok, tanya jawab serta dengan bimbingan guru sangat berarti bagi siswa. Sehingga suasana belajar yang tercipta lebih menyenangkan dan bermakna.

Hasil belajar siswa merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar. Hasil belajar IPA pembelajaran tersebut dapat dilihat penilaian evaluasi siswa. Pada siklus II dikatakan bahwa rata-rata hasil belajar siswa meningkat dibandingkan pra tindakan dan siklus I, peningkatan mencapai 69,64 dan 73,82. Dari data tersebut menunjukan hasil belajar siswa mengalami peningkatan. Ketuntasan pra tindakan, siklus I dan siklus II mengalami peningkatan yaitu 69,64%, 73,82%,dan 83,52%. Dan ketidaktuntasan siswa pada siklus pra siklus dan siklus I mengalami peningkatan yaitu 23,52% menjadi 35,29%.

Peningkatan hasil belajar pada siklus II dipicu oleh penerapan metode inkuiri terbimbing yang lebih ditingkatkan lagi dalam pembelajaran sehingga lebih bermakna, pengelolaan kelas dengan diskusi kelompok yang lebih kecil

69

lagi dengan 3 atau 4 orang siswa tiap kelompok sesuai dengan kedekatan pertemanan siswa, melibatkan keaktifan dan kreativitas siswa lebih tinggi dan bimbingan guru secara menyeluruh kepada siswa.

Dokumen terkait