1) Pasar Perdana ( Primary Market )
2.6 Arbitrage Pricing Theory (APT)
2.6.3 Jumlah Uang Beredar
Jumlah uang beredar (money supply) adalah total stok uang dalam perekonomian pada periode tertentu yang biasanya dalam kurun waktu satu tahun anggaran. Mengenai jumlah uang beredar bukan hanya untuk uang yang beredar dan berada di tangan masyarakat, melainkan seluruh uang yang dikeluarkan secara resmi oleh bank sentral maupun bank umum.
Ada dua defenisi yang jumlah uang beredar yang banyak dipakai, kedua defenisi ini disusun berdasarkan dua pendekatan, yaitu pendekatan transaksional dan pendekatan likuiditas.
2.6.3.1 Pendekatan Transaksional
Pendekatan ini biasanya digunakan untuk menghitung jumlah uang beredar dalam arti sempit (narrow money) yang dikenal dengan M1, karena pendekatan transaksional ini memandang bahwa jumlah uang beredar yang dihitung adalah jumlah uang yang diperlukan untuk keperluan transaksi. Di Indonesia yang tercakup dalam M1 adalah uang kartal tambah dengan uang giral. Dimana uang kartal terdiri atas uang kertas dan uang logam yang berlaku sedangkan uang giral terdiri atas rekening giro, kiriman uang, simpanan berjangka, dan tabungan rupiah yang sudah jatuh tempo.
2.6.3.2 Liquidity Approach
Pendekatakan ini mengartikan bahwa jumlah uang beredar adalah jumlah uang untuk kebutuhan transaksi ditambah uang kuasi. Pertimbangannya adalah sekalipun uang kuasi merupakan aset finansial yang kurang likuid dibanding uang kertas, uang logam dan rekening giro, tetapi sangat mudah diubah menjadi uang
yang dapat digunakan untuk kebutuhan transaksi. Pendekatan ini digunakan untuk menghitung jumlah uang beredar dalam arti luas (broad money) yang dikenal dengan M2. Uang kuasi terdiri dari simpanan berjangka dan tabungan penduduk pada bank umum.
Jumlah uang beredar yang tinggi di masyarakat akan menimbulkan exces liquidity, yang mengakibatkan masyarakat akan mencari berbagai alternatif investasi untuk menyalurkan kelebihan dana tersebut. Apabila masyarkat memilih untuk menyalurkan dananya dengan berinvestasi di pasar modal dimana investasi di pasar modal maka akan mengakibatkan harga-harga saham akan semakin meningkat.
2.6.4 Kurs
Kurs adalah harga dari satu mata uang dalam mata uang yang lain. Kurs sering disebut dengan valuta asing ini adalah pertukaran mata uang suatu negara terhadap negara lainnya. Perbandingan nilai antara mata uang suatu negara terhadap negara lain menimbulkan suatu nilai, yang disebut kurs valuta asing (foreign exchange rate).
Ketika mata uang relatif negara terapresiasi (nilainya naik secara relatif terhadap mata uang lainnya), barang yang dihasilkan oleh negara tersebut di luar negeri menjadi lebih mahal dan barang-barang luar negeri di negara tersebut menjadi lebih murah (asumsi harga barang domestik konstan di kedua negara). Sebaliknya, ketika mata uang suatu negara terdepresiasi, barang-barangnegara tersebut yang di luar negeri menjadi lebih murah dan barang-barang luar.
Kurs valuta asing yang ditentukan dalam pasar bebas tergantung kepada permintaan dan penawaran mata uang asing tersebut. Apabila kurs valuta asing sepenuhnya ditentukan oleh mekanisme pasar maka kurs tersebut akan selalu mengalami perubahan dari waktu ke waktu disebabkan karena adanya perubahan dalam permintaan dan penawaran valuta asing tersebut. Karena adanya perubahan dari kurs valuta asing tersebut maka di sini terdapat resiko terhadap perubahan tersebut yang disebut dengan exchange rate risk. Exchange rate risk merupakan resiko terhadap perubahan dalam exchange rate sejenis valuta yang mempunyai dampak yang tidak vafourable dalam cost untuk memperoleh revenue.
2.6.4.1 Jenis Nilai Tukar
Dalam literatur ekonomi nilai tukar mata uang suatu negara dapat dibedakan menjadi dua, yaitu nilai tukar nominal dan nilai tukar riil. Nilai tukar nominal merupakan harga relatif mata uang dua negara (Mankiw, 2003:127). Misalnya, jika nilai tukar antara dolar AS dan rupiah adalah 9000 per dolar, maka kita dapat menukar 1 dolar untuk 9000 rupiah di pasar uang sedangkan nilai tukar riil merupakan harga relatif dari barang-barang di antara dua negara. Nilai tukar riil menyatakan tingkat di mana pelaku ekonomi dapat memperdagangkan barang-barang dari suatu negara untuk barang-barang-barang-barang dari negara lain.
Nilai tukar riil di antara kedua negara dihitung dari nilai tukar nominal dan tingkat harga di kedua negara. Hubungan nilai tukar riil suatu mata uang dengan nilai tukar nominal, harga barang domestik dan harga barang luar negeri dapat dirumuskan sebagai berikut:
Rasio tingkat harga merupakan perbandingan antara tingkat harga dalam negeri dengan tingkat harga di luar negeri. Dari rumus diatas, maka jika nilai tukar riil tinggi, barang-barang luar negeri relatif lebih murah, dan barang barang domestik relatif lebih mahal. Sedangkan jika nilai tukar riil rendah, barang-barang luar negeri relatif lebih mahal dan barang-barang-barang-barang domestik relatif lebih murah.
2.6.4.2 Sistem Valuta Asing
Pada setiap negara terdapat suatu sistem kurs valuta asing yang ditentukan oleh kebijakan yang dianut oleh pemerintah masing-masing negara tersebut. Ada 3 jenis sistem kurs valuta asing yang dipakai suatu negara, yaitu :
a. Sistem kurs bebas, atau sering disebut juga sistem kurs mengambang. Dalam sistem ini tidak ada campur tangan pemerintah untuk menstabilkan nilai kurs. Nilai tukar kurs ditentukan oleh permintaan dan penawaaran terhadap valuta asing.
b. Sistem kurs tetap, dalam sistem ini pemerintah atau bank sentral negara yang bersangkutan turut campur secara aktif dalam pasar valuta asing dengan membeli atau menjual valuta asing jika nilainya menyimpang dari standar yang telah ditentukan.
c. Sistem kurs terkontrol/terkendali, dalam sistem ini pemerintah atau bank sentral negara yang bersangkutan mempunyai kekuasaan eksklusif dalam menentukan alokasi dari penggunaan valuta asing yang tersedia. Warga negara tidak bebas untuk campur tangan dalam transaksi valuta asing. Capital inflows dan ekspor barang-barang menyebabkan tersedianya valuta asing.
Perubahan nilai tukar sangat berdampak pada tingkat return ataupun risiko yang akan diterima oleh investor karena risiko perubahan nilai tukar paling berpengaruh pada perusahaan yang sebagian besar bisnisnya melakukan transaksi mata uang. Perubahan nilai tukar pada umumnya pada akhirnya dapat mempengaruhi arus kas yang akan diterima oleh perusahaan itu, sehingga akan berpengaruh pada pilihan investasi.