METODE PENELITIAN
4.7 Pengujian Hipotesis
4.6.2 Pengujian teknik analisis data panel
1. Pengaruh independen variabel secara simultan terhadap return saham pertambangan.
Pengujian ini dilakukan untuk melihat pengaruh variabel independen (tingkat inflasi, nilai tukar rupiah, jumlah uang beredar (M2), volume perdagangan saham, dan tingkat suku bunga SBI) secara bersama-sama terhadap variabel dependen (return) dengan menggunakan data panel. Hasil pengujian dengan Pooled Least Squared dengan menggunakan Fixed Effect Model, dapat dilihat pada tabel 4.7.
No Emiten Koefisien Nilai Prob
1 BUMI -2.436642 0.061 2 DOID -2.374028 0.1126 3 PTBA -0.503459 0.5856 4 PTRO -2.150359 0.1758 5 MEDC -1.329402 0.0687 6 TINS -2.646451 0.0212 7 CTTH 0.559453 0.5078 8 MITI 0.04723 0.2789
Pengujian untuk melihat pengaruh ini dilakukan dengan menggunakan uji signifikansi simultan yaitu uji F, dari uji ini nantinya dapat menunjukkan apakah variabel independen secara bersama-sama mempunyai pengaruh terhadap variabel dependen. Setelah mengamati tabel diatas dapat diketahui signifikansi uji tersebut adalah sebesar 3.901671 dan signifikan pada 0.000010. Dari hasil uji ini dapat dilihat Fhitung > Ftabel berarti H1diterima dan H0
2. Pengaruh independen variabel secara parsial terhadap return saham pertambangan.
ditolak, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variabel makroekonomi yang diujikan yakni : tingkat inflasi, nilai tukar rupiah, jumlah uang beredar (M2), volume perdagangan saham dan tingkat suku bunga SBI secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap return saham sektor pertambangan.
Pengaruh tingkat inflasi, nilai tukar rupiah, jumlah uang beredar (M2), volume perdagangan saham dan tingkat suku bunga SBI di uji dengan uji t bertujuan untuk melihat signifikansi pengaruh variabel bebas secara individu terhadap variabel dependen. Hasil pengujiannya dapat diamati pada tabel 4.7
Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel tingkat inflasi mempunyai nilai probabilitasnya menunjukkan angka yang cukup besar yakni sebesar 0.8499 lebih besar dari 0.05 sehingga disimpulkan tingkat inflasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap return saham.
Untuk variabel nilai tukar rupiah, hasil penelitian ini menunjukkan nilai tukar rupiah berpengaruh negatif dan signifikan terhadap return saham pada 8 perusahaan sektor pertambangan yang ada di Indonesia. Nilai koefisien regresi perubahan nilai tukar dollar terhadap rupiah adalah sebesar negatif 1.140362 artinya setiap penguatan 1 poin dollar Amerika terhadap rupiah akan mengurangi return saham sektor pertambangan sebesar -1.140362. Nilai probabilitas t-statistik 0.000 < 0.05 sehingga nilai tukar rupiah dinyatakan berpengaruh dan signifikan dalam menjelaskan return saham. Hal ini terjadi karena pada umumnya karakteristik perusahaan sektor pertambangan memiliki komoditi yang sebagian besar diekspor ke luar negeri.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jumlah uang beredar dalam hal ini adalah jumlah uang beredar dalam arti luas (broad money) M2 menunjukkan nilai probabilitas sebesar 0.8257 > 0.05 sehingga dapat disimpulkan bahwa jumlah uang beredar (M2) tidak berpengaruh dan tidak signifikan dalam menjelaskan return 8 saham sektor pertambangan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa volume perdagangan saham memiliki nilai probabilitas yang cukup besar yaitu sebesar 0.8451 > 0.05 sehingga dapat disimpulkan bahwa volume perdagangan saham tidak berpengaruh dan signifikan terhadap return 8 saham sektor pertambangan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat suku bunga SBI mempunyai nilai probabilitas sebesar 0.0003 < 0.05 sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel tingkat suku bunga SBI berpengaruh signifikan.
Nilai koefisien sebesar -1.520494 ini dapat diartikan bahwa bagi saham perusahaan pertambangan setiap penguatan 1 poin tingkat suku bunga SBI akan mengurangi return saham perusahaan sektor pertambangan sebesar -1.520494 dalam menjelaskan 8 saham perusahan sektor pertambangan. 4.8 Analisis Model APT
Dari hasil regresi variabel-variabel diatas dapat dilihat bahwa dari delapan perusahaan emiten yang menjadi sampel penelitian ini, ada 3 perusahaan yang dapat menjelaskan model APT dengan menggunakan 5 variabel makro ekonomi yaitu tingkat inflasi, nilai tukar rupiah terhadap dollar AS, jumlah uang beredar dalam hal ini adalah M2, volume perdagangan saham, suku bunga SBI. Adapun emiten yang signifikan dan dapat dijelaskan dengan model APT adalah emiten BUMI, MEDC dan TINS. Adapun hasil analisis adjusted R-squarednya dapat disimpulkan sebagai berikut :
Emiten BUMI jika dari adjusted R-squarednya adalah sebesar 28.31%, dapat disimpulkan bahwa dari empat variabel makro tersebut hanya dapat menjelaskan return BUMI sebesar 28.31% saja, sementara sisanya sebesar 71.69% dijelaskan oleh variabel lainnya aeperti kondisi internal perusahaan dan systematic risk lain. Emiten MEDC jika dari adjusted R-squarednya adalah sebesar 23.52%, dapat disimpulkan bahwa dari empat variabel makro tersebut hanya dapat menjelaskan return MEDC sebesar 76.48% saja, sementara sisanya sebesar 71.69% dijelaskan oleh variabel independen lainnya yang tidak dimasukkan ke dalam penelitian ini seperti kondisi internal perusahaan dan systematic risk lain.
Emiten TINS jika dari adjusted R-squarednya adalah sebesar 16.21%, dapat disimpulkan bahwa dari empat variabel makro tersebut hanya dapat menjelaskan return TINS sebesar 16.21% saja, sementara sisanya sebesar 83.79% dijelaskan oleh variabel independen lainnya yang tidak dimasukkan ke dalam penelitian ini seperti kondisi internal perusahaan dan systematic risk lain.
Bila dilihat dari rendahnya adjusted R-squared masing-masing emiten dapat disimpulkan bahwa jika dilihat dari karakteristik sabagian besar perusahaan pertambangan yang tidak begitu berpengaruh besar terhadap perubahan variabel makroekonomi. Namun dari penelitian ini didapatkan bahwa variabel nilai tukar rupiah terhadap dollar AS cukup berpengaruh dalam industri pertambangan. Selain itu volume perdagangan dan tingkat suku bunga SBI juga memberikan pengaruh terhadap return saham pertambangan. Dari satu sisi, menjadi hal yang positif saham sektor pertambangan tidak cukup berpangaruh tergadap pergerakan variabel makro ekonomi mengingat kondisi makroekonimi indaonesia masih cukup rentan dan tergolong fluktuatif sehingga tidak memberi pengaruh yang terlalu besar bila kondisi makroekonomi terkadang terpuruk.
Dari hasil regresi variabel-variabel diatas dengan menggunakan data panel dengan model FEM (Fix Effect Model) dengan pooled EGLS dalam penelitian ini menunjukkan bahwa hasil estimasi ini dapat diartikan bahwa model dengan teknik estimasi persamaan GLS dapat menjelaskan variasi menggunakan 5 variabel makroekonomi (independen variabel) terhadap return saham (dependen variabel) sebesar 9.25% dapat disimpulkan bahwa dari kelima variabel independen tersebut
hanya dapat menjelaskan retun saham sektor pertambangan secara keseluruhan sebesar 9.25%.
Dari hasil regresi ini dapat dianalisis bahwa dari kelima variabel makroekonomi sebagai variabel independen, hanya variabel nilai tukar rupiah dan tingkat suku bunga SBI yang berpengaruh negatif dan signifikan dalam menjelaskan 8 return saham sektor pertambangan. Selain itu dapat dianalisis melalui Substituted coefficients bahwa saham perusahaan yang mempunyai rata-rata tingkat return yang terbesar (dilihat dari besarnya interceptnya) adalah return saham dari perusahaan PTRO. Sedangkan perusahaan yang mempunyai nilai rata-rata tingkat return yang paling kecil adalah return saham dari perusahaan MEDC.