• Tidak ada hasil yang ditemukan

43 2.6.1 Citizen Journalism (Jurnalisme Warga)

Aliran jurnalisme yang satu ini dalam proses pencarian beritanya dilakukan oleh warga biasa. Siapapun bisa menghasilkan berita di dalam aliran ini, karena mereka bukan wartawan professional, melainkan hanya warga yang amatiran dalam dunia jurnalisme. Beberapa kepentingan masyarakat tertampung di aliran citizen

journalism ini, diantaranya baik berupa kritik dan saran yang ditujukan kepada

pemerintah. Di dalam jurnalisme warga, masyarakat tak hanya menjadi konsumen media tetapi juga mereka bisa mencari, mengolah, dan mempublikasikan informasi. Konsep jurnalisme warga dalam http://eprints.undip.ac.id/38448/2/Bab_1.pdf sama halnya dengan civic atau public journalism di Amerika Serikat pada tahun 1998.

Kemunculan citizen journalism menjadi bukti bahwa akses media semakin terbuka untuk khalayak. Nurudin mengatakan bahwa citizen journalism adalah keterlibatan warga dalam memberitakan sesuatu tanpa memandang latar belakang pendidikan. Dalam hal ini jurnalisme warga menuliskan pandangannya akan suatu peristiwa yang ia lihat untuk kemudian dibagikan kepada masyarakat. Bentuk- bentuk jurnalisme warga menurut D.Lasica dalam tulisannya di Online Journalism Review dalam Sukartik (2016) ialah :

1. Partisipasi audience

2. Berita independen dan informasi yang ditulis dalam website 3. Partisipasi di berita situs

4. Tulisan ringan seperti email 5. Situs pemancar pribadi

44 Jika dirasa adanya kebijakan publik yang kurang memuaskan seperti rusaknya jalan, jembatan, jurnalisme warga menjadi salah satu solusi dalam menyampaikan aspirasi masyarakat. Kelebihan dari citizen journalism ini adalah menanamkan budaya tulis dan membaca kepada msyarakat, mendorong terciptanya persatuan dan kesatuan antar warga dan pemerintah, menciptakan ruang publik masyarakat, menciptakan kebebasan berapresiasi, dan memanifestasi fungsi sosial media.

Sedangkan untuk kekurangan dari citizen journalism ini adalah munculnya berita bohong atau hoax, karena kualitas berita yang rendah membuat sulit untuk memverifikasi kebeneran yang ada. Selain itu kekurangannya adalah tidak representatif diakibatkan kelemahan professionalitas dari pembuat berita, seringnya menggunakan prasangka dan tidak objektif membuat berita yang dihasilkan warga kurang terpercaya, dan berbagai pendapat yang ada masih belum representatif.

2.6.2 Yellow Journalism (Jurnalisme Kuning)

Jurnalisme kuning atau yellow journalism adalah salah satu aliran jurnalisme yang memiliki judul-judul bombamtis, tetapi setelah membaca isi dari beritanya maknanya tidak terlalu penting dan seheboh judulnya. Aliran jurnalisme ini sering disebut pemburukan makna karena isi dari pemberitannya adalah hal-hal yang sensasional. Tujuan dari jurnalisme kuning ini adalah meningkatkan penjualan, oleh karenanya fokus dari jurnalisme kuning adalah ketertarikan masyarakat terhadap isi berita. Ciri dari jurnalisme kuning ialah penggunaan ilustrasi berupa gambar yang imajinatif, design layout yang cenderung berani dan ekperimental, untuk menarik perhatian penuh dari masyarakat jurnalisme kuning

45 biasa mempromosikan diri.Dengan adanya internet yang semakin canggih seperti sekarang, membuat jurnalisme kuning dapat menjangkau para pembacanya. Jika ditinjau dalam sejarah, istilah jurnalisme kuning muncul pada tahun 1800-an. Jurnalisme kuning muncul ditandai dengan “pertempuran headline” antara dua Koran besar di New York. Diantaranya milik Joseph Pulitzer (New York World), dan William Randolph Hearst (New York Journal).

2.6.3 Peace Journalism (Jurnalisme Damai)

Salah satu aliran jurnalisme yang isinya membentuk opini publik untuk menciptakan perdamaian adalah peace jornalism atau jurnalisme damai. Dengan menggunakan gaya bahasa eufemisme, aliran jurnalisme damai menekankan pentingnya empati dan mempererat tali silaturahmi dan persaudaraan antar sesama umat. Jika membahas jurnalisme damai, maka tidak bisa lepas dari bahasan jurnalisme perang atau war journalism. Istilah jurnalisme damai dikenalkan oleh Johan Galtung pada tahun 1970-an. Fokus dari jurnalisme ini adalah bagaimana menyelesaikan sebuah konflik. Jurnalisme damai memberi perhatian pada sebab-sebab struktural dan kultural dari kekerasan.

Menurut Iswandi Syahputra (2006) dalam bukunya “Jurnalisme Damai, Meretas Ideologi Peliputan di Area Konflik”, konflik bisa muncul kapan saja dan dimana saja yang harus dibarengi dengan semangat kuat untuk memerangi konflik tersebut. Konsep pelaporan dari jurnalisme damai ialah kejadian dalam bingkai yang lebih luas, berimbang, dan akurat yang berdasar pada informasi tentang konflik tersebut.

46 2.6.4 War Journalism (Jurnalisme Perang)

Jurnalisme perang adalah lawan dari jurnalisme damai. Gaya bahasa yang digunakan dalam aliran war journalism ini adalah bahasa disfemisme yang mengandung provokasi untuk ditujukan pada para pembaca. Fokus dari jurnalisme ini adalah peliputan kegiatan perang yang biasanya terdapat adegan kekerasan didalamnya.

2.6.5 Jurnalisme Kepiting

Aliran jurnalisme kepiting pertama kali dipopulerkan oleh wartawan Rosihan Anwar. Pada aliran jurnalisme ini menekankan pada jalan tengah dalam menghadapi persoalan. Contohnya saja saat menanggapi kasus persoalan politik, jurnalisme kepiting menempatkan diri dengan sangat hati-hati dalam proses penyelesaiannya. Aliran ini memiliki keyakinan bahwa bagaimanapun pers tidak akan pernah lepas dari sistem politik. Kompas menjadi salah satu koran yang disegani di Indonesia berkat Jakob Oetama. Dalam hal ini koran kompas bergerak layaknya kepiting saat melihat hubungan antara kekuasaan dan kebebasan pers.

2.6.6 Jazz Journalism (Jurnalisme Jazz)

Jurnalisme jazz atau biasa disebut dengan jurnalisme pendek lebih menekankan pada sensasi pemberitaan. Tujuan utama dari jazz journalism ini adalah mengundang rasa penasaran yang tinggi. Contohnya isu skandal seks, prahara rumah tangga, gaya hidup artis, dan lain-lain.

47 2.6.7 Advocay Journalism (Jurnalisme Advokasi)

Jurnalisme advokasi adalah aliran jurnalisme yang sengaja dan transparan dalam memandang situasi politik. Hampir mirip dengan propaganda, tetapi laporan dari jurnalisme advokasi berbasis pada fakta. Secara praktis, jurnalisme advokasi adalah laporan sebuah isu, masalah, kasus, dengan tujuan membentuk opini publik sehingga memunculkan kesadaran dan dukungan dari masyarakat. Di Eropa dan Amerika, tradisi jurnalisme advokasi berkembang pada tahun 1800-1920an.

Dokumen terkait