• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tahun 2009 :

l Rencana zonasi dan rencana pengelolaan wilayah kab. Bintan

l Pemasangan tanda batas dan rambu-rambu laut untuk kawasan MMA di kec. Tambelan

l Pemasangan tanda batas dan rambu-rambu laut untuk kawasan pantai timur bintan

Tahun 2010

l Peraturan Bupati Tentang Rencana Zonasi Dan Rencana Pengelolaan Kawasan Nomor : 25 Tanggal 22 Oktober 2010 Sudah Di Tandatangani Oleh Bupati Bintan. Peta Lokasi

Nama Kawasan :

Kawasan Konservasi Perairan Kabupaten Bintan

Dasar Hukum:

Dasar hukum pengelolaan kawasan konservasi Kabupaten Bintan adalah sebagai berikut :

1. Peraturan Daerah (PERDA) Kabupten Bintan No. 12 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Terumbu Karang

2. Peraturan Bupati Bintan No. 13/II/2009 tentang Rencana Strategis (RENSTRA) Pengelolaan Terumbu Karang Kab. Bintan Tahun 2009-2014 tanggal 5 Februari 2009

3. Kawasan Konservasi Laut Daerah Kabupaten Bintan Melaui SK Bupati No. 261/VIII/2007 pada tanggal 24 Agustus 2007

Luas Kawasan :

Kawasan Konservasi Perairan ini memiliki luas 472.905 Ha.

Letak geograis dan Administratif :

Kawasan Konservasi ini meliputi beberapa wilayah

administrative antara lain Kecamatan Bintan Pesisir, Gunung Kijang, Tambelan. Kecamatan Tambelan merupakan daerah yang berbatasan langsung dengan Laut Cina Selatan pada bagian Utara dan Selatan, sedangkan pada bagian Barat berbatasan dengan Kecamatan Bintan Timur, dan bagian Timur berbatasan dengan Provinsi Kalimantan Barat.

Adapun rincian zonasi adalah sbb :

ZONA INTI terdapat di perairan laut Kecamatan Gunung Kijang seluas 1.759 Ha, Pulau Mapur seluas 2.165 Ha Kecamatan Tambelan 8, 16 Ha

ZONA PERIKANAN bERKELANJUTAN terdapat di perairan laut Kecamatan Gunung Kijang seluas 11.264 Ha ,Pulau Mapur seluas 31.647 Ha dan Kecamatan Tambelan 15, 58 Ha

ZONA PEMANFAATAN terdapat di perairan laut Kecamatan Gunung Kijang seluas 7.152 Ha,Pulau Mapur seluas 3.470 Ha dan Kecamatan Tambelan 7, 63 Ha

Keanekaragaman Hayati :

Selain ekosistem terumbu karang, ekosistem mangrove masih sangat mudah kita temui khususnya di wilayah Kecamatan Tambelan. Spesies ekosistem mangrove yang dapat ditemukan diantaranya adalah Rhizopora mucronata, Bruguiera gymnorhiza, Soneratia alba, Rhizopora stylosa, Xylocarpus mluccensis, Rhizopora apiculata, Lumnitzera littorea, Heritiera litoralis, Ceriops tagal, dan Excoecaria agallocha.Pomacentrus moluccensis, Lutjanus decussates, Amblyglyphidodon curacao, Chaetodon octofaciatus, Paraglyphidodon nigrosis, Abudefduf sexfaciatus, Thalassoma lunare. Selain itu, megabenthos yang ditemukan yaitu

Acanthaster planci, Diadema setosum, dan kima.

Potensi Pariwisata :

Salah satu wisata unggulan di daerah Bintan adalah wisata pantai. Pantai Lagoi, terletak di Kecamatan Bintan Utara

memiliki pemandangan alam yang indah dan kondisi lingkungan yang bersih. Pengunjung dapat berenang, berendam dan menyelam keindahan dasar perairan pantai. Tempat wisata yang telah dikembangkan di Lagoi adalah Kawasan Wisata Terpadu Eksklusif Lagoi, Pantai Sebong Pereh, dan Desa wisata Sebong Pereh yang menawarkan wisata bahari. Pulau Bintan tidak hanya terkenal dengan Pantai Lagoi, akan tetapi tempat-tempat wisata lain mulai dari wisata alam, wisata ekologi, wisata budaya, serta wisata sejarah. Alternatif wisata yang ada seperti Pantai Tanjung Berakit, Pantai Trikora dan perkampungan Nelayan Kawal, pantai-pantai di Pulau Kecil di sekitar Pulau Bintan, dan Bintan Leisure Park, serta Air Terjun Gunung Bintan, Goa Gunung Bintan, dan Danau Bekas Galian Bouksit Alam Tirta di Kecamatan Teluk Bintan.

Aksesibilitas :

Untuk menuju Bintan dari Jakarta, kita bisa melakukan perjalanan dengan dua alternative. Pertama, melalui laut via Batam dan penerbangan langsung dengan rute Jakarta- Tanjung Pinang.

Status Pengelolaan :

Pengelola Kawasn ini adalah UPTD yang berdasarkan Peraturan Bupati Bintan Nomor 7 Tahun 2009 tentang “perubahan Ketiga Atas Peraturan Bupati Nomor 7 Tahun 2009 Tentang Pembentukan Organisasi Unit Pelaksana Teknis Daerah pada Dinas Daerah dan Lembaga Teknis Daerah di lingkungan Pemerintahan Kabupaten Bintan”. Tanggal 26 Agustus 2010. Sementara itu upaya pengelolaan kawasan telah dilakukan sejak tahun 2007 dengan rincian sbb :

Tahun 2007 :

l Penyusunan zonasi di kab. Bintan

Tahun 2008 :

l Pengelolaan terumbu karang dan MMA untuk kawasan kec. Gunung kijang dan bintan pesisir

Nama Kawasan :

1. Kawasan Konservasi Laut Daerah Kabupaten bintan

2. Dasar Hukum :

- Pencadangan :

l Keputusan Bupati Bintan Nomor : 261/VIII/2007, tentang Kawasan Konservasi Laut Daerah Kabupaten Bintan.

- Rencana Pengelolaan dan Zonasi :

l Peraturan Daerah Kabupaten Bintan Nomor 12 Tahun 2008, tentang Pengelolaan Terumbu Karang.

- Unit Organisasi Pengelola :

l Peraturan Bupati Bintan Nomor 20 Tahun 2010, tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan Bupati Bintan Nomor 7 Tahun 2009 tentang Pembentukan Organisasi Unit Pelaksana Teknis Daerah pada Dinas Daerah dan Lembaga Teknis Daerah di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Bintan.

- Penetapan : -

- Keterkaitan dengan dasar hukum/kebijakan daerah (PERDA, PERBUP, dll.):

l Perda Kabupaten Bintan Nomor 14 tahun 2007, tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bintan;

Kawasan Konservasi Perairan Daerah

Kabupaten Bintan

l Perda Nomor 3 Tahun 2008, tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah;

l Perda Kabupaten Bintan Nomor 12 Tahun 2008, tentang Pengelolaan Terumbu Karang;

l Peraturan Bupati Bintan Nomor 13/II/2009, tentang Rencana Strategis Pengelolaan Terumbu Karang Kabupaten Bintan Tahun 2009-2014.

3. Luas Kawasan :

4. Letak, Lokasi, dan batas-batas Kawasan:

Luasan area kkld kab. Bintan dengan luas perairan laut 472.905 ha, mencakup dua wilayah perairan, yaitu:

1. Kawasan perairan laut pesisir timur Kecamatan Gunung Kijang dan Kecamatan Bintan Pesisir seluas 116.000 ha; 2. Kawasan perairan laut di Kecamatan Tambelan seluas

356.905 ha.        No Nama Zona Bintan Pesisir Gunung

Kijang Tambelan Total

Satuan Ha Ha Ha Ha Ha 1 Inti 2.165 7.036 25.260 34.461 2 Berkelanjutan 31.647 11 1.558 33.216 3 Pemanfaatan 3.470 7.152 7.630 18.252 4 Lainnya 167.897 63.945 155.134 386.976 5 205.179 78.145 189.582 472.905

5. Target Konservasi:

- Target Sumberdaya (Bioekologis)

l Melindungi biota laut yang terancam punah;

l Melindungi kawasan dari kegiatan yang dapat merusak laut.

- Target Sosial, Budaya, dan Ekonomi

l melatih masyarakat pesisir sebagai pengelola kawasan;

l melibatkan berbagai pihak untuk mewujudkan kawasan konservasi;

l membangun infrastuktur yang memadai;

l memanfaatkan kawasan sebagai kunjungan wisata.

6. Potensi Ekologis - Keanekaragaman Hayati :

Kabupaten Bintan memiliki luasan hutan mangrove (hutan bakau) ± 14.720 Ha yang tersebar di beberapa pesisir pulau Bintan dan pulau-pulau kecil yang ada di sekitar pulau Bintan, dari hasil survey ditemukan sekitar 6.066 Ha hutan mangrove mengalami kerusakan akibat penimbunan ( reklamasi lahan mangrove untuk sarana pertokoan, perumahan tempat tinggal, dan adanya penebangan liar oleh beberapa oknum masyarakat. Kondisi baik masih ditemukan sekitar

8.154 Ha dimana lahan tersebut masih exis untuk beberapa pemanfaatan seperti untuk, lahan lindung, tempat kawasan wisata alam, dan tempat perlindungan bagi garis pantai dari hempasan gelombang. Ada sejumlah lahan lebih kurang 500 Ha saat ini dijadikan kawasan rehabilitasi dari Dinas Kehutanan, Pertanian dan Peternakan.

Potensi sumberdaya lain yang terdapat di kawasan kabupaten Bintan adalah Seagrass atau yang dikenal dengan nama padang lamun atau dalam bahasa daerahnya disebut dengan setu. Pada ekosistem ini terdapat berbagai organisme yang berasosiasi baik sebagai pray maupun predator, slah satu hewan mamalia yang berperan sebagai predator dari padang lamun ini adalah Dugong atau dikenal dengan nama ikan duyung. Hewan mamalia ini telah beberapa kali ditemukan terdampar dan ada yang mati di dikawasan Konservasi Perairan Laut Bintan tepatnya di ekosistem seagrass. Kedua sumberdaya ini diketahui mendapat ancaman dari berbagai tekanan.

Kerapatan mangrove yang berada di Bintan rata-rata 15 – 20 pohon untuk luasan 10 x 10 m², dimana ditemukan sebanyak 5 spesies yang hidup dikawasan tersebut dengan kepadatan yang bervariasi menurut jenis.Manfaat yang dapat diambil dari ekositem mangrove yang ada saat ini adalah dalam bentuk langsung seperti tempat mencari organisme yang berasosiasi seperti kepiting bakau yang dimanfaatkan sebagai pendapatan hasil tangkapan perikanan, konversi lahan menjadi lahan tambak udang untuk kawasan dengan luasan tidak terlalu besar, sedangakan jenis pemanfaatan lain yang

telah memberikan kontribusi pada pendapatan masyarakat dengan tidak merusak lingkungan yaitu berupa jasa wisata ekosistem mangrove terutama di kawasan Desa Sebong Lagoi. Lamun juga berperan penting terhadap kesehatan ekosistem terumbu karang. Ekosistem padang lamun menyaring sedimen yang berasal dari daratan kearah laut. Sedimen bisa berupa pasir, lumpur atau bahkan sampah yang bisa menutupi karang dan menyebabkan karang stres. Sedimen di ekosistem padang lamun juga dimanfaatkan menjadi materi organik yang bisa berguna bagi ekosistem terumbu karang. Daun lamun yang terbawa ke ekosistem terumbu karang dapat terurai menjadi senyawa yang dibutuhkan oleh biota terumbu karang.

Pada ekosistem lamun, juga menjadi tempat memijah beberapa biota terumbu karang, seperti ikan baronang dan beberapa jenis bintang laut. Lamun juga merupakan makanan bagi penyu. Padang lamun juga berperan sebagai perantara transfer materi dari ekosistem mangrove ke ekosistem terumbu karang. Biota dari padang lamun juga bisa menjadi makanan bagi biota terumbu karang, karena terkadang, biota

dari padang lamun, baik secara sengaja atau tidak bisa ke ekosistem terumbu karang.

7. Potensi Sosial budaya dan Ekonomi:

8. Potensi Perikanan :

Salah satu wilayah pesisir di Indonesia adalah Kabupaten Bintan yang memiliki luas wilayah 59 852.01 km2, terdiri dari 57 906.00 km2 atau (96.75 %) luas lautnya dan 1 946.01 km2 atau (3.25 %) luas daratannya, terletak diantara (1⁰15’ LU dengan 0⁰48’ LS⁰ dan 104⁰ BT disebelah Barat dengan 108⁰ BT). Wilayah Pesisir Bintan memiliki sebaran ekosistem terumbu karang dengan luasan area mencapai 25 583.89 km2 dimana telah ditemukan 181 spesies koral dengan kondisi 74 % dalam kondisi buruk dan 26 % dalam kondisi sedang (Bappeda Bintan, 2008). Hasil studi best line ekologi oleh tim CRITC- COREMAP II-LIPI 2006 dan 2007 telah dilaporkan di wilayah Kecamatan Tambelan luas area terumbu karang fringing       Mangrove

a. Luas lahan mangrove yang dimiliki : 14.720 ha kondisi rusak : 6.066 ha kondisi sedang : - ha kondisi baik : 8.154 ha b.

Luas lahan mangrove yang di

rehabilitasi : 500 ha c.

Luas lahan mangrove yang berubah

fungsi : - ha

Konversi menjadi lahan tambak : - ha lahan penggaraman : - ha lahan lainnya : - ha d.

Penanaman mangrove dalam 3

tahun terakhir : - ha e. 5 Jenis mangrove yang ada dominan : 1. Rhizopora apiculata

2. Rhizopora mucronata 3. Avicennia alba 4. Sonneratia alba 5. Rhizopora stylosa

Harapan yang dinginkan adalah segala aktivitas masyarakat di sekitar kawasan konservasi berupa usaha kerajinan, mata pencaharian alternativ, kegiatan perikanan, penyewaan fasilitas home stay, pondok wisata, makanan tradisional, jasa pemandun wisata selam dan lainnya yang telah memanfaatkan segala potensi pesisir dan laut di kawasan memberikan dukungan pada pengembangan sektor parawisata yang akhirnya dapat memberikan kontribusi yang positif dalam peningkatan perekonomian masyarakat pesisir di KKP Bintan.

Berdasarkan data keparawisataan di Bintan hingga tahun 2012 telah mencapai 20.000 orang pertahun berasal dari manca negara, fokus kunjungan wisata berada di kawasan pusat parawista di Lagoi dan pantai Trikora Kecamatan Gunung Kijang dan Pulau Nikoi serta Pulau Mangkil di Kecamatan Bintan Pesisir.

10. Aksesibilitas :

Aksesibilitas berupa jalan aspal sepanjang pantai Trikora

11. Upaya Pengelolaan Kawasan:

⁰ ⁰ ⁰ ⁰

Padang Lamun (Sea grass) a. Luas padang lamun yang dimiliki : 2918,36 ha b.

Luas kondisi padang lamun yang ada : kondisi rusak : - ha kondisi sedang : - ha kondisi baik : 2918,36 ha c.

Luas padang lamun yang

direhabilitasi - ha

d. Penanaman padang lamun dalam 3

thn terakhir : - ha e.

5 Jenis padang lamun yang

dominan : 1. Thalassodendrom ciliatum 2. Thalassia hemprichii

3. Halodule pinifolia 4. Tahalus acoroides 5. Syringodium isotifolium

Proyeksi Kondisi Terumbu Karang di DPL Kabupaten Bintan

Kondisi Baik, di DPL

2011 (T3) 2012 (T4) 2013 (T5) Target 2015 % Cover TK % Cover TK % Cover TK % Cover TK

DPL CENGOM 20,23 25,05 32,63 40,00 DPL BUSUNG BUJUR 47,57 45,00 50,03 55,00 DPL PENYUSUK 25,76 15,75 24,50 30.50 DPL KEPALA MAPUR 39,90 46,21 52,00 60.00 33,37 33,00 39,79 46.38 Kondisi Rusak, di DPL 2011 (T3) 2012 (T4) 2013 (T5) Target 2015 DPL CENGOM 40,07 12,37 12,37 12,10 DPL BUSUNG BUJUR 34,92 18,13 18,13 18,00 DPL PENYUSUK 65,46 11,47 11,47 11,20 DPL KEPALA MAPUR 52,10 20,90 20,90 20,70 48,14 15,72 15,72 15,50 9. Potensi Pariwisata :

reef, patch reef dan soal adalah sebesar 31.2618 km2 dengan

tutupan karang hidup berkisar 10.00% - 90.00% dan rata-rata sebesar 47.39% dengan estimasi karang hidup seluas 14.8150 km2. Sedangkan untuk wilayah kecamatan Gunung Kijang

yang meliputi pesisir Desa Malang Rapat, Teluk Bakau dan Kawal memiliki luasan terumbu karang sebesar 2.134.392 ha, dimana persentase tutupan karang hidup berkisar 5 – 61.90 % dengan persen rata-rata 25.27 % yang didominasi oleh karang jenis Acropora cytherea dengan bentuk pertumbuhan seperti meja (tabulet) (CRITC, Coremap II-LIPI, 2007).

Ekosistem terumbu karang di Bintan telah ditemukan beberapa organisme yang berasosiasi hidup di dasar permukaan perairan dengan ukuran lebih 1mm yang dapat terlihat oleh mata maupun melalui bantuan alat pemotretan bawah air yang disebut megabentos (Castro and Huber, 2007). Megabenthos tersebut seperti bulu babi (Diadema setosum) telah ditemukan kelimpahannya berkisar 286 - 4143 individu/ha, Kima (Tridacna gigas) ukuran besar (panjang >20 cm) kelimpahannya 143 individu/ha, dan berukuran kecil (panjang < 20 cm) sebanyak 71 individu/ha. Pencil sea urchin dan lobster tidak ditemukan sama sekali. Kelimpahan Tripang (Holothurian) yang berukuran kecil (diameter <20) sebesar 71 individu/ha. Untuk moluska (gastropoda) kelompok

Drupella sp. ditemukan dalam jumlah kecil 71 – 429 individu/ ha, sedangkan lola (Trochus niloticus) berkisaran 71 – 429 individu/ha ditemukan di pesisir pantai Kecamatan Gunung Kijang. Sedangkan organisme pemakan polip karang seperti

Acanthaster planci hanya ditemukan di wilayah Kecamatan Tambelan saja dengan kelimpahan 631 individu/ha di tiga stasiun (Gambar 1), sedangkan di terumbu karang Kecamatan Gunung Kijang tidak ditemukan. (CRITC, Coremap II-LIPI, 2007).

Untuk memahami bagaimana keterkaitan faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas terumbu karang tersebut diatas seperti peran salah satu hewan pemakan polyp karang yaitu

Acanthaster planci terhadap kerusakan terumbu karang juga sangat penting untuk mengetahui kondisi predator dari A. planci ini seperti Triton raksasa, the Humphead maori wrasse, starry Puferish dan titan Triggerish atau ada faktor lain yang paling berpengaruh terhadap interaksi yang menjaga keseimbangan kerusakan terumbu karang di Bintan.

Berdasarkan observasi parameter dari masing-masing kondisi yang dikaji kemudian dengan implikasi yang kuat bagaimana menyusun upaya dan strategi pengelolaan yang teraplikasi mengurangi kerusakan, penyelamatan, atau pemulihan kondisi ekosistem terumbu karang.

Proyeksi Kondisi Terumbu Karang di DPL Kabupaten Bintan

9. Potensi Pariwisata :

Keanekaragaaman sumberdaya hayati pesisir dan laut di kawasan Konservasi Perairan Bintan telah memberikan manfaat secara ekonomi dan jasa lingkungan yang sangat besar bagi masyarakat dan pemerintah kabupaten Bintan. Ekosistem Terumbu karang (coral reef), Padang Lamun (Seagrass) dan Mangrove merupakan sumberdaya yang tumbuh dan berkembang menghiasi kawasan pesisir dan laut KKP Bintan. Ketiga ekosistem tersebut banyak di temukan organisme yang berasosiasi yang berpotensi sebagai hewan yang jarang ditemukan di daerah lainnya seperti : Dugong, Penyu (Sea turtle), Bintang berbulu seribu (Acanthaster planci), sejumlah ikan hias karang dan organisme lainnya.

Keindahan panorama bawah laut telah memberikan kontribusi dalam even kunjungan parawisata yang ada di perairan laut Bintan dimana semua reshort maupun hotel yang ada di Bintan telah menawarkan aktivitas menyelam, snorkling, marine sport, ishing sport, dan aktivitas wisata bahari lainnya, semua aktivitas tersebut telah memberikan kontribusi secara ekonomi berupa peningkatan pendapatan masyarakat di sekitar dan adanya peningkatan penerimaan tenaga kerja.

Kawasan Konservasi Perairan Daerah