• Tidak ada hasil yang ditemukan

APBD Kabupaten Cirebon

1 Dinas

Kesehatan 165.843.010.625 388.707.284.388 554.550.295.013 2 RSUD

Arjawinangun 3 RSUD Waled

TOTAL

d. Dukungan Personil Pencapaian Standar Pelayanan Minimal

Untuk mencapai Standar Pelayanan Minimal Urusan Kesehatan tentu saja membutuhkan dukungan personil untuk pelaksanaannya. Berikut merupakan rincian dukungan personil untuk mencapai standar pelayanan minimal urusan Kesehatan.

No SKPD Jml

PNS

Jml Fungsional

Jml Struktural

Jml Non Struktural

1 Dinas Kesehatan 1550 1410 21 119

2 RSUD Arjawinangun 3 RSUD Waled

TOTAL

e. Permasalahan dan Solusi Pencapaian Standar Pelayanan Minimal 1. Permasalahan Pada Pelayanan Kesehatan ibu hamil, ibu

bersalin, bayi baru lahir dan balita (Indikator SPM 1, 2, 3 dan 4):

49

 Tenaga kesehatan belum optimal dalam melakukan analisis sederhana (PWS);

 Masih adanya kasus abortus dan masih tinggi kematian Ibu dan bayi;

 Pandemi memberikan dampak menurunkan akses pelayanan Ibu hamil, akses pelayanan neonatal, dan jadwal pelayanan posyandu dibatasi, sehingga pelayanan balita kurang optimal.

Upaya yang dilakukan dalam mengatasi permasalahan :

 Mengoptimalkan kegiatan supervisi konsultatif SPOG dan kegiatan supervisi fasilitatif bidan koordinator ke bidan di desa;

 Dilakukan sweeping ibu hamil dan sweeping pasca yandu untuk bayi dan balita;

 Optimalisasi pelayanan kesehatan Bayi Baru Lahir melalui pendekatan MTBM;

 Penguatan pelayanan kesehatan bayi balita melalui kegiatan kalakarya MTBS tingkat Puskesmas.

2. Permasalahan Pada pelayanan Kesehatan Pada Usia Pendidikan Dasar (Indikator SPM no 5)

 Jumlah sasaran usia pendidikan dasar sangat banyak, sementara karena situasi pandemi, membuat jadwal sekolah tidak berjalan sebagaimana mestinya;

 Jumlah petugas kesehatan yang memberikan pelayanan sangat terbatas.

Upaya yang akan dilakukan dalam mengatasi permasalahan

 membuat MOU antara Dinas Kesehatan dan Dinas Pendidikan sebagai dasar pelaksanaan kegiatan dan pelayanan anak usia pendidikan dasar;

 Meningkatkan sosialisasi aplikasi google form oleh petugas UKS ke Sekolah sehingga Petugas sekolah dapat melaporkan kegiatannya.

3. Permasalahan Pada pelayanan Kesehatan Pada Usia Produktif, penderita hipertensi dan penderita Diabetes Militus (Indikator SPM nomor 6, 8 dan 9) :

 Adanya pandemi covid 19 mengakibatkan penderita takut untuk datang ke fasilitas pelayanan kesehatan;

50

 Tidak seluruh sasaran bisa diakses petugas karena beragam sektor pekerjaan;

 Selalu ada pergantian kader bersamaan dengan pergantian kepemimpinan desa/kelurahan;

 Upaya penjaringan skrining penderita melalui posbindu PTM masih kurang karena jumlah Posbindu PTM, kader terlatih dan petugas terlatih belum ada disemua desa.

Upaya yang dilakukan dalam mengatasi permasalahan

 Kerjasama lintas program dan lintas sektor untuk mengingatkan penderita tetap kontrol ke fasilitas pelayanan kesehatan dengan menerapkan protokol Kesehatan;

 Kerjasama dengan pemangku jabatan di berbagai sektor pekerjaan untuk mengadakan skrining faktor risiko PTM di tempat kerja;

 Kerjasama lintas sektor untuk dibuat SK penunjukan kader PTM dengan masa kerja 5 (lima) tahunan sehingga tidak cepat berganti kader.

4. Permasalahan pada Pelayanan kesehatan Lansia

 Pada masa pandemi pelayanan posbindu sangat dibatasi;

 Sarana dan prasarana untuk skreening terbatas (alat tes gula darah dan lain-lain);

 Tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan skreening terbatas (tugas rangkap);

 Sweeping lansia/lansia resti belum optimal, sehingga skreening tidak bisa dilakukan untuk semua sasaran lansia.

Upaya yang dilakukan dalam mengatasi permasalahan

 meningkatkan sosialisasi tentang pelayanan kesehatan lanjut usia;

 Selama pandemi covid-19 posbindu PTM dilaksanakan dengan menerapkan protokol Kesehatan.

 Meningkatkan sarana prasarana untuk pemenuhan skreening lansia;

 meningkatkan jumlah dan kualitas kader posbindu,

 koordinasi lintas sektor dan lintas bidang terkait (PTM dan lain-lain).

51

5. Permasalahan pada Pelayanan kesehatan penderita Orang dengan Gangguan Jiwa Berat

 Kurangnya pemahaman keluarga penderita terhadap pentingnya pengobatan ODGJ.

 Adanya pandemi covid 19 sehingga pelacakan kasus terbatas dan temuan ODGJ Berat menjadi rendah.

 Kurangnya pemahaman petugas tentang pelayanan Kesehatan ODGJ Berat.

Upaya Yang dilakukan dalam mengatasi permasalahan

 Konseling kepada keluarga penderita tentang pentingnya pengobatan ODGJ.

 Tingkatkan kerjasama lintas sektor untuk pelacakan penderita ODGJ Baru dan selama pandemi covid-19 pelacakan kasus tetap menerapkan protokol kesehatan

 Peningkatan kapasitas petugas Kesehatan Jiwa sehingga meningkatkan kemampuan dan pengetahuan petugas tentang pelayanan kesehatan ODGJ Berat

6. Permasalahan pada Pelayanan Kesehatan orang dengan TBC

 Active case finding/Penjaringan Aktif tidak maksimal . Adanya keterbatasan petugas untuk pencarian kasus secara aktif ke desa-desa dikarenakan pandemi covid-19

 Pasive case finding / penjaringan secara pasif tidak maksimal.

Adanya penurunan jumlah kunjungan pasien ke Faskes yang mempengaruhi jumlah terduga yang diskrining TBC

 Keterbatasan APD

Upaya Yang dilakukan dalam mengatasi permasalahan

 Dilakukan penjaringan di Pustu, Posyandu, sekolah, MTBS, integrasi program PTM dll

 Integrasi penjaringan terduga TBC dengan kegiatan tracing covid-19

 Meningkatkan kegiatan investigasi kontak pada kasus terkonfirmasi bakteriologis maupun kasus anak (kasus indeks dari Puskesmas maupun dari Rumah sakit)

 Meningkatkan kerjasama dengan DPM atau klinik dalam penanggulangan TBC

52

 Memastikan penatalaksaan kasus TBC di DPM/klinik sesuai dengan program dan terlaporkan di SITB

7. Permasalahan pada Pelayanan kesehatan orang dengan resiko terinfeksi HIV

 Test HIV pada Populasi kunci dan Populasi khusus cenderung menurun dikarenakan Psycal Distancing

Upaya Yang dilakukan dalam mengatasi permasalahan

 Memaksimalkan pelaksanaan screening HIV/AIDS pada populasi khusus dan populasi kunci tetap menerapkan psycal distancing.

 Sosialisasi HIV/AIDS pada populasi khusus dan populasi kunci tetep dilakukan baik melalui media sosial maupun tatap muka dengan tetap menerapkan psycal distancing.

E. TINDAKLANJUT REKOMENDASI DPRD TERHADAP LKPJ TAHUN 2019

Berdasarkan hasil pembahasan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Bupati Cirebon Tahun 2019, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Cirebon telah memberikan rekomendasi sebagai berikut.

1. Pemerintah daerah perlu memberikan kesempatan kepada tenaga-tenaga medis yang berasal dari Kabupaten Cirebon untuk bisa bekerja di rumah sakit di Kabupaten Cirebon.

2. Bidang kesehatan merupakan salah satu pilar pembangunan masyarakat maka bentuk kerjasama serta cakupan kerjasama agar bisa lebih ditingkatkan. Terkait dengan keberadaan perusahaan atau pun lembaga swasta yang ada di Kabupaten Cirebon agar bisa lebih ditingkatkan kepeduliannya melalui CSR (coorporate social responsibility) atau tanggung jawab sosial perusahaan.

Sehubungan dengan rekomendasi tersebut, Bupati Cirebon telah menindaklanjuti rekomendasi dimaksud melalui Dinas Kesehatan dengan melakukan hal-hal sebagai berikut :

1. Untuk penempatan tenaga medis di rumah sakit bukan merupakan kewenangan Dinas Kesehatan, disamping itu Rumah sakit merupakan

53

badan layanan yang berdiri sendiri dan bukan berada dibawah struktur organisasi Dinas Kesehatan.

2. Adapun upaya yang dilakukan untuk pemenuhan SDM kesehatan yang masih kekurangan yang dapat dilakukan baru hanya sebatas mengajukan usulan tenaga ke Pemerintah Pusat.

3. Hingga tahun 2020 dari data Bappelitbangda sudah banyak perusahaan ataupun lembaga swasta yang sudah bekerja sama memberikan CSR nya, baik dari perusahaan, Bank, Perguruan Tinggi, dan BPJS kesehatan maupun ketenagakerjaan, akan tetapi terkait dengan bidang kesehatan hasil dari pelaksanaan kegiatan tersebut tidak ada yang dilaporkan ke Dinas Kesehatan. Adapun CSR yang pernah diberikan dalam bentuk : pelayanan kesehatan, pengobatan cuma-cuma, pemberian PMT pemulihan dan PMT Posyandu, penyuluhan kesehatan di sekolah, bantuan peralatan Posyandu, dan ada juga yang memberikan bantuan iuran BPJS. Ke depan kami berharap perusahaan dapat berpartisipasi untuk bisa melaksanakan skrining kesehatan bagi masyarakat untuk meningkatkan capaian Standar Pelayanan Minimal bidang kesehatan.

F. PENUTUP

G. Lampiran-Lampiran

Dokumen terkait