• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KEBUDAYAAN MASYARAKAT MAENAMÖLÖ

2.4. Sistem Pemerintahan Maenamölö

2.4.3. Masa Kemerdekaan Republik Indonesia

2.4.3.2. Kabupaten Nias Selatan

Secara geografi, Kabupaten Nias Selatan terletak pada 0° 33’ 25” Lintang Selatan dan 1° 4’ 5” Lintang Utara serta 97° 25’ 59” dan 98° 48’ 29” Bujur Timur. Luas wilayah sebesar 1.825,2 km2 terdiri dari 104 buah pulau. Berbatasan dengan:

a. Sebelah Utara : Kabupaten Nias dan Kabupaten Nias Barat b. Sebelah Selatan : Kepulauan Mentawai, Provinsi Sumatera Barat c. Sebelah Barat : Samudera Hindia.

d. Sebelah Timur : Kabupaten Mandailing Natal dan Pulau-Pulau Mursala Tapanuli Tengah

39Ibid., hlm.xi

40 F. Zebua, (1996), hlm.108, Kota Gunungsitoli Sejarah Lahirnya Dan Perkembangannya, (Gunungsitoli)

Topografi wilayah Kabupaten Nias Selatan berbukit-bukit sempit dan terjal serta pegunungan tingginya di atas permukaan laut bervariasi antara 0-800 meter, terdiri dari dataran rendah sampai bergelombang mencapai 20 %, dari tanah bergelombang sampai berbukit-bukit 28,8 % dan dari berbukit sampai pegunungan 51,2 % dari keseluruhan luas daratan. Kondisi demikian sunggguh menyulitkan pembuatan jalan-jalan lurus dan lebar. Iklim Kabupaten Nias Selatan terletak di daerah khatulistiwa maka curah hujannyapun tinggi. Rata-rata curah hujan perbulan 298,60 mm dan banyaknya hari hujan dalam setahun 250 hari atau rata-rata 21 hari perbulan pada tahun 2011. Akibat banyaknya curah hujan maka kondisi alamnya sangat lembab dan basah. Musim kemarau dan hujan silih berganti dalam setahun. Disamping struktur batuan dan susunan tanah yang labil mengakibatkan seringnya banjir Bandang dan terdapat patahan jalan- jalan aspal dan longsor disana sini, bahkan terjadi daerah aliran sungai berpindah-pindah. Keadaan iklim dipengaruhi oleh Samudera Hindia. Suhu udara berkisar antara 21,7°-31,3° dengan kelembaban sekitar 88 % dan kecepatan rata- rata angin 6 knot/jam. Curah hujan tinggi dan relatif turun hujan sepanjang tahun dan sering kali dibarengi dengan badai besar. Musim badai laut biasanya berkisar antara bulan September sampai Nopember, tetapi kadang terjadi badai pada bulan Juni, jadi cuaca bisa berubah secara mendadak. Kabupaten Nias Selatan terdiri dari 104 buah pulau besar dan kecil. Jumlah pulau yang dihuni 21 buah, yang tidak dihuni 83 buah. Penyebaran Pulau Pulau menurut Kecamatan, terdiri dari Pulau Batu dan Hibala sebanyak 101 Pulau, Lahusa sebanyak 1 Pulau dan Lölöwa’u sebanyak 2 Pulau.

Ditinjau dari kesejarahannya bahwa wacana pembentukan Kabupaten Nias Selatan sudah dimulai sejak tahun 1960-an oleh tokoh-tokoh masyarakat Nias Selatan. Namun usulan tersebut tidak segera teralisasi karena harus memenuhi tahapan berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 129 Tahun 2000 tentang persyaratan pembentukan dan kriteria Pemekaran, Penghapusan dan Penggabungan Daerah.

Hadirat Manaö, (2012:4), menjelaskan bahwa pada mulanya seluruh wilayah kepulauan Nias berada di bawah 1 (satu) Pemerintah Kabupaten Nias., namun semenjak pemberlakuan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 Tentang Otonomi Daerah, pada akhirnya terjadilah pemekaran wilayah otonomi di kepulauan Nias. Regulasi tersebut didasari oleh berbagai kesenjangan sosial, pergeseran politik, penghasilan ekonomi, perbedaan budaya dan lain sebagainya. Pada saat yang bersamaan marak pula konflik komunitas sebagai suatu suatu protes masyarakat terhadap sistem pemerintah yang otokrasi dan sentralisme. Dimana hampir semua jabatan terpenting pada Pemerintah Kabupaten Nias dikuasai, didominasi sepenuhnya oleh masyarakat dari Nias Utara sepanjang masa.Mereka tidak memberi peluang kepada setiap warga yang berasal dari Nias Selatan bahkan menekan habis-habisan akan tetapi di rantau orang mereka banyak yang berhasil menduduki jabatan terpenting diberbagai sektor.41

41 Hadirat Manaö, (26 Desember 2012), Dampak Pemekaran Wilayah dan Persaingan Politik Antar Kelompok Masyarakat di Kabupaten Nias Selatan, (Bawömataluo: Makalah Seminar Internasional Potensi Pemuda, Prospek dan Tantangan Masa Depan), hlm.4

Lebih lanjut bahwa Tim Penyusun, Bahan Rakernas BAMUSPERNIS, (2005), dijelaskan bahwa didorong oleh rasa kepedulian dan keprihatinan serta solidaritas yang dimotivasi oleh nilai budaya Nias ‘Harato Sebua Wa Hasara Dödö.’

BAMUSPERNIS didirikan pada Tanggal 12 Maret 2001 di kota Medan untuk jangka waktu yang tidak ditentukan lamanya. berperan serta untuk memperjuangkan terbentuknya Kabupaten Nias Selatan. Rakyat Nias Selatan menyambut baik serta mendukung sepenuhnya BAMUSPERNIS sebagai wadah untuk memperjuangkan terbentuknya Kabupaten Nias Selatan sebagai salah satu solusi yang tepat dalam meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan rakyat Nias Selatan.42 Demikian juga dalam katalog BPS Kabupaten Nias Selatan, (2012), dijelaskan bahwa berdasarkan aspirasi masyarakat Nias Selatan yang didukung oleh keputusan DPRD Kabupaten Nias Nomor: 02/KPTS/2000 Tentang Persetujuan Pemekaran Kabupaten Nias menjadi 2 Kabupaten Tertanggal 1 Mei 2000, Keputusan DPRD Provinsi Sumatera Utara N omor: 19/K/2002 T entang Persetujuan Pemekaran Kabupaten Nias tertanggal 25 Agustus 2002, Undang-undang Republik Indonesia Nomor 9 T ahun 2003 T entang Pembentukan Kabupaten Nias Selatan, Kabupaten Pakpak Barat, dan Kabupaten Humbang Hasundutan di Propinsi Sumatera Utara, Tertanggal 25 Pebruari 2003.43

Demikian juga warga Nias Selatan yang berada di perantauan khususnya di wilayah Jakarta, Bogor, Bekasi, Tangerang dan Depok (JABOTABEDEK) membentuk Panitia Persiapan Pemekaran Kabupaten Nias Selatan (FP3KANISE). Pada akhirnya terjadilah pemekaran wilayah otonomi di kepulauan Nias. Gelombang pertama adalah pemekaran Kabupaten Nias Selatan yang disahkan oleh Menteri Dalam Negeri pada Tanggal 28 Juli 2003 melalui

42 Tim Penyusun, (2005), BAMUSPERNIS, (Telukdalam: Bahan Rakernas)

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2003, Tanggal 25 Februari 2003 bersamaan dengan Kabupaten Pak-Pak Barat dan Humbang Hasundutan di Medan, Sumatera Utara oleh Menteri Dalam Negeri atas nama Presiden Republik Indonesia pada tanggal 28 Juli 2003. Selanjutnya pada tanggal 10 Oktober 2003, T. Rizal Nurdin Gubernur Sumatera Utara diangkat menjadi Pelaksana Tugas Bupati Kabupaten Nias Selatan oleh Menteri Dalam Negeri. Selanjutnya gelombang kedua, disusul dengan pemekaran Kabupaten Nias Barat, Kabupaten Nias Utara dan Kotamadya Gunungsitoli.

Ada 8 Kecamatan yang bergabung untuk memperjuangkan pemekaran Kabupaten Nias Selatan, sebagai berikut:

Tabel 2:3

NO KECAMATAN LUAS WILAYAH

(KM2) % TERHADAP KECAMATAN 1 Telukdalam 490.00 27.54 2 Lahusa 334.00 10.91 3 Gomo 158.60 19.64 4 Lölömatua 188.60 9.70 5 Lölöwa’u 295.60 11.84 6 Amandraya 183.10 9.95 7 Pulau-Pulau Batu 121.05 6.98 8 Hibala 54.25 3.44 Sumber:http://www. niasselatankab.go.id

Semula Maenamölö berada di wilayah Pemerintah Kecamatan Telukdalam, akan tetapi beberapa tahun setelah Nias Selatan menjadi Kabupaten baru, pada akhirnya dimekarkan menjadi 3 Kecamatan dalam 2 (dua) tahapan. Tahapan

pertama adalah pada masa Fahuwusa Laia, S.H, M.H., sebagai Bupati Nias Selatan, Maenamölö dimekarkan menjadi 2 wilayah Kecamatan, yaitu Kecamatan Fanayama dan Kecamatan Maniamölö, selanjutnya tahapan kedua yakni pada masa Idealisman Dachi sebagai Bupati Nias Selatan masa bakti (2011-2016), dimekarkan lagi satu Kecamatan yaitu Kecamatan Luahagundre Maniamölö (perpaduan antara desa-desa wilayah Kecamatan Fanayama dan Kecamatan Maniamölö), sebagai berikut:

1. Kecamatan Fanayama

Secara geografi wilayah Kecamatan Fanayama seluas 77 km2 yang berbatasan dengan:

a. Sebelah Selatan : Kecamatan Luahagundre Maniamölö b. Sebelah Utara : Kecamatan Mazinö dan Aramö c. Sebelah Barat : Kecamatan Maniamölö

d. Sebelah Timur : Kecamatan Telukdalam

Nama-nama desa yang bergabung di Kecamatan Fanayama, sebagai berikut: Tabel 2:4 KECAMATAN FANAYAMA NO DESA 1 Botohilitanö 2 Lagundri 3 Hili’amaetaniha 4 Bawönahönö 5 Hilizihönö 6 Bawömataluo 7 Orahili Fau

8 Lahusa Fau 9 Onohondrö 10 Siwalawa 11 Hilinawalö Fau 12 Sondregeasi 13 Hili’ofönaluo 14 Botohilisalo’o 15 Orahili Fa’omasi 16 Bawöfanayama

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Nias Selatan, 2011 2. Kecamatan Maniamölö

Secara geografi, luas wilayah Kecamatan Maniamölö sebesar 77, 83 km2. Berbatasan dengan:

a. Sebelah Selatan : Laut Indonesia b. Sebelah Utara : Kecamatan Aramö c. Sebelah Barat : Kecamatan Amandraya d. Sebelah Timur : Kecamatan Fanayama

Johannes M. Hämmerle, (2011:127), menjelaskan bahwa istilah Maniamölö, dibagi 2 kata Mania dan Mölö. Mania adalah suatu kata kerja yang berarti rasa rindu, sayang, kenang. Sedangkan Mölö adalah nama pribadi seorang leluhur. Jadi, Maniamölö adalah tanda peringatan bagi Mölö untuk mengenang masa lalu di Sifalagö Gomo tempat dimana ia dilahirkan dan dibesarkan.44

44 Johannes M. Hämmerle, (2011), Ritus Famatö Harimao, (Gunungsitoli: Yayasan Pusaka Nias), hlm.10

pertama sekali pemekaran pada masa Fahuwusa Laia, SH, M.H., sebagai Bupati definitif Kabupaten Nias Selatan, sebagai berikut:

Tabel 2:5 KECAMATAN MANIAMÖLÖ NO NAMA KAMPUNG 1 Hilisimaetanö 2 Samadaya Hilisimaetanö 3 Idalajaya 4 Eho Maenamölö 5 Bawögösali 6 Bawö Hösi 7 Bawö Saudano 8 Bonia 9 Pekan Hilisimaetanö 10 Soto’ö

11 Lawelu Maha Neho

12 Hilifalawu

13 Fa’omasi Hilisimaetanö 14 Hili’aurifa

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Nias Selatan, 2011

3. Kecamatan Luahagundre Maniamölö

Secara adminstrasi, luas wilayah Kecamatan Luahagundre Maniamölö sebesar 77, 83 km2. Berbatasan dengan:

a. Sebelah Selatan : Laut Indonesia

b. Sebelah Utara : Kecamatan Mazinö dan Aramö c. Sebelah Barat : Kecamatan Maniamölö

d. Sebelah Timur : Kecamatan Telukdalam

Beberapa desa yang bergabung di Kecamatan Luahagundre Maniamölö, sebagai berikut:

Tabel 2:6

KECAMATAN LUAHAGUNDREMANIAMÖLÖ

NO NAMA KAMPUNG 1 Botohilitanö 2 Botohilitanö Salo’o 3 Lagundri 4 Orahili Fa’omasi 5 Hili’amaetaniha 6 Sondrege’asi 7 Hilimaenamölö 8 Botohilitanö 9 Bawömaenamölö 10 Botohilitanö Sorake Sumber: http://www. niasselatankab.go.id

Dokumen terkait