• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kaca Sebagai Elemen Passive Cooling System Andi Prasetiyo Wibowo

Prodi Arsitektur Fakultas Teknik,Universitas Atma Jaya Yogyakarta andiprasetiyo@mail.uajy.ac.id

Abstrak

Penggunaan kaca sebagai pencahayaan alami mengandung resiko yaitu turut sertanya panas yang dibawa oleh sinar matahari. Sebagai tampilan bangunan, sering kita jumpai seluruh bagian dari selubung bangunan gedung ditutupi oleh kaca. Dapat kita bayangkan, akan sepanas apa ruangan yang berada didalamnya, jika selubung kaca yang menyelimuti seluruh permukaan bangunan gedung tidak disertai dengan perlakuan khusus untuk menolak panas yang terbawa oleh sinar matahari. Saat ini sudah dikembangkan teknologi yang dapat menghilangkan atau setidaknya mengurangi panas yang masuk ke dalam ruangan bangunan gedung. Dengan adanya teknologi yang dikembangkan pada kaca, dapat membuat suhu ruangan dalam bangunan gedung lebih dingin dibandingkan dengan suhu di luar bangunan gedung. Perlu adanya perbandingan jenis teknologi yang digunakan pada kaca terkait dengan efektifitas penurunan panas yang dihasilkan. Metode yang digunakan pada makalah ini merupakan bentuk kualitatif, dimana data dan referensi berasal dari beberapa teori, pemikiran, literatur berupa buku, website, jurnal, prosiding seminar dan bahkan hasil penelitian yang sudah dilakukan. Metode ini memungkinkan penulis untuk menganalisis dan menarik sebuah kesimpulan dari beberapa aspek yang akhirnya dapat memberikan pemahaman baru mengenai beberapa hal yang sudah ada selama ini. Terdapat dua sistem mendinginkan udara di dalam bangunan gedung yaitu aktif dan pasif. Sistem pendinginan aktif membutuhkan suatu peralatan/sistem yang bersifat mekanis maupun elektrik, berbeda dengan sistem pasif yang tidak mengandalkan dua hal tersebut. Teknologi pada kaca yang dikembangkan saat ini telah menempatkan kaca tidak hanya sebagai sarana pencahayaan alami dan tampilan bangunan saja, namun juga dapat berfungsi sebagai elemen sistem pendinginan pasif (passive cooling system).

Kata Kunci: kaca, teknologi, passive cooling system.

1. Pendahuluan

Desain rumah masa kini banyak menerapkan desain minimalis dan menggunakan kaca-kaca ukuran besar atau lebar. Penggunaan kaca dengan ukuran besar atau lebarmenjadi pertimbangan pemilik rumah, karena dapat mendukung tampilanrumahagar terkesan terbuka, ringan, bersih dan modern. Kesan modern akan lebih terasa apabila kaca yang diaplikasikan bersifat frameless atau tanpa bingkai (kusen). Dengan penggunaan dinding/jendela kaca yang besar/luas memungkinkan penghuni rumah untuk menikmati pemandangan di sekitar rumah dari dalam ruangan.

Namun sayangnya, karena negara Indonesia termasuk salah satu negara tropis di dunia, intensitas cahaya matahari yang masuk ke dalam rumah terkadang menjadi terlalu berlebihan. Jadi tak heran jika kemudian banyak pemilik rumah yang memilih untuk menempatkan tirai sebagai pelindung rumah dari cahaya matahari. Pada akhirnya, fungsi kaca besar ini akan menjadi tidak begitu penting lagi kala

bening merupakan jenis kaca yang paling popular dan mudah didapatkan. Penerapan material kaca pada bangunan sebenarnya tidak akan bermasalah walau diterapkan pada bangunann. Namun ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, agar penerapan tersebut dapat sesuai dengan harapan tanpa menimbulan masalah lain seperti panas. Orientasi bangunan, fungsi dan estetika, serta faktor keamanan merupakan beberapa hal yang patut diperhatikan sebelum memutuskan penggunaan material kaca pada bangunan gedung.

2. Metode

Metode yang digunakan pada makalah ini merupakan bentuk kualitatif, dimana data dan referensi berasal dari beberapa teori, pemikiran, literatur berupa buku, website, jurnal, prosiding seminar dan bahkan hasil penelitian yang sudah dilakukan. Dengan adanya metode ini memungkinkan penulis untuk menganalisis dan menarik sebuah kesimpulan dari beberapa aspek

2.2 Metode Analisis Data

Analisis data yang digunakan merupakan analisis data kualitatif, dimana akan membandingkan teori atau bahasan satu dengan yang lain dan mengambil beberapa hal yang bisa ditarik baik itu berupa kesamaan ataupun sebab-akibat sehingga nantinya akan dapat memberikan pemahaman baru mengenai beberapa hal yang sudah ada selama ini.

3. Hasil dan Pembahasan

3.1. Sistem Pendinginan Pasif (Passive Cooling

System)

Passive cooling system atau sistem pendinginan

pasif merupakan teknologi atau teknik, seperti ventilasi alami, pendinginan evaporative, atau massa penyerap kalor, yang digunakan untuk

mendinginkan bangunan tanpa memakan tenaga1.

Definisi tanpa memakan tenaga yang dimaksud ialah dengan cara nonmekanis dan nonelektrik.

Prinsip sistem pendinginan pasif ialah mengurangi kalor yang masuk ke ruangan. Teknik pendinginan pasif dapat dilakukan dengan cara fisika dan biologi. Secara fisika, ruangan dapat dibuat agak tinggi sesuai kapasitas maksimal ruangan sehingga sirkulasi udara lancar. Panas mungkin terjadi akibat kurangnya kadar O2 dan berlebihnya kadar CO2, untuk itu ventilasi harus tetap dijaga baik dengan bukaan atau AC. Ruangan yang besar dapat dihias dengan pancuran air atau alternatif yang tidak berisik adalah kolam air agar kalor yang berlebih dalam ruangan ditangkap oleh air dalam proses penguapan (kalor laten). Teknik biologi adalah dengan menambah unsur tanaman di dalam dan diluar ruangan. Fotosintesis oleh tanaman dapat

mengurangi CO2 dan menghasilkan O2, kehadiran

tanaman juga dapat menyejukkan secara psikologis. Beberapa tanaman tertentu juga berfungsi sebagai penyerap radiasi elektromagnetik dan penghilang bau. Tanaman di luar gedung atau rumah juga dapat menghalau radiasi matahari yang diterima bangunan baik langsung maupun dengan menyerap radiasi yang dipantulkan tanah. Alternatif untuk gedung tinggi atau apartemen adalah dengan menanam

vertical garden di balkon dan roof garden di atap

beton.

Menghijaukan bangunan (atap rumput, taman atap, dan ruang hijau lain) terbukti mampu menurunkan suhu kota (sekitar 4,2 derajat celcius), menyerap gas polutan (karbondioksida, partikel debu), meredam pemansanan pulau (heat island), dan radiasi sinar matahari (hingga 80 persen), meredam tingkat kebisingan (hingga 50dB) insulasi alamai (10-25%) 7yang mendinginkan permukaan bangunan (dari 58 derajat menjadi 31 derajat), dan menurunkan suhu dalam bangunan hingga 3-4 derajat celsius lebih rendah daripada suhu di luar bangunan sehingga

1

D.K Ching, Francis. (2012). Kamus Visua

Arsitektur, Edisi Kedua. Jakarta. Penerbit Erlangga,

p.259

menghemat peakaian AC (hemat 50-70 persen) atau total pemakaian listrik hingga 15% per tahun2.

Pada masa sebelum ditemukan AC, teknik pendinginan pasif sudah banyak dikembangkan dan dipakai. Sebagai contoh adalah windcatcher atau penangkap angin diadopsi untuk rumah Joglo. Namun seiring berjalannya waktu teknik pendinginan pasif banyak ditinggalkan terutama dikota besar karena alasan keamanan dan kualitas udara yang buruk. Untuk itu, pendinginan pasif yang dibahas adalah teknik yang realistis dipakai saat ini saja.Teknik pendinginan pasif dalam arsitektur yang sampai dengan saat ini diterapkan antara lain yaitu : membuat overhang pada jendela kaca, pemilihan material dinding dan atap.

Overhang berfungsi menghalau kalor radiasi berlebihan dari sinar matahari namun membiarkan pantulan sinar diffuse dari overhang masuk ke jendela. Hasil dari penambahan overhang ini adalah pencahayaan alami yang terjamin namun kalor tidak ikut masuk karena sebagian besar diserap overhang. Untuk memaksimalkan fungsi overhang disarankan memilih kaca dengan lapisan anti sinar UV dan tirai horisontal agar cahaya matahari dapat dikendalikan namun kalor tidak ikut masuk.

Pemilihan material bangunan juga dapat mengurangi kalor yang masuk ke ruangan. Untuk Indonesia material dinding bangunan dipilih dengan resistansi termal tinggi sehingga kalor akan cenderung tersimpan di dinding. Atap dibuat dengan insulasi termal yang baik, jika atapterbuat dari beton maka lahan diatas bisa dimanfaatkan untuk roof garden. Batu bata dan beton adalah contoh material yang memiliki resistansi termal tinggi dan cocok untuk wilayah tropis. Penggunaan material kaca sebagai bagian dari bangunan yang berhubungan dengan bagian luar bangunan gedung perlu mempertimbangkan jenis material kaca yang mampu meredam panas/kalor.

Gambar 1. Vertical dan Roof Garden (http://www.indogreenwall.com)

2

Yoga, Nirwono dan Antar, Yori. (2007). Komedi

lenong: satire ruang terbuka hijau. Jakarta.

Seminar Nasional ke – 9: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

3.2. Jenis Kaca pada Bangunan Gedung

Kaca merupakan salah satu elemen penting pada bangunan, baik rumah tinggal (residensial), pertokoan, gedung bertingkat tinggi (high rise

building) maupun multi use building. Fungsi kaca,

selain untuk pencahayaan alami, juga sebagai bagian dari estetika bangunan.

Sebenarnya cukup beragam jenis kaca yang dapat digunakan untuk bangunan maupun rumah tinggal. Namun di kalangan masyarakat awam, terutama di kalangan menengah ke bawah hanya mengenal kaca bening, kaca rayben dan kaca cermin.

Bagian ini akan menjelaskan lebih jenis-jenis kaca yang dapat digunakan untuk fungsi gedung, baik dari segi karakteristik maupun dari segi kekuatannya. Pengenalan jenis-jenis kaca ini sangat penting, agar kita tidak salah dalam memilih jenis kaca yang dikaitkan dengan penggunaannya. Ada pun jenis-jenis kaca adalah sebagai berikut:

Kaca Bening

Kaca ini juga sering disebut dengan kaca polos atau dalam istilah teknisnya adalah float glass.Kaca ini tidak berwarna, memiliki permukaan yang sangat bersih, rata dan bebas distorsi.Karena sifat kacanya yang tidak berwarna, jenis kaca ini memberikan tingkat transmisi yang tinggi (lebih dari 90%) serta memberikan bayangan yang sempurna. Kaca ini banyak digunakan untuk eksterior maupun interior bangunan, baik rumah tinggal maupun gedung bertingkat. Namun kaca ini tidak direkomendasikan untuk ektserior bangunan bertingkat karena kemampuan menahan panas matahari yang rendah. Kaca ini juga dapat digunakan untuk perabot rumah tangga, misalnya lemari, table top, dinding dekorasi, akuarium dan sebagainya.Ketebalan kaca ini bervariasi, yang umum dipakai mulai dari 5mm, 6mm, atau 8mm. Pemilihan ketebalan kaca disesuaikan dengan bentang kaca yang akan dipasang. Untuk rumah tinggal dan interior gedung, biasanya digunakan kaca tebal 5mm, 6mm atau 8mm tergantung bentangnya.

Asahimas, menggunakan istilah panasap glass.Kaca panasap merupakan kaca float yang diberi warna dengan menambahkan sedikit logam pewarna seperti kobalt, besi, silenium, dan sebagainya pada bahan baku kaca.Kaca panasap mampu menyerap 55% panas matahari, sehingga akan mengurangi beban pendingin ruangan dan memberikan rasa nyaman pada penghuni bangunan. Dengan warna kaca tersebut, maka sifat tembus pandang kaca menjadi rendah, sehingga memberikan kebebasan privasi bagi penghuni bangunan.Warna yang tersedia pada kaca panasap adalah blue green, dark blue, euro

grey, dark grey, bronze dan green.Karena warna

yang terkandung pada kaca, maka semakin tebal kaca berdampak pada warnanya yang semakin gelap dan tingkat penyerapan panas matahari yang semakin tinggi.Kaca jenis ini dapat digunakan baik untuk eksterior maupun interior bangunan. Namun dalam penerapannya, jenis kaca ini lebih banyak dipakai pada eksterior bangunan, baik untuk pintu dan jendela, maupun pada curtain wall. Untuk pintu dan jendela, biasa digunakan tebal kaca 6mm. Sedangkan pada curtain wall, digunakan tebal kaca 8mm atau 10mm, tergantung bentang kaca dan hasil perhitungan beban angin.

Gambar 3. kaca warna (tinted glass)

Kaca Es

Kaca es, adalah kaca yang terdapat tekstur dengan pola tertentu pada salah satu sisinya. Pada produk Asahimas, jenis kaca ini disebut dengan kaca Indofigur.Kaca jenis ini diproduksi dengan cara yang disebut roll-out process, di mana leburan bahan baku kaca dialirkan melalui sepasang rol dengan satu rol memiliki pola tertentu, sehingga pada salah satu permukaan kaca akan tercetak pola sesuai dengan pola pada rol.Karakter jenis kaca ini, memberikan efek dekoratif, efek pencahayaan dan efek pembayangan yang menarik, serta memiliki

Gambar 4. Salah satu tekstur kaca es Kaca Reflektif

Kaca reflektif adalah jenis kaca yang mampu memantulkan cahaya dan mereduksi sifat tembus pandang dari sisi luar, sehingga sering pula disebut dengan kaca one way. Pada produk Asahimas kaca ini disebut dengan istilah kaca stopsol.Dalam pembuatannya, kaca ini dilapisi dengan pelapis transparan tipis dari oksida logam (sebagai lapisan pemantul) melalui proses pyrolysis.Lapisan kaca refletif ini bersifat memantulkan cahaya dan panas, serta mampu memberikan penampilan yang mewah, sekaligus menurunkan beban energi pengkondisian udara.Lapisan (coating) reflektif ini dapat dilapiskan pada kaca bening maupun kaca warna.Kaca ini biasa digunakan pada bukaan pintu atau jendela dinding luar, yang diharapkan berpenampilan mewah pada bangunan. Untuk bangunan bertingkat, terutama digunakan digunakan pada tipe dinding kaca eksterior (curtain wall).

Kaca Tempered

Secara singkat, kaca tempered adalah jenis kaca yang memiliki kekuatan yang sangat tinggi, dibandingkan dengan kaca biasa.Kaca tempered adalah kaca yang diperkeras dengan cara memanaskan kaca float biasa hingga mencapai temperatur 700 derajat celcius, kemudin didinginkan mendadak dengan menyemprotkan udara secara merata merata pada kedua permukaan kaca. dengan proses ini, maka terjadi perubahan fisik kaca, yaitu terjadi perubahan gaya tekan dan gaya tarik pada kaca, tapi secara visual tidak terjadi perubahan.Dengan ketebalan yang sama, kekuatan kaca tempered mampu mencapai 3-5 kali lipat dari kekuatan kaca biasa, terhadap beban angin, tekana air, benturan dan terhadap perubahan temperatur yang tinggi (thermal shock).Jika pecah, pecahan kaca tempered berbentuk kecil-kecil dan tumpul, sehingga sangat aman bagi manusia (tidak akan melukai manusia).Penggunaan kaca tempered terutama untuk bukaan-bukaan atau dinding kaca pada bangunan yang menuntut tingkat keamanan yang tinggi.Penggunaan lain adalah untuk pintu-pintu tanpa rangka (frameless), seperti pintu-pintu utama

maupun partisi kamar mandi.Selain itu kaca

tempered juga digunakan untuk railing kaca pada

tangga dan void, eskalator dan lift.Catatan: kaca tempered tidak boleh diganggu oleh proses-proses lebih lanjut seperti pemotongan, penggosokan tepi, pembuatan lubang dan lain-lain. Proses-proses ini akan melemahkan kekuatan kaca, bahkan dapat menyebabkan pecahnya kaca itu sendiri. Untuk itu semua ukuran dan jenis aksesoris harus sudah dapat ditentukan dengan pasti sebelum proses tempered dilakukan.

Gambar 5. Penggunaan kaca tempered pada pintu

frameless (tanpa rangka) Kaca Laminated

Kaca laminated merupakan kaca dengan tingkat keamanan dan perlindungan yang tinggi terhadap penghuni. Jika terjadi sesuatu yang menyebabkan pecahnya kaca, maka kaca laminated tidak akan berhamburan, tapi hanya retak dan sangat sulit ditembus.Kaca laminated terdiri dari komposisi satu atau lebih lebih lembaran polifinil yang transparan, fleksibel dan sangat kuat, dengan satu atau lebih lembaran kaca float, dan disatukan melalui proses pemanasan dan pengepresan.Karakterisitik kaca laminated, ialah bahwa pecahan kaca tidak akan jatuh atau berhamburan, namu tetap melekat pada filmnya, dan kaca tetap terpasang pada rangkanya.Kaca laminated yang sudah pecah, tetap suit sekali ditembus oleh manusia sehingga memberikan tingkat keamanan yang sangat tinggi bagi penghuninya.Penggunaan kaca laminated terutama untuk atap kaca (skylight) dinding kolam renang dan lokasi-lokasi di mana tidak diinginkan adanya reruntuhan kaca jika pecah.Kaca laminated juga digunakan untuk lemari pajang barang-barang berharga (anti pencuri)Catatan: hindari proses lanjut pada kaca laminated seperti pemotongan, pembuatan lubang dan aksesoris lain, walaupun mungkin dapat dikerjakan, tapi akan sangat sulit dan tidak rapi. Semua ukuran dan aksesoris harus sudah tepat, sebelum proses laminate dikerjakan.Kaca laminated yang terdiri dari dua lembar kaca biasanya digunakan untuk bangunan-bangunan. Sedangkan yang terdiri lebih dari dua lembar biasanya untuk penggunaan-penggunaan khusus seperti kaca tahan

Seminar Nasional ke – 9: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

peluru, kaca akuarium yang besar dan kaca pesawat terbang

Gambar 6. Penggunaan kaca laminated pada skylight

KacaInsulated

Kaca insulated atau double glass merupakan jenis kaca pabrikasi yang terbuat dari 2 atau lebih kaca panel dengan rongga udara diantara lapisan kacanya. Rongga ini bisa diisi dengan udara kering atau gas agar memiliki kinerja termal lebih baik. Sistem seperti ini memiliki kelebihan karena dapat mengurangi transmisi panas dibandingkan kaca normal. Kelebihan kaca insulasi ini dapat mengurangi panas pada bangunan sehingga mengurangi beban pendinginan. Selain ini sangat efektif dalam mengurangi tingkat kebisingan yang berasal dari eksterior.

Aplikasi kaca ini adalah untuk bangunan kantor, rumah sakit, hotel rumah dan bangunan-bangunan lain yang memerlukan pemanasan atau pendinginan yang tinggi. Termasuk bangunan yang memerlukan tingkat insulasi suara.

3.3. Perambatan panas melalui kaca

Menurut Satwiko (2004), terdapat lima penyebab yang dapat meningkatkan suhu udara di dalam ruangan, yaitu :

1. Tingkat aktifitas penghuni didalam ruangan. Semakin aktif/giat kegiatan seseorang dalam ruangan maka makin cepat panas ruangan tersebut.

2. Seberapa banyak penggunaan alat-alat ekektronik dalam rumah tangga penyebab panas, seperti setrika, kompor, televisi, lemari es, lampu 3. Kalor udara (panas) dari luar yang masuk dalam

ruangan.

4. Transfer panas dari selubung bangunan (dinding dan atap) yang terkena sinar matahari langsung 5. Kalor panas pancaran sinar matahari langsung

yang masuk dalam ruangan

Dari uraian di atas, panas yang masuk ke dalam bangunan melalui proses konduksi pada material bangunan (lewat dinding, atap, jendela kaca) dan radiasi panas matahari yang ditransmisikan melalui jendela/kaca. Khadiyanta (2011), menjelaskan bahwa sifat kaca yang mengirim cahaya dan panas ke dalam ruangan serta menahan panas tersebut tidak keluar lagi akan mengganggu kenyamanan termal dalam ruang. Givoni (1998), menyampaikan bahwa dalam hal kontrol lingkungan, kaca dan elemen pembayangnya berpengaruh besar terhadap penciptaan iklim dalam bangunan.Dengan demikian pemakaian bukaan kaca pada iklim tropis merupakan hal yang dilematis. Perkembangan teknologi bahan bangunan terkini mulai menawarkan kaca bertipe smart glass yang mampu mengurangi radiasi panas matahari saat ditransmisikan melalui kaca tersebut

Secara alamiah, arah perpindahan panas sebenarnya tak ubahnya seperti geliat air. Bedanya, jika air bergerak dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah, panas berpindah dari lokasi bertemperatur tinggi ke tempat yang bertemperatur rendah (dingin). Hal ini berlangsung hingga temperatur atau suhunya dalam keadaan seimbang.

Cara berpindahnya panas ada tiga macam. Pertama, dengan cara konduksi, yaitu dengan merambat melalui material padat dan bersifat menghantar panas. Kedua, dengan cara konveksi, yakni berpindah melalui udara yang bergerak, contohnya udara panas dari api unggun. Ketiga, dengan cara radiasi, melalui gelombang elektromagnetik, semisal panas matahari yang jatuh ke Bumi.

Selain perpindahan panas, banyak faktor yang dapat memengaruhisuhu di dalam rumah. Salah satunya

pelapis yang digunakan pada atap rumah, biasa digunakan pada atap-atap rumah model mutakhir (lazimnya terbuat dari alumunium foil).Saat kemarau dan sinar Matahari terik, insulasi dapat mengurangi kegerahan penghuni rumah. Caranya, dengan mengurangi jumlah panas yang berpindah melalui struktur bangunan rumah ke dalam ruangan. Selain menetralisir panas, insulasi juga berfungsi meredam suara kala musim hujan tiba. Suara gemericik air ketika hujan deras misalnya, “terserap” lebih dulu oleh insulasi, sehingga suara yang masuk ke dalam ruangan dapat berkurang.

Rumah modern tak bisa lepas dari kaca sebagai sarana masuknya pencahayaan alami, namun tetap memberi batasan ruang dan bisa memberi rasa aman bagi penghuni rumah. Namun sifat kaca yang dapat menghantarkan panas sinar matahari, membuat penggunaan kaca harus dihindari atau dikurangi? Mestinya tidak, karena kaca tetap dipakai oleh para arsitek, selain demi alasan keindahan (desain), juga karena lebih mudah perawatannya (cukup dibersihkan dengan lap basah jika kotor).

Dipakainya kaca untuk bangunan gedung atau rumah, juga bertujuan memudahkan pengaturan sinar matahari yang masuk ke dalam ruangan. Kaca dengan ketebalan dan jenis tertentu bisa mengurangi intensitas cahaya yang masuk. Satu contoh, jenis kaca yang banyak meneruskan sinar atau sering disebut kaca bening, cocok digunakan untuk perumahan yang berhawa dingin dan sejuk. Jadi, fungsi kaca bening ini untuk menghangatkan ruangan.

Kaca bening permukaannya bersih, rata dan bebas distorsi. Hampir sebagian besar sinar yang lewat akan diteruskan (90%). Tingkat ketebalan kaca bening mulai dari 2 mm – 19 mm. Untuk ketebalan 3 mm, sinar yang diteruskan sebesar 85%, dipantulkan 8%, sementara yang diserap 7%. Jika ketebalannya 8 mm, sinar yang diteruskan 75% saja, dipantulkan 7% dan yang diserap 14%.

Penggunaan kaca bening juga bisa disesuaikan dengan kondisi bangunan dan lingkungan sekitarnya. Termasuk disesuaikan pemilihan ketebalan kaca. Sehingga sebuah rumah bisa mendapatkan penyinaran yang optimal. Penyinaran menjadi penting, karena akan berpengaruh langsung pada sirkulasi atau pertukaran udara di dalam dan di luar rumah. Rumah yang sirkulasi udaranya baik akan membuat nyaman penghuninya.

Tetapi, kadang kaca bening masih dirasa kurang menyerap panas, meskipun ketebalannya sudah maksimal. Solusinya dengan menggunakan kaca berwarna (kaca gelap), yakni kaca yang diberi warna dengan menambahkan sedikit logam (contohnya kobalt, besi, silineum) pada saat produksinya. Kaca berwarna ini memiliki daya serap sinar matahari rata-rata 55%. Efeknya, suhu ruangan jauh lebih adem, beban kerja AC pun tidak terlalu berat. Selain itu, kemampuan kaca berwarna meneruskan cahayanya lebih rendah daripada kaca bening,

sehingga ruangan di dalamnya tidak silau, meskipun di luar ruangan sedang terik. Makin tebal kaca warna ini, semakin gelap dan tingkat penyerapan panasnya juga semakin tinggi.

Misalnya untuk kaca warna dark blue , dengan ketebalan 3 mm, akan meneruskan panas 63%, memantulkan sinar 6% dan 31% diserap. Untuk ketebalan 6 mm, 43% sinarnya diteruskan, 5%