• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN

5.3 Kadar Bunuh Minimal (KBM)

Kadar bunuh minimum (KBM) yaitu konsentrasi terendah yang dapat membunuh pertumbuhan bakteri pada media MHA. Pada metode dilusi nilai KBM dipastikan dengan melakukan subkultur dari tabung untuk media padat. Konsentrasi antimikroba terendah dimana tidak ada pembentukan koloni dari bakteri yang di uji yaitu pada konsentrasi 12,5%. Dilanjutkan dengan metode difusi untuk memastikan kadar bunuh minimal bakteri dengan konsentrasi terendah pada 12,5% memperlihatkan adanya zona bening yang berarti bakteri pada sekitar blankdisk 100% mati.

43

BAB 6 PEMBAHASAN

Penelitian eksperimental laboratorium secara in vitro mengenai esktrak etanol daun Afrika terhadap Streptococcus mutans dilakukan untuk membuktikan bahwa ekstrak etanol daun Afrika memiliki efek antibakteri dalam menghambat dan membunuh pertumbuhan Streptococcus mutans. Penelitian ini dimulai dengan melakukan identifikasi terhadap daun Afrika yang akan digunakan di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Dari hasil identifikasi diperoleh bahwa daun Afrika merupakan salah satu jenis tumbuhan Vernonia sp dengan suku composite. Setelah dilakukan pengidentifikasian dilanjutkan dengan pembuatan ekstrak daun Afrika dengan 350 gram serbuk simplisia daun Afrika yang dilarutkan dengan pelarutkan etanol 70% etanol hingga diperoleh hasil ekstrak etanol daun Afrika sebanyak 135 gram yang diperkirakan cukup sebagai bahan coba dalam pengujian aktivitas antibakteri terhadap Streptococcus mutans.Uji aktivitas antibakteri pada dasarnya dapat dilakukan dengan dua metode yaitu metode dilusi dan difusi.

Pada penelitian ini dilakukan pengujian aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun Afrika terhadap streptococcus mutans dengan menggunakan metode dilusi yaitu metode pengenceran ganda dari konsentrasi awal sehingga konsentrasi yang didapat adalah setengah dari konsentrasi awal. Konsentrasi yang digunakan dimulai dari konsentrasi terbesar yaitu 100%, 50%, 25%, 12,5%, 6,25% dan terakhir konsentrasi 3,125%. Setiap bahan coba dilakukan replikasi sebanyak 4 kali agar diperoleh hasil yang lebih akurat dan mengetahui berapa rata-rata jumlah bakteri yang tumbuh pada ekstrak daun Afrika dalam berbagai konsentrasi karena pada konsentrasi yang sama belum tentu jumlah koloni bakteri yang tumbuh juga sama.Penetapan konsentrasi tersebut berdasarkan pada standart laboratorium mikrobiologi Fakultas kedokteran USU. Pengujian antibakteri ini menggunakan media MHB (Mueller Hinton Broth) yang merupakan media standart yang digunakan untuk menguji bakteri pada metode dilusi.MHB memiliki pH, konsentrasi kation dan kandungan thymidine yang

44

terkontrol dengan baik dan memberikan pertumbuhan yang baik pada berbagai jenis mikroorganisme.

Metode dilusi dilakukan dengan cara mengambil 1 ml suspensi bakteri yang telah dipersiapkan sebelumnya dengan mengunakan mikropipet lalu dimasukkan ke dalam sederet tabung reaksi dengan berbagai konsentrasi bahan coba daun Afrika yang telah diberi label konsentrasi yang berbeda, kemudian divortek dan diinkubasi 37ºC selama 24 jam dan diamati kekeruhan yang terjadi dengan membandingkan tabung-tabung tersebut dengan kontrol untuk menentukan nilai KHM (Kadar Hambat Minimal). Hasil pengamatan menunjukakan bahwa tidak dapat dilihat secara makroskopik dari hasil biakan pada daun afrika tidak menunjukan kejernihan di karenakan warna ekstrak pekat.

Setelah itu dilanjutkan dengan menyemaikan hasil dari tabung dengan berbagai konsetrasi tersebut ke media agar padat. Setelah itu diinkubasi 24 jam lalu dapat dilihat secara visual pembentukan koloni bakteri yang tumbuh pada konsentrasi tertentu. Metode dilusi media padat ini yang menunjukan hasil pertumbuhan bakteri yang berbeda disetiap konsentrasi dan untuk memastikannya dilakukan perhitungan koloni serial dilusi. Maka dari itu di dapatkan pada penelitian ini nilai KBM secara dilusi diperoleh pada konsentrasi 12,5% dimana pada konsentrasi tersebut tidak dijumpai pertumbuhan bakteri dan nilai KHM yaitu pada konsentasi 6,25% dimana pada konsentrasi tersebut adalah konsentrasi terendah dengan masih adanya pertumbuhan bakteri yang tidak semuanya mati pada media padat. Dilanjutkan dengan media agar padat juga pada konsentrasi 6,25% adalah konsentrasi yang masih terlihat pertumbuhan koloni bakteri dan dengan metode perhitungan bakteri serial dilusi memperlihatkan pertumbuhan bakteri pada nilai 10,5.106.

Pengujian antibakteri selanjutnya yaitu dilakukan dengan metode difusi untuk melihat zona hambat bakteri dan membuktikan bahwa bakteri tersebut dapat menghambat ataupun membunuh bakteri. Dengan cara media padat yang sebelumnya telah di inokulasi dengan Streptococcus mutans yang akan dites diletakkan blank disk yang berisi bahan coba ekstrak etanol daun Afrika lalu diinkubasi selama 24 jam

45

setelah itu dilakukan pengukuran zona inhibisi yang jernih disekitar blank disk tersebut sebagai hasil pembuktian kalau hasil pemeriksaan yang terdapat zona bening. secara difusi nilai KBM pada konsentrasi 12,5% dimana zona bening dari konsentrasi terendah dengan diameter lebih luas yang berarti konsentrasi tersebut tidak terdapat pertumbuhan bakteridan KHM pada konsentrasi 6,25% dimana konsentrasi tersebut konsentrasi terendah yang masih terdapat zona bening.

Berdasarkan hasil penelitian, maka hipotesis ini diterima yaitu ada efek antibakteri ekstrak daun Afrika (Vernonia amygdalina) terhadap Streptococcus mutans dengan metode dilusi nilai KHM 6,25% dan KBM 12,5%. Pada Pengujian dengan metode dilusi dan difusi terdapat zona hambat yang berbeda pada setiap konsentrasi yang kemudian dianalisi dengan uji statistik Kruskal-Wallis dan uji Mann-Whitney.

Pada hasil uji statistik Kruskal-Wallis terlihat bahwa nilai signifikansi 0,000. Nilai tersebut lebih kecil dari standar nilai signifikansi yaitu 0,05 sehingga membuktikan bahwa data-data zona hambat bakteri dari tiap konsentrasi mempunyai perbedaan secara dilusi maupun difusi. Pada uji statistik lanjutan Mann-Whitney secara uji difusi menunjukkan bahwa data nilai p lebih kecil dari 0,05 terdapat pada hubungan data dengan berbagai konsentrasi mulai dari 100%, 50%, 25%, 12,5% hingga 6,25% yang berarti terdapat signifikansi antara konsentrasi 100% dengan 50%, 25% 12,5% dan 6,25% lalu 50% dengan 100%, 50%, 25%, 12,5% dan 6,25% hingga konsentrasi 6,25% terhadap 100%, 50%, 25%, 12,5% dan 6,25% konsentrasi zona hambat esktrak etanol daun Afrika (Vernonia amygdalina) terhadap Streptococcus mutans. Namun berdasarkan uji statistik lanjutan Mann-Whitney secara uji dilusi singnifikasinya hanya terdapat pada konsentrasi 6,25% dan kontrol + dengan konsentrasi 100% dan konsentrasi 6,25% dengan kontrol positif.

Penelitian mengenangi Streptococcus mutan sudah banyak dilakukan terhadap beberapa ekstrak diantaranya menurut Wardani A (2012), penggunaan larutan ekstrak siwak dapat menghambat pertumbuhan Streptococcus mutans dengan metode dilusi dan data diperoleh secara visual pada konsentrasi 50% paling efektif dalam menghambat pertumbuhan Strptococcus mutans.37 Penelitian lain tentang

46

Streptococcus mutan dengan ekstrak daun salam dilakukan oleh Ramadhania Q (2014) menyatakan dengan metode difusi Hasil ekstrak etanol daun salam (Eugenia polyantha W) konsentrasi 5%, 10%, 20%, 40%, 80% dan 100% mempunyai daya antibakteri yang efektif terhadap Streptococcus mutans.38

Penelitian ekstrak etanol daun Afrika di Nigeria juga telah dilakukan dengan metode difusi mengujikannya kepada bakteri Streptococcus mutans dan Staphylococcus aurens oleh Anibijuwon et al (2012), menjunjukan nilai KHM pada konsentrasi 30 mg/ml atau setara dengan 3% dan KBM pada konsentrasi 50mg/ml setara dengan 5%. sedangkan pada Staphylococcus aurens menunjukan nilai KHM pada konsentrasi 45 mg/ml setara dengan 4,5% dan nilai KBM pada konsentrasi 125mg/ml setara dengan 12,5%.20 Penelitian lain terhadap beberapa bakteri juga telah dilakukan oleh Tula et al (2012), menyatakan ekstrak etanol daun Afrika (Vernonia amygdalina) memiliki daya antibakteri terhadap Shigella sp, Staphylococcus aureus, Salmonella thypi, Escherichia coli, Proteus mirabilis, Klebsiella pneumonia, Pseudomonas aeruginosa yang menunjukkan KHM pada konsentrasi 150 mg/ml atau setara 15% efektif terhadap bakteri Shigella sp, Escherichia coli, Proteus mirabilis, Klebsiella pneumonia, Pseudomonas aeruginosa pada konsentrasi 175 mg/ml setara 17,5% efektif terhadap bakteri S.thypi dan pada konsentrasi 125 mg/ml setara 12,5% efektif terhadap bakteri S.aurens.19Penelitian Adetunji et al. (2013), Ekstrak etanol daun Afrika (Vernonia amygdalina) menunjukan aktifitas antibakteri dengan nilai KHM pada S.aureus 12,5%, S.typhi 17,5% E.coli 15% dan P. aeruginosa 15%.39

Di Indonesia juga telah dilakukan penelitian mengenai pengembangan bahan alami sebagai obat herbal dan juga sebagai bahan alternatif medikamen saluran akar dengan ekstrak etanol daun Afrika pada beberapa bakteri. Pada Penelitian Vika (2014) ekstrak etanol daun Afrika (Vernonia amygdalina) terhadap bakteri fusobacterium nucleatum dengan metode dilusi tidak menunjukan hasil KHM dan dengan metode difusi menunjukan nilai KBM 12,5 %.21 Penelitian Jocelyn 2014 ektrak etanol daun Afrika (Vernonia amygdalina) terhadap bakteri Enterococcus faecalis dengan metode dilusi tidak menunjukan nilai KHM dan dengan metode difusi menunjukan nilai KBM 6,25%.22 Dan Menurut Penelitian lain oleh Sitompul T

47

(2015) ekstrak etanol daun Afrika (Vernonia amygdalina) terhadap bakteri Porphyromonas gingivalis denngan metode dilusi tidak menunjukan nilai KHM dan dengan metode difusi diperoleh nilai KBM 50%.23

Hasil yang diperoleh oleh Peneliti memiliki perbedaan dengan penelitian yang ada sebelumnya dikarenakan ada nya perbedaan kualitas ekstrak dan perbedaaan jenis dan morfologi bakteri yang diujikan. Pada negara lain kemungkinan jenis daun Afrika dipengaruhi oleh perbedaan iklim tropis kering di Nigeria. Sedangkan peneliti menggunakan daun afrika yang berasal dari Kota Medan, Sumatera utara, Indonesia dengan iklim tropis basah. Selain dipengaruhi oleh faktor biologis tumbuhan, kualitas ekstrak juga dipengaruhi oleh faktor kimia salah satunya adalah pelarut etanol 70% karena sifatnya yang universal, relatif aman dan tidak toksik. Penelitian Adetunji et al (2013) menunjukan bahwa ekstrak etanol daun Afrika memiliki aktivitas yang lebih tinggi terhadap bakteri yang disolasi dibandingkan ekstrak air yang disebakan oleh polaritas yang lebih tinggi dari etanol yang cenderung untuk lebih mengestrakkan senyawa aktif daripada air.39 Hal ini di dukung oleh penelitian Tula et al dan Anibijuwon et al (2012) yang menunjukkan bahwa antibakteri ekstrak etanol daun afrika (Vernonia amygdalina) lebih tinggi nilai signifikannya dibandingkan dengan ekstrak methanol ataupun ekstrak air.19,20 Perbedaan morfologi dari jenis bakteri yang berbeda merupakan salah satu faktor yang menyebabkan perbedaan. Setiap bakteri terdapat perbedaan struktur dinding bakteri sehingga diduga menyebabkan perbedaan aktivitas dan besar konsentrasi bahan coba dalam menghambat ataupun membunuh sel bakteri tersebut.40

Penelitian ini membuktikan bahwa ekstrak daun Afrika memiliki efek antibakteri secara in vitro. Hal ini kemungkinan akan menunjukan hasil yang berbeda jika di aplikasikan dalam saluran akar karena bakteri yang terdapat saluran akar adalah polimikrobial dan Streptococcus mutans memiliki kemampuan untuk melekat dan membentuk suatu lapisan bioflim pada saluran akar. Maka dari itu, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut agar daun Afrika dapat digunakan sebagai bahan medikamen saluran akar secara klinis. Hal ini terbukti dengan diperoleh nilai KHM yaitu pada konsentrasi 6,25% dan nilai KBM pada konsentrasi 12,5%.

48

BAB 7

Dokumen terkait