• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

RATA-RATA KADAR

dapat dilihat pada Tabel 9 dan 10, dan untuk lebih detailnya dapat dilihat pada Lampiran 6. Pencantuman kadar pemanis buatan pada label pangan, sesuai dengan ketentuan dalam Keputusan Kepala Badan POM RI No. HK.00.05.5.1.4547 tahun 2004 tentang Persyaratan BTP Pemanis Buatan dalam Produk Pangan, belum sepenuhnya berdasarkan hasil analisa, karena keterbatasan kemampuan laboratorium Pusat Pengujian Obat dan Makanan Nasional yang baru mampu melakukan analisa terhadap 4 jenis pemanis (aspartam, asesulfam K, sakarin dan siklamat) dari 13 jenis pemanis yang diizinkan. Selain ke-4 jenis pemanis buatan tersebut, pencantuman kadar pemanis buatan pada label dihitung berdasarkan kadar pemanis buatan pada formulasi atau berdasarkan hasil analisa yang dilampirkan oleh industri pangan dari laboratorium lain.

Tabel 9 Kadar pemanis buatan tunggal pada kelompok kategori pangan yang terdaftar di Badan POM RI pada tahun 1992-2003

No JENIS PEMANIS

KELOMPOK KATEGORI PANGAN

JUMLAH INTERVAL KADAR min – maks (ppm)

RATA-RATA KADAR

(ppm)

Batas Maksimum *) Ket 1. Aspartam BTP 10 500-48.000 26.793 Khusus sediaan

Makanan 13 100-60.000 10.252 - Minuman 80 100-4.000 562 - 2. Asesulfam K Minuman 1 300 300 CPPB 3. Siklamat BTP 23 995.000-1.000.000 999.783 CPPB Makanan 23 1.300 2.000-3.000 Minuman 67 1.433 3.000 4. Sakarin BTP 4 1.000.000 1.000.000 CPPB Makanan 10 100-700 306 300 TMS:2 Minuman 25 100-400 243 300 5. Sorbitol BTP 85 17.000-975.000 618.992 120.000 Makanan 29 150-994.500 411.892 120.000 Minuman 9 25.000-92.000 75.333 120.000 Jumlah 379

Pada tahun 1992 – 2003 ada ketidaksesuaian penggunaan sorbitol pada pewarna makanan, pengemulsi dan kembang gula yang melebihi batas maksimum penggunaan. Menurut Permenkes RI No. 722/Menkes/Per/IX/88 tentang Bahan Tambahan Makanan, batas maksimum penggunaan sorbitol pada ‘pangan lain’ adalah 120 g/kg. Definisi ‘pangan lain’ disini kurang jelas, apakah produk pangan yang siap dikonsumsi ataukah mencakup BTP yang di dalam penggunaannya hanya sedikit. Seperti penggunaan sorbitol pada pewarna makanan dan pengemulsi memang melebihi batas maksimum, namun karena pewarna makanan dan pengemulsi merupakan bahan tambahan pangan, maka bila pewarna makanan dan pengemulsi tersebut digunakan dalam produk pangan, kadar sorbitol pada produk pangan siap dikonsumsi diperkirakan akan lebih rendah dan tidak melebihi batas maksimum. Disamping itu, fungsi sorbitol pada bahan tambahan pangan tersebut (pewarna makanan dan pengemulsi) sebenarnya sebagai bahan pengisi, bukan sebagai pemanis buatan.

Tabel 10 Kadar pemanis buatan tunggal pada produk pangan yang terdaftar di Badan POM RI tahun 2004-2007

No JENIS PEMANIS KELOMPOK KATEGORI PANGAN

JUMLAH INTERVAL KADAR min – maks (ppm) RATA-RATA KADAR (ppm) Batas Maksimum *) Ket 1. Aspartam BTP 6 2.500-200.000 45.883 CPPB Makanan 24 320-1.920 846 500-10.000 Minuman 227 50-1.000 245 600 – CPPB TMS: 1 2. Asesulfam K Makanan 3 100-1.000 400 350-2.000 Minuman 43 48-450 119 500-600 3. Siklamat BTP 18 800.000-1.000.000 987.647 CPPB Makanan 15 100-1.620 710 500-1.600 Minuman 207 10-1.750 532 250-1.000 4. Sakarin BTP 4 1.000.000 1.000.000 CPPB Makanan 24 98-500 300 100-500 Minuman 5 58-200 124 80-500 5. Sorbitol BTP 173 10.000-990.000 756.032 CPPB Makanan 39 190-990.000 535.456 CPPB Minuman 13 6,5-850.000 87.962 CPPB 6. Isomalt Makanan 5 960.000-980.000 976.000 CPPB 7. Maltitol Minuman 1 2.000 2.000 CPPB 8. Sukralosa BTP 1 5.000 5.000 CPPB Makanan 4 400-645.000 161.649 1.250-5.000 TMS: 1 Minuman 8 65-560 169 250-800 Jumlah 820

*) Batas maksimum menurut Keputusan Kepala Badan POM RI No. HK.00.05.5.1.4547 tahun 2004 tentang Persyaratan BTP Pemanis Buatan dalam Produk Pangan

Penggunaan sorbitol dalam kembang gula menurut Permenkes RI No. 722/Menkes/Per/IX/88 tentang Bahan Tambahan Makanan, memang melebihi batas maksimum, namun seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sorbitol atau gula alkohol telah dikembangkan sebagai bahan utama

pembuatan kembang gula bebas gula (sugar free) untuk tujuan khusus yaitu

mengurangi karies gigi. Dalam Codex GSFA, penggunaan sorbitol pada produk

kembang gula juga diizinkan dengan takaran GMP.

Penyimpangan juga terjadi pada penggunaan sakarin pada makanan ringan dan kecap yang belum diatur pada Permenkes RI No. 722/Menkes/Per/IX/88 dan izin khusus, namun penggunaan sakarin pada makanan ringan dan kecap ini telah diatur pada Keputusan Kepala Badan POM RI No. HK.00.05.5.1.4547 tahun 2004 tentang Persyaratan BTP Pemanis Buatan dalam Produk Pangan.

Pada tahun 2004-2007, ada 2 (dua) produk yaitu minuman beralkohol dan permen rendah kalori yang menggunakan pemanis buatan melebihi batas

maksimum persyaratan. Temuan ini merupakan human error, namun hasilnya

tidak signifikan, karena hanya 2 dari 820 produk (0,2%).

Penggunaan Pemanis Buatan Secara Kombinasi Pada Produk Pangan Kelompok pangan yang menggunakan pemanis buatan secara kombinasi ditunjukkan pada Tabel 11. Ada beberapa produk pangan yang mengalami peningkatan atau tetap dalam menggunakan pemanis buatan, dan ada pula pengurangan dan penambahan jenis pangan.

Pengurangan jenis pangan yang menggunakan pemanis buatan secara kombinasi pada tahun 2004 - 2007 dibandingkan pada tahun 1992 – 2003 hanya pada jenis pangan kecap. Pengurangan jenis pangan ini tidak terkait dengan diberlakukannya Keputusan Kepala Badan POM RI No. HK.00.05.5.1.4547 tahun 2004 tentang Persyaratan BTP Pemanis Buatan dalam Produk Pangan, namun kemungkinan karena pada kurun waktu 2004-2007 tidak ada industri pangan yang mendaftarkan produk kecap yang meggunakan pemanis buatan, karena sesuai regulasi tersebut kecap diizinkan menggunakan pemanis buatan.

Penambahan jenis produk pangan yang menggunakan pemanis buatan secara kombinasi pada tahun 2004 - 2007 dibandingkan pada tahun 1992 - 2003 terdapat pada jenis pangan: jam, saus, minuman sari buah, minuman gula asam, minuman lidah buaya, minuman ringan, minuman teh, minuman

beralkohol, minuman beroksigen, minuman susu, yogurt, dan minuman berenergi. Penambahan jenis pangan tersebut tidak berkaitan dengan diberlakukannya Keputusan Kepala Badan POM RI No. HK.00.05.5.1.4547 tahun 2004 tentang Persyaratan BTP Pemanis Buatan dalam Produk Pangan, karena jenis pangan tersebut sudah diatur pada Permenkes RI No. 722/Menkes/Per/IX/88 dan izin khusus, kecuali minuman beralkohol. Penambahan jenis pangan kemungkinan adanya pengembangan produk oleh industri pangan seperti minuman beroksigen dan adanya permintaan dari konsumen tertentu yang ingin membatasi asupan kalorinya.

Tabel 11 Produk pangan yang menggunakan pemanis buatan secara kombinasi pada tahun 1992 – 2007

No. JENIS PRODUK PANGAN JUMLAH PRODUK PANGAN

1992-2003 2004-2007 I Bahan Tambahan Pangan

1. Sediaan Pemanis Buatan 5 17

II Makanan 1. Agar-agar / Jeli 2. Jam 3. Saus 4. Kecap 5. Kembang Gula 4 - - 4 24 19 2 5 - 45 III Minuman 1. Sirup Berperisa 2. Susu Bubuk 3. Makanan Diet Khusus 4. Minuman Sari Buah 5. Minuman Gula Asam

6. Minuman Lidah Buaya, Jeli & Nata de Coco 7. Minuman Ringan/Berkarbonasi 8. Minuman Serbuk 9. Minuman Teh 10. Minuman Beralkohol 11. Minuman Beroksigen 12. Minuman Susu 13. Yogurt 14. Minuman Berenergi 13 1 2 - - - - 23 - - - - - - 16 4 2 1 3 19 20 93 7 6 5 1 4 1 JUMLAH 76 270

Selain penambahan jenis pangan, jumlah produk pangan yang menggunakan pemanis buatan kombinasi pada tahun 2004 - 2007 mengalami peningkatan yang cukup tinggi yaitu dari 76 produk pangan menjadi 270 (meningkat 255%) dibanding pada tahun 1992 - 2003. Peningkatan jumlah produk pangan yang menggunakan pemanis buatan ini kemungkinan disebabkan oleh adanya penambahan industri pangan baru atau pengembangan produk baru (penambahan varian baru), karena kalau dilihat dari

jenis pangannya hampir sama. Adanya permintaan dari konsumen tertentu yang ingin membatasi asupan kalorinya, karena pemanis buatan tidak atau sangat kecil kandungan kalorinya juga mendorong meningkatnya jumlah produk yang menggunakan pemanis buatan.

Penggunaan pemanis buatan kombinasi menurut pakar teknologi pangan memiliki beberapa keuntungan, yaitu sifat kemanisannya lebih mendekati

kemanisan sukrosa dan menghilangkan aftertaste yang kurang disukai

konsumen seperti sakarin yang memiliki aftertaste pahit; lebih stabil, membuat

rasa manis baru seperti halnya penggunaan perisa pada industri pangan dan juga lebih dapat menekan biaya produksi, karena beberapa pemanis bila dikombinasikan akan memiliki sifat saling menguatkan sehingga mengurangi penggunaannya (Bakal 2001).

Gambar 8 menunjukkan histogram jenis dan jumlah kelompok pangan yang menggunakan pemanis buatan kombinasi yang terdaftar di Badan POM RI pada tahun 1992-2003 dan 2004-2007, untuk melihat sejauh mana penambahan jenis dan jumlah produk pangan yang menggunakan pemanis buatan.

Gambar 8 Histogram jenis dan jumlah kelompok pangan yang menggunakan pemanis buatan kombinasi yang terdaftar di Badan POM RI pada tahun 1992-2003 dan 2004-2007

Pengurangan dan penambahan jenis pangan pada masing-masing kategori (BTP, Makanan, dan Minuman) pada tahun 1992 – 2003 dibanding tahun 2004 – 2007, ternyata sangat kecil. Artinya pada tahun 1992 – 2003 dan 2004 – 2007 jenis pangan yang menggunakan pemanis buatan sebenarnya

hampir sama. Pada kelompok Minuman, penambahan jenis dan jumlah pangan paling besar, namun hal ini tidak berkaitan dengan diberlakukannya Keputusan Kepala Badan POM RI No. HK.00.05.5.1.4547 tahun 2004 tentang Persyaratan BTP Pemanis Buatan dalam Produk Pangan, karena jenis minuman yang menggunakan kombinasi pemanis buatan pada tahun 2004-2007 sudah diatur pada Permenkes RI No. 722/Menkes/Per/IX/88 dan izin khusus. Penambahan jenis pangan ini disebabkan oleh pengembangan produk baru oleh industri pangan, misalnya minuman beroksigen, atau adanya permintaan dari konsumen tertentu yang ingin membatasi asupan kalorinya.

Ada 9 jenis kombinasi pemanis buatan yang digunakan pada berbagai produk pangan yang terdaftar pada tahun 1992 - 2007, seperti ditunjukkan pada Tabel 12. Pemanis buatan yang paling banyak dikombinasikan dengan pemanis lain pada tahun 1992 – 2003 adalah aspartam. Aspartam banyak digunakan secara kombinasi baik dengan sorbitol maupun siklamat, karena aspartam dapat menguatkan rasa buah, dan dapat menutupi rasa pahit yang ditimbulkan oleh pemanis lain. Kombinasi tersebut banyak digunakan pada produk kembang gula dan minuman serbuk yang pada formulasinya seringkali ditambahkan perisa buah-buahan, sehingga dengan mengkombinasikan pemanis lain dengan aspartam, maka rasa buahnya semakin kuat.

Tabel 12 Jenis kombinasi pemanis buatan yang digunakan pada berbagai produk pangan yang terdaftar di Badan POM RI pada tahun 1992 – 2003

NO. JENIS KOMBINASI JENIS PANGAN JUMLAH PRODUK PANGAN

Dokumen terkait