• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kadar Kolesterol Serum Darah Marmot Sebelum dan Setelah Perlakuan Hiperkolesterolemia

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Kadar Kolesterol Serum Darah Marmot Sebelum dan Setelah Perlakuan Hiperkolesterolemia

Kadar kolesterol serum darah marmot sebelum dan setelah diberi perlakuan hiperkolesterolemia dapat dilihat pada Tabel 2 dan Gambar 2

Tabel 2 Kadar kolesterol serum darah marmot sebelum dan setelah perlakuan

hiperkolesterolemia (mg/dl) ± SD

Perlakuan

Kadar kolesterol (mg/dl) ± SD

Sebelum perlakuan (awal) Setelah perlakuan hiperkolesterolemia A 40,83 ± 7,05 69.5 ± 8,41 B 39,67 ± 6,34 70.33 ± 12,43 C 42.33 ± 4,58 80.67 ± 13,45 D 42.67 ± 3,93 75.67 ± 18,39 Keterangan :

Kadar kolesterol yang tercantum adalah kadar rataan dari 6 ulangan sebelum diberi vitamin C

A : untuk perlakuan tanpa vitamin C sebagai P0

B : untuk pemberian vitamin C sebagai P

( diberi aquadest)

1 ( vitamin C 5,425 mg/kgBB/hari)

C : untuk pemberian vitamin C sebagai P2 D : untuk pemberian vitamin C sebagai P

(vitamin C 38,75 mg/kgBB/hari)

3

SD : Standar Deviasi

( vitamin C 77,5 mg/kgBB/hari)

Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa rata-rata kadar kolesterol serum darah marmot setelah perlakuan hiperkolesterolemia menunjukkan kadar yang lebih tinggi dibandingkan dengan kadar kolesterol serum darah sebelum perlakuan hiperkolesterolemia. Hal ini sesuai dengan hasil uji T (Lampiran 11) dengan membandingkan kadar kolesterol sebelum dan setelah perlakuan hiperkolesterolemia, maka terdapat perbedaan yang signifikan antara kadar kolesterol sebelum dan setelah perlakuan hiperkolesterolemia (P<0,05). Hasil ini menunjukkan bahwa pemberian perlakuan hiperkolesterolemia ( dengan memberi

pakan yang dicampur dengan kuning telur 1% dan lemak kambing 20% dari jumlah makanan/hari) selama 7 hari memberi pengaruh nyata terhadap kadar kolesterol serum darah marmot.

Hal ini dapat juga dilihat pada Gambar 2 yang menunjukkan adanya kenaikan kadar kolesterol serum darah marmot setelah perlakuan hiperkolesterolemia dibandingkan sebelum diberi perlakuan hiperkolesterolemia.

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 A B C D Perlakuan K a d a r K o le s te ro l (m g /d l) sebelum perlakuan hiperkolesterolemia setelah perlakuan hiperkolesterolemia

Gambar 2. Diagram kadar kolesterol serum darah marmot sebelum dan setelah

perlakuan hiperkolesterolemia (mg/dl) ± SD

Keterangan :

Kadar kolesterol yang tercantum adalah kadar rataan dari 6 ulangan sebelum diberi perlakuan pemberian vitamin C

A : untuk perlakuan tanpa vitamin C sebagai P0 B : untuk pemberian vitamin C sebagai P

( diberi aquadest)

1 ( vitamin C 5,425 mg/kgBB/hari)

C : untuk pemberian vitamin C sebagai P2

D : untuk pemberian vitamin C sebagai P

(vitamin C 38,75 mg/kgBB/hari)

3

SD: Standar Deviasi

( vitamin C 77,5 mg/kgBB/hari)

Menurut Sitepoe (1993) kadar hiperkolesterolemia dapat dilihat dari adanya kenaikan kadar lipid yang terukur yaitu kadar kolesterol. Hasil ini dinyatakan sebagai kondisi hiperkolesterolemia. Bila dibandingkan dengan kadar sebelum perlakuan hiperkolesterolemia, kadar kolesterol setelah perlakuan dengan

pemberian pakan yang dicampur dengan kuning telur 1% dan lemak kambing 20 % dari jumlah makanan/hari memperlihatkan kadar kolesterol yang sangat tinggi, hal ini menunjukkan bahwa marmot tersebut telah hiperkolesterolemia.

Kolesterol yang berada dalam zat makanan yang kita makan dapat meningkatkan kadar kolesterol dalam darah. Sumber utama kolesterol dari makanan hanya berasal dari produk hewani seperti daging, susu, telur dan hasil perikanan (Razak, 2006 dan Soeharto, 2000). Kuning telur mengandung 220-250 mg kolesterol sehingga pemberian pakan yang mengandung kuning telur sebanyak 2,02 gram sudah dapat menaikkan kadar kolesterol (Lidya, 2001).

Begitu juga dengan lemak jenuh (seperti lemak kambing) yang dikonsumsi akan mengakibatkan kenaikan kadar kolesterol di dalam darah. Peningkatan kadar kolesterol dalam darah dapat bersifat sinergis apabila bahan pangan yang mengandung kolesterol dikonsumsi bersama dengan lemak jenuh (Sitepoe, 1993).

3.2 Kadar Kolesterol Serum Darah Marmot Setelah 12 dan 24 hari Pemberian Vitamin C

Kadar kolesterol serum darah marmot setelah 12 dan 24 hari pemberian vitamin C dapat dilihat pada Tabel 3 dan Gambar 3.

Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat urutan kadar kolesterol serum darah marmot pada hari ke-12 dari yang tertinggi yaitu perlakuan P0 (64,5), lalu diikuti oleh P1 (63,16), P2 (50,67) dan yang terendah P3 ( 43,3). Hal ini sama juga dengan kadar kolesterol darah marmot pada hari ke-24 dengan nilai tertinggi pada P0 (64,83) lalu diikuti oleh P1 (63,33) , P2 ( 45,5) dan yang terendah P3 ( 26,33).

Tabel 3 Kadar kolesterol serum darah marmot hiperkolesterolemia setelah 12 dan

24 hari pemberian vitamin C (mg/dl) ± SD

Perlakuan Kadar Kolesterol Setelah Pemberian Vitamin C

12 hari 24 hari P0 64,5 ± 12,14 64,83 ± 11,84 P1 63,16 ± 15,22 63,33 ± 6,15 P2 50,67 ± 16,55 45,5 ± 12,47 P3 43,33 ± 6,62 26.33 ± 7,17 Keterangan :

Kadar kolesterol yang tercantum adalah kadar rataaan dari 6 ulangan P0

P

: perlakuan tanpa pemberian vitamin C (aquadest)

1

P

: perlakuan dengan pemberian vitamin C 5,425 mg/kg BB/hari

2

P

: perlakuan dengan pemberian vitamin C dosis 38,75 mg/kg BB/hari

3

SD : Standar Deviasi

: perlakuan dengan pemberian vitamin C dosis 77,5 mg/kg BB/hari

Hal ini menunjukkan terjadi penurunan kadar kolesterol serum darah marmot setelah diberikan vitamin C pada hari ke-12 dan ke-24. Hal ini terlihat dari adanya penurunan kadar kolesterol pada kelompok P1, P2 dan P3 bila dibandingkan dengan P0 yang tidak diberikan vitamin C baik pada hari ke-12 maupun hari ke-24. Selain itu dapat dilihat bahwa semakin besar dosis vitamin C maka pengaruhnya terhadap penurunan kadar kolesterol serum darah marmot yang hiperkolesterolemia juga semakin besar. Ini dapat dilihat dari kadar kolesterol pada P3 < P2< P1<P0

Berdasarkan Tabel 3 tersebut kita juga dapat lihat adanya pengaruh lamanya pemberian vitamin C terhadap kadar kolesterol yaitu terjadi penurunan kadar kolesterol pada hari ke-24 bila dibandingkan dengan hari ke-12 yaitu pada P

baik pada hari ke-12 dan hari ke-24.

2 (50,67 menjadi 45,5) dan P3 ( 43,33 menjadi 26,33). Tetapi juga terdapat kenaikan kadar kolesterol yang kecil pada P0 (64,5 menjadi 64,83) dan P1( 63,16 menjadi 63,3).

Hal ini menunjukkan bahwa lamanya pemberian vitamin C juga memberi pengaruh terhadap penurunan kadar kolesterol serum darah marmot yang berarti semakin lama diberi vitamin C maka penurunan kadar kolesterol semakin besar walaupun pada kelompok P0 dan P1 terjadi kenaikan kadar kolesterol di hari ke-24. Kenaikan kadar kolesterol pada P0

Untuk P

disebabkan pada perlakuan tersebut tidak diberi vitamin C sehingga metabolisme kolesterol menjadi asam empedu tidak terjadi bahkan dengan tidak adanya vitamin C (defisiensi vitamin C) maka terjadi peningkatan kolesterol dalam serum darah dan penimbunan kolesterol dalam hati (Sitepoe,1993).

1 dengan dosis vitamin C yang kecil yaitu 5,425 mg/kgBB/hari juga terjadi kenaikan kadar kolesterol pada hari ke-24. Ini disebabkan karena dengan dosis yang kecil maka metabolisme kolesterol menjadi asam empedu berjalan lambat ( Ginter, 1973 dan Goodman, 2000). Maka dibutuhkan waktu yang lebih lama untuk P0 bila dibandingkan P2 dan P3

Hal ini dapat juga dilihat pada Gambar 3 yang menunjukkan adanya pengaruh pemberian vitamin C dan lamanya pemberian terhadap kadar kolesterol serum darah marmot yang hiperkolesterolemia .

untuk menurunkan kadar kolesterol bila dosisnya kecil.

Pada diagram jelas terlihat bahwa ada pengaruh pemberian vitamin C terhadap kadar kolesterol dan semakin besar dosis vitamin C yang diberikan dan semakin lama pemberian vitamin C maka kadar kolesterolnya semakin kecil.

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 P0 P1 P2 P3 Perlakuan K a d a r K o le s te ro l (m g /d l) setelah 12 hari pemberian vitamin C setelah 24 hari pemberian vitamin C

Gambar 3. Diagram kadar kolesterol serum darah marmot hiperkolesterolemia

setelah 12 dan 24 hari pemberian vitamin C (mg/dl) ± SD

Keterangan :

P0

P

: perlakuan tanpa pemberian vitamin C

1

P

: perlakuan dengan pemberian vitamin C 5,425 mg/kg BB/hari

2

P

: perlakuan dengan pemberian vitamin C dosis 38,75 mg/kg BB/hari

3

SD: Standar Deviasi

: perlakuan dengan pemberian vitamin C dosis 77,5 mg/kg BB /hari

Pengaruh dosis pemberian vitamin C, lamanya pemberian vitamin C dan interaksi antara dosis pemberian dengan lamanya pemberian vitamin C dapat diketahui dari hasil analisis keragaman yang dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Analisis keragaman kadar kolesterol serum darah marmot

hiperkolesterolemia setelah 12 dan 24 hari pemberian vitamin C

SK DB JK KT F hitung F 0,05 F 0,01 Hari 1 352,09 352,09 2,60 4,08 7,31 VitaminC (dosis) 3 7140,42 2380,14 17,59** 2,84 4,31 Interaksi 3 595,42 198,48 1,4676 2,84 4,31 Error 40 5409,99 135,24 - - - Keterangan :

SK : Sumber Keragaman ** : beda nyata DB : Derajat Bebas F 0,05 : nilai F tabel pada α 0,05 JK : Jumlah Kuadrat F 0,01 : nilai F tabel pada α 0,01

Berdasarkan analisis keragaman pada Tabel 4 dapat diketahui bahwa pengaruh lamanya pemberian vitamin C dan interaksi antara lamanya pemberian dengan dosis vitamin C tidak mempengaruhi kadar kolesterol serum darah marmot tetapi pengaruh dosis pemberian vitamin C menunjukkan perbedaan yang sangat nyata artinya dosis pemberian vitamin C mempengaruhi kadar kolesterol serum darah marmot. Akan tetapi belum dapat dipastikan dosis yang memberi pengaruh terhadap kadar kolesterol serum darah marmot. Untuk mengetahui perbedaan pengaruh dosis pemberian vitamin C maka dilakukan uji Beda Nyata Terkecil (BNT), yang dapat dilihat pada Tabel 5

Tabel 5 Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pengaruh dosis pemberian vitamin C

terhadap kadar kolesterol serum darah marmot hiperkolesterolemia (mg/dl)

Perlakuan Kadar Kolesterol Setelah Pemberian Vitamin C

12 hari 24 hari P0 64,5 a 64,83 a P1 63,16 a 63,33 a P2 50,67 b 45,5 b P3 43,33 bc 26.33 bc Keterangan :

Kadar kolesterol yang tercantum adalah kadar rataan dari 6 ulangan

Notasi/huruf yang berbeda (a,b,c) menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata. ( P<0,05)

P0

P

: perlakuan tanpa pemberian vitamin C

1

P

: perlakuan dengan pemberian vitamin C 5,425 mg/kg BB/hari

2

P

: perlakuan dengan pemberian vitamin C dosis 38,75 mg/kg BB/hari

3 :

Berdasarkan Tabel 5 dapat dilihat bahwa pada hari ke-12 dan hari ke-24 P perlakuan dengan pemberian vitamin C dosis 77,5 mg/kg BB/hari

0

tidak berbeda nyata dengan P1, namun P0 berbeda nyata dengan P2 dan P3.. P1

berbeda nyata dengan P2 dan P3 sedangkan P2 berbeda nyata dengan P3. Dari data tersebut berarti penurunan kadar kolesterol mulai terlihat pada pemberian vitamin C dengan dosis 38,75 mg/kgBB/hari (P2) dan 77,5 mg/kgBB/hari (P3). Hal ini

menunjukkan bahwa pemberian vitamin C dosis 38,75 mg/kgBB/hari dan 77,5 mg/kgBB/hari mampu untuk menurunkan kadar kolesterol serum darah marmot pada keadaan hiperkolesterolemia dan berbeda nyata bila dibandingkan dengan P0 tanpa pemberian vitamin C (P<0,05) namun belum memberikan pengaruh yang nyata pada P1

Vitamin C mempunyai hubungan dengan metabolisme kolesterol maka dapat disimpulkan bahwa kekurangan vitamin C dapat menyebabkan meningkatnya sintesis kolesterol (Goodman, 1993). Kolesterol dieliminasi dari tubuh melalui usus sebagai feses dalam bentuk asam empedu. Hal ini berkaitan dengan konsumsi vitamin C karena vitamin C mempunyai peranan yang penting pada metabolisme kolesterol menjadi asam empedu ( Khomsan, 2000 dan Sitepoe, 1993).

dengan dosis 5,425 mg/kgBB/hari (P>0,05).

Vitamin C dapat menurunkan kadar kolesterol di dalam darah dengan cara memecah kolesterol menjadi asam empedu dan garam empedu di dalam hati kemudian mensekresikannya ke dalam empedu lalu ke usus, dan akhirnya dikeluarkan dari tubuh sebagai feses (Sitepoe, 1993).

Vitamin C juga meningkatkan pembuangan kotoran dengan demikian menurunkan diserapnya kembali asam empedu dan konversinya menjadi kolesterol. Vitamin C juga meningkatkan kadar HDL dan menurunkan LDL (Goodman, 1993 dan Khomsan,2007).

Selain itu vitamin C juga merupakan antioksidan yang dapat mengikat radikal peroksil. Kelompok radikal ini merupakan senyawa antara yang terbentuk dalam rangkaian reaksi oksidasi lipida seperti pada oksidasi LDL (Low Density

Lipoprotein). Lipoprotein ini merupakan alat pengangkut utama kolesterol dari hati ke seluruh sel jaringan dalam tubuh. Apabila LDL teroksidasi oleh adanya radikal peroksil maka LDL yang teroksidasi tidak dapat lagi dikenali oleh reseptornya (Silalahi, 2006). Hal ini dapat menyebabkan jumlah LDL dalam darah meningkat. Apabila jumlah LDL dalam darah banyak maka kadar kolesterol di tubuh juga meningkat. Adanya vitamin C yang cukup di tubuh akan mencegah terjadinya oksidasi LDL sehingga dapat menurunkan kadar kolesterol dalam darah. Vitamin C juga akan menaikkan kadar HDL (High Density Lipoprotein)

Walaupun pada analisis keragaman pada Tabel 4 lamanya pemberian vitamin C tidak menunjukkan perbedaan yang nyata tapi dapat juga dilakukan uji Beda Nyata Terkecil sebab sering terjadi pengaruh dari suatu perlakuan tertentu tidak tampak pada uji F akibat tertutup oleh pengaruh perlakuan lain (Sugandi,1994). Maka untuk mengetahui pengaruh lamanya pemberian vitamin C terhadap kadar kolesterol serum darah marmot dilakukan juga uji Beda Nyata Terkecil (BNT) terhadap pengaruh lamanya pemberian vitamin C yang dapat dilihat pada Tabel 6.

yaitu lipoprotein yang membawa kolesterol dari seluruh jaringan kembali ke hati yang selanjutnya akan diubah menjadi asam empedu dan garam empedu. (Goodman 1993 dan Hull1993)

Berdasarkan hasil Uji Beda Nyata Terkecil pada Tabel 6 dapat dilihat bahwa kadar kolesterol serum darah di hari ke-12 pada P0, P1, dan P2 tidak berbeda nyata dengan P0, P1 dan P2 di hari ke-24 tapi berbeda nyata pada P3 hari ke-12 dengan hari ke-24. Hal ini menujukkan bahwa lamanya pemberian vitamin

C tidak memberi pengaruh yang nyata pada dosis yang kecil tapi memberi pengaruh yang nyata pada vitamin C dosis tinggi yaitu pada dosis

77,5 mg/kgBB/hari(P3

Tabel 6 Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pengaruh lamanya pemberian vitamin

C (12 dengan 24 hari ) terhadap kadar kolesterol serum darah marmot hiperkolesterolemia (mg/dl)

).

Perlakuan Kadar Kolesterol Setelah Pemberian Vitamin C

12 hari 24 hari P0 64,5 a 64,83 a P1 63,16 a 63,33 a P2 50,67 a 45,5 a P3 43,33 a 26,33 b Keterangan :

Kadar kolesterol yang tercantum adalah kadar rataaan dari 6 ulangan

Notasi/huruf yang berbeda (a,b) menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata (P<0,05)

P0

P

: perlakuan tanpa pemberian vitamin C

1

P

: perlakuan dengan pemberian vitamin C 5,425 mg/kg BB/hari

2

P

: perlakuan dengan pemberian vitamin C dosis 38,75 mg/kg BB/hari

3 :

Beberapa penelitian mengatakan bahwa vitamin C dosis tinggi (1-5 gram) dapat menurunkan kadar kolesterol serum (Hodges,1980). Bila konsumsi kolesterol maupun lemak jenuh meningkat mengakibatkan hiperkolesterolemia, maka diperlukan vitamin C yang lebih banyak dalam transformasi asam empedu untuk kemudian dieksresikan (Sitepoe, 1993).

perlakuan dengan pemberian vitamin C dosis 77,5 mg/kg BB/hari

3.3Kadar Trigliserida Serum Darah Marmot Sebelum dan Setelah

Perlakuan Hiperkolesterolemia

Kadar trigliserida serum darah marmot sebelum dan setelah perlakuan hiperkolesterolemia dapat dilihat pada Tabel 7 dan Gambar 4.

Berdasarkan Tabel 7 dapat dilihat bahwa kadar trigliserida serum darah marmot setelah perlakuan hiperkolesterolemia menunjukkan kadar yang lebih

tinggi dibandingkan dengan kadar trigliserida serum darah sebelum perlakuan hiperkolesterolemia.

Tabel 7 Kadar trigliserida serum darah marmot sebelum dan setelah perlakuan

hiperkolesterolemia (mg/dl) ± SD

Perlakuan

Kadar Trigliserida (mg/dl) ± SD

Sebelum perlakuan (awal) Setelah perlakuan hiperkolesterolemia A 43,67 ± 3,20 81,5 ± 6,35 B 44 ± 3,41 79,16 ± 10,07 C 45 ± 3,41 88,67 ± 12,61 D 41,83 ± 3,87 81,5 ± 8,26 Keterangan :

Kadar trigliserida yang tercantum adalah kadar rataan dari 6 ulangan sebelum perlakuan pemberian vitamin C

A : untuk perlakuan tanpa vitamin C sebagai P0

B : untuk pemberian vitamin C sebagai P

( diberi aquadest)

1 ( vitamin C 5,425 mg/kgBB/hari)

C : untuk pemberian vitamin C sebagai P2

D : untuk pemberian vitamin C sebagai P

(vitamin C 38,75 mg/kgBB/hari)

3

SD : Standar Deviasi

( vitamin C 77,5 mg/kgBB/hari)

Berdasarkan Tabel 7 dapat dilihat bahwa kadar trigliserida serum darah

marmot setelah perlakuan hiperkolesterolemia menunjukkan kadar yang lebih tinggi dibandingkan dengan kadar trigliserida serum darah sebelum perlakuan hiperkolesterolemia..

Hal ini dapat juga dilihat pada Gambar 4 yang menunjukkan adanya kenaikan kadar trigliserida serum darah marmot setelah perlakuan hiperkolesterolemia.

Hal ini sesuai dengan hasil uji T (Lampiran 11) dengan membandingkan kadar trigliserida sebelum dan setelah perlakuan hiperkolesterolemia, maka terdapat perbedaan yang signifikan antara kadar trigliserida sebelum dan setelah perlakuan hiperkolesterolemia (P<0,05). Hasil ini menunjukkan bahwa ada pengaruh dari perlakuan hiperkolesterolemia (dengan memberi pakan yang

dicampur dengan kuning telur ayam eropa 1% dan lemak kambing 20% dari jumlah makanan/hari)selama 7 hari terhadap kadar trigliserida serum darah marmot. 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 A B C D Perlakuan K a d a r T ri g li s e ri d a ( m g /d l) sebelum perlakuan hiperkolesterolemia setelah perlakuan hiperkolesterolemia

Gambar 4. Diagram kadar trigliserida serum darah marmot sebelum dan setelah

perlakuan hiperkolesterolemia (mg/dl) ± SD

Keterangan :

Kadar trigliserida yang tercantum adalah kadar rataan dari 6 ulangan sebelum perlakuan pemberian vitamin C

A : untuk perlakuan tanpa vitamin C sebagai P0 B : untuk pemberian vitamin C sebagai P

( diberi aquadest)

1 ( vitamin C 5,425 mg/kgBB/hari)

C : untuk pemberian vitamin C sebagai P2

D : untuk pemberian vitamin C sebagai P

(vitamin C 38,75 mg/kgBB/hari)

3

Kenaikan kadar trigliserida serum darah lebih sering disebut dengan hipertrigliseridemia (Tjay, 2002). Kadar hipertrigliserida juga dapat dilihat pada kenaikan kadar trigliserida setelah perlakuan hiperkolesterolemia dibandingkan dengan kadar trigliserida sebelum perlakuan hiperkolesterolemia (Sitepoe,1993). Bila dibandingkan dengan kadar sebelum perlakuan hiperkolesterolemia, kadar trigliserida setelah perlakuan dengan pemberian pakan yang dicampur dengan kuning telur 1 % dan lemak kambing 20 % memperlihatkan kadar trigliserida

yang sangat tinggi, hal ini menunjukkan bahwa marmot yang diberi perlakuan hiperkolesterolemia tersebut telah hipertrigliserida.

Trigliserida adalah komponen lain dari lemak dalam darah dan seperti halnya kolesterol, trigliserida dapat berasal dari pakan yang dimakan atau dibuat sendiri oleh tubuh. Sumber utama trigliserida dalam darah adalah lemak terutama lemak jenuh dalam makanan ( Soeharto, 2000 dan Payne,1995).

3.4Kadar Trigliserida Serum Darah Marmot Hiperkolesterolemia Setelah 12

Dokumen terkait