PENGARUH PEMBERIAN VITAMIN C TERHADAP KADAR
KOLESTEROL DAN TRIGLISERIDA DARAH
MARMOT ( Cavia porcellus)
SKRIPSI
Diajukan Oleh :
RIKA AFRISANTI SIANIPAR
020804043
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
PENGARUH PEMBERIAN VITAMIN C TERHADAP KADAR
KOLESTEROL DAN TRIGLISERIDA DARAH
MARMOT (Cavia porcellus)
SKRIPSI
Diajukan untuk melengkapi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara
Oleh :
RIKA AFRISANTI SIANIPAR
020804043
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN VITAMIN C TERHADAP KADAR KOLESTEROL DAN TRIGLISERIDA DARAH
MARMOT (Cavia porcellus)
Oleh :
RIKA AFRISANTI SIANIPAR NIM 020804043
Dipertahankan dihadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara Pada Tanggal: Desember 2007
Disetujui Oleh
Pembimbing I, Panitia Penguji
(Dr. Edy Suwarso, SU., Apt.) (Dr. Karsono, Apt.) NIP 130 935 857 NIP 131 415 891
Pembimbing II, (Dr. Edy Suwarso, SU.,Apt.)
NIP 130 935 857
(Dra.Lely Sari Lubis,MSi.,Apt.) (Drs. Rasmadin Mukhtar, MSi., Apt.) NIP 131 653 973 NIP 130 810 737
(Drs. Saiful Bahri, MS., Apt.) NIP 131 285 999
Dekan,
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas anugerah,
pemeliharaan, karya-Nya dan kasih setia-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini.
Ucapan terima kasih tulus dan penghargaan yang tiada terhingga kepada
orangtua tercinta, Ayahanda R.Sianipar dan Ibunda H.Sinaga serta Adik Jerry,
Rani, Eka dan Fani, atas doa, dorongan semangat, pengorbanan dan kasih sayang
kepada penulis selama masa pendidikan hingga selesainya skripsi ini.
Dengan segala ketulusan dan kerendahan hati, penulis mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Dr. Edy Suwarso, SU., Apt.
dan Ibu Dra.Lely Sari Lubis, MSi.,Apt. selaku dosen pembimbing yang telah
mengarahkan dan membimbing penulis dengan penuh kesabaran selama
penelitian sampai penulisan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya
bantuan dari berbagai pihak, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dekan Fakultas Farmasi, Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt.,
beserta staf dosen dan pegawai Fakultas Farmasi USU yang telah
mengajar dan membimbing penulis selama menunutut ilmu di Perguruan
Tinggi ini.
2. Bapak Dr. Karsono, Apt., Bapak Dr.Edy Suwarso, SU., Apt., Bapak Drs.
Rasmadin Mukhtar, MSi., Apt. dan Bapak Drs. Saiful Bahri, MS., Apt
sebagai dosen penguji yang telah memberikan koreksi dan saran kepada
3. Bapak Drs.Rasmadin Mukhtar, MSi., Apt. sebagai dosen wali yang telah
membimbing penulis dengan penuh kesabaran selama perkuliahan sampai
saat ini.
4. Bapak Dr. P. Panjaitan selaku Kepala Laboratorium Kesehatan Dinas
Kesehatan Sumatera Utara, Ibu Sulastri dan Ibu Siti sebagai pegawai
laboratorium yang telah memberi izin dan membantu penulis selama
melakukan penelitian.
5. Keluarga “ Shine” ( Kak Esmika, Kak Sinur, Juliyanti dan Imey),
adik-adik “Agape” ( Leona, Maria, Netty, Nuri dan Ruth) atas dukungan doa
dan moril yang sangat memotivasi penulis selama penelitan sampai
penulisan skripsi ini.
6. Teman-teman seperjuangan Farmasi 2002 (Aika, Abe, Agustina, Dewi,
David, Hetty, Intan, Jupatman, Lina Tory, Ricky. Riris, Yosy) yang selalu
membantu dan memberikan dorongan semangat dan doa kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, dan
penulis berterima kasih untuk masukan-masukan yang membangun demi
kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini menjadi
sumbangan yang berguna bagi ilmu pengeathuan dan ilmu farmasi khususnya.
Medan, Desember 2007
Penulis
ABSTRAK
Kadar kolesterol dan trigliserida darah yang tinggi merupakan faktor
terjadinya aterosklerosis. Vitamin C sebagai antioksidan mempunyai hubungan
dengan metabolisme kolesterol dan trigliserida dan kekurangan vitamin C dapat
meningkatkan jumlah kolesterol dalam tubuh. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh pemberian vitamin C terhadap kadar kolesterol dan
trigliserida serum darah hewan percobaan (marmot) yang dibuat
hiperkolesterolemia.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap
Faktorial yang terdiri dari dua faktor perlakuan yaitu dosis vitamin C 4 perlakuan
(P0, P1, P2, dan P3) dan lamanya pemberian vitamin C 2 perlakuan (12 dan 24
hari). Kadar kolesterol dan trigliserida serum darah marmot awal diukur lalu
diberi perlakuan hiperkolesterolemia dan diukur kadar hiperkolesterolemia
kemudian diberikan vitamin C dengan dosis P1 = 5,425 mg/kgBB/hari, P2 =
38,75 mg/kgBB/hari dan P3 = 77,5 mg/kgBB/hari kecuali P0
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian vitamin C setelah 12 dan
24 hari pada dosis 38,75 mg/kgBB/hari (P
tidak diberikan
vitamin C. Kadar kolesterol dan trigliserida serum darah marmot diukur pada hari
ke-12 dan ke-24 setelah pemberian vitamin C.
2) dan 77,5 mg/kgBB/hari (P3) dapat
menurunkan kadar kolesterol serum darah marmot secara nyata (P<0,05) bila
dibandingkan dengan kelompok P0. Vitamin C juga dapat menurunkan kadar
(P1), 38,75 mg/kgBB/hari (P2) dan 77,5 mg/kgBB/hari (P3) setelah 12 dan 24
ABSTRACT
High cholesterol and triglyceride level were a factor atherosclerosis
occure. Vitamin C as an antioxidan had a relationships with cholesterol and
triglyceride metabolism and less of vitamin C could increase cholesterol level in
body.. The aim of this experimental was to know the effect of given vitamin C on
the cholesterol and triglyceride serum blood level of hypercholesterolemia animal
experiment (guinea pig).
The experimental design that been used in this study was completely
randomized design factorial with two factor treatment was vitamin C dose with 4
treatment. (P0, P1, P2, and P3) and duration of vitamin C with 2 treatment (12 and
24 days). The first cholesterol and triglyceride serum blood level of guines pig
was measured then given hypercholesterolemia treatment. After
hypercholesterolemia serum blood level was measured, each group was given by
vitamin C except for P0, with the vitamin C dose P1= 5.425 mg/kgBB/day, P2 =
38.75 mg/kgBB/day and P3
The result showed that given of vitamin C with doses 38.75 mg/kgBB/day
(P
= 77.5 mg/kgBB/day. The cholesterol and trygliceride
serum blood level of guinea pig was measured at 12 and 24 days after given
vitamin C.
2) and 77.5 mg/kgBB/day (P3) after 12 and 24 days could significantly
decrease the cholesterol serum blood level of guinea pig(P<0,05) compared to
level with doses 5.425 mg/kgBB/day (P1), 38.75 mg/kgBB/day (P2) and 77.5
mg/kgBB/day (P3)after 12 and 24 days (P<0,05) compared to group P0.
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL……… i
LEMBAR PENGESAHAN……….. ii
ABSTRAK………. iii
ABSTRACT……… v
DAFTAR ISI………. vii
DAFTAR TABEL………. ix
DAFTAR GAMBAR………. xi
DAFTAR LAMPIRAN………. xii
BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang………. 1
1.2 Kerangka Pikir Penelitian……… 3
1.3 Perumusan Masalah………. 3
1.4 Hipotesis………. 4
1.5 Tujuan Penelitian……… 4
1.6 Manfaat Penelitian………. 4
BAB II. METODOLOGI PENELITIAN 2.1 Alat Dan Bahan Penelitian 2.1.1 Alat-alat penelitian……….. 5
2.1.2 Bahan……….. 5
2.2 Hewan Percobaan………. 5
2.4 Prosedur Penelitian
2.4.1 Model Hewan Hiperkolesterolemia……… 7
2.4.2 Pembuatan Larutan Vitamin C……… 8
2.4.3 Pemberian Vitamin C Pada Marmot Yang
Hiperkolesterolemia……… 8
2.4.4 Pengambilan Darah………. 8
2.4.5 Penetapan Kadar Kolesterol Serum Darah
Marmot ……….. 9
2.4.6 Penetapan Kadar Trigliserida Serum Darah
Marmot……… 9
BAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Kadar Kolesterol Serum Darah Marmot Sebelum
Dan Setelah Perlakuan Hiperkolesterolemia……….. 10
3.2 Kadar Kolesterol Serum Darah Marmot Setelah
12 dan 24 hari Pemberian Vitamin C……….. 12
3.3 Kadar Trigliserida Serum Darah Marmot Sebelum dan Setelah Perlakuan
Hiperkolesterolemia……….. 19
3.4 Kadar Trigliserida Serum Darah Marmot Setelah
12 dan 24 hari Pemberian Vitamin C……… 23
3.5 Rekapitulasi Hasil Penelitian……… 27
BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan……… 30
4.2 Saran………. 30
DAFTAR PUSTAKA……… 31
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 Rancangan Percobaan Pengaruh Pemberian Vitamin C setelah 12 dan 24 hari terhadap kadar
kolesterol dan trigliserida serum darah marmot………… 7
Tabel 2 Kadar kolesterol serum darah marmot sebelum dan
setelah perlakuan hiperkolesterolemia (mg/dl) ± SD…… 10
Tabel 3 Kadar kolesterol serum darah marmot hiperkolesterolemia setelah 12 dan 24 hari pemberian
vitamin C(mg/dl) ± SD ………. 13
Tabel 4 Analisis keragaman kadar kolesterol serum darah marmot hiperkolesterolemia setelah 12 dan 24 hari
pemberian vitamin C………. 15
Tabel 5 Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pengaruh dosis Pemberian Vitamin C setelah 12 dan 24 hari terhadap kadar kolesterol serum darah marmot(mg/dl)……… 16
Tabel 6 Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pengaruh lamanya pemberian vitamin C (12 dengan 24 hari) terhadap kadar kolesterol serum darah marmot
hiperkolesterolemia (mg/dl)……… 19
Tabel 7 Kadar trigliserida serum darah marmot sebelum dan
setelah perlakuan hiperkolesterolemia (mg/dl) ± SD …… 20
Tabel 8 Kadar trigliserida serum darah marmot hiperkolesterolemia setelah 12 dan 24 hari
pemberian vitamin C (mg/dl) ± SD ……… 22
Tabel 9 Analisis keragaman kadar trigliserida serum darah marmot setelah 12 dan 24 hari
pemberian vitamin C……….. 24
Tabel 10 Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pengaruh pemberian Vitamin C setelah 12 dan 24 hari terhadap kadar
trigliserida serum darah marmot (mg/dl)……… 25
Tabel 11 Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pengaruh lamanya pemberian vitamin C setelah 12 dan 24 hari terhadap
Tabel 12 Rekapitulasi kadar kolesterol
serum darah marmot (mg/dl) ± SD ……… 27
Tabel 13 Rekapitulasi kadar trigliserida
serum darah marmot (mg/dl) ± SD ……… 28
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1 Kerangka Pikir Penelitian……….. 3
Gambar 2 Diagram kadar kolesterol serum darah marmot sebelum dan setelah perlakuan
hiperkolesterolemia (mg/dl) ± SD ……… 11
Gambar 3 Diagram kadar kolesterol serum darah marmot hiperkolesterolemia setelah 12 dan 24 hari
pemberian vitamin C (mg/dl) ± SD ………. 15
Gambar 4 Diagram kadar trigliserida serum darah marmot sebelum dan setelah perlakuan
hiperkolesterolemia (mg/dl) ± SD ……… 21
Gambar 5 Diagram kadar trigliserida serum darah marmot hiperkolesterolemia setelah 12 dan 24 hari
pemberian vitamin C (mg/dl) ± SD ………. 23
Gambar 6 Diagram rekapitulasi kadar kolesterol serum
darah marmot (mg/dl) ± SD ……… 28
Gambar 7 Diagram rekapitulasi kadar trigliserida serum
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Bagan alur pengerjaan penelitian……… 33
Lampiran 2 Bagan alur model hewan hiperkolesterolemia……… 34
Lampiran 3 Bagan alur pengambilan darah marmot……….. 35
Lampiran 4 Bagan alur pengukuran kadar kolesterol serum
darah marmot……….. 36
Lampiran 5 Bagan alur pengukuran kadar trigliserida serum
darah marmot……….. 37
Lampiran 6 Data kadar kolesterol serum darah marmot
selama penelitian (mg/dl)……….. 38
Lampiran 7 Data kadar trigliserida serum darah marmot
selama penelitian (mg/dl)……….. 39
Lampiran 8 Contoh perhitungan dosis vitamin C………. 40
Lampiran 9 Contoh perhitungan analisis keragaman
Rancangan Acak Lengkap Faktorial……….. 41
Lampiran 10 Contoh perhitungan Uji Beda Nyata
Terkecil (BNT) ..……….. 44
Lampiran 11 Contoh perhitungan Uji T………... 45
Lampiran 12 Surat Keterangan Pemakaian Laboratorium Kesehatan Dinas Kesehatan Propinsi
Sumatera Utara……… 47
Lampiran 13 Spesifikasi Larutan Pereaksi Kolesterol (Dialab)……… 48
Lampiran 14 Spesifikasi Larutan Pereaksi Trigliserida (Dialab)…….. 50
Lampiran 15 Spesifikasi Alat Microlab 300 (E-Merck)………. 52
Lampiran 16 Pengoperasian Alat Microlab 300 (E-Merck)……… 55
ABSTRAK
Kadar kolesterol dan trigliserida darah yang tinggi merupakan faktor
terjadinya aterosklerosis. Vitamin C sebagai antioksidan mempunyai hubungan
dengan metabolisme kolesterol dan trigliserida dan kekurangan vitamin C dapat
meningkatkan jumlah kolesterol dalam tubuh. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh pemberian vitamin C terhadap kadar kolesterol dan
trigliserida serum darah hewan percobaan (marmot) yang dibuat
hiperkolesterolemia.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap
Faktorial yang terdiri dari dua faktor perlakuan yaitu dosis vitamin C 4 perlakuan
(P0, P1, P2, dan P3) dan lamanya pemberian vitamin C 2 perlakuan (12 dan 24
hari). Kadar kolesterol dan trigliserida serum darah marmot awal diukur lalu
diberi perlakuan hiperkolesterolemia dan diukur kadar hiperkolesterolemia
kemudian diberikan vitamin C dengan dosis P1 = 5,425 mg/kgBB/hari, P2 =
38,75 mg/kgBB/hari dan P3 = 77,5 mg/kgBB/hari kecuali P0
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian vitamin C setelah 12 dan
24 hari pada dosis 38,75 mg/kgBB/hari (P
tidak diberikan
vitamin C. Kadar kolesterol dan trigliserida serum darah marmot diukur pada hari
ke-12 dan ke-24 setelah pemberian vitamin C.
2) dan 77,5 mg/kgBB/hari (P3) dapat
menurunkan kadar kolesterol serum darah marmot secara nyata (P<0,05) bila
dibandingkan dengan kelompok P0. Vitamin C juga dapat menurunkan kadar
(P1), 38,75 mg/kgBB/hari (P2) dan 77,5 mg/kgBB/hari (P3) setelah 12 dan 24
ABSTRACT
High cholesterol and triglyceride level were a factor atherosclerosis
occure. Vitamin C as an antioxidan had a relationships with cholesterol and
triglyceride metabolism and less of vitamin C could increase cholesterol level in
body.. The aim of this experimental was to know the effect of given vitamin C on
the cholesterol and triglyceride serum blood level of hypercholesterolemia animal
experiment (guinea pig).
The experimental design that been used in this study was completely
randomized design factorial with two factor treatment was vitamin C dose with 4
treatment. (P0, P1, P2, and P3) and duration of vitamin C with 2 treatment (12 and
24 days). The first cholesterol and triglyceride serum blood level of guines pig
was measured then given hypercholesterolemia treatment. After
hypercholesterolemia serum blood level was measured, each group was given by
vitamin C except for P0, with the vitamin C dose P1= 5.425 mg/kgBB/day, P2 =
38.75 mg/kgBB/day and P3
The result showed that given of vitamin C with doses 38.75 mg/kgBB/day
(P
= 77.5 mg/kgBB/day. The cholesterol and trygliceride
serum blood level of guinea pig was measured at 12 and 24 days after given
vitamin C.
2) and 77.5 mg/kgBB/day (P3) after 12 and 24 days could significantly
decrease the cholesterol serum blood level of guinea pig(P<0,05) compared to
level with doses 5.425 mg/kgBB/day (P1), 38.75 mg/kgBB/day (P2) and 77.5
mg/kgBB/day (P3)after 12 and 24 days (P<0,05) compared to group P0.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Kolesterol sering diucapkan oleh masyarakat umum terutama bila
menyangkut masalah kesehatan dan biasanya dengan konotasi yang negatif.
Kolesterol merupakan senyawa lemak yang dihasilkan oleh tubuh untuk
bermacam-macam fungsi antara lain membuat hormon seks, membentuk dinding
sel, vitamin D dan lain-lain. Karena demikian pentingnya fungsi kolesterol, maka
tubuh membuatnya sendiri di dalam hati. Selain itu kolesterol yang di dalam
tubuh juga berasal dari makanan yang kita makan (Sitepoe,1993 dan Soeharto,
2000).
Kenaikan kadar kolesterol dan trigliserida dalam darah merupakan salah
satu faktor risiko pembentukkan aterosklerosis. Aterosklerosis adalah penebalan
pembuluh darah yang mengakibatkan penyempitan bahkan penyumbatan pada
arteri. Aterosklerosis yang terjadi pada pembuluh darah jantung merupakan
penyebab dari penyakit jantung koroner. Bila terjadinya pada pembuluh darah
otak akan menyebabkan stroke (Sitepoe, 1993).
Kolesterol yang berasal dari makanan tidak banyak mempengaruhi kadar
kolesterol dalam darah. Tetapi bila diet mengandung terlampau banyak kolesterol
atau lemak hewani jenuh maka kadar kolesterol darah akan meningkat. Demikian
juga trigliserida dapat diperoleh dari makanan yang kita makan. Makanan yang
mengandung lemak terutama lemak jenuh dapat meningkatkan kadar trigliserida
Vitamin C sebagai antioksidan yang larut dalam air dapat mencegah
terjadinya oksidasi. Vitamin C sebagai antioksidan berfungsi menangkap radikal
peroksil sehingga dapat melindungi LDL dari kerusakan oksidatif. Konsentrasi
vitamin C yang tinggi dalam darah akan menurunkan kadar LDL, trigliserida dan
meningkatkan HDL darah (Silalahi, 2006).
Selain itu vitamin C merupakan komponen penting dalam pemecahan
kolesterol. Vitamin C dapat mengurangi kadar kolesterol dan trigliserida darah.
Kolesterol akan sulit dikeluarkan bila vitamin C di dalam tubuh sedikit sehingga
dapat menyebabkan kadar kolesterol darah meningkat. (Hull,1993).
Upaya untuk mencegah dan mengurangi kadar kolesterol dan trigliserida
dalam darah mulai banyak mendapat perhatian dari para peneliti. Sebab telah
dibuktikan bahwa apabila kadar kolesterol dan trigliserida darah dikurangi, maka
peluang terjadinya aterosklerosis dan penyakit jantung juga turun. Dalam sebuah
studi 1% penurunan kadar kolesterol berkaitan dengan 2% penurunan serangan
jantung (Payne,1995).
Oleh sebab itu penulis ingin meneliti pengaruh vitamin C terhadap kadar
kolesterol dan trigliserida darah pada marmot yang dibuat hiperkolesterolemia
dengan cara memberi pakan yang dicampur dengan kuning telur dan lemak
kambing. Pemberian kuning telur dan lemak kambing untuk membuat keadaan
hiperkolesterolemia sebab dari hasil penelitian diketahui kombinasi keduanya
dapat menaikkan kadar kolesterol dan trigliserida darah (Fadlina, 2004). Pada
penelitan ini digunakan marmot (Cavia porcellus) sebagai hewan percobaan sebab
kehidupannya tetapi tidak mampu membuat vitamin C tersebut di dalam tubuhnya
(Winarno,1982).
1.2. Kerangka Pikir Penelitian
Kerangka pikir penelitian dapat dilihat pada gambar 1. Metode penelitian
yang digunakan adalah metode eksperimental. Pada gambar ini dapat dilihat
hubungan pemberian vitamin C (dalam dosis), lamanya pemberian (hari) dan
interaksi antara pemberian dengan lamanya pemberian vitamin C terhadap kadar
kolesterol dan trigliserida serum darah marmot yang hiperkolesterolemia. Hal ini
dapat dilihat dalam 2 faktor, yaitu :
1. Variabel bebas berupa pemberian vitamin C (dosis) dan lamanya pemberian
vitamin C (hari)
2. Variabel terikat berupa kadar kolesterol dan trigliserida darah.
Variabel Bebas Variabel Terikat
Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian
Kadar trigliserida darah Kadar kolesterol
darah Kontrol
Dosis vitamin C
1.3 Perumasan Masalah
Apakah pemberian vitamin C dapat menurunkan kadar kolesterol dan
trigliserida serum darah marmot yang hiperkolesterolemia.
1.4 Hipotesis
Pemberian vitamin C dapat menurunkan kadar kolesterol dan trigliserida
serum darah marmot yang hiperkolesterolemia
1.5 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pengaruh pemberian vitamin C terhadap kadar
kolesterol dan trigliserida serum darah marmot yang hiperkolesterolemia.
1.6 Manfaat Penelitian
Adapaun manfaat penelitian ini adalah sebagai bahan informasi kepada
masyarakat umum dan tenaga kesehatan bahwa mengkonsumsi vitamin C dapat
menurunkan kadar kolesterol dan trigliserida darah. Sehingga dapat digunakan
untuk mencegah penyakit-penyakit yang disebabkan oleh kelebihan jumlah
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Vitamin C
Vitamin C atau asam askorbat dengan rumus C6H8O6 merupakan salah
satu vitamin yang larut dalam air (1 gram dapat larut sempurna dalam 3 ml air)
(Andarwulan, 1992). Karena berkhasiat antiskorbut maka dinamakan asam
askorbat atau vitamin C dengan rumus bangun berikut ini :
( Ganiswara,1995)
Vitamin C disintesa oleh tumbuh-tumbuhan dan banyak hewan dari
glukosa kecuali primata dan marmot. Hal ini disebabkan tidak adanya enzim
untuk membentuk vitamin C yaitu enzim gulonolakton oksidase yang
mengoksidasi 1-gulonolakton menjadi 2 keto-1-gulonolakton. Evolusi ini terjadi
25 sampai 60 juta tahun yang menyebabkan hilangnya kemampuan manusia dan
marmot untuk mensintesis vitamin C sendiri (Goodman, 2000).
Vitamin C terdapat banyak di semua sayur mayur, seperti kol, paprika,
kentang dan asparagus, serta buah-buahan terutama dari jenis jeruk. Dalam tubuh
terdapat di banyak jaringan, termasuk darah dan leukosit. Vitamin C dalam
Vitamin C mudah teroksidasi oleh adanya panas, sinar, basa, serta oleh logam
tembaga dan besi ( Winarno, 1982).
Vitamin C mudah diserap melalui saluran cerna dan masuk ke dalam
saluran darah dan dibagikan ke seluruh jaringan tubuh. Persediaan tubuh sebagian
besar terdapat dalam cortex anak ginjal. Dalam darah sangat mudah dioksidasi
secara reversibel menjadi dehidroaskorbat yang sama aktif dengan vitamin C itu
sendiri. Sebagian kecil dirombak menjadi asam oksalat dengan jalan pemecahan
ikatan antara C2 dan C3
Peranan utama vitamin C adalah dalam pembentukkan kolage. Kolagen
merupakan protein bahan penunjang utama dalam tulang rawan dan jaringan ikat.
Bila sintesa kolagen terganggu, maka mudah terjadi kerusakan pada dinding
pembuluh yang berakibat pendarahan. Hal ini berkaitan dengan efek stimulasi
vitamin C terhadap pengubahan prolin menjadi hidroksiprolin (Darmawan, 1987 ;
Tjay, 2002).
. Eksresi berlangsung terutama sebagai metabolit
dehidronya dan sedikit sebagai asam oksalat ( Tjay, 2002).
Kebutuhan sehari berdasarkan RDA ialah 25-40 miligram untuk bayi,
70 miligram pada dewasa, 90 miligram wanita hamil dan 110 miligram selama
menyusui.(Tjay,2002). Kekurangan vitamin C akan menyebabkan penyakit
sariawan atau skorbut, dengan gejalanya terjadi pembengkakan dan perdarahan
pada gusi, kaki menjadi empuk dan gigi menjadi mudah lepas ( Winarno, 1982).
Vitamin C dengan dosis lebih dari 1,5 gram/hari dapat menyebabkan diare.
Hal ini terjadi karena efek iritasi langsung pada mukosa usus yang mengakibatkan
mendadak dapat terjadi rebound scorbut, karena sistem perombakkan vitamin C
telah sangat dirangsang oleh dosis tinggi (Tjay, 2002).
2.2 Kolesterol
Kolesterol adalah zat dengan sifat fisik serupa lemak tetapi memiliki
rumus steroid. Kolesterol terdapat dalam jaringan, terutama otak, sumsum tulang
belakang, hati dan empedu. Hati membuat kolesterol, sangat banyak, sekitar ¾
gram sehari, dari berbagai sumber, termasuk asetat, suatu garam organik yang
terbentuk pada metabolisme normal, kolesterol diet dan asam empedu yang
diserap kembali oleh usus halus (Tjay,2002).
Pada dasarnya kolesterol disintesis dari asetil koenzim A melalui beberapa
tahapan reaksi. Secara garis besar dapat dikatakan bahwa asetil koenzim A diubah
menjadi isopentenil piroposfat dan dimetalil pirofospat melalui beberapa reaksi
yang melibatkan beberapa enzim. Selanjutnya isopentenil pirofosfat dan dimetalil
pirofosfat bereaksi membentuk kolesterol. Pembentukkan kolesterol ini juga
berlangsung melalui beberapa reaksi yang membentuk senyawa-senyawa antara,
yaitu geranil pirofosfat, squalen dan lanosterol (Poedjiadi, 1994).
Kecepatan pembentukkan kolesterol dipengaruhi oleh konsentrasi
kolesterol yang ada dalam tubuh. Apabila dalam tubuh terdapat kolesterol dalam
jumlah yang telah cukup, maka kolesterol akan menghambat sendiri reaksi
pembentukkannya (hambatan umpanbalik). Sebaliknya bila kadar kolesterol
sedikit karena berpuasa, kecepatan pembentukkan kolesterol meningkat
(Poedjiadi, 1994).
1. Kolesterol disintesis di hati
2. Kolesterol berikatan dengan lipoprotein membentuk LDL (Low Density
Lipoprotein) dibawa dalam peredaran darah. Inilah tahap pengedaran
sehingga kolesterol dapat menumbuk dan menempel dalam pembuluh
arteri
3. Kolesterol berikatan dengan lipoprotein lain membentuk HDL dibawa ke
kandung empedu , tempatnya diubah menjadi asam empedu , yang
kemudian dibuang melalui usus halus.
4. Beberapa bentuk asam empedu diserap kembali dari usus halus,
dikonversikan kembali menjadi kolesterol, dan kemudian dibawa lagi
dalam pengedaran kolesterol. (Goodman, 2000).
Kolesterol yang kita makan dari makanan jelas merupakan sebagian dari
"pool" kolesterol dalam tubuh; tingkat konsumsi yang dianjurkan 25-300 mg,
berarti kurang dari 10 % dari kolesterol yang dibentuk oleh hati. Lebih lagi, ada
mekanisme balik yang akan menurunkan jumlah sintesis kolesterol baru bila kita
mengkonsumsi lebih banyak kolesterol dari normal. Dalam penelitian
Framingham, tak ada perbedaan dalam tingkat kolesterol serum pada pria dan
wanita yang mengkonsumsi kolesterol tinggi atau rendah dalam makanannya.
Sesungguhnya jumlah kolesterol dalam darah ditentukan oleh interaksi 4 faktor :
1. Laju pembuatan kolestetol oleh hati dari asetat
2. Laju kolesterol diperoleh dari makanan
3. Laju kolesterol yang diubah ke asam empedu dan dibuang melalui usus
4. Laju asam empedu yang diserap kembali dan diubah menjadi kolesterol.
Tingkat kolesterol yang tinggi sangat berbahaya dan berhubungan dengan
peningkatan resiko penyakit jantung. Dalam penelitian yang dilakukan oleh
National Heart Institute, yang dalam penelitian ini kolesterol darah dikurangi 8,5
%, kematian oleh penyakit jantung menurun 25 %. Tetapi konsumsi kolesterol
tidak perlu merupakan penentu dari tingkat kolesterol. Dengan mengubah
konsumsi kolesterol dalam diit saja tidak mesti memperoleh tingkat kolesterol
yang rendah (Goodman, 2000).
Biokimiawi dan fungsi kedua lipoprotein , LDL dan HDL, sangat penting
dalam memahami siklus kolesterol. LDL, Low Density Lipoprotein membawa
kolesterol dalam aliran darah, mendorong kolesterol sehingga menempel pada
sel pembuluh. LDL adalah "kolesterol jahat". HDL sebaliknya membawa
kolesterol kembali ke kandung empedu, tempatnya diubah menjadi asam
empedu dan dibuang melalui usus halus. HDL dengan demikian disebut sebagai
"kolesterol baik" karena mereka membantu memusnahkan kolesterol. Fakta kini
menunjukkan bahwa total kolesterol, ukuran LDL dan HDL sesungguhnya
merupakan indeks kolesterol yang handal dibandingkan hanya total kolesterol
saja. Tingginya kadungan kolesterol dan LDL berhubungan erat dengan
penyakit jantung, tinginya HDL berhubungan dengan rendahnya penyakit
jantung (Linder, 1992).
2.2 Trigliserida
Trigliserida yang lebih dikenal dengan sebutan triasilgliserol merupakan
terdapat pada minyak sayur dan lemajk hewan. Trigliserida dapat merupakan
95%-98% dari seluruh bentuk lemak terkonsumsi pada semua bentuk makanan
dan persentasenya sama dengan dalam tubuh manusia. (wikipedia). Trigliserida
dibentuk di hati yang berasal dari lipid yang kita makan atau berasal dari
karbohidrat dan disimpan sebagai lemak di bawah kulit dan di organ-organ lain.
(blankenhorn)
Trigliserida pada tanaman cenderung relative cair pada temperatur kamar
terutama karena mengandung asam lemak tidak jenuh 9 mono maupun majemuk)
dan ranati asam lemak yang lebih pendek (dibanding dengan trigliserida yang
biasa didapatkan pada tubuh hewan) rantai pendek dan asam lemak jenuhnya
lebih sedikit dan terutama ikatan tidak jenuh akan menurunkan titik cair dari asam
lemak tersebut (Linder,1992).
Trigliserida adalah bentuk lemak yang paling efisien untuk menyimpan
kalor yang penting untuk proses-proses yang membutuhkan energi dalam tubuh.
Tigliserida banyak didapatkan dalam sel-sel lemak; terutama 99% dari volume
sel. Disamping digunakan sebagai sumber energi , trigliserida dapat dikonversi
menjadi kolesterol, fosfolipid dan bentuk lipid lain kalau dibutuhkan. Sebagai
jaringan lemak, trigliserida juga mempunyai ungsi fisik yaitu sebagai bantalan
tulang-tulang dan organ-organ vital, melindungi organ-organ tadi dari
guncangan atau rusak (Soeharto, 2000).
Trigliserida ini diangkut terutama sebagai sebagai kilomikron dari usus
menuju hepar, kemudian mengalami metabolisme disini dan dalam jumlah besar
karena itu trigliserida yang tinggi cenderung disertai dengan VLDL dan LDL
yang tinggi pula, sementara HDL justru rendah. (Goodman, 2000).
Trigliserida sangat erat hubungannya dengan obesitas. Umumnya
orang-orang gemuk mempunyai kadar trigliserida yang tinggi dalam plasma.
Trigliserida banyak disimpan dibalik lipatan kulit. Makin gemuk sesorang,
makin banyak trigliserida yang terdapat dalam tubuhnya dan membuat kulit
menjadi berlipat-lipat. Tidak jarang ditemukan pula, banyka orang gemuk
mempunyai kadar trigliserida plasma yang normal-normal saja. Ini
membuktikan bahwa pada obesitas, walaupun trigliserida banyak disimpan
dibawah lipatan kulit, tetapi trigliserida dalam darah tidak selamanya tinggi
pula. Simapanan trigliserida yang berlebihan itu sewaktu-waktu potensial
sebagai bahan pembentukkan VLDL dan LDL di hepar (Payne, 1995).
Pada wanita,trigliserida umumnya lebih rendah dibandingkan dengan pria.
Tetapi pada waktu menopause, trigliserida wanita cenderung meningkat dan
insiden terjadinya penyakit koroner pada wanita makan meningkat juga.
Konsumsi alcohol, asam lemak jenuh, karbohidrat, dan jumlah kalori yang
tinggi dapat meningkatkan trigliserida. ( Linder, 1992).
Besar kemunkinan bahwa kadar trigliserida yang tinggi barangkali juga
menyebabkan serangan jantung. Naiknya kadar trigliserida barangkali
mendorong timbulnya serangan-serangan jantung dengan mempercepat
pembentukkan ateroma dan membuat darah menjadi lebuh mudah menggumpal.
Tingginya kadar trigliserida barangkali disebabkan oleh gangguan turunan
(lebih besar daripada 4 mmol/l). Namun, yang jauh lebih umum, suatu kadar
trigliserida yang tinggi merupakan gejala sekunder suatu faktor penyakit lain
seperti : diet, kegemukan, diabetes mellitus, masukkan alcohol, gout
(Soeharto, 2000).
Metabolisme lipoprotein kaya trigliserida, kilomikron dan VLDL
berhubungan erat dengan HDL lipoprotein berdensitas tinggi sebagai aktivato,
yang dikirim ke lipoprotein kaya trigliserida. Peranan trigliserida terhadap
pembentukkan aterosklerosis masih kontroversi. Trigliserida dapat menyebakan
terjadinya aterosklerosis karena memiliki hubungan dengan VLDL. Trigliserida
dipengaruhi merugikan oleh kenaikan berat badan dan diabetes tidak terkontrol.
Konsentrasi trigliserida berhubungan terbalik dengan HDL dah kadar lipoprotein
lipase jaringan adiposus. Kebanyakkan hipertrigliseridemia bias dikontrol
dengan diet (Linder, 1992).
Trigliserida adalah komponen lain dari lemak dalam darah dan seperti
halnya kolesterol, trigliserida dapat berasal dari makanan atau dibuat seniri oleh
tubuh. Kadar trigliserida dalam darah yang diinginkan maksimal 150 mg/dl.
Makanan yang mengandung lemak terutama lemak jenuh meningkatkan tingkat
trigliserida di dalam darah dan cenderung meningkatkan kadar kolesterol jahat.
Lemak yang berasal dari buah-buahan seperti kelapa, durian dan alpokat tidak
mengandung kadar kolesterol tetapi kadar trigliserida relative tinggi (Linder,
1992).
Keterkaitan trigliserida dengan penyakit jantung koroner adalah
terjadi hipertrigliseridemia. Trigliserida bersirkulasi dalam darah bersama-sama
dengan VLDL, yang bersifat aterogenik. Di samping itu, hipertrigliseridemia
membantu trombosis arteri koroner, mendorong penyakit jantung koroner. Juga
hipertrigliseridemia mempengaruhi peningkatan insulin dalam darah, menambah
factor risiko pembentukkan aterosklerosis.
2.3 Hiperkolesterolemia dan Aterosklerosis
Hiperkolesterolemia adalah suatu keadaan dimana kadar kolesterol dalam
darah berada diatas ambang batas normalnya. Kadar kolesterol normal pada
manusia berkisar antara 150-200 mg/dl. Apabila kadar kolesterol darah diatas
200 mg/dl maka dapat dikategorikan hiperkolesterolemia. Kenaikan kadar
kolesterol dalam darah dikatakan sebagai hiperkolesterolemia dengan
mekanisme pembentukkan sebagai berikut : bila terjadi gangguan pembentukkan
kolesterol di dalam jaringan hati dan jaringan alat pencernaan, dapat
mengakibatkan kenaikan kadar kolesterol dalam darah. Dalam hal ini, yang
mempunyai peranan penting adalah enzim HMG Co-A reduktase (Tjay, 2002)
Hiperkolesterolemia dapat pula terjadi apabila eliminasi kolesterol dalam
tubuh mengalami gangguan. Kolesterol dielimasi dari tubuh melalui usus
sebagai feses dalam bentuk garam empedu dan asam empedu. Bila eliminasi
berkurang, akan meningkatkan kolesterol didalam darah. Mekanisme lainnya
hiperkolesterolemia, apabila konsumsi kolesterol bertambah maupun sumber
pangan lainnya yaitu lemak jenuh, banyak dipergunakan sebagai bahan makanan
Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di dalam
pembuluh darah arteri, yang menyebabkan penyempitan dan pengerasan yang
dikenal sebagai aterosklerosis. Aterosklerosis adalah penebalan pembuluh darah
yang mengakibatkan penyempitan bahkan penyumbatan pada arteri. Keterkaitan
peningkatan kolesterol di dalam darah atau hiperkoleterolemia dengan
pembentuk terjadinya aterosklerosis disebut faktor risiko atau atherogenicfactor.
Beberapa teori pembentukkan terjadinya aterosklerosis yaitu :
(1) Teori Reaksi terhadap kerusakan jaringan
Adanya reaksi terhadap kerusakkan endothelium dengan
terbentuknya deposit yang diisi dengan zat-zat “ lemak” dan zat
lainnya.
(2) Teori Monoclonal
Adanya isoenzim dijumpai pada lesi dan multiplikasi sel
proliferasi membentuk ateroma.
(3) Teori Lisosomal
Enzim lisosomal dapat meniadakan degradasi degradasi dari
sel-sel, untuk melanjutkan pembentukkan dari ateroma (Sitepoe,1993).
Aterosklerosis yang terjadi pada pembuluh darah jantung merupakan
penyebab dari Ischaemic-Heart Disease. Bila terjadinya pada pembuluh darah
otak merupakan penyebab dari CVD (Cerebro-Vascular-Disease). Pada pembuluh
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
2.1Alat dan Bahan Penelitian
2.1.1 Alat-alat Penelitian
Alat-alat yang digunakan adalah microlab 300 (Merck), sentrifuge (Swing
Type Model CD-50 SR Tomy Seiko), timbangan, neraca analitik (Mettler
Toledo), mikropipet (Clinicon), inkubator, tip yellow and blue, oral sonde,
alat-alat gelas dan alat-alat-alat-alat lain yang dibutuhkan.
2.1.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan adalah Vitamin C (E. Merck), pakan BR 1
CP5 11-B, reagensia kolesterol (Dialab), reagensia trigliserida (Dialab), aquadest,
lemak kambing, kuning telur ayam eropa, etanol dan vaseline.
2.2 Hewan Percobaan
Marmot (dengan berat 200-400 g) berumur 3 bulan yang dikondisikan
terlebih dahulu selama 1 minggu.
2.3Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian adalah rancangan acak lengkap
faktorial dengan 2 faktor perlakuan yaitu pengaruh pemberian vitamin C (dosis)
dengan 4 perlakuan (P0, P1, P2, dan P3) dan lamanya pemberian vitamin C (hari)
dengan 2 perlakuan (12 dan 24 hari) dengan 6 ulangan menggunakan 24 ekor
marmot yang sengaja dibuat hiperkolesterolemia dengan cara memberi pakan
jumlah makanan/hari selama 7 hari. Sebelum diberi perlakuan hiperkolesterolemia
diukur kadar kolesterol dan trigliserida awalnya lalu setelah 7 hari diberi
perlakuan hiperkolesterolemia diukur kadar kolesterol dan trigliserida darah
marmot tersebut, kemudian diberi perlakuan sebagai berikut :
Perlakuan A : diberi aquadest sebagai kontrol
Perlakuan B : diberi vitamin C dosis 5,425 mg/kgBB/hari dikonversikan dari
70 mg dosis manusia manusia.
Perlakuan C : diberi vitamin C dosis 38,75 mg/kgBB/hari dikonversikan dari
500 mg dosis manusia.
Perlakuan D : diberi vitamin C dosis 77,5 mg/kgBB/hari dikonversikan dari
1000 mg dosis manusia
Pemberian vitamin C dilakukan selama 24 hari, lalu kolesterol dan trigliserida
serum darah diukur pada hari ke-12 dan hari ke -24. Kadar kolesterol dan
trigliserida serum darah diukur menggunakan metode kolorimetri CHOD-PAP
dengan alat microlab 300 di Laboratorium Kesehatan Medan. Rancangan
percobaan pengaruh pemberian vitamin C setelah 12 dan 24 hari terhadap kadar
kolesterol dan trigliserida serum darh marmot dapat dilihat pada Tabel 1. Bagan
alur pengerjaan penelitian dapat dilihat pada Lampiran 1. Analisis keragaman dari
Rancangan Acak Lengkap Faktorial dan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) dapat
Tabel 1. Racangan Percobaan Pengaruh Pemberian Vitamin C Setelah 12 dan 24
hari Terhadap Kadar Kolesterol dan Trigliserida Serum Darah Marmot
Keterangan :
P0
P
: perlakuan tanpa pemberian vitamin C ( diberi aquadest)
1
P
: perlakuan dengan pemberian vitamin C 5,425 mg/kg BB/hari
2
P
: perlakuan dengan pemberian vitamin C dosis 38,75 mg/kg BB/hari
3
: perlakuan dengan pemberian vitamin C dosis 77,5 mg/kg BB/hari
2.4 Prosedur Penelitian
2.4.1 Model Hewan Hiperkolesterolemia
Marmot terlebih dahulu diukur kadar kolesterol dan trigliserida darah
awalnya. Kemudian marmot diberi makan pakan biasa yang dicampur dengan
kuning telur ayam eropa 1 % dan lemak kambing 20% dari jumlah makanan/hari
selama 7 hari. Setelah itu diukur kadar kolesterol dan trigliserida darahnya. Bagan
alur pengerjaan dapat dilihat pada Lampiran 2. Data dapat dilihat pada Lampiran
6 dan 7. Lamanya pemberian
Kadar Kolesterol Pada Perlakuan Kadar Trigliserida Pada Perlakuan
2.4.2 Pembuatan Larutan Vitamin C
Timbang 1000 mg Vitamin C lalu dilarutkan dengan aquadest sampai 100
ml. Kemudian diberikan langsung kepada masing-masing marmot sesuai dengan
dosisnya pada hari itu juga. Perhitungan dosis vitamin C dapat dilihat pada
Lampiran 8.
2.4.3 Pemberian Vitamin C Pada Marmot Yang Hiperkolesterolemia
Marmot dibagi menjadi 4 kelompok dimana kelompok pertama diberikan
aquadest saja sebagai kontrol (P0). Kelompok kedua diberikan larutan vitamin C
dengan dosis 5,425 mg/kgBB/hari (P1). Kelompok ketiga diberikan larutan
vitamin C dengan dosis 38,75 mg/kgBB/hari (P2). Kelompok keempat diberikan
larutan vitamin C dengan dosis 77,5 mg/kgBB/hari (P3
2.4.4 Pengambilan Darah
). Pemberian vitamin C
dilakukan selama 24 hari. Kadar kolesterol dan trigliserida darah setelah
pemberian vitamin C diukur pada hari ke-12 dan hari ke-24.
Marmot dipuasakan terlebih dahulu selama 10-14 jam. Lalu bulu
telinganya dicukur dengan silet sampai bersih. Dibilas dengan alkohol, lalu darah
diambil dari vena telinga dengan cara disayat menggunakan pisau silet sebanyak ±
2 ml (Smith,1988) dan dimasukkan dalam tabung yang bersih. Kemudian telinga
marmot dioleskan vaseline. Darah didiamkan membeku selama 30 menit pada
suhu kamar, kemudian dimasukkan ke dalam lemari pendingin sebelum diukur
2.4.5 Penetapan Kadar Kolesterol Serum Darah Marmot
1000 rpm maka akan dihasilkan dua lapisan, yaitu bagian serum dan padatan.
Dipipet bagian serum sebanyak 10 µl, kemudian dimasukkan dalam tabung yang
telah berisi larutan reagensia kolesterol sebanyak 1000 µl. Dihomogenkan dan
diinkubasi selama 10 menit pada suhu 37
O
0
2.4.6 Penetapan Kadar Trigliserida Serum Darah Marmot
C. Diukur pada alat Microlab 300
dengan panjang gelombang 546 nm. Dicatat hasilnya, dapat dilihat pada
Lampiran 6. Bagan alur pengukuran kadar kolesterol darah dapat dilihat pada
Lampiran 4.
Trigliserida Lipoproteinlipase Gliserol + asam lemak
Gliserol + ATP Gliserolkinase Gliserol-3-pospat + ADP
Gliserol 3Posfat + O2 Gliserol3pospat oxidase Dihidroksiaseton pospat + H2O2
2H2O2+4-aminoantipirin +4-klorofenol Peroksidase Quinonimine+ HCL+4H2
Darah yang telah diambil dipusingkan selama 10 menit dengan kecepatan
1000 rpm maka akan dihasilkan dua lapisan yaitu bagian serum dan padatan.
Dipipet bagian serum sebanyak 10 µl kemudian dimasukkan dalam tabung yang
telah berisi larutan reagensia trigliserida sebanyak 1000 µl. Dihomogenkan lalu
diinkubasi selama 10 menit pada suhu 37
O
0
dengan panjang gelombang 546 nm lalu dicatat hasilnya, dapat dilihat pada
Lampiran 7. Bagan alur pengukuran kadar trigliserida darah dapat dilihat pada
Lampiran 5.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Kadar Kolesterol Serum Darah Marmot Sebelum dan Setelah Perlakuan Hiperkolesterolemia
Kadar kolesterol serum darah marmot sebelum dan setelah diberi perlakuan
hiperkolesterolemia dapat dilihat pada Tabel 2 dan Gambar 2
Tabel 2 Kadar kolesterol serum darah marmot sebelum dan setelah perlakuan
hiperkolesterolemia (mg/dl) ± SD
Perlakuan
Kadar kolesterol (mg/dl) ± SD
Sebelum perlakuan (awal) Setelah perlakuan hiperkolesterolemia
Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa rata-rata kadar kolesterol serum
darah marmot setelah perlakuan hiperkolesterolemia menunjukkan kadar yang
lebih tinggi dibandingkan dengan kadar kolesterol serum darah sebelum perlakuan
hiperkolesterolemia. Hal ini sesuai dengan hasil uji T (Lampiran 11) dengan
membandingkan kadar kolesterol sebelum dan setelah perlakuan
hiperkolesterolemia, maka terdapat perbedaan yang signifikan antara kadar
kolesterol sebelum dan setelah perlakuan hiperkolesterolemia (P<0,05). Hasil ini
pakan yang dicampur dengan kuning telur 1% dan lemak kambing 20% dari
jumlah makanan/hari) selama 7 hari memberi pengaruh nyata terhadap kadar
kolesterol serum darah marmot.
Hal ini dapat juga dilihat pada Gambar 2 yang menunjukkan adanya
kenaikan kadar kolesterol serum darah marmot setelah perlakuan
hiperkolesterolemia dibandingkan sebelum diberi perlakuan hiperkolesterolemia.
0
Gambar 2. Diagram kadar kolesterol serum darah marmot sebelum dan setelah
perlakuan hiperkolesterolemia (mg/dl) ± SD
Keterangan :
Menurut Sitepoe (1993) kadar hiperkolesterolemia dapat dilihat dari adanya
kenaikan kadar lipid yang terukur yaitu kadar kolesterol. Hasil ini dinyatakan
sebagai kondisi hiperkolesterolemia. Bila dibandingkan dengan kadar sebelum
pemberian pakan yang dicampur dengan kuning telur 1% dan lemak kambing
20 % dari jumlah makanan/hari memperlihatkan kadar kolesterol yang sangat
tinggi, hal ini menunjukkan bahwa marmot tersebut telah hiperkolesterolemia.
Kolesterol yang berada dalam zat makanan yang kita makan dapat
meningkatkan kadar kolesterol dalam darah. Sumber utama kolesterol dari
makanan hanya berasal dari produk hewani seperti daging, susu, telur dan hasil
perikanan (Razak, 2006 dan Soeharto, 2000). Kuning telur mengandung 220-250
mg kolesterol sehingga pemberian pakan yang mengandung kuning telur
sebanyak 2,02 gram sudah dapat menaikkan kadar kolesterol (Lidya, 2001).
Begitu juga dengan lemak jenuh (seperti lemak kambing) yang dikonsumsi
akan mengakibatkan kenaikan kadar kolesterol di dalam darah. Peningkatan kadar
kolesterol dalam darah dapat bersifat sinergis apabila bahan pangan yang
mengandung kolesterol dikonsumsi bersama dengan lemak jenuh (Sitepoe, 1993).
3.2 Kadar Kolesterol Serum Darah Marmot Setelah 12 dan 24 hari Pemberian Vitamin C
Kadar kolesterol serum darah marmot setelah 12 dan 24 hari pemberian
vitamin C dapat dilihat pada Tabel 3 dan Gambar 3.
Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat urutan kadar kolesterol serum darah
marmot pada hari ke-12 dari yang tertinggi yaitu perlakuan P0 (64,5), lalu diikuti
oleh P1 (63,16), P2 (50,67) dan yang terendah P3 ( 43,3). Hal ini sama juga
dengan kadar kolesterol darah marmot pada hari ke-24 dengan nilai tertinggi pada
Tabel 3 Kadar kolesterol serum darah marmot hiperkolesterolemia setelah 12 dan
24 hari pemberian vitamin C (mg/dl) ± SD
Perlakuan Kadar Kolesterol Setelah Pemberian Vitamin C
12 hari 24 hari
Kadar kolesterol yang tercantum adalah kadar rataaan dari 6 ulangan P0
P
: perlakuan tanpa pemberian vitamin C (aquadest)
1
P
: perlakuan dengan pemberian vitamin C 5,425 mg/kg BB/hari
2
P
: perlakuan dengan pemberian vitamin C dosis 38,75 mg/kg BB/hari
3
SD : Standar Deviasi
: perlakuan dengan pemberian vitamin C dosis 77,5 mg/kg BB/hari
Hal ini menunjukkan terjadi penurunan kadar kolesterol serum darah
marmot setelah diberikan vitamin C pada hari ke-12 dan ke-24. Hal ini terlihat
dari adanya penurunan kadar kolesterol pada kelompok P1, P2 dan P3 bila
dibandingkan dengan P0 yang tidak diberikan vitamin C baik pada hari ke-12
maupun hari ke-24. Selain itu dapat dilihat bahwa semakin besar dosis vitamin C
maka pengaruhnya terhadap penurunan kadar kolesterol serum darah marmot
yang hiperkolesterolemia juga semakin besar. Ini dapat dilihat dari kadar
kolesterol pada P3 < P2< P1<P0
Berdasarkan Tabel 3 tersebut kita juga dapat lihat adanya pengaruh lamanya
pemberian vitamin C terhadap kadar kolesterol yaitu terjadi penurunan kadar
kolesterol pada hari ke-24 bila dibandingkan dengan hari ke-12 yaitu pada P baik pada hari ke-12 dan hari ke-24.
2
(50,67 menjadi 45,5) dan P3 ( 43,33 menjadi 26,33). Tetapi juga terdapat
kenaikan kadar kolesterol yang kecil pada P0 (64,5 menjadi 64,83) dan P1( 63,16
Hal ini menunjukkan bahwa lamanya pemberian vitamin C juga memberi
pengaruh terhadap penurunan kadar kolesterol serum darah marmot yang berarti
semakin lama diberi vitamin C maka penurunan kadar kolesterol semakin besar
walaupun pada kelompok P0 dan P1 terjadi kenaikan kadar kolesterol di hari
ke-24. Kenaikan kadar kolesterol pada P0
Untuk P
disebabkan pada perlakuan tersebut tidak
diberi vitamin C sehingga metabolisme kolesterol menjadi asam empedu tidak
terjadi bahkan dengan tidak adanya vitamin C (defisiensi vitamin C) maka terjadi
peningkatan kolesterol dalam serum darah dan penimbunan kolesterol dalam hati
(Sitepoe,1993).
1 dengan dosis vitamin C yang kecil yaitu 5,425 mg/kgBB/hari juga
terjadi kenaikan kadar kolesterol pada hari ke-24. Ini disebabkan karena dengan
dosis yang kecil maka metabolisme kolesterol menjadi asam empedu berjalan
lambat ( Ginter, 1973 dan Goodman, 2000). Maka dibutuhkan waktu yang lebih
lama untuk P0 bila dibandingkan P2 dan P3
Hal ini dapat juga dilihat pada Gambar 3 yang menunjukkan adanya
pengaruh pemberian vitamin C dan lamanya pemberian terhadap kadar kolesterol
serum darah marmot yang hiperkolesterolemia .
untuk menurunkan kadar kolesterol
bila dosisnya kecil.
Pada diagram jelas terlihat bahwa ada pengaruh pemberian vitamin C
terhadap kadar kolesterol dan semakin besar dosis vitamin C yang diberikan dan
0
Gambar 3. Diagram kadar kolesterol serum darah marmot hiperkolesterolemia
setelah 12 dan 24 hari pemberian vitamin C (mg/dl) ± SD
Keterangan :
P0
P
: perlakuan tanpa pemberian vitamin C
1
P
: perlakuan dengan pemberian vitamin C 5,425 mg/kg BB/hari
2
P
: perlakuan dengan pemberian vitamin C dosis 38,75 mg/kg BB/hari
3
SD: Standar Deviasi
: perlakuan dengan pemberian vitamin C dosis 77,5 mg/kg BB /hari
Pengaruh dosis pemberian vitamin C, lamanya pemberian vitamin C dan
interaksi antara dosis pemberian dengan lamanya pemberian vitamin C dapat
diketahui dari hasil analisis keragaman yang dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Analisis keragaman kadar kolesterol serum darah marmot
hiperkolesterolemia setelah 12 dan 24 hari pemberian vitamin C
Berdasarkan analisis keragaman pada Tabel 4 dapat diketahui bahwa
pengaruh lamanya pemberian vitamin C dan interaksi antara lamanya pemberian
dengan dosis vitamin C tidak mempengaruhi kadar kolesterol serum darah
marmot tetapi pengaruh dosis pemberian vitamin C menunjukkan perbedaan yang
sangat nyata artinya dosis pemberian vitamin C mempengaruhi kadar kolesterol
serum darah marmot. Akan tetapi belum dapat dipastikan dosis yang memberi
pengaruh terhadap kadar kolesterol serum darah marmot. Untuk mengetahui
perbedaan pengaruh dosis pemberian vitamin C maka dilakukan uji Beda Nyata
Terkecil (BNT), yang dapat dilihat pada Tabel 5
Tabel 5 Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pengaruh dosis pemberian vitamin C
terhadap kadar kolesterol serum darah marmot hiperkolesterolemia (mg/dl)
Perlakuan Kadar Kolesterol Setelah Pemberian Vitamin C
12 hari 24 hari
Kadar kolesterol yang tercantum adalah kadar rataan dari 6 ulangan
Notasi/huruf yang berbeda (a,b,c) menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata. ( P<0,05)
P0
P
: perlakuan tanpa pemberian vitamin C
1
P
: perlakuan dengan pemberian vitamin C 5,425 mg/kg BB/hari
2
P
: perlakuan dengan pemberian vitamin C dosis 38,75 mg/kg BB/hari
3 :
Berdasarkan Tabel 5 dapat dilihat bahwa pada hari ke-12 dan hari ke-24 P perlakuan dengan pemberian vitamin C dosis 77,5 mg/kg BB/hari
0
tidak berbeda nyata dengan P1, namun P0 berbeda nyata dengan P2 dan P3.. P1
berbeda nyata dengan P2 dan P3 sedangkan P2 berbeda nyata dengan P3. Dari data
tersebut berarti penurunan kadar kolesterol mulai terlihat pada pemberian vitamin
menunjukkan bahwa pemberian vitamin C dosis 38,75 mg/kgBB/hari dan 77,5
mg/kgBB/hari mampu untuk menurunkan kadar kolesterol serum darah marmot
pada keadaan hiperkolesterolemia dan berbeda nyata bila dibandingkan dengan P0
tanpa pemberian vitamin C (P<0,05) namun belum memberikan pengaruh yang
nyata pada P1
Vitamin C mempunyai hubungan dengan metabolisme kolesterol maka
dapat disimpulkan bahwa kekurangan vitamin C dapat menyebabkan
meningkatnya sintesis kolesterol (Goodman, 1993). Kolesterol dieliminasi dari
tubuh melalui usus sebagai feses dalam bentuk asam empedu. Hal ini berkaitan
dengan konsumsi vitamin C karena vitamin C mempunyai peranan yang penting
pada metabolisme kolesterol menjadi asam empedu ( Khomsan, 2000 dan Sitepoe,
1993).
dengan dosis 5,425 mg/kgBB/hari (P>0,05).
Vitamin C dapat menurunkan kadar kolesterol di dalam darah dengan cara
memecah kolesterol menjadi asam empedu dan garam empedu di dalam hati
kemudian mensekresikannya ke dalam empedu lalu ke usus, dan akhirnya
dikeluarkan dari tubuh sebagai feses (Sitepoe, 1993).
Vitamin C juga meningkatkan pembuangan kotoran dengan demikian
menurunkan diserapnya kembali asam empedu dan konversinya menjadi
kolesterol. Vitamin C juga meningkatkan kadar HDL dan menurunkan LDL
(Goodman, 1993 dan Khomsan,2007).
Selain itu vitamin C juga merupakan antioksidan yang dapat mengikat
radikal peroksil. Kelompok radikal ini merupakan senyawa antara yang terbentuk
Lipoprotein). Lipoprotein ini merupakan alat pengangkut utama kolesterol dari
hati ke seluruh sel jaringan dalam tubuh. Apabila LDL teroksidasi oleh adanya
radikal peroksil maka LDL yang teroksidasi tidak dapat lagi dikenali oleh
reseptornya (Silalahi, 2006). Hal ini dapat menyebabkan jumlah LDL dalam darah
meningkat. Apabila jumlah LDL dalam darah banyak maka kadar kolesterol di
tubuh juga meningkat. Adanya vitamin C yang cukup di tubuh akan mencegah
terjadinya oksidasi LDL sehingga dapat menurunkan kadar kolesterol dalam
darah. Vitamin C juga akan menaikkan kadar HDL (High Density Lipoprotein)
Walaupun pada analisis keragaman pada Tabel 4 lamanya pemberian
vitamin C tidak menunjukkan perbedaan yang nyata tapi dapat juga dilakukan uji
Beda Nyata Terkecil sebab sering terjadi pengaruh dari suatu perlakuan tertentu
tidak tampak pada uji F akibat tertutup oleh pengaruh perlakuan lain
(Sugandi,1994). Maka untuk mengetahui pengaruh lamanya pemberian vitamin C
terhadap kadar kolesterol serum darah marmot dilakukan juga uji Beda Nyata
Terkecil (BNT) terhadap pengaruh lamanya pemberian vitamin C yang dapat
dilihat pada Tabel 6.
yaitu lipoprotein yang membawa kolesterol dari seluruh jaringan kembali ke hati
yang selanjutnya akan diubah menjadi asam empedu dan garam empedu.
(Goodman 1993 dan Hull1993)
Berdasarkan hasil Uji Beda Nyata Terkecil pada Tabel 6 dapat dilihat
bahwa kadar kolesterol serum darah di hari ke-12 pada P0, P1, dan P2 tidak
berbeda nyata dengan P0, P1 dan P2 di hari ke-24 tapi berbeda nyata pada P3 hari
C tidak memberi pengaruh yang nyata pada dosis yang kecil tapi memberi
pengaruh yang nyata pada vitamin C dosis tinggi yaitu pada dosis
77,5 mg/kgBB/hari(P3
Tabel 6 Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pengaruh lamanya pemberian vitamin
C (12 dengan 24 hari ) terhadap kadar kolesterol serum darah marmot hiperkolesterolemia (mg/dl)
).
Perlakuan Kadar Kolesterol Setelah Pemberian Vitamin C
12 hari 24 hari
Kadar kolesterol yang tercantum adalah kadar rataaan dari 6 ulangan
Notasi/huruf yang berbeda (a,b) menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata (P<0,05)
P0
P
: perlakuan tanpa pemberian vitamin C
1
P
: perlakuan dengan pemberian vitamin C 5,425 mg/kg BB/hari
2
P
: perlakuan dengan pemberian vitamin C dosis 38,75 mg/kg BB/hari
3 :
Beberapa penelitian mengatakan bahwa vitamin C dosis tinggi (1-5 gram)
dapat menurunkan kadar kolesterol serum (Hodges,1980). Bila konsumsi
kolesterol maupun lemak jenuh meningkat mengakibatkan hiperkolesterolemia,
maka diperlukan vitamin C yang lebih banyak dalam transformasi asam empedu
untuk kemudian dieksresikan (Sitepoe, 1993).
perlakuan dengan pemberian vitamin C dosis 77,5 mg/kg BB/hari
3.3Kadar Trigliserida Serum Darah Marmot Sebelum dan Setelah
Perlakuan Hiperkolesterolemia
Kadar trigliserida serum darah marmot sebelum dan setelah perlakuan
hiperkolesterolemia dapat dilihat pada Tabel 7 dan Gambar 4.
Berdasarkan Tabel 7 dapat dilihat bahwa kadar trigliserida serum darah
tinggi dibandingkan dengan kadar trigliserida serum darah sebelum perlakuan
hiperkolesterolemia.
Tabel 7 Kadar trigliserida serum darah marmot sebelum dan setelah perlakuan
hiperkolesterolemia (mg/dl) ± SD
Perlakuan
Kadar Trigliserida (mg/dl) ± SD
Sebelum perlakuan (awal) Setelah perlakuan hiperkolesterolemia
Berdasarkan Tabel 7 dapat dilihat bahwa kadar trigliserida serum darah
marmot setelah perlakuan hiperkolesterolemia menunjukkan kadar yang lebih
tinggi dibandingkan dengan kadar trigliserida serum darah sebelum perlakuan
hiperkolesterolemia..
Hal ini dapat juga dilihat pada Gambar 4 yang menunjukkan adanya
kenaikan kadar trigliserida serum darah marmot setelah perlakuan
hiperkolesterolemia.
Hal ini sesuai dengan hasil uji T (Lampiran 11) dengan membandingkan
kadar trigliserida sebelum dan setelah perlakuan hiperkolesterolemia, maka
terdapat perbedaan yang signifikan antara kadar trigliserida sebelum dan setelah
perlakuan hiperkolesterolemia (P<0,05). Hasil ini menunjukkan bahwa ada
dicampur dengan kuning telur ayam eropa 1% dan lemak kambing 20% dari
jumlah makanan/hari)selama 7 hari terhadap kadar trigliserida serum darah
marmot.
Gambar 4. Diagram kadar trigliserida serum darah marmot sebelum dan setelah
perlakuan hiperkolesterolemia (mg/dl) ± SD
Kenaikan kadar trigliserida serum darah lebih sering disebut dengan
hipertrigliseridemia (Tjay, 2002). Kadar hipertrigliserida juga dapat dilihat pada
kenaikan kadar trigliserida setelah perlakuan hiperkolesterolemia dibandingkan
dengan kadar trigliserida sebelum perlakuan hiperkolesterolemia (Sitepoe,1993).
Bila dibandingkan dengan kadar sebelum perlakuan hiperkolesterolemia, kadar
trigliserida setelah perlakuan dengan pemberian pakan yang dicampur dengan
yang sangat tinggi, hal ini menunjukkan bahwa marmot yang diberi perlakuan
hiperkolesterolemia tersebut telah hipertrigliserida.
Trigliserida adalah komponen lain dari lemak dalam darah dan seperti
halnya kolesterol, trigliserida dapat berasal dari pakan yang dimakan atau dibuat
sendiri oleh tubuh. Sumber utama trigliserida dalam darah adalah lemak terutama
lemak jenuh dalam makanan ( Soeharto, 2000 dan Payne,1995).
3.4Kadar Trigliserida Serum Darah Marmot Hiperkolesterolemia Setelah 12
dan 24 hari Pemberian Vitamin C
Kadar trigliserida serum darah marmot setelah 12 dan 24 hari pemberian
vitamin C ini dapat dilihat pada Tabel 8 dan Gambar 5
Tabel 8 Kadar trigliserida serum darah marmot setelah 12 dan 24 hari pemberian
vitamin C (mg/dl) ± SD
Perlakuan Kadar Trigliserida Setelah Pemberian Vitamin C
12 hari 24 hari
Kadar trigliserida yang tercantum adalah kadar rataaan dari 6 ulangan P0
P
: perlakuan tanpa pemberian vitamin C
1
P
: perlakuan dengan pemberian vitaminC 5,425mg/kgBB/hari
2
P
: perlakuan dengan pemberian vitamin C dosis 38,75mg/kgBB/hari
3
SD : Standar Deviasi
: perlakuan dengan pemberian vitamin C dosis 77,5 mg/kg BB/hari
Berdasarkan Tabel 8 dapat dilihat bahwa pada hari ke-12 kadar trigliserida
serum darah marmot pada P0 lebih tinggi daripada P1, P2,dan P3, demikian juga
pada hari ke-24 P0 lebih tinggi daripada P1, P2,dan P3. Ini menunjukkan adanya
pengaruh pemberian vitamin C terhadap kadar trigliserida serum darah marmot
pemberian vitamin C. Hal ini berarti vitamin C dapat menurunkan kadar
trigliserida serum darah marmot dalam keadaan hiperkolesterolemia walaupun
pada hari ke-12 ternyata P3 lebih besar daripada P1 dan P2 tetapi pada hari ke-24
Hal ini dapat juga dilihat pada Gambar 5 yang menunjukkan adanya
pengaruh pemberian dan lamanya pemberian vitamin C terhadap kadar trigliserida
serum darah marmot yang diberi perlakuan hiperkolesterolemia.
Gambar 5. Diagram kadar trigliserida serum darah marmot setelah 12 dan 24
hari pemberian vitamin C (mg/dl) ± SD
Keterangan :
P0
P
: perlakuan tanpa pemberian vitamin C
1
P
: perlakuan dengan pemberian vitamin C 5,425 mg/kg BB/hari
2
P
: perlakuan dengan pemberian vitamin C dosis 38,75 mg/kg BB/hari
3
Pengaruh dosis pemberian vitamin C, lamanya pemberian vitamin C dan
interaksi antara dosis pemberian dengan lamanya pemberian vitamin C terhadap
kadar trigliserida darah marmot yang diberi perlakuan hiperkolesterolemia dapat
Tabel 9 Analisis keragaman kadar trigliserida serum darah marmot setelah 12 dan
Berdasarkan analisis keragaman pada Tabel 9 dapat dilihat bahwa lamanya
pemberian vitamin C memberi berpengaruh sangat nyata terhadap kadar
trigliserida serum darah marmot (P<0,01) dan pemberian dosis vitamin C
memberi pengaruh yang nyata (P< 0,05) terhadap kadar trigliserida serum darah
tetapi interaksi antara lamanya pemberian dengan dosis pemberian vitamin C
tidak memberi pengaruh terhadap kadar trigliserida serum darah marmot. Untuk
mengetahui perbedaan pengaruh dosis pemberian vitamin C dan lamanya
pemberian maka dilakukan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT), yang dapat dilihat
pada Tabel 10 dan 11.
Berdasarkan Tabel 10 dapat dilihat bahwa pada hari ke-12 dan hari ke-24
P0 berbeda nyata dengan P1,P2 dan P3, P1 tidak berbeda nyata dengan P2 dan P3
tetapi P2 berbeda nyata dengan P3. Ini berarti bahwa penurunan kadar trigliserida
sudah terlihat pada pemberian vitamin C dosis 5,425 mg/kgBB/hari (P1) sampai
77,5 mg/kgBB/hari (P3). Namun lebih nyata pada dosis 77,5 mg/kgBB/hari (P3)).
Hal ini telah menunjukkan bahwa pemberian vitamin C mampu untuk
dibandingkan dengan kelompok P0 yang tanpa pemberian vitamin C (P<0,05)
walaupun hal ini terlihat lebih nyata pada hari ke-24 khususnya pada P3
Tabel 10 Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pengaruh dosis pemberian vitamin C
setelah 12 dan 24 hari terhadap kadar trigliserida serum darah marmot (mg/dl) dengan
dosis 77,5 mg/kgBB/hari.
Perlakuan Kadar Trigliserida Setelah Pemberian Vitamin C
12 hari 24 hari
Kadar trigliserida yang tercantum adalah kadar rataan dari 6 ulangan
Notasi/huruf yang berbeda (a,b,c) menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata.pada P<0,05
P0
P
: perlakuan tanpa pemberian vitamin C
1
P
: perlakuan dengan pemberian vitamin C 5 ,425 mg/kg BB/hari
2
P
: perlakuan dengan pemberian vitamin C dosis 38,75 mg/kgBB/hari
3
Tabel 11 Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pengaruh lamanya pemberian vitamin
C (12 dan 24 hari) terhadap kadar trigliserida serum darah marmot (mg/dl) : perlakuan dengan pemberian vitamin C dosis 77,5 mg/kg BB/hari
Perlakuan Kadar Trigliserida Setelah Pemberian Vitamin C
12 hari 24 hari
Kadar trigliserida yang tercantum adalah kadar rataan dari 6 ulangan
Notasi/huruf yang berbeda (a,b) menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada P < 0,05
P0
P
: perlakuan tanpa pemberian vitamin C
1
P
: perlakuan dengan pemberian vitamin C 5,425 mg/kg BB/hari
2
P
: perlakuan dengan pemberian vitamin C dosis 38,75 mg/kg BB/hari
3
Berdasarkan Tabel 11 dapat dilihat pengaruh lamanya pemberian vitamin C
pada hari ke-12 P0 dan P3 berbeda nyata dengan Po dan P3 hari ke-24, tapi P1
dan P3 tidak berbeda nyata. Ini menunjukkan bahwa pada P0
Selain itu P
yang tanpa
pemberian vitamin C dengan adanya pertambahan hari ternyata memberi
pengaruh terhadap kadar trigliserida darah. Ini berarti terjadi penurunan
trigliserida walau tanpa pemberian vitamin C. Diduga hal ini disebabkan dalam
selang waktu tersebut marmot tidak lagi diberi pakan yang berkolesterol dan
mempunyai lemak jenuh. Menurut Sitepoe (1993) bahwa ada pengaruh tidak
mengkonsumsi pangan yang mengandung lemak jenuh dengan efek turunnya
kadar trigliserida di dalam darah bila dilakukan dalam jangka waktu yang lama.
3 pada hari ke-12 juga berbeda nyata dengan P3
Trigliserida yang dihasilkan oleh hati akan dibawa melalui aliran darah
dalam bentuk
hari ke -24. Ini
menunjukkan bahwa vitamin C dosis tinggi memberi pengaruh yang nyata
terhadap kadar trigliserida serum darah marmot.
Very Low Density Lipoprotein (VLDL). VLDL berfungsi
mengangkut trigliserida (Anonim, 2003). VLDL kemudian akan dimetabolisme
oleh enzim lipoprotein lipase menjadi IDL (Intermediate Density Lipoprotein).
Kemudian IDL melalui serangkaian proses akan berubah menjadi LDL (Low
Density Lipoprotein)
Vitamin C sebagai antioksidan dapat menurunkan kadar LDL sehingga
juga dapat menurunkan kadar trigliserida dalam darah dan juga meningkatkan
kadar HDL yang berarti akan membuang kelebihan kolesterol dan trigliserida yang mengandung beberapa trigliserida tetapi tinggi
yang terdapat dalam tubuh karena kerjanya yang berlawanan dengan LDL
(Silalahi ,2006 dan Soeharto, 2000).
3.5Rekapitulasi Hasil Penelitian
Pengaruh pemberian vitamin C dan lamanya pemberian terhadap kadar
kolesterol serum darah marmot dalam keadaan hiperkolesterolemia dapat dilihat
pada Tabel 12 dan Gambar 6.
Tabel 12 Rekapitulasi kadar kolesterol serum darah marmot (mg/dl) ± SD
Perlakuan Kadar Kolesterol
Kadar kolesterol setelah pemberian vitamin C Awal Hiperkolesterolemia Setelah 12 hari Setelah 24 hari P0 40,83 ± 7,05 69.5 ± 8,41 64,5 ± 12,14 64,83 ± 11,84 P1 39,67 ± 6,34 70.33 ± 12,43 63,16 ± 15,22 63,33 ± 6,15 P2 42.33 ± 4,58 80.67 ± 13,45 50,67 ± 16,55 45,5 ± 12,47 P3 42.67 ± 3,93 75.67 ± 18,39 43,33 ± 6,62 26.33 ± 7,17
Keterangan :
Kadar kolesterol yang tercantum adalah kadar rataan dari 6 ulangan P0
P
: perlakuan tanpa pemberian vitamin C
1
P
: perlakuan dengan pemberian vitamin C 5,425 mg/kg BB/hari
2
P
: perlakuan dengan pemberian vitamin C dosis 38,75 mg/kg BB/hari
3
SD: Standar Deviasi
: perlakuan dengan pemberian vitamin C dosis 77,5 mg/kg BB/hari
Berdasarkan Tabel 12 dapat dilihat bahwa pemberian vitamin C dapat
menurunkan kadar kolesterol serum darah marmot pada pada hari ke-12 maupun
hari ke-24 bila dibandingkan dengan kelompok P0 . Hal ini juga dapat dilihat pada