• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pemberian Vitamin C Terhadap Kadar Kolesterol Dan Trigliserida Darah Marmot (Cavia Porcellus)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Pemberian Vitamin C Terhadap Kadar Kolesterol Dan Trigliserida Darah Marmot (Cavia Porcellus)"

Copied!
86
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PEMBERIAN VITAMIN C TERHADAP KADAR

KOLESTEROL DAN TRIGLISERIDA DARAH

MARMOT ( Cavia porcellus)

SKRIPSI

Diajukan Oleh :

RIKA AFRISANTI SIANIPAR

020804043

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

PENGARUH PEMBERIAN VITAMIN C TERHADAP KADAR

KOLESTEROL DAN TRIGLISERIDA DARAH

MARMOT (Cavia porcellus)

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara

Oleh :

RIKA AFRISANTI SIANIPAR

020804043

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

PENGARUH PEMBERIAN VITAMIN C TERHADAP KADAR KOLESTEROL DAN TRIGLISERIDA DARAH

MARMOT (Cavia porcellus)

Oleh :

RIKA AFRISANTI SIANIPAR NIM 020804043

Dipertahankan dihadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara Pada Tanggal: Desember 2007

Disetujui Oleh

Pembimbing I, Panitia Penguji

(Dr. Edy Suwarso, SU., Apt.) (Dr. Karsono, Apt.) NIP 130 935 857 NIP 131 415 891

Pembimbing II, (Dr. Edy Suwarso, SU.,Apt.)

NIP 130 935 857

(Dra.Lely Sari Lubis,MSi.,Apt.) (Drs. Rasmadin Mukhtar, MSi., Apt.) NIP 131 653 973 NIP 130 810 737

(Drs. Saiful Bahri, MS., Apt.) NIP 131 285 999

Dekan,

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas anugerah,

pemeliharaan, karya-Nya dan kasih setia-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini.

Ucapan terima kasih tulus dan penghargaan yang tiada terhingga kepada

orangtua tercinta, Ayahanda R.Sianipar dan Ibunda H.Sinaga serta Adik Jerry,

Rani, Eka dan Fani, atas doa, dorongan semangat, pengorbanan dan kasih sayang

kepada penulis selama masa pendidikan hingga selesainya skripsi ini.

Dengan segala ketulusan dan kerendahan hati, penulis mengucapkan

terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Dr. Edy Suwarso, SU., Apt.

dan Ibu Dra.Lely Sari Lubis, MSi.,Apt. selaku dosen pembimbing yang telah

mengarahkan dan membimbing penulis dengan penuh kesabaran selama

penelitian sampai penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya

bantuan dari berbagai pihak, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dekan Fakultas Farmasi, Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt.,

beserta staf dosen dan pegawai Fakultas Farmasi USU yang telah

mengajar dan membimbing penulis selama menunutut ilmu di Perguruan

Tinggi ini.

2. Bapak Dr. Karsono, Apt., Bapak Dr.Edy Suwarso, SU., Apt., Bapak Drs.

Rasmadin Mukhtar, MSi., Apt. dan Bapak Drs. Saiful Bahri, MS., Apt

sebagai dosen penguji yang telah memberikan koreksi dan saran kepada

(5)

3. Bapak Drs.Rasmadin Mukhtar, MSi., Apt. sebagai dosen wali yang telah

membimbing penulis dengan penuh kesabaran selama perkuliahan sampai

saat ini.

4. Bapak Dr. P. Panjaitan selaku Kepala Laboratorium Kesehatan Dinas

Kesehatan Sumatera Utara, Ibu Sulastri dan Ibu Siti sebagai pegawai

laboratorium yang telah memberi izin dan membantu penulis selama

melakukan penelitian.

5. Keluarga “ Shine” ( Kak Esmika, Kak Sinur, Juliyanti dan Imey),

adik-adik “Agape” ( Leona, Maria, Netty, Nuri dan Ruth) atas dukungan doa

dan moril yang sangat memotivasi penulis selama penelitan sampai

penulisan skripsi ini.

6. Teman-teman seperjuangan Farmasi 2002 (Aika, Abe, Agustina, Dewi,

David, Hetty, Intan, Jupatman, Lina Tory, Ricky. Riris, Yosy) yang selalu

membantu dan memberikan dorongan semangat dan doa kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, dan

penulis berterima kasih untuk masukan-masukan yang membangun demi

kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini menjadi

sumbangan yang berguna bagi ilmu pengeathuan dan ilmu farmasi khususnya.

Medan, Desember 2007

Penulis

(6)

ABSTRAK

Kadar kolesterol dan trigliserida darah yang tinggi merupakan faktor

terjadinya aterosklerosis. Vitamin C sebagai antioksidan mempunyai hubungan

dengan metabolisme kolesterol dan trigliserida dan kekurangan vitamin C dapat

meningkatkan jumlah kolesterol dalam tubuh. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui pengaruh pemberian vitamin C terhadap kadar kolesterol dan

trigliserida serum darah hewan percobaan (marmot) yang dibuat

hiperkolesterolemia.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap

Faktorial yang terdiri dari dua faktor perlakuan yaitu dosis vitamin C 4 perlakuan

(P0, P1, P2, dan P3) dan lamanya pemberian vitamin C 2 perlakuan (12 dan 24

hari). Kadar kolesterol dan trigliserida serum darah marmot awal diukur lalu

diberi perlakuan hiperkolesterolemia dan diukur kadar hiperkolesterolemia

kemudian diberikan vitamin C dengan dosis P1 = 5,425 mg/kgBB/hari, P2 =

38,75 mg/kgBB/hari dan P3 = 77,5 mg/kgBB/hari kecuali P0

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian vitamin C setelah 12 dan

24 hari pada dosis 38,75 mg/kgBB/hari (P

tidak diberikan

vitamin C. Kadar kolesterol dan trigliserida serum darah marmot diukur pada hari

ke-12 dan ke-24 setelah pemberian vitamin C.

2) dan 77,5 mg/kgBB/hari (P3) dapat

menurunkan kadar kolesterol serum darah marmot secara nyata (P<0,05) bila

dibandingkan dengan kelompok P0. Vitamin C juga dapat menurunkan kadar

(7)

(P1), 38,75 mg/kgBB/hari (P2) dan 77,5 mg/kgBB/hari (P3) setelah 12 dan 24

(8)

ABSTRACT

High cholesterol and triglyceride level were a factor atherosclerosis

occure. Vitamin C as an antioxidan had a relationships with cholesterol and

triglyceride metabolism and less of vitamin C could increase cholesterol level in

body.. The aim of this experimental was to know the effect of given vitamin C on

the cholesterol and triglyceride serum blood level of hypercholesterolemia animal

experiment (guinea pig).

The experimental design that been used in this study was completely

randomized design factorial with two factor treatment was vitamin C dose with 4

treatment. (P0, P1, P2, and P3) and duration of vitamin C with 2 treatment (12 and

24 days). The first cholesterol and triglyceride serum blood level of guines pig

was measured then given hypercholesterolemia treatment. After

hypercholesterolemia serum blood level was measured, each group was given by

vitamin C except for P0, with the vitamin C dose P1= 5.425 mg/kgBB/day, P2 =

38.75 mg/kgBB/day and P3

The result showed that given of vitamin C with doses 38.75 mg/kgBB/day

(P

= 77.5 mg/kgBB/day. The cholesterol and trygliceride

serum blood level of guinea pig was measured at 12 and 24 days after given

vitamin C.

2) and 77.5 mg/kgBB/day (P3) after 12 and 24 days could significantly

decrease the cholesterol serum blood level of guinea pig(P<0,05) compared to

(9)

level with doses 5.425 mg/kgBB/day (P1), 38.75 mg/kgBB/day (P2) and 77.5

mg/kgBB/day (P3)after 12 and 24 days (P<0,05) compared to group P0.

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL……… i

LEMBAR PENGESAHAN……….. ii

ABSTRAK………. iii

ABSTRACT……… v

DAFTAR ISI………. vii

DAFTAR TABEL………. ix

DAFTAR GAMBAR………. xi

DAFTAR LAMPIRAN………. xii

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang………. 1

1.2 Kerangka Pikir Penelitian……… 3

1.3 Perumusan Masalah………. 3

1.4 Hipotesis………. 4

1.5 Tujuan Penelitian……… 4

1.6 Manfaat Penelitian………. 4

BAB II. METODOLOGI PENELITIAN 2.1 Alat Dan Bahan Penelitian 2.1.1 Alat-alat penelitian……….. 5

2.1.2 Bahan……….. 5

2.2 Hewan Percobaan………. 5

(11)

2.4 Prosedur Penelitian

2.4.1 Model Hewan Hiperkolesterolemia……… 7

2.4.2 Pembuatan Larutan Vitamin C……… 8

2.4.3 Pemberian Vitamin C Pada Marmot Yang

Hiperkolesterolemia……… 8

2.4.4 Pengambilan Darah………. 8

2.4.5 Penetapan Kadar Kolesterol Serum Darah

Marmot ……….. 9

2.4.6 Penetapan Kadar Trigliserida Serum Darah

Marmot……… 9

BAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Kadar Kolesterol Serum Darah Marmot Sebelum

Dan Setelah Perlakuan Hiperkolesterolemia……….. 10

3.2 Kadar Kolesterol Serum Darah Marmot Setelah

12 dan 24 hari Pemberian Vitamin C……….. 12

3.3 Kadar Trigliserida Serum Darah Marmot Sebelum dan Setelah Perlakuan

Hiperkolesterolemia……….. 19

3.4 Kadar Trigliserida Serum Darah Marmot Setelah

12 dan 24 hari Pemberian Vitamin C……… 23

3.5 Rekapitulasi Hasil Penelitian……… 27

BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan……… 30

4.2 Saran………. 30

DAFTAR PUSTAKA……… 31

(12)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Rancangan Percobaan Pengaruh Pemberian Vitamin C setelah 12 dan 24 hari terhadap kadar

kolesterol dan trigliserida serum darah marmot………… 7

Tabel 2 Kadar kolesterol serum darah marmot sebelum dan

setelah perlakuan hiperkolesterolemia (mg/dl) ± SD…… 10

Tabel 3 Kadar kolesterol serum darah marmot hiperkolesterolemia setelah 12 dan 24 hari pemberian

vitamin C(mg/dl) ± SD ………. 13

Tabel 4 Analisis keragaman kadar kolesterol serum darah marmot hiperkolesterolemia setelah 12 dan 24 hari

pemberian vitamin C………. 15

Tabel 5 Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pengaruh dosis Pemberian Vitamin C setelah 12 dan 24 hari terhadap kadar kolesterol serum darah marmot(mg/dl)……… 16

Tabel 6 Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pengaruh lamanya pemberian vitamin C (12 dengan 24 hari) terhadap kadar kolesterol serum darah marmot

hiperkolesterolemia (mg/dl)……… 19

Tabel 7 Kadar trigliserida serum darah marmot sebelum dan

setelah perlakuan hiperkolesterolemia (mg/dl) ± SD …… 20

Tabel 8 Kadar trigliserida serum darah marmot hiperkolesterolemia setelah 12 dan 24 hari

pemberian vitamin C (mg/dl) ± SD ……… 22

Tabel 9 Analisis keragaman kadar trigliserida serum darah marmot setelah 12 dan 24 hari

pemberian vitamin C……….. 24

Tabel 10 Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pengaruh pemberian Vitamin C setelah 12 dan 24 hari terhadap kadar

trigliserida serum darah marmot (mg/dl)……… 25

Tabel 11 Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pengaruh lamanya pemberian vitamin C setelah 12 dan 24 hari terhadap

(13)

Tabel 12 Rekapitulasi kadar kolesterol

serum darah marmot (mg/dl) ± SD ……… 27

Tabel 13 Rekapitulasi kadar trigliserida

serum darah marmot (mg/dl) ± SD ……… 28

(14)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 Kerangka Pikir Penelitian……….. 3

Gambar 2 Diagram kadar kolesterol serum darah marmot sebelum dan setelah perlakuan

hiperkolesterolemia (mg/dl) ± SD ……… 11

Gambar 3 Diagram kadar kolesterol serum darah marmot hiperkolesterolemia setelah 12 dan 24 hari

pemberian vitamin C (mg/dl) ± SD ………. 15

Gambar 4 Diagram kadar trigliserida serum darah marmot sebelum dan setelah perlakuan

hiperkolesterolemia (mg/dl) ± SD ……… 21

Gambar 5 Diagram kadar trigliserida serum darah marmot hiperkolesterolemia setelah 12 dan 24 hari

pemberian vitamin C (mg/dl) ± SD ………. 23

Gambar 6 Diagram rekapitulasi kadar kolesterol serum

darah marmot (mg/dl) ± SD ……… 28

Gambar 7 Diagram rekapitulasi kadar trigliserida serum

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Bagan alur pengerjaan penelitian……… 33

Lampiran 2 Bagan alur model hewan hiperkolesterolemia……… 34

Lampiran 3 Bagan alur pengambilan darah marmot……….. 35

Lampiran 4 Bagan alur pengukuran kadar kolesterol serum

darah marmot……….. 36

Lampiran 5 Bagan alur pengukuran kadar trigliserida serum

darah marmot……….. 37

Lampiran 6 Data kadar kolesterol serum darah marmot

selama penelitian (mg/dl)……….. 38

Lampiran 7 Data kadar trigliserida serum darah marmot

selama penelitian (mg/dl)……….. 39

Lampiran 8 Contoh perhitungan dosis vitamin C………. 40

Lampiran 9 Contoh perhitungan analisis keragaman

Rancangan Acak Lengkap Faktorial……….. 41

Lampiran 10 Contoh perhitungan Uji Beda Nyata

Terkecil (BNT) ..……….. 44

Lampiran 11 Contoh perhitungan Uji T………... 45

Lampiran 12 Surat Keterangan Pemakaian Laboratorium Kesehatan Dinas Kesehatan Propinsi

Sumatera Utara……… 47

Lampiran 13 Spesifikasi Larutan Pereaksi Kolesterol (Dialab)……… 48

Lampiran 14 Spesifikasi Larutan Pereaksi Trigliserida (Dialab)…….. 50

Lampiran 15 Spesifikasi Alat Microlab 300 (E-Merck)………. 52

Lampiran 16 Pengoperasian Alat Microlab 300 (E-Merck)……… 55

(16)

ABSTRAK

Kadar kolesterol dan trigliserida darah yang tinggi merupakan faktor

terjadinya aterosklerosis. Vitamin C sebagai antioksidan mempunyai hubungan

dengan metabolisme kolesterol dan trigliserida dan kekurangan vitamin C dapat

meningkatkan jumlah kolesterol dalam tubuh. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui pengaruh pemberian vitamin C terhadap kadar kolesterol dan

trigliserida serum darah hewan percobaan (marmot) yang dibuat

hiperkolesterolemia.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap

Faktorial yang terdiri dari dua faktor perlakuan yaitu dosis vitamin C 4 perlakuan

(P0, P1, P2, dan P3) dan lamanya pemberian vitamin C 2 perlakuan (12 dan 24

hari). Kadar kolesterol dan trigliserida serum darah marmot awal diukur lalu

diberi perlakuan hiperkolesterolemia dan diukur kadar hiperkolesterolemia

kemudian diberikan vitamin C dengan dosis P1 = 5,425 mg/kgBB/hari, P2 =

38,75 mg/kgBB/hari dan P3 = 77,5 mg/kgBB/hari kecuali P0

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian vitamin C setelah 12 dan

24 hari pada dosis 38,75 mg/kgBB/hari (P

tidak diberikan

vitamin C. Kadar kolesterol dan trigliserida serum darah marmot diukur pada hari

ke-12 dan ke-24 setelah pemberian vitamin C.

2) dan 77,5 mg/kgBB/hari (P3) dapat

menurunkan kadar kolesterol serum darah marmot secara nyata (P<0,05) bila

dibandingkan dengan kelompok P0. Vitamin C juga dapat menurunkan kadar

(17)

(P1), 38,75 mg/kgBB/hari (P2) dan 77,5 mg/kgBB/hari (P3) setelah 12 dan 24

(18)

ABSTRACT

High cholesterol and triglyceride level were a factor atherosclerosis

occure. Vitamin C as an antioxidan had a relationships with cholesterol and

triglyceride metabolism and less of vitamin C could increase cholesterol level in

body.. The aim of this experimental was to know the effect of given vitamin C on

the cholesterol and triglyceride serum blood level of hypercholesterolemia animal

experiment (guinea pig).

The experimental design that been used in this study was completely

randomized design factorial with two factor treatment was vitamin C dose with 4

treatment. (P0, P1, P2, and P3) and duration of vitamin C with 2 treatment (12 and

24 days). The first cholesterol and triglyceride serum blood level of guines pig

was measured then given hypercholesterolemia treatment. After

hypercholesterolemia serum blood level was measured, each group was given by

vitamin C except for P0, with the vitamin C dose P1= 5.425 mg/kgBB/day, P2 =

38.75 mg/kgBB/day and P3

The result showed that given of vitamin C with doses 38.75 mg/kgBB/day

(P

= 77.5 mg/kgBB/day. The cholesterol and trygliceride

serum blood level of guinea pig was measured at 12 and 24 days after given

vitamin C.

2) and 77.5 mg/kgBB/day (P3) after 12 and 24 days could significantly

decrease the cholesterol serum blood level of guinea pig(P<0,05) compared to

(19)

level with doses 5.425 mg/kgBB/day (P1), 38.75 mg/kgBB/day (P2) and 77.5

mg/kgBB/day (P3)after 12 and 24 days (P<0,05) compared to group P0.

(20)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Kolesterol sering diucapkan oleh masyarakat umum terutama bila

menyangkut masalah kesehatan dan biasanya dengan konotasi yang negatif.

Kolesterol merupakan senyawa lemak yang dihasilkan oleh tubuh untuk

bermacam-macam fungsi antara lain membuat hormon seks, membentuk dinding

sel, vitamin D dan lain-lain. Karena demikian pentingnya fungsi kolesterol, maka

tubuh membuatnya sendiri di dalam hati. Selain itu kolesterol yang di dalam

tubuh juga berasal dari makanan yang kita makan (Sitepoe,1993 dan Soeharto,

2000).

Kenaikan kadar kolesterol dan trigliserida dalam darah merupakan salah

satu faktor risiko pembentukkan aterosklerosis. Aterosklerosis adalah penebalan

pembuluh darah yang mengakibatkan penyempitan bahkan penyumbatan pada

arteri. Aterosklerosis yang terjadi pada pembuluh darah jantung merupakan

penyebab dari penyakit jantung koroner. Bila terjadinya pada pembuluh darah

otak akan menyebabkan stroke (Sitepoe, 1993).

Kolesterol yang berasal dari makanan tidak banyak mempengaruhi kadar

kolesterol dalam darah. Tetapi bila diet mengandung terlampau banyak kolesterol

atau lemak hewani jenuh maka kadar kolesterol darah akan meningkat. Demikian

juga trigliserida dapat diperoleh dari makanan yang kita makan. Makanan yang

mengandung lemak terutama lemak jenuh dapat meningkatkan kadar trigliserida

(21)

Vitamin C sebagai antioksidan yang larut dalam air dapat mencegah

terjadinya oksidasi. Vitamin C sebagai antioksidan berfungsi menangkap radikal

peroksil sehingga dapat melindungi LDL dari kerusakan oksidatif. Konsentrasi

vitamin C yang tinggi dalam darah akan menurunkan kadar LDL, trigliserida dan

meningkatkan HDL darah (Silalahi, 2006).

Selain itu vitamin C merupakan komponen penting dalam pemecahan

kolesterol. Vitamin C dapat mengurangi kadar kolesterol dan trigliserida darah.

Kolesterol akan sulit dikeluarkan bila vitamin C di dalam tubuh sedikit sehingga

dapat menyebabkan kadar kolesterol darah meningkat. (Hull,1993).

Upaya untuk mencegah dan mengurangi kadar kolesterol dan trigliserida

dalam darah mulai banyak mendapat perhatian dari para peneliti. Sebab telah

dibuktikan bahwa apabila kadar kolesterol dan trigliserida darah dikurangi, maka

peluang terjadinya aterosklerosis dan penyakit jantung juga turun. Dalam sebuah

studi 1% penurunan kadar kolesterol berkaitan dengan 2% penurunan serangan

jantung (Payne,1995).

Oleh sebab itu penulis ingin meneliti pengaruh vitamin C terhadap kadar

kolesterol dan trigliserida darah pada marmot yang dibuat hiperkolesterolemia

dengan cara memberi pakan yang dicampur dengan kuning telur dan lemak

kambing. Pemberian kuning telur dan lemak kambing untuk membuat keadaan

hiperkolesterolemia sebab dari hasil penelitian diketahui kombinasi keduanya

dapat menaikkan kadar kolesterol dan trigliserida darah (Fadlina, 2004). Pada

penelitan ini digunakan marmot (Cavia porcellus) sebagai hewan percobaan sebab

(22)

kehidupannya tetapi tidak mampu membuat vitamin C tersebut di dalam tubuhnya

(Winarno,1982).

1.2. Kerangka Pikir Penelitian

Kerangka pikir penelitian dapat dilihat pada gambar 1. Metode penelitian

yang digunakan adalah metode eksperimental. Pada gambar ini dapat dilihat

hubungan pemberian vitamin C (dalam dosis), lamanya pemberian (hari) dan

interaksi antara pemberian dengan lamanya pemberian vitamin C terhadap kadar

kolesterol dan trigliserida serum darah marmot yang hiperkolesterolemia. Hal ini

dapat dilihat dalam 2 faktor, yaitu :

1. Variabel bebas berupa pemberian vitamin C (dosis) dan lamanya pemberian

vitamin C (hari)

2. Variabel terikat berupa kadar kolesterol dan trigliserida darah.

Variabel Bebas Variabel Terikat

Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian

Kadar trigliserida darah Kadar kolesterol

darah Kontrol

Dosis vitamin C

(23)

1.3 Perumasan Masalah

Apakah pemberian vitamin C dapat menurunkan kadar kolesterol dan

trigliserida serum darah marmot yang hiperkolesterolemia.

1.4 Hipotesis

Pemberian vitamin C dapat menurunkan kadar kolesterol dan trigliserida

serum darah marmot yang hiperkolesterolemia

1.5 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pengaruh pemberian vitamin C terhadap kadar

kolesterol dan trigliserida serum darah marmot yang hiperkolesterolemia.

1.6 Manfaat Penelitian

Adapaun manfaat penelitian ini adalah sebagai bahan informasi kepada

masyarakat umum dan tenaga kesehatan bahwa mengkonsumsi vitamin C dapat

menurunkan kadar kolesterol dan trigliserida darah. Sehingga dapat digunakan

untuk mencegah penyakit-penyakit yang disebabkan oleh kelebihan jumlah

(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Vitamin C

Vitamin C atau asam askorbat dengan rumus C6H8O6 merupakan salah

satu vitamin yang larut dalam air (1 gram dapat larut sempurna dalam 3 ml air)

(Andarwulan, 1992). Karena berkhasiat antiskorbut maka dinamakan asam

askorbat atau vitamin C dengan rumus bangun berikut ini :

( Ganiswara,1995)

Vitamin C disintesa oleh tumbuh-tumbuhan dan banyak hewan dari

glukosa kecuali primata dan marmot. Hal ini disebabkan tidak adanya enzim

untuk membentuk vitamin C yaitu enzim gulonolakton oksidase yang

mengoksidasi 1-gulonolakton menjadi 2 keto-1-gulonolakton. Evolusi ini terjadi

25 sampai 60 juta tahun yang menyebabkan hilangnya kemampuan manusia dan

marmot untuk mensintesis vitamin C sendiri (Goodman, 2000).

Vitamin C terdapat banyak di semua sayur mayur, seperti kol, paprika,

kentang dan asparagus, serta buah-buahan terutama dari jenis jeruk. Dalam tubuh

terdapat di banyak jaringan, termasuk darah dan leukosit. Vitamin C dalam

(25)

Vitamin C mudah teroksidasi oleh adanya panas, sinar, basa, serta oleh logam

tembaga dan besi ( Winarno, 1982).

Vitamin C mudah diserap melalui saluran cerna dan masuk ke dalam

saluran darah dan dibagikan ke seluruh jaringan tubuh. Persediaan tubuh sebagian

besar terdapat dalam cortex anak ginjal. Dalam darah sangat mudah dioksidasi

secara reversibel menjadi dehidroaskorbat yang sama aktif dengan vitamin C itu

sendiri. Sebagian kecil dirombak menjadi asam oksalat dengan jalan pemecahan

ikatan antara C2 dan C3

Peranan utama vitamin C adalah dalam pembentukkan kolage. Kolagen

merupakan protein bahan penunjang utama dalam tulang rawan dan jaringan ikat.

Bila sintesa kolagen terganggu, maka mudah terjadi kerusakan pada dinding

pembuluh yang berakibat pendarahan. Hal ini berkaitan dengan efek stimulasi

vitamin C terhadap pengubahan prolin menjadi hidroksiprolin (Darmawan, 1987 ;

Tjay, 2002).

. Eksresi berlangsung terutama sebagai metabolit

dehidronya dan sedikit sebagai asam oksalat ( Tjay, 2002).

Kebutuhan sehari berdasarkan RDA ialah 25-40 miligram untuk bayi,

70 miligram pada dewasa, 90 miligram wanita hamil dan 110 miligram selama

menyusui.(Tjay,2002). Kekurangan vitamin C akan menyebabkan penyakit

sariawan atau skorbut, dengan gejalanya terjadi pembengkakan dan perdarahan

pada gusi, kaki menjadi empuk dan gigi menjadi mudah lepas ( Winarno, 1982).

Vitamin C dengan dosis lebih dari 1,5 gram/hari dapat menyebabkan diare.

Hal ini terjadi karena efek iritasi langsung pada mukosa usus yang mengakibatkan

(26)

mendadak dapat terjadi rebound scorbut, karena sistem perombakkan vitamin C

telah sangat dirangsang oleh dosis tinggi (Tjay, 2002).

2.2 Kolesterol

Kolesterol adalah zat dengan sifat fisik serupa lemak tetapi memiliki

rumus steroid. Kolesterol terdapat dalam jaringan, terutama otak, sumsum tulang

belakang, hati dan empedu. Hati membuat kolesterol, sangat banyak, sekitar ¾

gram sehari, dari berbagai sumber, termasuk asetat, suatu garam organik yang

terbentuk pada metabolisme normal, kolesterol diet dan asam empedu yang

diserap kembali oleh usus halus (Tjay,2002).

Pada dasarnya kolesterol disintesis dari asetil koenzim A melalui beberapa

tahapan reaksi. Secara garis besar dapat dikatakan bahwa asetil koenzim A diubah

menjadi isopentenil piroposfat dan dimetalil pirofospat melalui beberapa reaksi

yang melibatkan beberapa enzim. Selanjutnya isopentenil pirofosfat dan dimetalil

pirofosfat bereaksi membentuk kolesterol. Pembentukkan kolesterol ini juga

berlangsung melalui beberapa reaksi yang membentuk senyawa-senyawa antara,

yaitu geranil pirofosfat, squalen dan lanosterol (Poedjiadi, 1994).

Kecepatan pembentukkan kolesterol dipengaruhi oleh konsentrasi

kolesterol yang ada dalam tubuh. Apabila dalam tubuh terdapat kolesterol dalam

jumlah yang telah cukup, maka kolesterol akan menghambat sendiri reaksi

pembentukkannya (hambatan umpanbalik). Sebaliknya bila kadar kolesterol

sedikit karena berpuasa, kecepatan pembentukkan kolesterol meningkat

(Poedjiadi, 1994).

(27)

1. Kolesterol disintesis di hati

2. Kolesterol berikatan dengan lipoprotein membentuk LDL (Low Density

Lipoprotein) dibawa dalam peredaran darah. Inilah tahap pengedaran

sehingga kolesterol dapat menumbuk dan menempel dalam pembuluh

arteri

3. Kolesterol berikatan dengan lipoprotein lain membentuk HDL dibawa ke

kandung empedu , tempatnya diubah menjadi asam empedu , yang

kemudian dibuang melalui usus halus.

4. Beberapa bentuk asam empedu diserap kembali dari usus halus,

dikonversikan kembali menjadi kolesterol, dan kemudian dibawa lagi

dalam pengedaran kolesterol. (Goodman, 2000).

Kolesterol yang kita makan dari makanan jelas merupakan sebagian dari

"pool" kolesterol dalam tubuh; tingkat konsumsi yang dianjurkan 25-300 mg,

berarti kurang dari 10 % dari kolesterol yang dibentuk oleh hati. Lebih lagi, ada

mekanisme balik yang akan menurunkan jumlah sintesis kolesterol baru bila kita

mengkonsumsi lebih banyak kolesterol dari normal. Dalam penelitian

Framingham, tak ada perbedaan dalam tingkat kolesterol serum pada pria dan

wanita yang mengkonsumsi kolesterol tinggi atau rendah dalam makanannya.

Sesungguhnya jumlah kolesterol dalam darah ditentukan oleh interaksi 4 faktor :

1. Laju pembuatan kolestetol oleh hati dari asetat

2. Laju kolesterol diperoleh dari makanan

3. Laju kolesterol yang diubah ke asam empedu dan dibuang melalui usus

(28)

4. Laju asam empedu yang diserap kembali dan diubah menjadi kolesterol.

Tingkat kolesterol yang tinggi sangat berbahaya dan berhubungan dengan

peningkatan resiko penyakit jantung. Dalam penelitian yang dilakukan oleh

National Heart Institute, yang dalam penelitian ini kolesterol darah dikurangi 8,5

%, kematian oleh penyakit jantung menurun 25 %. Tetapi konsumsi kolesterol

tidak perlu merupakan penentu dari tingkat kolesterol. Dengan mengubah

konsumsi kolesterol dalam diit saja tidak mesti memperoleh tingkat kolesterol

yang rendah (Goodman, 2000).

Biokimiawi dan fungsi kedua lipoprotein , LDL dan HDL, sangat penting

dalam memahami siklus kolesterol. LDL, Low Density Lipoprotein membawa

kolesterol dalam aliran darah, mendorong kolesterol sehingga menempel pada

sel pembuluh. LDL adalah "kolesterol jahat". HDL sebaliknya membawa

kolesterol kembali ke kandung empedu, tempatnya diubah menjadi asam

empedu dan dibuang melalui usus halus. HDL dengan demikian disebut sebagai

"kolesterol baik" karena mereka membantu memusnahkan kolesterol. Fakta kini

menunjukkan bahwa total kolesterol, ukuran LDL dan HDL sesungguhnya

merupakan indeks kolesterol yang handal dibandingkan hanya total kolesterol

saja. Tingginya kadungan kolesterol dan LDL berhubungan erat dengan

penyakit jantung, tinginya HDL berhubungan dengan rendahnya penyakit

jantung (Linder, 1992).

2.2 Trigliserida

Trigliserida yang lebih dikenal dengan sebutan triasilgliserol merupakan

(29)

terdapat pada minyak sayur dan lemajk hewan. Trigliserida dapat merupakan

95%-98% dari seluruh bentuk lemak terkonsumsi pada semua bentuk makanan

dan persentasenya sama dengan dalam tubuh manusia. (wikipedia). Trigliserida

dibentuk di hati yang berasal dari lipid yang kita makan atau berasal dari

karbohidrat dan disimpan sebagai lemak di bawah kulit dan di organ-organ lain.

(blankenhorn)

Trigliserida pada tanaman cenderung relative cair pada temperatur kamar

terutama karena mengandung asam lemak tidak jenuh 9 mono maupun majemuk)

dan ranati asam lemak yang lebih pendek (dibanding dengan trigliserida yang

biasa didapatkan pada tubuh hewan) rantai pendek dan asam lemak jenuhnya

lebih sedikit dan terutama ikatan tidak jenuh akan menurunkan titik cair dari asam

lemak tersebut (Linder,1992).

Trigliserida adalah bentuk lemak yang paling efisien untuk menyimpan

kalor yang penting untuk proses-proses yang membutuhkan energi dalam tubuh.

Tigliserida banyak didapatkan dalam sel-sel lemak; terutama 99% dari volume

sel. Disamping digunakan sebagai sumber energi , trigliserida dapat dikonversi

menjadi kolesterol, fosfolipid dan bentuk lipid lain kalau dibutuhkan. Sebagai

jaringan lemak, trigliserida juga mempunyai ungsi fisik yaitu sebagai bantalan

tulang-tulang dan organ-organ vital, melindungi organ-organ tadi dari

guncangan atau rusak (Soeharto, 2000).

Trigliserida ini diangkut terutama sebagai sebagai kilomikron dari usus

menuju hepar, kemudian mengalami metabolisme disini dan dalam jumlah besar

(30)

karena itu trigliserida yang tinggi cenderung disertai dengan VLDL dan LDL

yang tinggi pula, sementara HDL justru rendah. (Goodman, 2000).

Trigliserida sangat erat hubungannya dengan obesitas. Umumnya

orang-orang gemuk mempunyai kadar trigliserida yang tinggi dalam plasma.

Trigliserida banyak disimpan dibalik lipatan kulit. Makin gemuk sesorang,

makin banyak trigliserida yang terdapat dalam tubuhnya dan membuat kulit

menjadi berlipat-lipat. Tidak jarang ditemukan pula, banyka orang gemuk

mempunyai kadar trigliserida plasma yang normal-normal saja. Ini

membuktikan bahwa pada obesitas, walaupun trigliserida banyak disimpan

dibawah lipatan kulit, tetapi trigliserida dalam darah tidak selamanya tinggi

pula. Simapanan trigliserida yang berlebihan itu sewaktu-waktu potensial

sebagai bahan pembentukkan VLDL dan LDL di hepar (Payne, 1995).

Pada wanita,trigliserida umumnya lebih rendah dibandingkan dengan pria.

Tetapi pada waktu menopause, trigliserida wanita cenderung meningkat dan

insiden terjadinya penyakit koroner pada wanita makan meningkat juga.

Konsumsi alcohol, asam lemak jenuh, karbohidrat, dan jumlah kalori yang

tinggi dapat meningkatkan trigliserida. ( Linder, 1992).

Besar kemunkinan bahwa kadar trigliserida yang tinggi barangkali juga

menyebabkan serangan jantung. Naiknya kadar trigliserida barangkali

mendorong timbulnya serangan-serangan jantung dengan mempercepat

pembentukkan ateroma dan membuat darah menjadi lebuh mudah menggumpal.

Tingginya kadar trigliserida barangkali disebabkan oleh gangguan turunan

(31)

(lebih besar daripada 4 mmol/l). Namun, yang jauh lebih umum, suatu kadar

trigliserida yang tinggi merupakan gejala sekunder suatu faktor penyakit lain

seperti : diet, kegemukan, diabetes mellitus, masukkan alcohol, gout

(Soeharto, 2000).

Metabolisme lipoprotein kaya trigliserida, kilomikron dan VLDL

berhubungan erat dengan HDL lipoprotein berdensitas tinggi sebagai aktivato,

yang dikirim ke lipoprotein kaya trigliserida. Peranan trigliserida terhadap

pembentukkan aterosklerosis masih kontroversi. Trigliserida dapat menyebakan

terjadinya aterosklerosis karena memiliki hubungan dengan VLDL. Trigliserida

dipengaruhi merugikan oleh kenaikan berat badan dan diabetes tidak terkontrol.

Konsentrasi trigliserida berhubungan terbalik dengan HDL dah kadar lipoprotein

lipase jaringan adiposus. Kebanyakkan hipertrigliseridemia bias dikontrol

dengan diet (Linder, 1992).

Trigliserida adalah komponen lain dari lemak dalam darah dan seperti

halnya kolesterol, trigliserida dapat berasal dari makanan atau dibuat seniri oleh

tubuh. Kadar trigliserida dalam darah yang diinginkan maksimal 150 mg/dl.

Makanan yang mengandung lemak terutama lemak jenuh meningkatkan tingkat

trigliserida di dalam darah dan cenderung meningkatkan kadar kolesterol jahat.

Lemak yang berasal dari buah-buahan seperti kelapa, durian dan alpokat tidak

mengandung kadar kolesterol tetapi kadar trigliserida relative tinggi (Linder,

1992).

Keterkaitan trigliserida dengan penyakit jantung koroner adalah

(32)

terjadi hipertrigliseridemia. Trigliserida bersirkulasi dalam darah bersama-sama

dengan VLDL, yang bersifat aterogenik. Di samping itu, hipertrigliseridemia

membantu trombosis arteri koroner, mendorong penyakit jantung koroner. Juga

hipertrigliseridemia mempengaruhi peningkatan insulin dalam darah, menambah

factor risiko pembentukkan aterosklerosis.

2.3 Hiperkolesterolemia dan Aterosklerosis

Hiperkolesterolemia adalah suatu keadaan dimana kadar kolesterol dalam

darah berada diatas ambang batas normalnya. Kadar kolesterol normal pada

manusia berkisar antara 150-200 mg/dl. Apabila kadar kolesterol darah diatas

200 mg/dl maka dapat dikategorikan hiperkolesterolemia. Kenaikan kadar

kolesterol dalam darah dikatakan sebagai hiperkolesterolemia dengan

mekanisme pembentukkan sebagai berikut : bila terjadi gangguan pembentukkan

kolesterol di dalam jaringan hati dan jaringan alat pencernaan, dapat

mengakibatkan kenaikan kadar kolesterol dalam darah. Dalam hal ini, yang

mempunyai peranan penting adalah enzim HMG Co-A reduktase (Tjay, 2002)

Hiperkolesterolemia dapat pula terjadi apabila eliminasi kolesterol dalam

tubuh mengalami gangguan. Kolesterol dielimasi dari tubuh melalui usus

sebagai feses dalam bentuk garam empedu dan asam empedu. Bila eliminasi

berkurang, akan meningkatkan kolesterol didalam darah. Mekanisme lainnya

hiperkolesterolemia, apabila konsumsi kolesterol bertambah maupun sumber

pangan lainnya yaitu lemak jenuh, banyak dipergunakan sebagai bahan makanan

(33)

Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di dalam

pembuluh darah arteri, yang menyebabkan penyempitan dan pengerasan yang

dikenal sebagai aterosklerosis. Aterosklerosis adalah penebalan pembuluh darah

yang mengakibatkan penyempitan bahkan penyumbatan pada arteri. Keterkaitan

peningkatan kolesterol di dalam darah atau hiperkoleterolemia dengan

pembentuk terjadinya aterosklerosis disebut faktor risiko atau atherogenicfactor.

Beberapa teori pembentukkan terjadinya aterosklerosis yaitu :

(1) Teori Reaksi terhadap kerusakan jaringan

Adanya reaksi terhadap kerusakkan endothelium dengan

terbentuknya deposit yang diisi dengan zat-zat “ lemak” dan zat

lainnya.

(2) Teori Monoclonal

Adanya isoenzim dijumpai pada lesi dan multiplikasi sel

proliferasi membentuk ateroma.

(3) Teori Lisosomal

Enzim lisosomal dapat meniadakan degradasi degradasi dari

sel-sel, untuk melanjutkan pembentukkan dari ateroma (Sitepoe,1993).

Aterosklerosis yang terjadi pada pembuluh darah jantung merupakan

penyebab dari Ischaemic-Heart Disease. Bila terjadinya pada pembuluh darah

otak merupakan penyebab dari CVD (Cerebro-Vascular-Disease). Pada pembuluh

(34)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

2.1Alat dan Bahan Penelitian

2.1.1 Alat-alat Penelitian

Alat-alat yang digunakan adalah microlab 300 (Merck), sentrifuge (Swing

Type Model CD-50 SR Tomy Seiko), timbangan, neraca analitik (Mettler

Toledo), mikropipet (Clinicon), inkubator, tip yellow and blue, oral sonde,

alat-alat gelas dan alat-alat-alat-alat lain yang dibutuhkan.

2.1.2 Bahan

Bahan-bahan yang digunakan adalah Vitamin C (E. Merck), pakan BR 1

CP5 11-B, reagensia kolesterol (Dialab), reagensia trigliserida (Dialab), aquadest,

lemak kambing, kuning telur ayam eropa, etanol dan vaseline.

2.2 Hewan Percobaan

Marmot (dengan berat 200-400 g) berumur 3 bulan yang dikondisikan

terlebih dahulu selama 1 minggu.

2.3Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian adalah rancangan acak lengkap

faktorial dengan 2 faktor perlakuan yaitu pengaruh pemberian vitamin C (dosis)

dengan 4 perlakuan (P0, P1, P2, dan P3) dan lamanya pemberian vitamin C (hari)

dengan 2 perlakuan (12 dan 24 hari) dengan 6 ulangan menggunakan 24 ekor

marmot yang sengaja dibuat hiperkolesterolemia dengan cara memberi pakan

(35)

jumlah makanan/hari selama 7 hari. Sebelum diberi perlakuan hiperkolesterolemia

diukur kadar kolesterol dan trigliserida awalnya lalu setelah 7 hari diberi

perlakuan hiperkolesterolemia diukur kadar kolesterol dan trigliserida darah

marmot tersebut, kemudian diberi perlakuan sebagai berikut :

Perlakuan A : diberi aquadest sebagai kontrol

Perlakuan B : diberi vitamin C dosis 5,425 mg/kgBB/hari dikonversikan dari

70 mg dosis manusia manusia.

Perlakuan C : diberi vitamin C dosis 38,75 mg/kgBB/hari dikonversikan dari

500 mg dosis manusia.

Perlakuan D : diberi vitamin C dosis 77,5 mg/kgBB/hari dikonversikan dari

1000 mg dosis manusia

Pemberian vitamin C dilakukan selama 24 hari, lalu kolesterol dan trigliserida

serum darah diukur pada hari ke-12 dan hari ke -24. Kadar kolesterol dan

trigliserida serum darah diukur menggunakan metode kolorimetri CHOD-PAP

dengan alat microlab 300 di Laboratorium Kesehatan Medan. Rancangan

percobaan pengaruh pemberian vitamin C setelah 12 dan 24 hari terhadap kadar

kolesterol dan trigliserida serum darh marmot dapat dilihat pada Tabel 1. Bagan

alur pengerjaan penelitian dapat dilihat pada Lampiran 1. Analisis keragaman dari

Rancangan Acak Lengkap Faktorial dan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) dapat

(36)

Tabel 1. Racangan Percobaan Pengaruh Pemberian Vitamin C Setelah 12 dan 24

hari Terhadap Kadar Kolesterol dan Trigliserida Serum Darah Marmot

Keterangan :

P0

P

: perlakuan tanpa pemberian vitamin C ( diberi aquadest)

1

P

: perlakuan dengan pemberian vitamin C 5,425 mg/kg BB/hari

2

P

: perlakuan dengan pemberian vitamin C dosis 38,75 mg/kg BB/hari

3

: perlakuan dengan pemberian vitamin C dosis 77,5 mg/kg BB/hari

2.4 Prosedur Penelitian

2.4.1 Model Hewan Hiperkolesterolemia

Marmot terlebih dahulu diukur kadar kolesterol dan trigliserida darah

awalnya. Kemudian marmot diberi makan pakan biasa yang dicampur dengan

kuning telur ayam eropa 1 % dan lemak kambing 20% dari jumlah makanan/hari

selama 7 hari. Setelah itu diukur kadar kolesterol dan trigliserida darahnya. Bagan

alur pengerjaan dapat dilihat pada Lampiran 2. Data dapat dilihat pada Lampiran

6 dan 7. Lamanya pemberian

Kadar Kolesterol Pada Perlakuan Kadar Trigliserida Pada Perlakuan

(37)

2.4.2 Pembuatan Larutan Vitamin C

Timbang 1000 mg Vitamin C lalu dilarutkan dengan aquadest sampai 100

ml. Kemudian diberikan langsung kepada masing-masing marmot sesuai dengan

dosisnya pada hari itu juga. Perhitungan dosis vitamin C dapat dilihat pada

Lampiran 8.

2.4.3 Pemberian Vitamin C Pada Marmot Yang Hiperkolesterolemia

Marmot dibagi menjadi 4 kelompok dimana kelompok pertama diberikan

aquadest saja sebagai kontrol (P0). Kelompok kedua diberikan larutan vitamin C

dengan dosis 5,425 mg/kgBB/hari (P1). Kelompok ketiga diberikan larutan

vitamin C dengan dosis 38,75 mg/kgBB/hari (P2). Kelompok keempat diberikan

larutan vitamin C dengan dosis 77,5 mg/kgBB/hari (P3

2.4.4 Pengambilan Darah

). Pemberian vitamin C

dilakukan selama 24 hari. Kadar kolesterol dan trigliserida darah setelah

pemberian vitamin C diukur pada hari ke-12 dan hari ke-24.

Marmot dipuasakan terlebih dahulu selama 10-14 jam. Lalu bulu

telinganya dicukur dengan silet sampai bersih. Dibilas dengan alkohol, lalu darah

diambil dari vena telinga dengan cara disayat menggunakan pisau silet sebanyak ±

2 ml (Smith,1988) dan dimasukkan dalam tabung yang bersih. Kemudian telinga

marmot dioleskan vaseline. Darah didiamkan membeku selama 30 menit pada

suhu kamar, kemudian dimasukkan ke dalam lemari pendingin sebelum diukur

(38)

2.4.5 Penetapan Kadar Kolesterol Serum Darah Marmot

1000 rpm maka akan dihasilkan dua lapisan, yaitu bagian serum dan padatan.

Dipipet bagian serum sebanyak 10 µl, kemudian dimasukkan dalam tabung yang

telah berisi larutan reagensia kolesterol sebanyak 1000 µl. Dihomogenkan dan

diinkubasi selama 10 menit pada suhu 37

O

0

2.4.6 Penetapan Kadar Trigliserida Serum Darah Marmot

C. Diukur pada alat Microlab 300

dengan panjang gelombang 546 nm. Dicatat hasilnya, dapat dilihat pada

Lampiran 6. Bagan alur pengukuran kadar kolesterol darah dapat dilihat pada

Lampiran 4.

Trigliserida Lipoproteinlipase Gliserol + asam lemak

Gliserol + ATP Gliserolkinase Gliserol-3-pospat + ADP

Gliserol 3Posfat + O2 Gliserol3pospat oxidase Dihidroksiaseton pospat + H2O2

2H2O2+4-aminoantipirin +4-klorofenol Peroksidase Quinonimine+ HCL+4H2

Darah yang telah diambil dipusingkan selama 10 menit dengan kecepatan

1000 rpm maka akan dihasilkan dua lapisan yaitu bagian serum dan padatan.

Dipipet bagian serum sebanyak 10 µl kemudian dimasukkan dalam tabung yang

telah berisi larutan reagensia trigliserida sebanyak 1000 µl. Dihomogenkan lalu

diinkubasi selama 10 menit pada suhu 37

O

0

(39)

dengan panjang gelombang 546 nm lalu dicatat hasilnya, dapat dilihat pada

Lampiran 7. Bagan alur pengukuran kadar trigliserida darah dapat dilihat pada

Lampiran 5.

(40)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Kadar Kolesterol Serum Darah Marmot Sebelum dan Setelah Perlakuan Hiperkolesterolemia

Kadar kolesterol serum darah marmot sebelum dan setelah diberi perlakuan

hiperkolesterolemia dapat dilihat pada Tabel 2 dan Gambar 2

Tabel 2 Kadar kolesterol serum darah marmot sebelum dan setelah perlakuan

hiperkolesterolemia (mg/dl) ± SD

Perlakuan

Kadar kolesterol (mg/dl) ± SD

Sebelum perlakuan (awal) Setelah perlakuan hiperkolesterolemia

Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa rata-rata kadar kolesterol serum

darah marmot setelah perlakuan hiperkolesterolemia menunjukkan kadar yang

lebih tinggi dibandingkan dengan kadar kolesterol serum darah sebelum perlakuan

hiperkolesterolemia. Hal ini sesuai dengan hasil uji T (Lampiran 11) dengan

membandingkan kadar kolesterol sebelum dan setelah perlakuan

hiperkolesterolemia, maka terdapat perbedaan yang signifikan antara kadar

kolesterol sebelum dan setelah perlakuan hiperkolesterolemia (P<0,05). Hasil ini

(41)

pakan yang dicampur dengan kuning telur 1% dan lemak kambing 20% dari

jumlah makanan/hari) selama 7 hari memberi pengaruh nyata terhadap kadar

kolesterol serum darah marmot.

Hal ini dapat juga dilihat pada Gambar 2 yang menunjukkan adanya

kenaikan kadar kolesterol serum darah marmot setelah perlakuan

hiperkolesterolemia dibandingkan sebelum diberi perlakuan hiperkolesterolemia.

0

Gambar 2. Diagram kadar kolesterol serum darah marmot sebelum dan setelah

perlakuan hiperkolesterolemia (mg/dl) ± SD

Keterangan :

Menurut Sitepoe (1993) kadar hiperkolesterolemia dapat dilihat dari adanya

kenaikan kadar lipid yang terukur yaitu kadar kolesterol. Hasil ini dinyatakan

sebagai kondisi hiperkolesterolemia. Bila dibandingkan dengan kadar sebelum

(42)

pemberian pakan yang dicampur dengan kuning telur 1% dan lemak kambing

20 % dari jumlah makanan/hari memperlihatkan kadar kolesterol yang sangat

tinggi, hal ini menunjukkan bahwa marmot tersebut telah hiperkolesterolemia.

Kolesterol yang berada dalam zat makanan yang kita makan dapat

meningkatkan kadar kolesterol dalam darah. Sumber utama kolesterol dari

makanan hanya berasal dari produk hewani seperti daging, susu, telur dan hasil

perikanan (Razak, 2006 dan Soeharto, 2000). Kuning telur mengandung 220-250

mg kolesterol sehingga pemberian pakan yang mengandung kuning telur

sebanyak 2,02 gram sudah dapat menaikkan kadar kolesterol (Lidya, 2001).

Begitu juga dengan lemak jenuh (seperti lemak kambing) yang dikonsumsi

akan mengakibatkan kenaikan kadar kolesterol di dalam darah. Peningkatan kadar

kolesterol dalam darah dapat bersifat sinergis apabila bahan pangan yang

mengandung kolesterol dikonsumsi bersama dengan lemak jenuh (Sitepoe, 1993).

3.2 Kadar Kolesterol Serum Darah Marmot Setelah 12 dan 24 hari Pemberian Vitamin C

Kadar kolesterol serum darah marmot setelah 12 dan 24 hari pemberian

vitamin C dapat dilihat pada Tabel 3 dan Gambar 3.

Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat urutan kadar kolesterol serum darah

marmot pada hari ke-12 dari yang tertinggi yaitu perlakuan P0 (64,5), lalu diikuti

oleh P1 (63,16), P2 (50,67) dan yang terendah P3 ( 43,3). Hal ini sama juga

dengan kadar kolesterol darah marmot pada hari ke-24 dengan nilai tertinggi pada

(43)

Tabel 3 Kadar kolesterol serum darah marmot hiperkolesterolemia setelah 12 dan

24 hari pemberian vitamin C (mg/dl) ± SD

Perlakuan Kadar Kolesterol Setelah Pemberian Vitamin C

12 hari 24 hari

Kadar kolesterol yang tercantum adalah kadar rataaan dari 6 ulangan P0

P

: perlakuan tanpa pemberian vitamin C (aquadest)

1

P

: perlakuan dengan pemberian vitamin C 5,425 mg/kg BB/hari

2

P

: perlakuan dengan pemberian vitamin C dosis 38,75 mg/kg BB/hari

3

SD : Standar Deviasi

: perlakuan dengan pemberian vitamin C dosis 77,5 mg/kg BB/hari

Hal ini menunjukkan terjadi penurunan kadar kolesterol serum darah

marmot setelah diberikan vitamin C pada hari ke-12 dan ke-24. Hal ini terlihat

dari adanya penurunan kadar kolesterol pada kelompok P1, P2 dan P3 bila

dibandingkan dengan P0 yang tidak diberikan vitamin C baik pada hari ke-12

maupun hari ke-24. Selain itu dapat dilihat bahwa semakin besar dosis vitamin C

maka pengaruhnya terhadap penurunan kadar kolesterol serum darah marmot

yang hiperkolesterolemia juga semakin besar. Ini dapat dilihat dari kadar

kolesterol pada P3 < P2< P1<P0

Berdasarkan Tabel 3 tersebut kita juga dapat lihat adanya pengaruh lamanya

pemberian vitamin C terhadap kadar kolesterol yaitu terjadi penurunan kadar

kolesterol pada hari ke-24 bila dibandingkan dengan hari ke-12 yaitu pada P baik pada hari ke-12 dan hari ke-24.

2

(50,67 menjadi 45,5) dan P3 ( 43,33 menjadi 26,33). Tetapi juga terdapat

kenaikan kadar kolesterol yang kecil pada P0 (64,5 menjadi 64,83) dan P1( 63,16

(44)

Hal ini menunjukkan bahwa lamanya pemberian vitamin C juga memberi

pengaruh terhadap penurunan kadar kolesterol serum darah marmot yang berarti

semakin lama diberi vitamin C maka penurunan kadar kolesterol semakin besar

walaupun pada kelompok P0 dan P1 terjadi kenaikan kadar kolesterol di hari

ke-24. Kenaikan kadar kolesterol pada P0

Untuk P

disebabkan pada perlakuan tersebut tidak

diberi vitamin C sehingga metabolisme kolesterol menjadi asam empedu tidak

terjadi bahkan dengan tidak adanya vitamin C (defisiensi vitamin C) maka terjadi

peningkatan kolesterol dalam serum darah dan penimbunan kolesterol dalam hati

(Sitepoe,1993).

1 dengan dosis vitamin C yang kecil yaitu 5,425 mg/kgBB/hari juga

terjadi kenaikan kadar kolesterol pada hari ke-24. Ini disebabkan karena dengan

dosis yang kecil maka metabolisme kolesterol menjadi asam empedu berjalan

lambat ( Ginter, 1973 dan Goodman, 2000). Maka dibutuhkan waktu yang lebih

lama untuk P0 bila dibandingkan P2 dan P3

Hal ini dapat juga dilihat pada Gambar 3 yang menunjukkan adanya

pengaruh pemberian vitamin C dan lamanya pemberian terhadap kadar kolesterol

serum darah marmot yang hiperkolesterolemia .

untuk menurunkan kadar kolesterol

bila dosisnya kecil.

Pada diagram jelas terlihat bahwa ada pengaruh pemberian vitamin C

terhadap kadar kolesterol dan semakin besar dosis vitamin C yang diberikan dan

(45)

0

Gambar 3. Diagram kadar kolesterol serum darah marmot hiperkolesterolemia

setelah 12 dan 24 hari pemberian vitamin C (mg/dl) ± SD

Keterangan :

P0

P

: perlakuan tanpa pemberian vitamin C

1

P

: perlakuan dengan pemberian vitamin C 5,425 mg/kg BB/hari

2

P

: perlakuan dengan pemberian vitamin C dosis 38,75 mg/kg BB/hari

3

SD: Standar Deviasi

: perlakuan dengan pemberian vitamin C dosis 77,5 mg/kg BB /hari

Pengaruh dosis pemberian vitamin C, lamanya pemberian vitamin C dan

interaksi antara dosis pemberian dengan lamanya pemberian vitamin C dapat

diketahui dari hasil analisis keragaman yang dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Analisis keragaman kadar kolesterol serum darah marmot

hiperkolesterolemia setelah 12 dan 24 hari pemberian vitamin C

(46)

Berdasarkan analisis keragaman pada Tabel 4 dapat diketahui bahwa

pengaruh lamanya pemberian vitamin C dan interaksi antara lamanya pemberian

dengan dosis vitamin C tidak mempengaruhi kadar kolesterol serum darah

marmot tetapi pengaruh dosis pemberian vitamin C menunjukkan perbedaan yang

sangat nyata artinya dosis pemberian vitamin C mempengaruhi kadar kolesterol

serum darah marmot. Akan tetapi belum dapat dipastikan dosis yang memberi

pengaruh terhadap kadar kolesterol serum darah marmot. Untuk mengetahui

perbedaan pengaruh dosis pemberian vitamin C maka dilakukan uji Beda Nyata

Terkecil (BNT), yang dapat dilihat pada Tabel 5

Tabel 5 Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pengaruh dosis pemberian vitamin C

terhadap kadar kolesterol serum darah marmot hiperkolesterolemia (mg/dl)

Perlakuan Kadar Kolesterol Setelah Pemberian Vitamin C

12 hari 24 hari

Kadar kolesterol yang tercantum adalah kadar rataan dari 6 ulangan

Notasi/huruf yang berbeda (a,b,c) menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata. ( P<0,05)

P0

P

: perlakuan tanpa pemberian vitamin C

1

P

: perlakuan dengan pemberian vitamin C 5,425 mg/kg BB/hari

2

P

: perlakuan dengan pemberian vitamin C dosis 38,75 mg/kg BB/hari

3 :

Berdasarkan Tabel 5 dapat dilihat bahwa pada hari ke-12 dan hari ke-24 P perlakuan dengan pemberian vitamin C dosis 77,5 mg/kg BB/hari

0

tidak berbeda nyata dengan P1, namun P0 berbeda nyata dengan P2 dan P3.. P1

berbeda nyata dengan P2 dan P3 sedangkan P2 berbeda nyata dengan P3. Dari data

tersebut berarti penurunan kadar kolesterol mulai terlihat pada pemberian vitamin

(47)

menunjukkan bahwa pemberian vitamin C dosis 38,75 mg/kgBB/hari dan 77,5

mg/kgBB/hari mampu untuk menurunkan kadar kolesterol serum darah marmot

pada keadaan hiperkolesterolemia dan berbeda nyata bila dibandingkan dengan P0

tanpa pemberian vitamin C (P<0,05) namun belum memberikan pengaruh yang

nyata pada P1

Vitamin C mempunyai hubungan dengan metabolisme kolesterol maka

dapat disimpulkan bahwa kekurangan vitamin C dapat menyebabkan

meningkatnya sintesis kolesterol (Goodman, 1993). Kolesterol dieliminasi dari

tubuh melalui usus sebagai feses dalam bentuk asam empedu. Hal ini berkaitan

dengan konsumsi vitamin C karena vitamin C mempunyai peranan yang penting

pada metabolisme kolesterol menjadi asam empedu ( Khomsan, 2000 dan Sitepoe,

1993).

dengan dosis 5,425 mg/kgBB/hari (P>0,05).

Vitamin C dapat menurunkan kadar kolesterol di dalam darah dengan cara

memecah kolesterol menjadi asam empedu dan garam empedu di dalam hati

kemudian mensekresikannya ke dalam empedu lalu ke usus, dan akhirnya

dikeluarkan dari tubuh sebagai feses (Sitepoe, 1993).

Vitamin C juga meningkatkan pembuangan kotoran dengan demikian

menurunkan diserapnya kembali asam empedu dan konversinya menjadi

kolesterol. Vitamin C juga meningkatkan kadar HDL dan menurunkan LDL

(Goodman, 1993 dan Khomsan,2007).

Selain itu vitamin C juga merupakan antioksidan yang dapat mengikat

radikal peroksil. Kelompok radikal ini merupakan senyawa antara yang terbentuk

(48)

Lipoprotein). Lipoprotein ini merupakan alat pengangkut utama kolesterol dari

hati ke seluruh sel jaringan dalam tubuh. Apabila LDL teroksidasi oleh adanya

radikal peroksil maka LDL yang teroksidasi tidak dapat lagi dikenali oleh

reseptornya (Silalahi, 2006). Hal ini dapat menyebabkan jumlah LDL dalam darah

meningkat. Apabila jumlah LDL dalam darah banyak maka kadar kolesterol di

tubuh juga meningkat. Adanya vitamin C yang cukup di tubuh akan mencegah

terjadinya oksidasi LDL sehingga dapat menurunkan kadar kolesterol dalam

darah. Vitamin C juga akan menaikkan kadar HDL (High Density Lipoprotein)

Walaupun pada analisis keragaman pada Tabel 4 lamanya pemberian

vitamin C tidak menunjukkan perbedaan yang nyata tapi dapat juga dilakukan uji

Beda Nyata Terkecil sebab sering terjadi pengaruh dari suatu perlakuan tertentu

tidak tampak pada uji F akibat tertutup oleh pengaruh perlakuan lain

(Sugandi,1994). Maka untuk mengetahui pengaruh lamanya pemberian vitamin C

terhadap kadar kolesterol serum darah marmot dilakukan juga uji Beda Nyata

Terkecil (BNT) terhadap pengaruh lamanya pemberian vitamin C yang dapat

dilihat pada Tabel 6.

yaitu lipoprotein yang membawa kolesterol dari seluruh jaringan kembali ke hati

yang selanjutnya akan diubah menjadi asam empedu dan garam empedu.

(Goodman 1993 dan Hull1993)

Berdasarkan hasil Uji Beda Nyata Terkecil pada Tabel 6 dapat dilihat

bahwa kadar kolesterol serum darah di hari ke-12 pada P0, P1, dan P2 tidak

berbeda nyata dengan P0, P1 dan P2 di hari ke-24 tapi berbeda nyata pada P3 hari

(49)

C tidak memberi pengaruh yang nyata pada dosis yang kecil tapi memberi

pengaruh yang nyata pada vitamin C dosis tinggi yaitu pada dosis

77,5 mg/kgBB/hari(P3

Tabel 6 Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pengaruh lamanya pemberian vitamin

C (12 dengan 24 hari ) terhadap kadar kolesterol serum darah marmot hiperkolesterolemia (mg/dl)

).

Perlakuan Kadar Kolesterol Setelah Pemberian Vitamin C

12 hari 24 hari

Kadar kolesterol yang tercantum adalah kadar rataaan dari 6 ulangan

Notasi/huruf yang berbeda (a,b) menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata (P<0,05)

P0

P

: perlakuan tanpa pemberian vitamin C

1

P

: perlakuan dengan pemberian vitamin C 5,425 mg/kg BB/hari

2

P

: perlakuan dengan pemberian vitamin C dosis 38,75 mg/kg BB/hari

3 :

Beberapa penelitian mengatakan bahwa vitamin C dosis tinggi (1-5 gram)

dapat menurunkan kadar kolesterol serum (Hodges,1980). Bila konsumsi

kolesterol maupun lemak jenuh meningkat mengakibatkan hiperkolesterolemia,

maka diperlukan vitamin C yang lebih banyak dalam transformasi asam empedu

untuk kemudian dieksresikan (Sitepoe, 1993).

perlakuan dengan pemberian vitamin C dosis 77,5 mg/kg BB/hari

3.3Kadar Trigliserida Serum Darah Marmot Sebelum dan Setelah

Perlakuan Hiperkolesterolemia

Kadar trigliserida serum darah marmot sebelum dan setelah perlakuan

hiperkolesterolemia dapat dilihat pada Tabel 7 dan Gambar 4.

Berdasarkan Tabel 7 dapat dilihat bahwa kadar trigliserida serum darah

(50)

tinggi dibandingkan dengan kadar trigliserida serum darah sebelum perlakuan

hiperkolesterolemia.

Tabel 7 Kadar trigliserida serum darah marmot sebelum dan setelah perlakuan

hiperkolesterolemia (mg/dl) ± SD

Perlakuan

Kadar Trigliserida (mg/dl) ± SD

Sebelum perlakuan (awal) Setelah perlakuan hiperkolesterolemia

Berdasarkan Tabel 7 dapat dilihat bahwa kadar trigliserida serum darah

marmot setelah perlakuan hiperkolesterolemia menunjukkan kadar yang lebih

tinggi dibandingkan dengan kadar trigliserida serum darah sebelum perlakuan

hiperkolesterolemia..

Hal ini dapat juga dilihat pada Gambar 4 yang menunjukkan adanya

kenaikan kadar trigliserida serum darah marmot setelah perlakuan

hiperkolesterolemia.

Hal ini sesuai dengan hasil uji T (Lampiran 11) dengan membandingkan

kadar trigliserida sebelum dan setelah perlakuan hiperkolesterolemia, maka

terdapat perbedaan yang signifikan antara kadar trigliserida sebelum dan setelah

perlakuan hiperkolesterolemia (P<0,05). Hasil ini menunjukkan bahwa ada

(51)

dicampur dengan kuning telur ayam eropa 1% dan lemak kambing 20% dari

jumlah makanan/hari)selama 7 hari terhadap kadar trigliserida serum darah

marmot.

Gambar 4. Diagram kadar trigliserida serum darah marmot sebelum dan setelah

perlakuan hiperkolesterolemia (mg/dl) ± SD

Kenaikan kadar trigliserida serum darah lebih sering disebut dengan

hipertrigliseridemia (Tjay, 2002). Kadar hipertrigliserida juga dapat dilihat pada

kenaikan kadar trigliserida setelah perlakuan hiperkolesterolemia dibandingkan

dengan kadar trigliserida sebelum perlakuan hiperkolesterolemia (Sitepoe,1993).

Bila dibandingkan dengan kadar sebelum perlakuan hiperkolesterolemia, kadar

trigliserida setelah perlakuan dengan pemberian pakan yang dicampur dengan

(52)

yang sangat tinggi, hal ini menunjukkan bahwa marmot yang diberi perlakuan

hiperkolesterolemia tersebut telah hipertrigliserida.

Trigliserida adalah komponen lain dari lemak dalam darah dan seperti

halnya kolesterol, trigliserida dapat berasal dari pakan yang dimakan atau dibuat

sendiri oleh tubuh. Sumber utama trigliserida dalam darah adalah lemak terutama

lemak jenuh dalam makanan ( Soeharto, 2000 dan Payne,1995).

3.4Kadar Trigliserida Serum Darah Marmot Hiperkolesterolemia Setelah 12

dan 24 hari Pemberian Vitamin C

Kadar trigliserida serum darah marmot setelah 12 dan 24 hari pemberian

vitamin C ini dapat dilihat pada Tabel 8 dan Gambar 5

Tabel 8 Kadar trigliserida serum darah marmot setelah 12 dan 24 hari pemberian

vitamin C (mg/dl) ± SD

Perlakuan Kadar Trigliserida Setelah Pemberian Vitamin C

12 hari 24 hari

Kadar trigliserida yang tercantum adalah kadar rataaan dari 6 ulangan P0

P

: perlakuan tanpa pemberian vitamin C

1

P

: perlakuan dengan pemberian vitaminC 5,425mg/kgBB/hari

2

P

: perlakuan dengan pemberian vitamin C dosis 38,75mg/kgBB/hari

3

SD : Standar Deviasi

: perlakuan dengan pemberian vitamin C dosis 77,5 mg/kg BB/hari

Berdasarkan Tabel 8 dapat dilihat bahwa pada hari ke-12 kadar trigliserida

serum darah marmot pada P0 lebih tinggi daripada P1, P2,dan P3, demikian juga

pada hari ke-24 P0 lebih tinggi daripada P1, P2,dan P3. Ini menunjukkan adanya

pengaruh pemberian vitamin C terhadap kadar trigliserida serum darah marmot

(53)

pemberian vitamin C. Hal ini berarti vitamin C dapat menurunkan kadar

trigliserida serum darah marmot dalam keadaan hiperkolesterolemia walaupun

pada hari ke-12 ternyata P3 lebih besar daripada P1 dan P2 tetapi pada hari ke-24

Hal ini dapat juga dilihat pada Gambar 5 yang menunjukkan adanya

pengaruh pemberian dan lamanya pemberian vitamin C terhadap kadar trigliserida

serum darah marmot yang diberi perlakuan hiperkolesterolemia.

Gambar 5. Diagram kadar trigliserida serum darah marmot setelah 12 dan 24

hari pemberian vitamin C (mg/dl) ± SD

Keterangan :

P0

P

: perlakuan tanpa pemberian vitamin C

1

P

: perlakuan dengan pemberian vitamin C 5,425 mg/kg BB/hari

2

P

: perlakuan dengan pemberian vitamin C dosis 38,75 mg/kg BB/hari

3

Pengaruh dosis pemberian vitamin C, lamanya pemberian vitamin C dan

interaksi antara dosis pemberian dengan lamanya pemberian vitamin C terhadap

kadar trigliserida darah marmot yang diberi perlakuan hiperkolesterolemia dapat

(54)

Tabel 9 Analisis keragaman kadar trigliserida serum darah marmot setelah 12 dan

Berdasarkan analisis keragaman pada Tabel 9 dapat dilihat bahwa lamanya

pemberian vitamin C memberi berpengaruh sangat nyata terhadap kadar

trigliserida serum darah marmot (P<0,01) dan pemberian dosis vitamin C

memberi pengaruh yang nyata (P< 0,05) terhadap kadar trigliserida serum darah

tetapi interaksi antara lamanya pemberian dengan dosis pemberian vitamin C

tidak memberi pengaruh terhadap kadar trigliserida serum darah marmot. Untuk

mengetahui perbedaan pengaruh dosis pemberian vitamin C dan lamanya

pemberian maka dilakukan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT), yang dapat dilihat

pada Tabel 10 dan 11.

Berdasarkan Tabel 10 dapat dilihat bahwa pada hari ke-12 dan hari ke-24

P0 berbeda nyata dengan P1,P2 dan P3, P1 tidak berbeda nyata dengan P2 dan P3

tetapi P2 berbeda nyata dengan P3. Ini berarti bahwa penurunan kadar trigliserida

sudah terlihat pada pemberian vitamin C dosis 5,425 mg/kgBB/hari (P1) sampai

77,5 mg/kgBB/hari (P3). Namun lebih nyata pada dosis 77,5 mg/kgBB/hari (P3)).

Hal ini telah menunjukkan bahwa pemberian vitamin C mampu untuk

(55)

dibandingkan dengan kelompok P0 yang tanpa pemberian vitamin C (P<0,05)

walaupun hal ini terlihat lebih nyata pada hari ke-24 khususnya pada P3

Tabel 10 Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pengaruh dosis pemberian vitamin C

setelah 12 dan 24 hari terhadap kadar trigliserida serum darah marmot (mg/dl) dengan

dosis 77,5 mg/kgBB/hari.

Perlakuan Kadar Trigliserida Setelah Pemberian Vitamin C

12 hari 24 hari

Kadar trigliserida yang tercantum adalah kadar rataan dari 6 ulangan

Notasi/huruf yang berbeda (a,b,c) menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata.pada P<0,05

P0

P

: perlakuan tanpa pemberian vitamin C

1

P

: perlakuan dengan pemberian vitamin C 5 ,425 mg/kg BB/hari

2

P

: perlakuan dengan pemberian vitamin C dosis 38,75 mg/kgBB/hari

3

Tabel 11 Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pengaruh lamanya pemberian vitamin

C (12 dan 24 hari) terhadap kadar trigliserida serum darah marmot (mg/dl) : perlakuan dengan pemberian vitamin C dosis 77,5 mg/kg BB/hari

Perlakuan Kadar Trigliserida Setelah Pemberian Vitamin C

12 hari 24 hari

Kadar trigliserida yang tercantum adalah kadar rataan dari 6 ulangan

Notasi/huruf yang berbeda (a,b) menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada P < 0,05

P0

P

: perlakuan tanpa pemberian vitamin C

1

P

: perlakuan dengan pemberian vitamin C 5,425 mg/kg BB/hari

2

P

: perlakuan dengan pemberian vitamin C dosis 38,75 mg/kg BB/hari

3

Berdasarkan Tabel 11 dapat dilihat pengaruh lamanya pemberian vitamin C

(56)

pada hari ke-12 P0 dan P3 berbeda nyata dengan Po dan P3 hari ke-24, tapi P1

dan P3 tidak berbeda nyata. Ini menunjukkan bahwa pada P0

Selain itu P

yang tanpa

pemberian vitamin C dengan adanya pertambahan hari ternyata memberi

pengaruh terhadap kadar trigliserida darah. Ini berarti terjadi penurunan

trigliserida walau tanpa pemberian vitamin C. Diduga hal ini disebabkan dalam

selang waktu tersebut marmot tidak lagi diberi pakan yang berkolesterol dan

mempunyai lemak jenuh. Menurut Sitepoe (1993) bahwa ada pengaruh tidak

mengkonsumsi pangan yang mengandung lemak jenuh dengan efek turunnya

kadar trigliserida di dalam darah bila dilakukan dalam jangka waktu yang lama.

3 pada hari ke-12 juga berbeda nyata dengan P3

Trigliserida yang dihasilkan oleh hati akan dibawa melalui aliran darah

dalam bentuk

hari ke -24. Ini

menunjukkan bahwa vitamin C dosis tinggi memberi pengaruh yang nyata

terhadap kadar trigliserida serum darah marmot.

Very Low Density Lipoprotein (VLDL). VLDL berfungsi

mengangkut trigliserida (Anonim, 2003). VLDL kemudian akan dimetabolisme

oleh enzim lipoprotein lipase menjadi IDL (Intermediate Density Lipoprotein).

Kemudian IDL melalui serangkaian proses akan berubah menjadi LDL (Low

Density Lipoprotein)

Vitamin C sebagai antioksidan dapat menurunkan kadar LDL sehingga

juga dapat menurunkan kadar trigliserida dalam darah dan juga meningkatkan

kadar HDL yang berarti akan membuang kelebihan kolesterol dan trigliserida yang mengandung beberapa trigliserida tetapi tinggi

(57)

yang terdapat dalam tubuh karena kerjanya yang berlawanan dengan LDL

(Silalahi ,2006 dan Soeharto, 2000).

3.5Rekapitulasi Hasil Penelitian

Pengaruh pemberian vitamin C dan lamanya pemberian terhadap kadar

kolesterol serum darah marmot dalam keadaan hiperkolesterolemia dapat dilihat

pada Tabel 12 dan Gambar 6.

Tabel 12 Rekapitulasi kadar kolesterol serum darah marmot (mg/dl) ± SD

Perlakuan Kadar Kolesterol

Kadar kolesterol setelah pemberian vitamin C Awal Hiperkolesterolemia Setelah 12 hari Setelah 24 hari P0 40,83 ± 7,05 69.5 ± 8,41 64,5 ± 12,14 64,83 ± 11,84 P1 39,67 ± 6,34 70.33 ± 12,43 63,16 ± 15,22 63,33 ± 6,15 P2 42.33 ± 4,58 80.67 ± 13,45 50,67 ± 16,55 45,5 ± 12,47 P3 42.67 ± 3,93 75.67 ± 18,39 43,33 ± 6,62 26.33 ± 7,17

Keterangan :

Kadar kolesterol yang tercantum adalah kadar rataan dari 6 ulangan P0

P

: perlakuan tanpa pemberian vitamin C

1

P

: perlakuan dengan pemberian vitamin C 5,425 mg/kg BB/hari

2

P

: perlakuan dengan pemberian vitamin C dosis 38,75 mg/kg BB/hari

3

SD: Standar Deviasi

: perlakuan dengan pemberian vitamin C dosis 77,5 mg/kg BB/hari

Berdasarkan Tabel 12 dapat dilihat bahwa pemberian vitamin C dapat

menurunkan kadar kolesterol serum darah marmot pada pada hari ke-12 maupun

hari ke-24 bila dibandingkan dengan kelompok P0 . Hal ini juga dapat dilihat pada

Gambar

Gambar  2    Diagram kadar kolesterol serum darah marmot                      sebelum dan setelah perlakuan
Tabel 1.  Racangan Percobaan Pengaruh Pemberian Vitamin C Setelah 12 dan 24 hari Terhadap Kadar Kolesterol dan Trigliserida Serum Darah Marmot
Gambar 2. Diagram kadar kolesterol serum darah marmot sebelum dan setelah   perlakuan  hiperkolesterolemia (mg/dl) ± SD Keterangan :
Tabel 3 Kadar kolesterol serum darah marmot hiperkolesterolemia setelah 12 dan 24 hari pemberian vitamin C (mg/dl) ± SD
+7

Referensi

Dokumen terkait

Jajar genjang merupakan bangun datar segiempat yang memiliki sisi-sisi yang berhadapan sama panjang dan sejajar, memiliki dua pasang sudut yang masing-masing sama besar dengan sudut

Salah satu bank yang memiliki reputasi baik di Indonesia adalah Bank Rakyat Indonesia (BRI).Bank ini merupakan bank yang sampai saat ini mayoritas kepemilikan sahamnya masih

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data dengan menggunakan regresi sederhana, Multivariate dan Uji Independent sampel t-test menunjukkan bahwa: (1) Konflik

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa persamaan empiris pertumbuhan butir austenit kondisi non-isotermal yang mendekati kondisi sesungguhnya dalam aplikasi canai panas di

Dari hasil wawancara dengan salah seorang Hakim Anggota yang memeriksa dan mengadili perkara ini mengungkpkan bahwa: Salah satu pertimbangan hukum hakim atas amar

م.. ﻲھو رﻮﮭﻈﻟا ﻰﻓ ﺪﮭﻌﻟا ﺔﺜﯾﺪﺣ ةﺮﯿﺼﻘﻟا ﺔﺼﻘﻟاو ﺎﺟاور ﺔﯿﺑدﻷا عاﻮﻧﻷا ﺮﺜﻛأ ﻮﺼﺗ ﻰﻟإ فﺪﮭﺗو ﺔﯾﺎﮭﻧو ﻂﺳوو ﺔﯾاﺪﺑ ﮫﻟ ﻞﻣﺎﻜﺘﻣ ﺚﯾﺪﺣ ﺮﯾ ﺔﯾﻮﻀﻋ ﺔﻗﻼﻋ ﺎﮭﻨﯿﺑ مﻮﻘﺗ ﺚﯿﺤﺑ.

Menurut Dieny (2014), terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi siklus menstruasi seperti, genetik, usia, penyakit, faktor stress, dalam penelitian faktor lain

Sapariyah, 2011, Pengaruh Good Governance Dan Independensi Auditor Terhadap Kinerja Auditor Dan Komitmen Organisasi (Survey Pada Kantor Akuntan Publik Di Surakarta), STIE