• Tidak ada hasil yang ditemukan

Salah satu parameter kualitas simplisia temulawak adalah senyawa aktif dalam temulawak berupa pigmen warna kuning yang disebut kurkuminoid. Kurkuminoid berbentuk serbuk dengan rasa pahit, larut dalam aseton, alkohol, asam asetat, dan alkali hidroksida. Bila kurkuminoid terkena cahaya akan terjadi dekomposisi struktur berupa siklisasi kurkuminoid. Siklisasi kurkuminoid menyebabkan senyawa kurkuminoid terdegradasi menjadi asam ferulat sehingga kadarnya dalam ekstrak menjadi rendah (Sidik dkk., 1995). Oleh karena itu, dibutuhkan teknik pengeringan yang tepat untuk mempertahankan kurkuminoid dalam temulawak agar tetap memiliki keaktifan fisiologis. Pada penelitian ini digunakan berbagai teknik pengeringan dalam menghasilkan simplisia temulawak yaitu pengeringan sinar matahari tanpa kain penutup (kontrol), solar dryer dengan kain penutup putih,

dan cabinet dryer (35oC, 40oC, dan 45oC). Hasil analisis kadar kurkuminoid

simplisia temulawak dinyatakan dalam persen berat kering/ %db (dry basis). Kadar kurkuminoid simplisia temulawak dari berbagai teknik pengeringan dapat dilihat pada Tabel 4.2.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

Tabel 4.2. Hasil Analisis Kadar Kurkuminoid Simplisia Temulawak Teknik Pengeringan Kadar Kurkuminoid

(% db)

Sinar Matahari (kontrol) 0,248a

Solar Dryer 0,402c

Cabinet dryer 35oC 0,323b

Cabinet dryer 40oC 0,446d

Cabinet dryer 45oC 0,495e

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada tinglat signifikansi α 0,05

Dari hasil analisis statistik didapatkan hasil uji kadar kurkuminoid simplisia temulawak berbeda nyata pada tiap teknik pengeringan yang ditunjukkan dengan huruf yang berbeda. Simplisia temulawak dengan pengeringan sinar matahari tanpa kain penutup kadar kurkuminoid yang didapat sebesar 0,248%, simplisia temulawak yang dikeringkan dengan solar

dryer dan ditutup kain putih kadar kurkuminoidnya sebesar 0,402%.

Sedangkan simplisia temulawak yang dikeringkan dengan cabinet dryer suhu 35oC kadar kurkuminoidnya sebesar 0,323%, cabinet dryer suhu 40oC kadar kurkuminoidnya sebesar 0,446% dan cabinet dryer suhu 45oC kadar kurkuminoidnya sebesar 0,495%.

Dari hasil tersebut diperoleh kadar kurkuminoid terendah dihasilkan oleh simplisia temulawak dengan pengeringan sinar matahari langsung tanpa kain penutup. Telah disebutkan oleh Sidik dkk. (1995) bahwa bila kurkuminoid terkena cahaya akan terjadi dekomposisi struktur berupa siklisasi kurkuminoid, sehingga kadarnya dalam ekstrak menjadi rendah. Siklisasi kurkuminoid menyebabkan senyawa kurkuminoid terdegradasi. Produk degradasi kurkumin yang utama adalah asam ferulat, aldehid ferulat, dehidroksinaftalen, vinilquaikol, vanilin dan asam vanilat (Van der Good, 1995 dalam Kurnia, 2010). Selain itu, pengeringan sinar matahari langsung sangat dipengaruhi oleh keadaan cuaca sehingga memerlukan waktu yang relatif lebih lama dibanding dengan pengering buatan. Menurut Hernani dan Rahmawati (2009) suhu sinar matahari yang sangat bervariasi (35-47oC) juga merupakan faktor penyebab kerusakan pada kurkumin.

commit to user

Pada pengeringan dengan solar dryer ditutup kain putih menghasilkan kadar kurkuminoid simplisia temulawak yang lebih tinggi dibanding dengan pengeringan sinar matahari. Fungsi kain penutup putih pada pengeringan simplisia dengan solar dryer ini adalah untuk melindungi bahan yang dikeringkan dari panas sinar matahari yang dapat menyebabkan rusaknya kandungan dalam bahan yang dikeringkan karena kain putih bersifat memantulkan semua spektrum cahaya termasuk sinar UV yang dapat mendegradasi kurkuminoid (Yadie, 2009 dalam Nugraha, 2010).

Menurut Yissaluthana (2010) pengeringan bahan makanan dengan solar

dryer lebih efektif karena pemanasan yang terjadi berasal dari dua arah, yaitu

dari sinar matahari secara langsung (radiasi) dan aliran udara panas dari bawah (konveksi). Pemanasan yang berasal dari dua arah inilah yang mempercepat proses pengeringan, sehingga didapat kadar kurkuminoid simplisia temulawak yang dikeringkan dengan solar dryer ditutup kain putih lebih besar atau dengan kata lain lebih dapat mempertahankan kadar kurkuminoid dibanding simplisia temulawak yang dikeringkan dengan cabinet dryer suhu 35oC karena waktu pengeringannya juga lebih singkat. Berdasarkan Susilowati (2010) penurunan kadar kurkuminoid ekstrak rimpang temulawak semakin besar seiring lamanya waktu pemanasan walaupun suhu yang digunakan lebih rendah. Kemungkinan yang sama juga terjadi dalam proses pengeringan simplisia temulawak. Selama pemanasan, kurkuminoid mengalami degradasi dan membentuk asam ferulat dan ferulloimetan yang berwarna kuning kecoklatan (Mohammad dkk., 2007 dalam Susilowati, 2010). Pembentukan asam ferulat akibat degradasi kurkuminoid menjadikan kadarnya dalam ekstrak menjadi rendah (Sidik dkk., 1995).

Dari hasil penelitian diperoleh kadar kurkuminoid simplisia temulawak yang dikeringkan dengan cabinet dryer suhu 45oC lebih besar dibandingkan kedua suhu di bawahnya dengan alat pengering yang sama. Didapat pula kadar kurkuminoid tertinggi dari semua teknik pengeringan dihasilkan oleh simplisia dengan pengeringan cabinet dryer suhu 45oC. Suhu pengeringan sangat berpengaruh terhadap kualitas, terutama pada perubahan kadar fitokimia atau

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

senyawa aktif (Hernani dan Rahmawati, 2009). Dengan menggunakan pengeringan buatan dapat diperoleh simplisia dengan mutu yang lebih baik karena pengeringan akan lebih merata dan waktu pengeringan akan lebih cepat, tanpa dipengaruhi oleh keadaan cuaca (Kiswanto, 2005). Pengeringan dengan cabinet dryer suhunya lebih stabil dibanding dengan kedua teknik pengeringan lainnya yang masih bergantung pada panas matahari dan cuaca. Selain itu, pengeringan dengan cabinet dryer menghindarkan bahan dari paparan sinar UV matahari yang merupakan salah satu faktor penyebab kerusakan senyawa aktif terutama kurkuminoid.

Perbandingan kadar kurkuminoid simplisia temulawak pada berbagai teknik pengeringan dapat dilihat pada Gambar 4.1.

Keterangan :

SM = pengeringan sinar matahari tanpa kain penutup (kontrol)

SD = solar dryer dengan kain penutup putih

CD 35C = cabinet dryer T 35oC CD 40C = cabinet dryer T 40oC CD 45C = cabinet dryer T 45oC

Gambar 4.1 Kadar Kurkuminoid Simplisia Temulawak pada Berbagai Teknik Pengeringan

Dari gambar di atas diperoleh kadar kurkuminoid antara 0,248- 0,495%. Hasil yang diperoleh jauh lebih kecil dibanding dengan Parahita (2007) dimana kadar kurkuminoid dalam temulawak berkisar antara 1-2%.

0.000 0.050 0.100 0.150 0.200 0.250 0.300 0.350 0.400 0.450 0.500 SM SD CD 35 C CD 40 C CD 45 C 0.248 0.402 0.323 0.446 0.495 K ad ar K u rk u m in o id ( % ) Teknik Pengeringan

commit to user

Perbedaan kandungan kurkuminoid yang diperoleh mungkin disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya umur rimpang, tempat tumbuh, dan metode yang digunakan (Fatmawati, 2008). Biasanya kandungan kurkuminoid dianalisis dari bentuk ekstraknya (oleoresin) sedangkan dalam penelitian ini kadar kurkuminoid dianalisis dalam bentuk simplisia yang digiling menjadi bubuk sehingga kadarnya lebih kecil karena masih mengandung banyak komponen lainnya (pati, protein, minyak atsiri, dan lain-lain). Perbedaan metode analisis dapat menghasilkan kadar yang berbeda pula.

C. Kadar Total Fenol Simplisia Temulawak Pada Berbagai Teknik

Dokumen terkait