• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.2 Kadar Testosteron dan Free Testosterone

Kadar testosteron dalam keadaaan normal terutama dipengaruhi oleh kadar LH yang diproduksi oleh hipofisis sehingga apabila terjadi penurunan pada produksi LH akan terjadi pula penurunan testosteron. Sampai saat ini belum dapat dilakukan pemeriksaan kadar LH pada kelinci karena kadarnya yang sangat

78,76 58,91 56,36 64,49 64,01 49,01 75,34 76,51 69,56 69,96 83,41 40 50 60 70 80 90 Awal 1 2 3 4 5 PPOK Kontrol

Lama pemaparan (minggu)

Kadar

 

pO2

 

rendah. Dengan demikian tidak dapat dinilai apakah hipoksemia yang terjadi pada hewan akan menyebabkan penurunan kadar LH pada hipoksemia hipofisis.

Penurunan kadar testosteron total dapat menyebabkan disfungsi seksual. Diketahui apabila kadar testosteron total rendah akan menyebabkan terjadinya penurunan libido. Penurunan kadar testosteron total akibat hipoksemia kronis pada pasien PPOK berkorelasi positif dengan terjadinya disfungsi seksual. Disfungsi seksual pada pasien PPOK yang mengalami hipoksemia dengan kadar PaO2 < 60 mHg berbeda bermakna apabila dibandingkan pasien normal (Semple et al.1981, 1984).

Pada awal penelitian ini, kadar rerata testosteron total pada kelompok kontrol adalah 0,772 ± 0,779 ng/dl dan kadar rerata PaO2 adalah 75,34 ± 8,52

mmHg. Pada kelompok kontrol diketahui dari hasil pemeriksaan histopatologi terjadi kelainan paru. Hal ini sesuai dengan hasil pengamatan selama penelitian pada kelompok kontrol kadar PaO2 selalu berada di ± 70 mmHg, baru pada akhir

penelitian kadar rerata PaO2 menjadi 83,41 ± 10,89 dan terjadi peningkatan kadar

testosteron menjadi 1,77 ± 1,899 ng/dl. Pada kelompok perlakuan terjadi penurunan kadar testosteron yang pada awal penelitian 0,817 ± 0,976 ng/dl menjadi 0,313 ± 0,464 ng/dl, pada akhir penelitian dengan kadar rerata PaO2 awal

78,76 ± 6,45 mmHg terjadi penurunan kadar PaO2 menjadi 49,01 ± 5,23 mmHg.

Tetapi perubahan kadar testosteron tersebut tidak berbeda secara bermakna (p = 0,143) karena sebaran nilai yang cukup lebar(Gambar 15A).

Penurunan kadar testosteron masing masing hewan pada kelompok pelakuan tidak mempunyai pola yang tetap dan tidak didapatkan adanya hubungan antara besarnya penurunan rerata kadar PaO2 dengan penurunan kadar testosteron

pada kelompok tersebut. Demikian pula pada kelompok kontrol peningkatan kadar testosteron masing masing hewan, tidak mempunyai pola yang tetap dan tidak didapatkan adanya hubungan antara besarnya peningkatan rerata kadar PaO2

dengan peningkatan kadar testosteron pada kelompok tersebut

Pada penelitian klinis penurunan kadar testosteron mempengaruhi penurunan libido, tetapi tidak berhubungan dengan gangguan fungsi ereksi. Fletcher (2003) yang menggunakan batasan kadar PaO2 < 80mmHg sebagai

testosteronnya < 280 ng/dl dan pada pasien normal 2/19 (10,53%) juga terjadi penurunan kadar testosteron sehingga tidak berbeda bermakna secara statistik. Pada penelitian menggunakan rigiscan pada pasien PPOK untuk menilai adanya DE organik didapatkan 7/9 (77,78%) kadar testosteron <280 ng/dl, sedangkan pada pasien dengan kadar testosteron > 280 ng/dl didapatkan 17/30 (56,67%) mengalami DE organik walaupun tidak berbeda secara statistik (p = 0,216).

Penurunan kadar free testosterone masing masing hewan pada kelompok pelakuan tidak mempunyai pola yang tetap dan tidak didapatkan adanya hubungan antara besarnya penurunan rerata kadar PaO2 dengan penurunan kadar free testosterone pada kelompok tersebut. Demikian pula pada kelompok kontrol peningkatan kadar free testosteron masing masing hewan, tidak mempunyai pola yang tetap dan tidak didapatkan adanya hubungan antara besarnya peningkatan rerata kadar PaO2 dengan peningkatan kadar free testosterone pada kelompok

tersebut

Penelitian pada tikus yang dilakukan kastrasi yang mengakibatkan penurunan kadar testosteron secara drastis akan menurunkan tekanan intrakavernosa karena berkurangnya otot polos dan bertambahnya jartingan ikat korpus kavernosum yang menyebabkan gangguan ereksi (Traish et al. 1999).

Kadar free testosterone yang lebih rendah pada pria usia lanjut berhubungan dengan gangguan fungsi ereksi. Pada penelitian ini kadar free testosterone pada kelinci kelompok kontrol terjadi peningkatan, pada awal penelitian 0,883 ± 1,309 ng/dl menjadi 1,125 ± 1,772 ng/dl. Sedangkan pada kelompok perlakuan terjadi penurunan, pada awal penelitian 1,158 ± 1,304 menjadi 1,133 ± 1,755 tetapi perbandingan perubahan kadar free testosterone

antara kedua kelompok tidak berbeda secara bermakna (p=0,775)(Gambar 15B). Perubahan kadar free testosterone pada pasien usia lanjut terjadi karena perubahan perbandingan komposisi dengan testosteron yang berikatan dengan globulin, hal ini juga terjadi dalam waktu lama, sehingga pada penelitian ini belum tampak perubahan yang nyata.

A B

Gambar 15. Perubahan kadar Testosterone (A) dan Free Testosterone (B) pada kelompok kelinci kontrol dan perlakuan.

Semple et al. (1981) dan Karadag (2007b) menemukan bahwa penderita PPOK memiliki kadar testosteron dan DHEA yang lebih rendah dibandingkan penderita lainnya. Semakin berat kondisi klinis PPOK yang dialami penderita menunjukkan kadar Testosteron dan DHEA yang lebih rendah serta peningkatan FSH dan LH. Hal ini memperlihatkan bahwa terjadi abnormalitas pada jaras hipotalamus-hipofisis-testis selama eksaserbasi terutama pada testis dan terjadi kompensasi setelah kondisi stabil pada penderita PPOK. Aasebo et al. (1993) menunjukkan adanya perbaikan kadar testosterone pada penderita yang mendapat terapi oksigen. Selain itu Macey (2005) menemukan adanya penurunan motivasi psikis seksual (libido) yang diduga disebabkan oleh adanya hipoksia pada daerah limbik otak. Creutzberg dan Casaburi (2003) juga menemukan kadar hormon anabolik lain yang lebih rendah pada penderita PPOK, dengan mekanisme yang belum diketahui.

Pada penelitian ini terdapat nilai simpang baku yang lebih tinggi dari nilai rerata pada kelompok kelinci kontrol dan kelompok kelinci perlakuan. Data seperti ini terjadi pada awal dan akhir penelitian. Hal ini kemungkinan disebabkan telah adanya kerusakan paru pada kedua kelompok, yang ditandai dengan kadar PaO2 dibawah 80mmHg. Selama penelitian yang berlangsung selama 5 mingu

pada kelompok kontrol terjadi peningkatan kadar testosteron dan peningkatan rerata kadar PaO2. Pada kelompok perlakuan terjadi penurunan kadar testosteron

0 1 2 3 4 5 6 7

Kontrol PPOK Kontrol PPOK 

Sebelum Sesudah Kadar   Testosterone   ng/dl 0 1 2 3 4 5 6

Kontrol PPOK Kontrol PPOK

Sebelum Sesudah Kadar   Free   Testosterone   (ng/dl) Perlakuan Perlakuan  P = 0,143 P = 0,775

tetapi tidak berbeda bermakna apabila dibandingkan dengan kontrol, hal ini disebabkan besarnya nilai simpang baku pada kedua kelompok. Penurunan kadar testosteron kemungkinan akan terus berlangsung apabila waktu pemaparan diperpanjang, tetapi tidak dapat dilakukan karena perlakuan ini sangat meningkatkan resiko kematian pada kelinci karena kadar PaO2 telah berada di

bawah 60mmHg.

Dokumen terkait