• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kaitan Hasil Penelitian dengan Perencanaan dan Pengembangan

Dwi Prawoto

4. Kaitan Hasil Penelitian dengan Perencanaan dan Pengembangan

Wilayah

Dari penjelasan di atas diperoleh hasil bahwa beberapa variabel tersebut mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap persepsi yang dimiliki responden. Selanjutnya untuk menghubungkan hasil penelitian ini dengan perencanaan dan pengembangan wilayah dilakukan terlebih dahulu melihat tingkat perekonomian para pelaku onan (penjual). Tingkat perekonomian penjual tersebut dapat ditinjau dari omset yang diperoleh selama sebulan. Omset untuk menjelaskan hal

tersebut dapat dilihat omset dari 78 responden (penjual). Dengan memperhatikan Grafik 4.1, dapat dilihat bahwa secara umum omset penjualan per bulan bekisar dari Rp.100.000,- sampai dengan Rp.3.750.000,-. Sehingga dengan melihat total omset yang diperoleh dari seluruh responden selama sebulan sekitar Rp.94.655.000,-. Dengan menganalogkan bahwa sebesar 20% dari total omset tersebut merupakan keuntungan, maka kita mendapatkan angka Rp. 18.931.000,- per bulan.

Angka sebesar itu dalam lingkup survei baru meliputi 78 responden jika nantinya digunakan untuk mengestimasi dari sekitar 350-an jumlah seluruh pedagang adalah angka yang sangat besar. Sebuah peluang untuk menggerakkan perekonomian secara individu/rumah tangga maupun untuk mendorong perkembangan perekonomian secara umum. Dilihat dari segi ruang (wilayah) yang didekati dengan jarak dari penjual di onan, diperoleh hasil bahwa total omset penjual yang memilik jarak ke onan 5 km atau lebih menunjukkan nilai lebih tinggi yaitu sebesar Rp.64.040.00,- untuk 47 responden. Sedangkan untuk total omset penjualan per bulan yang memiliki jarak kurang dari 5 km hanya sebesar Rp.30.615.000,- untuk 31 penjual. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa untuk penjual sebagai mana umumnya dalam jual beli adalah meminimalkan ongkos dan memaksimalkan laba, ternyata lebih banyak penjual yang berasal dari daerah berjarak 5 km atau lebih. Ini menunjukkan bahwa onan sebagai salah satu faktor terjadinya proses pengembangan wilayah. Hal ini dapat dilihat dari proses terjadinya onan yang pada awalnya berdiri dengan sendirinya, yang hanya difasilitasi oleh penguasa lahan baik berupa milik sendiri warga masyarakat, tanah kosong yang tidak dipakai ataupun tahan milik negara/pemerintah daerah. Selanjutnya terjadi proses transaksi jual beli yang awalnya mungkin dimonopoli oleh orang-orang tertentu, namun dengan semakin mudah akses dan transportasi membentuk pasar oligopoli walaupun dalam skala kecil (onan). Sebagai mana dalam sisi ekonomi informal, ada istilah “anda jual, saya beli”, proses pembentukan onan ini berlangsung secara alami. Artinya jika tidak ada pembeli maka penjual semakin lama semakin

WAHANA HIJAU Jurnal Perencanaan & Pengembangan Wilayah, Vol.3, No.1, Agustus 2007 berkurang dan cenderung sepi, sehingga

lama-lama kegiatan onan akan berhenti. Namun di sisi lain, jika pembeli terus bertambah maka kegiatan onan akan terus berkembang. Bahkan secara mandiri onan tersebut akan dilengkapi dengan beberapa fasilitas seperti pembangunan sarana penjualan (atap, lantai), lokasi perparkiran, dan pembuangan sampah. Sampai pada tahap ini biasanya diperlukan peranan pemerintah untuk mengelola dan membina kegiatan onan, karena ini melibatkan banyak institusi dan kelembagaan. Dan pada akhirnya kegiatan onan menjadi kegiatan pasar seperti pada umumnya yang berlangsung secara terus menerus. Hal ini dijumpai adanya sebuah pasar yang berada di Kecamatan Air Batu yang tadinya onan namun sekarang sudah berlangsung setiap hari, sehingga dalam terminologi penelitian ini dikeluarkan dari istilah onan.

KESIMPULAN

Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Pengguna onan (pembeli) sebagian besar adalah perempuan, berdomisili dengan jarak kurang dari 5 (lima) km, melakukan transaksi pembelian 1 (satu) kali per minggu dan pada umumnya mempunyai lapangan usaha pada sektor pertanian (agriculture) dan perdagangan atau jasa (service).

2. Pelaku onan sebagian besar laki-laki sebagai penjual dengan frekuensi kunjungan ke onan 4 (empat) kali dalam seminggu yang berdomisili atau lebih dari 5 (lima) km serta pada umumnya lapangan usahanya adalah perdagangan atau jasa (service).

3. Onan pada umumnya dikelola oleh perorangan atau kelompok masyarakat yang belum ada menerima pembiayaan dan permodalan dari pemerintah.

4. Pada umumnya secara perlahan onan akan berubah menjadi pasar dengan dukungan dari penjual masyarakat dan pemerintah. Dan pada akhirnya terjadi proses pengembangan wilayah.

SARAN

Terkait dengan hal tersebut di atas, disarankan pada penelitian selanjutnya terutama yang berkaitan dengan onan perlu mempertimbangkan penambahan jumlah sampel, jika memungkinkan dapat dilakukan secara sensus untuk para pelaku onan.

Karena onan tumbuh secara alamiah, maka pemerintah perlu memantau dan selanjutnya mengelola onan supaya dapat memberi manfaat kepada lebih banyak masyarakat, tertata secara teratur, walaupun tidak harus onan tersebut berlangsung setiap hari, namun mampu menggairahkan roda perekonomian sehingga mendorong pengembangan wilayah terutama di pedesaan.

DAFTAR RUJUKAN

Ananta, Aris, 1993, Ciri Demografis, Kualitas Penduduk, dan Pembangunan Ekonomi, Lembaga Demografi FE-UI, Jakarta.

Atkinson, R.L., Atkinson, R.C., Hilgard, E.R., 1991, Pengantar Psikologi. (8th edition), Penerbit Erlangga, Jakarta. BPS, 1998a, Indikator Tingkat Hidup Pekerja

1997-1998, Biro Pusat Statistik, Jakarta.

BPS, 1998b, Indikator Kesejahteraan Anak dan Pemuda, Biro Pusat Statistik, Jakarta.

BPS, 1999, Penyelamat Ketenagakerjaan Indonesia dalam Info BPS No. 31/I/September 1999, Bagian Laporan Statistik, Jakarta.

BPS, 2006a, Statistik Indonesia 2005/2006, Badan Pusat Statistik, Jakarta.

BPS, 2006b, Kecamatan Air Batu Dalam Angka Tahun 2006, BPS Kab. Asahan, Kisaran.

BPS, 2006c, Produk Domestik Bruto Kabupaten Asahan Menurut Kecamatan Tahun 2005, BPS Kab. Asahan, Kisaran.

Dwi Prawoto: Kontribusi Pasar Mingguan... Buwono X, Hamengku, 2005, Perspektif

Daerah tentang UU No. 25, UU No. 32 & UU No. 33 Tahun 2004– dalam Seminar Nasional: Tatangan Implementasi UU No.25, UU No. 32 & UU No. 33 Tahun 2004 Dalam Membangun Ekonomi Daerah, Yogyakarta.

Daniel Moehar, 2002. Metode Penelitian Sosial Ekonomi, Bumi Aksara, Jakarta. Dendi, Astia, Dr., Heinz-Josef Heili,

Mahman, Ruhyatil Hilaliyah, Rifai Saleh Haryono, 2004, Menanggulangi Kemiskinan Melalui Pengembangan Ekonomi Lokal, Promis-NT, Mataram, http://www.gtzpromis.or.id/PEL/Strate gy%20Paper/

Completed%20%20Strategi%20PEL% 20(Indonesian).pdf, diakses tanggal 5 Maret 2007.

Effendi, T.N., 1998, Pola Mobilitas Pekerja: Studi Kasus di Diroprajan Yogyakarta, Pusat Penelitian Kependudukan UGM, Yogyakarta.

Hosmer, David W. and Stanley Lemeshow, 1989, Applied Logistic Regression, John Wesley and Sons, New York. Hadjisaroso, 1997, Konsep Dasar Pengembangan

Wilayah di Indonesia, dalam Prisma No. 8 Agustus 1994, Jakarta.

Jayadinata, Johara T., 1992, Tataguna Tanah Dalam Perencanaan Pedesaan, Perkotaan dan Wilayah, ITB, Bandung.

Korompis, Fransiska R., 2005, Pemberdayaan Sektor Informal: Studi tentang Pengelolaan Pedagang Kaki Lima dan Kontribusinya terhadap Penerimaan PAD di Kota Manado, Tesis Universitas Sam Ratulangi, Manado.

Kuncoro, Mudrajad, 2004, Metode Kuantitatif, Teori Aplikasi untuk Bisnis dan Ekonomi, Edisi Kedua, Jakarta.

Miraza, Bachtiar Hasan, 2005, Perencanaan dan Pengembangan Wilayah, ISEI Bandung, Bandung.

Rachbini, Didik J., 2006, Ekonomi Informal di Tengah Kegagalan Negara, Kompas. 15 April, 2006.

Sandy, I Made, 1992, Pembangunan Wilayah, Monograf, IPB, Bogor.

Sarumpaet, J.P., 2005, Kamus Batak– Indonesia, Penerbit Erlangga, Jakarta. Sukirno, Sadono, 1985, Ekonomi Pembangunan,

Universitas Indonesia, Jakarta.

Sulistyowati, Dwi Yulita, 1999, Kajian Persaingan Pasar Tradisional dan Pasar Swalayan Berdasarkan Pengamatan Perilaku Berbelanja di Kota Bandung, Tugas Akhir, ITB, Bandung.

Supriyanto, Agustinus, 2006, Jamsostek Pekerja Sosial – Kompas Jogja, 23 Maret 2006, http://www.ilo.org/public/ english/region/asro/jakarta/download/ informal2006.pdf, diakses tanggal 5 Maret 2007.

Todaro, Michael P., 1998, Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga, Edisi Keenam, Alih Bahasa Haris Munandar, Erlangga. Jakarta.

WILAYAH KECAMATAN ULEE KARENG DAMPAK DARI

Dokumen terkait