KELAS I X SEMESTER GENAP
CONTOH USULAN/ PROPOSAL PTK
E. KAJI AN PUSTAKA
1. Minat Siswa dalam Proses Pembelajaran
Minat memiliki peran yang sangat besar terhadap belajar dan hasil belajar. Karena minat adalah kecenderungan terhadap sesuatu. Ada minat terhadap belajar berarti adanya kecenderungan siswa untuk belajar. Siswa yang memiliki kecenderungan kuat untuk belajar akan mempengaruhi hasil belajar yang dicapainya
Lebih rincinnya, berikut ini akan dikemukakan beberapa pengertian tentang minat dan minat belajar:
a. Minat adalah kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu atau gairah atau keinginan (Kamus Besar Bahasa I ndonesia 2007).
b. Minat merupakan aspek kognitif dari motivasi, atau merupakan gambaran kognitif yang memberikan arah pada suatu tindakan (Franken dalam Nurhayani, 2012: 61) c. Minat dapat diartikan sebagai suatu keinginan yang kuat untuk memenuhi kebutuhan
atau kehendak. Di mana anak dengan minatnya itu bisa melihat bahwa sesuatu yang dilihatnya itu akan mendatangkan keuntungan atau faidah sehingga dapat menimbulkan kepuasan jika melakukan atau mendapatkannya (Surya, 2010: 27). d. Minat dapat diartikan juga sebagai kecenderungan hati terhadap sesuatu. Semakin
besar minat seseorang terhadap sesuatu, semakin perhatiannya tercurah pada sesuatu itu. Sehingga dikatakan seseorang memiliki minat di antaranya dapat dilihat seberapa perhatiannya tercurah untuk apa yang diminatinya (Fitriani, 2010).
e. Minat berarti kecenderungan seseorang terhadap objek atau sesuatu kegiatan yang diminati yang disertai dengan perasaan senang, adanya perhatian, dan keaktifan tersebut (Fitriani, 2010).
f. Minat belajar dipahami sebagai ketaatan pada kegiatan belajar, baik menyangkut perencanaan jadwal belajar maupun inisiatif melakukan usaha tersebut dengan sungguh-sungguh (Olivia, 2011: 37).
g. Minat belajar adalah sesuatu keinginan atau kemauan yang disertai perhatian dan keaktifan yang disengaja yang akhirnya melahirkan rasa senang dalam perubahan tingkah laku, baik berupa pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Berarti minat belajar adalah perhatian, rasa suka, ketertarikan seseorang terhadap belajar yang ditunjukkan melalui keantusiasan, partisipasi, dan keaktifan dalam belajar (Fitriani, 2010).
Dalam bukunya Hendra Surya (2010: 26-27), ada tiga faktor utama yang menggerakkan anak untuk melakukan aktifitas belajar, yaitu: minat, motivasi, dan perhatian merupakan faktor utama yang menggerakkan anak untuk melakukan suatu aktifitas belajar. Menurutnya, untuk memperoleh suatu aktifitas belajar yang optimal, ketiga komponen ini harus memiliki kekuatan yang sinergis. Jika kemauan belajar anak lemah, berarti ketiga komponen penggerak belajar anak inipun memang sangat lemah. Dan untuk meningkatkan minat belajar, beberapa faktor alasan dapat ditelusuri, seperti rasa ingin tahu, rasa ingin menyenangkan orang tua, menjadi juara kelas, dikenal sebagai pelajar teladan atau sebagai pakar mata pelajaran tertentu, dan lainnya (Olivia, 2011: 37).
Selain dari faktor-faktor di atas, ada beberapa upaya lain yang dapat dilakukan untuk meningkatkan minat belajar. Dalam tulisannya I dli Fitriani (2010), minat dipengaruhi oleh:
1) Motivasi
2) Keterampilan menggunakan variasi mengajar
3) Faktor intern, seperti faktor kesehatan, bakat, dan perhatian
4) Faktor ekstern, seperti faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat 5) Usia
6) Jenis kelamin
Sedangkan menurut Keke T Aritongan (2008: 17-21), ada empat faktor yang dapat meningkatkan minat belajar:
1) Faktor cara mengajar guru; 2) Faktor karakter guru;
3) Faktor suasana kelas tenang dan nyaman; dan 4) Faktor fasilitas belajar.
2. Metode Problem Solving dan Penerapannya dalam Pembelajaran Munasabah Al- Qur’an
Metode pemecahan masalah merupakan metode pembelajaran yang menekankan pada aktivitas siswa dalam memecahkan masalah. Pembelajaran dengan menggunakan metode pemecahan masalah merupakan suatu cara yang lahir dari perubahan mendasar tentang cara belajar siswa. Belajar tidak lagi dipandang sebagai proses menerima informasi untuk disimpan dimemori siswa, namun siswa belajar mendekati setiap persoalan dengan pengetahuan yang telah mereka miliki, mengasimilasi informasi baru dan membangun pengertian sendiri (Fitriyanti, 2009: 40).
Dalam metode pemecahan masalah, ada beberapa tahapan yang harus terlebih dahulu dipahami. Menurut Dewey dalam Fitriyanti (2009: 40), terdapat beberapa pendapat mengenai tahap-tahap pelaksanaan dalam penerapan metode pemecahan masalah, yaitu:
a. Merumuskan masalah; b. Menganalisis masalah; c. Merumuskan hipotesis; d. Mengumpulkan data; e. Pengujian hipotesis; f. Penarikan kesimpulan.
Adapun dalam bukunya Syaiful Sagala (2006: 23-24), kegiatan belajar memecahkan masalah biasanya meliputi lima langkah sebagai berikut:
a. Mengidentifikasi masalah
b. Merumuskan dan membatasi masalah c. Menyusun pertanyaan-pertanyaan d. Mengumpulkan data-data
e. Analisis dari sejumlah permasalahan belajar sehingga dapat merumuskan atas pertanyaan-pertanyaan penting mengenai belajar serta penarikan kesimpulan.
Menurut Haris (1998) dalam I khwanudin dkk (2010: 217), secara ringkas proses problem solving (pemecahan masalah) meliputi langkah-langkah:
a. Mengumpulkan informasi dan sumber daya untuk dievaluasi serta memperoleh gambaran yang jelas tentang situasi dan memastikan pemahaman yang benar atasnya;
b. Brainstorming dan merencanakan proses solusi. Brainstorming adalah melihat situasi beserta perubahannya, serta memperkirakan konsekuensi dari perubahan tersebut; c. Mengimplementasikan solusi. Setelah serangkaian langkah diidentifikasi, perlu dilihat
hasil dari tiap langkah untuk memastikan bahwa langkah-langkah yang diambil sejauh ini menghasilkan hasil yang diinginkan;
d. Memeriksa hasil. Setelah solusi dicapai, perlu diperiksa kembali untuk memastikan bahwa hasil yang dicapai sudah sesuai dengan tujuan yang ditetapkan.
Menurut Maloy dkk (2010) dalam I khwanuddin dkk (2010: 217-218), ada lima langkah penting dalam pembelajaran problem solving, yaitu:
a. Apakah jenis pertanyaannya? Hal ini bertujuan untuk menghubungkan pertanyaan dengan pendekatan yang telah diketahui;
b. Apa tujuan pertanyaan? atau apa yang dicari dari pertanyaan?; c. Apa yang sudah diketahui?;
d. Apa rencana saya untuk memecahkan masalah?;
e. Bagaimana saya tahu bahwa saya telah memecahkan masalah tersebut?
Kemudian menurut Singh dan Haileselassie (2010) dalam I khwanuddin dkk (2010: 218), problem solving yang efektif dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Analisis Konseptual Masalah b. Perencanaan Solusi Masalah
c. Penerapan dan Evaluasi Rencana Solusi Masalah d. Refleksi Proses Problem Solving
Berdasarkan rincian-rincian di atas, penerapan metode problem solving dalam memahami munasabah Al-Qur’an dapat dilakukan di antaranya melalui tahapan-tahapan sebagai berikut:
a. Memahami pengertian dengan ruang lingkup bahasan secara baik untuk memahami situasi masalah
b. Memahami penerapan pengertian dengan ruang lingkup di atas dengan contoh yang diberikan
c. Menganalisis masalah secara konseptual dengan contoh yang diberikan d. Merencanakan proses solusi masalah dengan contoh yang berbeda e. Penerapan solusi masalah dengan contoh yang berbeda
f. Memeriksa hasil
3. Materi Munasabah Al-Qur’an
a. Kompetensi I nti dan Kompetensi Dasar Kelas X MA Mata Pelajaran Quran Hadis Peminatan I lmu Tafsir
KELAS X SEMESTER GENAP
KOMPETENSI I NTI KOMPETENSI DASAR 1. Menghayati dan mengamalkan
ajaran agama I slam
1.1 Menghayati qira’at Alquran 1.2 Meyakini asbab nuzul Alquran
1.3 Meyakini munasabah dalam menafsirkan Alquran 1.4 Meyakini naskh Alquran
1.5 Meyakini kegunaan kaidah tafsir dalam menafsirkan Alquran
1.6 Menghayati metode tafsir Al-Qur’an bil ma’tsur dan tafsir Al-Qur’an bil ra’yi
1.7 Memahami ragam model tafsir Al-
Qur’an; tahlili (analitis), ijmali (global), muqaran (perbandingan), dan maudlu’i (tematik)
2. Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli,
2.1 Memiliki adab dan syarat seorang mufassir dalam menafsirkan Al-Qur’an dengan memperhatikan
santun, ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan pro-aktif) dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan bangsa dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia
qira’at Al-Qur’an
2.2 Memiliki adab dan syarat seorang mufassir dalam menafsirkan Al-Qur’an dengan memperhatikan asbab nuzul Al-Qur’an
2.3 Memiliki adab dan syarat seorang mufassir dalam menafsirkan Al-Qur’an dengan memperhatikan munasabah Al-Qur’an
2.4 Memiliki adab dan syarat seorang mufassir dalam menafsirkan Al-Qur’an dengan memperhatikan naskh Al-Qur’an
2.5 Memiliki adab dan syarat seorang mufassir dalam menafsirkan Al-Qur’an dengan memperhatikan kaidah-kaidah penafsiran dalam memahami Al- Qur’an
2.6 Memiliki adab dan syarat seorang mufassir dalam menafsirkan Al-Qur’an dengan memperhatikan metode penafsiran Al-Qur’an bil ma’tsur dan bil ra’yi
2.7 Memiliki adab dan syarat seorang mufassir dalam menafsirkan Al-Qur’an dengan memperhatikan model tafsir Al-Qur’an; tahlili (analitis),
ijmali (global), muqaran (perbandingan), dan maudlu’i (tematik)
3. Memahami, menerapkan dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat
3.1 Memahami qira’at Al-Qur’an dalam menafsirkan Al-Qur’an
3.2 Memahami asbab nuzul Al-Qur’an dalam menafsirkan Al-Qur’an
3.3 Memahami munasabah Al-Qur’an dalam menafsirkan Al-Qur’an
3.4 Memahami naskh Al-Qur’an dalam menafsirkan Al- Qur’an
3.5 Memahami kaidah-kaidah dalam menafsirkan Al- Qur’an; jama’, mufrad, mudzakkar, mu’annats, dlamir, nakirah, ma’rifah, sual wal jawab
dan minatnya untuk memecahkan masalah
bir ra’yi serta mengenal contoh-contohnya
3.7 Memahami model tafsir Al-Qur’an; tahlili (analitis), ijmali (global), muqaran (perbandingan), dan maudlu’i (tematik)
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan
4.1 Mencontohkan qira’at Al-Qur’an yang sahih 4.2 Mencontohkan beberapa asbab nuzul Al-Qur’an
dalam menafsirkan Al-Qur’an
4.3 Mencontohkan munasabah dalam menafsirkan Al- Qur’an
4.4 Mencontohkan naskh Al-Qur’an dalam menafsirkan Al-Qur’an
4.5 Mencontohkan kaidah dalam menafsirkan Al- Qur’an
4.6 Mencontohkan kitab tafsir yang menggunakan metode bil ma’tsur dan bil ra’yi
4.7 Mencontohkan model kitab tafsir Al-Qur’an; tahlili (analitis), ijmali (global), muqaran (perbandingan), dan maudlu’i (tematik)
b. Kompetensi Dasar Materi Munasabah
Dari KI dan KD di atas, dapat dipilah Kompetensi Dasar materi Munasabah Al-Qur’an sebagai berikut:
1) Meyakini munasabah dalam menafsirkan Alquran (Penjabaran dari KI -1 Sikap Spiritual)
2) Memiliki adab dan syarat seorang mufassir dalam menafsirkan Al-Qur’an dengan memperhatikan munasabah Al-Qur’an (Penjabaran dari KI -2 Sikap Sosial)
3) Memahami munasabah Al-Qur’an dalam menafsirkan Al-Qur’an (Penjabaran dari KI -3 Pengetahuan
4) Mencontohkan munasabah dalam menafsirkan Al-Qur’an (Penjabaran KI -4 Keterampilan)
c. Pengertian Munasabah
Munasabah dapat diartikan sebagai keterkaitan. I lmu munasabah Al-Qur’an berarti ilmu yang berbicara tentang keterkaitan yang ada dalam Al-Qur’an. Keterkaitan yang ada dalam Al-Qur’an tidak dibatasi. Dan karena tidak dibatasi, termasuk dari antara munasabah adalah semisal nama surat dan kandungannya (Khoiruddin, 2014: 71).
d. Macam-macam Munasabah
Munasabah dalam Al-Qur’an terdiri dari beberapa macam. Jika dibagi berdasarkan tempat adanya munasabah, munasabah dapat dibagi ke dalam tiga macam:
1) Munasabah dalam satu ayat. Munasabah ini meliputi: (1) Munasabah antara satu kata dengan kata lain dalam satu ayat; (2) Munasabah antara kandungan ayat dengan fashilah ayat; (3) Munasabah antara kandungan ayat dengan dengan asma al-husna sebagai penutup ayat.
2) Munasabah dalam satu surat. Munasabah ini meliputi: (1) Munasabah antara nama surat dengan kandungan surat atau tujuan surat; (2) Munasabah antara awal surat dengan kandungan surat; (3) Munasabah antara satu ayat dengan ayat lain dalam satu surat.
3) Munasabah antara surat. Munasabah ini meliputi: (1) Munasabah antara satu kata dengan kata lain dalam surat yang berbeda; (2) Munasabah antara satu ayat dengan ayat lain dalam surat yang berbeda; (3) Munasabah antara satu surat dengan surat sesudahnya (Khoiruddin, 2014: 75).
e. Fungsi Munasabah
Munasabah memiliki beberapa fungsi. Dalam tulisannya Bisri Mustofa (2009: 7-8), di antara fungsi munasabah adalah:
1) Mengetahui hubungan antar ayat dan antar surat yang ada 2) Dapat mengetahui mutu dan tingkat kebalaghahan Al-Qur’an
3) Membantu dalam menafsirkan ayat Al-Qur’an setelah diketahui hubungan antar ayat dan antar surat. Terlebih jika kurang memahami ilmu asbab al-nuzul
4) Ketepatan pemahaman dan penafsiran Al-Qur’an 5) Memperkaya penafsiran Al-Qur’an
f. Peranan Munasabah dalam Memahami Al-Qur’an
Munasabah memiliki peran yang sangat besar dalam memahami Al-Qur’an. Peran yang diberikan, karena munasabah berupaya untuk menjelaskan kata atau ayat dengan kata atau
ayat yang lain dalam Al-Qur’an. Munasabah Al-Qur’an berarti menafsirkan Al-Qur’an dengan Al-Qur’an (Khoiruddin, 2014: 76-77).
Untuk mengetahui lebih rinci tentang peran munasabah ini, berikut dua contoh munasabah:
1) Surat al-Faatihah, 1: 6 dengan ayat-7. Ayat-6 berisi do’a untuk ditunjukkan ke jalan yang lurus. Ayat-7 menjelaskan bahwa jalan yang lurus adalah jalan yang Allah beri nikmat kepada mereka, bukan jalan yang dimurkai, dan bukan pula yang orang- orang yang sesat.
2) Surat al-Qari’ah, 101: 8 dengan surat al-Takatsur, 102: 1. Ayat-8 berisi berita tentang orang yang ringan timbangannya, bahwa mereka akan masuk ke dalam neraka. Ayat- 1 menjelaskan tentang kecelakaan bagi orang-orang yang bermegah-megahan.
4. Hasil Belajar Siswa
Dalam pandangan Benjamin Bloom, keseluruhan tujuan pendidikan dibagi atas hierarki atau taksonomi menjadi tiga domain, yaitu:
a. Domain kognitif mencakup kemampuan intelektual mengenal lingkungan yang terdiri atas enam macam kemampuan yang disusun secara hierarkis dari yang paling sederhana sampai yang paling kompleks, yaitu: pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan penilaian;
b. Domain afektif mencakup kemampuan-kemampuan emosional dalam mengalami dan menghayati sesuatu hal yang meliputi lima macam kemampuan emosional, yaitu: kesadaran, partisipasi, penghayatan nilai, pengorganisasian nilai, dan karakterisasi diri;
c. Domain psikomotor yaitu kemampuan-kemampuan motorik menggiatkan dan mengkoordinasikan gerakan terdiri dari: gerakan refleks, gerakan dasar, kemampuan perseptual, kemampuan jasmani, gerakan-gerakan terlatih, dan komunikasi non- diskursif (Syaiful Sagala, 2006: 33-34).
Apa yang didapat setelah seseorang belajar? Hasil yang diperlihatkan dan dicapai setelah orang belajar adalah hasil atau prestasi belajar. Dikatakan dalam bukunya Abin Syamsudin (1981: 86) hasil atau prestasi belajar adalah kecakapan yang dapat didemonstrasikan dan dapat diuji saat itu, karena merupakan hasil belajar yang bersangkutan dengan cara, bahan dan dalam hal tertentu yang telah dipelajarinya dan manifestasinya dapat dideteksi dalam term-term pengetahuan, keterampilan, dan sikap-sikap dengan menggunakan alat ukur. Dalam bukunya Syaiful Sagala (2006: 17) ditambahkan, bahwa setelah belajar orang memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap, dan nilai. Dalam Kompetensi I nti kurikulum 2013, kompetensi yang diharapkan setelah seseorang belajar adalah memiliki empat kompetensi
I nti, yaitu sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan, dan keterampilan. Sikap yang dikatakan dalam bukunya Sagala di atas, dijabarkan dalam kurikulum 2013 sebagai sikap spiritual dan sikap sosial. Adapun domain dari ketiga term-term pengetahuan, keterampilan, dan sikap dapat dilihat rinciannya sebagaimana belajar dalam pandang Benjamin Bloom di atas.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah hasil yang didapat, yang tercermin pada sikap spiritual, sosial, pengetahuan, dan keterampilan. Dan khusus aspek pengetahuan dan keterampilan, hasil belajar adalah hasil tes yang mencerminkan kemampuan siswa dalam memahami dan menguasi materi munasabah Al-Qur’an.
F. RENCANA DAN PROSEDUR PENELI TI AN