• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Aktivitas Pendaratan dan Pemasaran Hasil Tangkapan di Kabupaten Ciamis

PENDARATAN IKAN KABUPATEN CIAMIS

6.6 Kajian Aktivitas Pendaratan dan Pemasaran Hasil Tangkapan di Kabupaten Ciamis

6.6.1 Aktivitas pendaratan hasil tangkapan

Aktivitas pendaratan hasil tangkapan di 5 lokasi PPI yang ada di Kabupaten Ciamis pada umumnya hanya meliputi penurunan hasil tangkapan dari dek ke tepi pantai atau tepi sungai; dan pengangkutan hasil tangkapan dari tepi pantai atau tepi sungai ke TPI, tidak dilakukan pembongkaran hasil tangkapan dari palkah ke dek karena jenis perahu yang digunakan nelayan tidak memiliki palkah untuk menyimpan hasil tangkapan. Pembongkaran hasil tangkapan dari palkah ke dek hanya terjadi di PPI Pangandaran dan dilakukan oleh armada jenis kapal motor. Ikan hasil tangkapan nelayan disimpan di dalam blong plastik, keranjang plastik atau keranjang bambu yang telah disortir berdasarkan jenis ikan ketika nelayan masih berada di laut.

Penggunaan tong (blong) plastik dapat menyebabkan tubuh ikan dapat tertekan di dalamnya, terutama ikan berukuran kecil dan berada pada bagian dasar tong, sebagai akibat isi tong yang besar (120 kg). Penggunaan tong dapat menurunkan mutu ikan sebagai akibat tekanan berat ikan yang ada di atasnya, bila jumlah ikan yang dimasukkan berlebihan. Sebaiknya berat ikan dalam suatu basket tidak melebihi 20 – 30 kg per basket. Untuk ikan yang berada di dalam keranjang bambu, sebagai akibat konstruksinya yang berupa anyaman, mengakibatkan bentuknya bisa berubah-ubah akibat beban berat ikan selama

pengangkutan menuju TPI, maka ikan yang ada di dalamnya tergencet dan mempengaruhi mutu ikan (Pane, 2008).

Aktivitas pendaratan hasil tangkapan di PPI-PPI yang ada di Kabupaten Ciamis dilakuka n di tepi pantai seperti yang terjadi di PPI Pangandaran, PPI Batu Karas dan PPI Cimerak; dan di muara sungai seperti yang terjadi di PPI Parigi dan PPI Kalipucang sehingga menyebabkan aktivitas tersebut hanya dapat dilakukan oleh armada jenis perahu motor tempel dan perahu tanpa motor, sedangkan untuk kapal motor proses pendaratan dilakukan di tengah laut kemudian hasil tangkapan diangkut dengan perahu motor tempel untuk dibawa ke daratan. Fasilitas pendaratan seperti kolam pelabuhan sebagai tempat untuk tambat labuh perahu; dan dermaga sebagai tempat pendaratan hasil tangkapan merupakan fasilitas yang sangat penting yang harus dimiliki oleh suatu pelabuhan perikanan atau pangkalan pendaratan ikan untuk memudahkan proses pendaratan hasil tangkapan. Namun fasilitas tersebut tidak dimiliki oleh sebagian besar PPI yang ada di Kabupaten Ciamis. Hal ini tentu sangat menyulitkan dan memakan waktu lebih banyak jika dibandingkan proses pendaratan ikan yang dilakukan di kolam pelabuhan dan dermaga.

Aktivitas pendaratan hasil tangkapan di 5 lokasi PPI yang ada di Kabupaten Ciamis pada umumnya dilakukan pada pukul 04.00 – 11.00 WIB. Hal ini disebabkan karena kebiasaan nelayan setempat yang biasa menangkap ikan pada malam hari atau menjelang subuh. Menurut Batubara (1989) vide Rahardiansyah (2003), pembongkaran hasil tangkapan harus dilakukan pada pagi hari untuk menghindari pengaruh langsung panas matahari. Hal lain yang perlu diperhatikan dalam proses pembongkaran hasil tangkapan adalah menjaga mata rantai pendinginan dengan menyediakan wadah-wadah yang berisi es serta memperhatikan cara pengangkatan ikan sehingga badan ikan tidak tertekuk.

Aktivitas pengangkutan hasil tangkapan dari dermaga ke TPI juga harus dilakukan dengan baik dan hati-hati sesuai dengan prosedur yang ada. Adapun cara penanganan pada saat pengangkutan adalah sebagai berikut (Rahardiansyah, 2003) :

1) Ikan secepat mungkin diangkut ke tempat penimbangan dengan menggunakan alat angkut lori atau kereta dorong;

2) Selama pengangkutan sebaiknya ikan diangkut melalui tempat yang teduh atau ditutupi agar terhindar dari sinar matahari langsung;

3) Lori atau kereta dorong hanya digunakan untuk mengangkut ikan dalam wadah.

Aktivitas pendaratan hasil tangkapan di 5 lokasi PPI yang ada di Kabupaten Ciamis belum memperhatikan aspek kebersihan. Hal ini dapat dilihat dari blong maupun keranjang yang digunakan dalam keadaan kotor karena tidak dibersihkan sebelumnya. Dalam pengangkutan menuju TPI, nelayan juga tidak menggunakan penutup. Menurut Rusmali (2004), hal ini menyebabkan ikan terkena sinar matahari langsung dan polusi udara yang akan berdampak kepada penurunan mutu ikan yang akan dijual di TPI.

Penanganan hasil tangkapan di 5 lokasi PPI yang ada di Kabupaten Ciamis masih sangat kurang, hanya sedikit nelayan yang menggunakan es untuk menjaga kualitas hasil tangkapan. Dalam melakukan satu trip penangkapan ikan, nelayan hanya membawa sekitar seperdelapan sampai seperempat dari balok es berukuran 25 kg.

Penanganan atas mutu ikan hasil tangkapan sangat penting dilakukan oleh nelayan. Mutu juga menunjukkan kualitas dari hasil tangkapan yang didaratkan sehingga dapat meningkatkan daya tawar saat pemasaran ikan, baik melalui pelelangan maupun tanpa pelelangan. Ada 3 cara utama untuk memperlambat penurunan kualitas pada ikan, yaitu kehati-hatian dalam penanganan, kebersihan dan menjaga produk tetap dingin (Hamzah, 2010). Lubis (2012) menjelaskan, penanganan seperti memasukkan ikan ke dalam cool room sesaat setelah ikan didaratkan atau memberikan es secukupnya agar terjaga mutunya. Perlu diperhatikan teknik pemberian es terhadap ikan dalam boks fiber atau basket. Pemberian es ke dalam suatu boks yang berlapis hendaknya jarak antara sekat dengan tinggi lapisan ikan sekecil mungkin dan es yang digunakan adalah es curah. Seandainya yang digunakan adalah basket tunggal atau tidak berlapis, maka es dituang pada setiap lapisan ikan.

Ditinjau dari jumlah pendaratan dan volume hasil tangkapan yang didaratkan, PPI Batu Karas merupakan PPI dengan jumlah pendaratan dan volume pendaratan hasil tangkapan paling banyak dibandingkan dengan PPI lainnya.

Namun menurut DKP Kabupaten Ciamis (2011), jenis ikan ekonomis penting yaitu udang jerbung, lobster, bawal, kakap, tenggiri, layur dan kerapu yang didaratkan di PPI Batu Karas pada tahun 2010 adalah sebesar 36,96 ton atau 30,04% dari jumlah volume produksi hasil tangkapan ikan ekonomis penting di Kabupaten Ciamis pada tahun tersebut. PPI Parigi merupakan PPI yang paling banyak mendaratkan jenis ikan ekonomis penting dengan jumlah volume produksi sebesar 52,70 ton atau 42,84% dari jumlah volume produksi hasil tangkapan ikan ekonomis penting di Kabupaten Ciamis pada tahun tersebut.

6.6.2 Aktivitas pemasaran hasil tangkapan

Pelelangan ikan merupakan awal dari aktivitas pemasaran hasil tangkapan hampir di seluruh PPI yang ada di Kabupaten Ciamis. Nelayan yang telah mendaratkan hasil tangkapannya kemudian menimbang jumlah ikan yang dimilikinya untuk dicatat oleh petugas TPI. Pangkalan Pendaratan Ikan Pangandaran merupakan satu-satunya PPI yang tidak memasarkan hasil tangkapannya melalui aktivitas pelelangan ikan, hal ini disebabkan karena terlibatnya pengurus KUD Minasari dalam kasus korupsi dalam pengadaan bantuan perahu motor tempel pasca tsunami. Lubis (2012) menjelaskan, dengan mekanisme pemasaran tanpa lelang mengakibatkan peran bakul/tengkulak untuk menekan harga ikan semakin besar, sehingga harga jual ikan dari nelayan menjadi rendah. Nelayan hanya berperan sebagai penerima harga (price taker) karena posisi tawar yang lemah atau bahkan tidak berperan sama sekali.

Pelelangan ikan merupakan suatu aktivitas utama terpenting di pelabuhan perikanan, sehingga perlu dikelola secara optimal. Aktivitas lelang ini berpengaruh terhadap tinggi rendahnya harga ikan sehingga akan menentukan berapa besaran pendapatan nelayan (nelayan pemilik dan nelayan buruh). Pelelangan ikan merupakan satu-satunya mekanisme pemasaran ikan yang bertujuan untuk mendapatkan harga yang layak bagi nelayan maupun pedagang (Lubis, 2012).

Konstruksi bangunan TPI harus memenuhi persyaratan kebersihan seperti lantai mempunyai kemiringan yang cukup sehingga memungkinkan air di permukaan lantai dapat mengalir ke selokan dan tidak tergenang. Selain itu, ikan

yang dilelang di TPI tidak boleh diletakkan begitu saja di lantai, dilangkahi atau diinjak (Rahayu, 2000). Hal ini sangat berbeda dengan kenyataan yang terjadi di lapangan, aktivitas pelelangan ikan di semua lokasi PPI yang ada di Kabupaten Ciamis belum memperhatikan kebersihan. Ikan yang akan dilelang diletakkan begitu saja di atas lantai yang kotor.

Ikan hasil tangkapan yang didaratkan di 5 lokasi PPI yang ada di Kabupaten Ciamis dipasarkan baik secara lokal melalui pasar ikan dan industri pengolahan ikan maupun untuk memenuhi kebutuhan pariwisata pantai di Pangandaran dan Batu Karas; Kabupaten Ciamis dan luar Kabupaten Ciamis yaitu Banjar, Tasikmalaya dan Bandung. Jenis hasil tangkapan ekonomis penting yaitu udang, lobster dan layur yang didaratkan di PPI Pangandaran, PPI Parigi dan PPI Batu Karas diekspor ke Jepang, Cina dan Korea Selatan melaui PT. ASI Pujiastuti dan CV. Budi Dharma yang terletak di Kecamatan Pangandaran.

Ikan hasil tangkapan yang telah dilelang tidak hanya dipasarkan dalam bentuk ikan segar, berbagai jenis ikan seperti teri, layang, tongkol, kuwe dan ikan rucah dijual dalam bentuk olahan. Pengolahan ikan ini dimaksudkan untuk memberikan nilai tambah kepada ikan yang dijual dan menjaga mutunya agar tetap baik meskipun disimpan lama. Aktivitas pengolahan ikan ini dilakukan oleh penduduk yang tinggal di sekitar PPI dan masih bersifat industri rumah tangga. Jenis olahan yang paling banyak dilakukan di PPI yang ada di Kabupaten Ciamis adalah pengasinan, pemindangan dan terasi.

Alat transportasi yang digunakan dalam pemasaran lokal di sekitar PPI adalah dengan menggunakan kendaraan roda dua seperti sepeda dan sepeda motor. Ikan yang akan dipasarkan disimpan di dalam kotak styrofoam, ember plastik atau keranjang bambu yang telah diberi es. Untuk pemasaran ke luar kota, alat transportasi yang digunakan berupa mobil pick up terbuka. Ikan yang akan dipasarkan disimpan di dalam blong plastik atau kotak fiber yang telah diberi es.

Pendistribusian ikan hasil tangkapan sebaiknya dilakukan dengan sarana transportasi mobil bak tertutup. Selama aktivitas pendistribusian hasil tangkapan, suhu ikan dipertahankan dalam keadaan dingin dengan cara menambahkan es selama dalam perjalanan secara cukup, serta menutup ikan yang berada dalam boks dengan menggunakan terpal atau bahan lainnya. Untuk transportasi jarak

jauh sebaiknya dilakukan pada malam hari untuk menjaga kualitas ikan agar tetap baik (Anonymous, 1997 vide Rahardiansyah, 2003).

Lubis et al. (2010) menjelaskan, proses penanganan merupakan suatu hal yang penting untuk hasil tangkapan ikan segar mulai saat ikan didaratkan di pelabuhan perikanan sampai selama transportasi pendistribusian menuju hinterland-nya. Penanganan ikan harus cepat dilakukan untuk memperlambat kebusukan. Peningkatan pemantauan penanganan hasil tangkapan dapat dilakukan melalui sosialisasi terhadap nelayan, pedagang atau pengusaha agar tercipta penanganan hasil tangkapan yang higienis. Hal ini dapat dilakukan melalui pencucian ikan dengan air bersih, penggunaan basket yang higienis, melakukan pengecekan sarana transportasi dan pendukungnya, seperti sarana transportasi harus berpendingin (truk berpendingin), sarana transportasi dalam keadaan bersih dari kontaminasi, sarana transportasi dipastikan dalam kondisi baik dan aman, tidak rusak atau bermasalah.

Tabel 32 Perkembangan rasio NP/P dan indeks relatif nilai produksi di 5 lokasi PPI di Kabupaten Ciamis tahun 2006 – 2010

Tahun

PPI Pangandaran PPI Parigi PPI Batu Karas PPI Cimerak PPI Kalipucang

Rasio NP/P I Rasio NP/P I Rasio NP/P I Rasio NP/P I Rasio NP/P I 2006 12.008,13 1,16 9.594,73 0,92 8.564,06 0,83 14.968,67 1,44 9.471,02 0,91 2007 14.122,87 1,09 12.564,30 0,97 9.835,44 0,76 30.123,83 2,33 11.783,98 0,91 2008 18.211,96 1,23 14.023,55 0,95 10.467,48 0,71 30.618,74 2,08 13.060,02 0,89 2009 22.422,12 1,44 14.878,51 0,96 10.996,95 0,71 29.178,65 1,88 32.264,31 2,08 2010 21.921,27 1,31 18.627,34 1,11 13.435,01 0,80 23.043,76 1,37 133.061,05 7,93

Sumber : DKP Kabupaten Ciamis (2011); diolah kembali

Untuk mengetahui harga jual ikan dan kualitas pemasaran hasil tangkapan di 5 lokasi PPI di Kabupaten Ciamis dapat digunakan pendekatan dengan menggunakan rasio NP/P dan indeks relatif nilai produksi. Pada Tabel 32 dapat dilihat bahwa pada tahun 2010, PPI Kalipucang mempunyai rasio NP/P tertinggi dibandingkan PPI lainnya pada tahun 2010 yaitu sebesar Rp 133.061,05 dengan indeks relatif nilai produksi terbesar, yaitu 7,92. Hal ini disebabkan karena jenis ikan hasil tangkapan yang didaratkan dan dipasarkan di PPI ini bersifat homogen yaitu hanya terdiri dari udang lobster yang memiliki nilai ekonomis sangat tinggi.

Jika ditinjau dari jenis hasil tangkapan yang didaratkan beragam, PPI Cimerak memiliki rasio NP/P tertinggi dibandingkan dengan PPI lainnya pada tahun 2010 yaitu sebesar Rp 23.044,76 dengan indeks relatif nilai produksi sebesar 1,37. Nilai tersebut menunjukkan bahwa PPI Cimerak memiliki indikator harga ikan paling tinggi dibandingkan dengan PPI lainnya dan kualitas pemasaran ikan di PPI ini lebih baik dibandingkan dengan kualitas pemasaran ikan di tingkat Kabupaten Ciamis.

Sumber : DKP Kabupaten Ciamis (2011); diolah kembali

Gambar 69 Kurva perkembangan rasio NP/P di 5 lokasi PPI di Kabupaten Ciamis tahun 2006 – 2010

Perkembangan rasio NP/P dan indeks relatif nilai produksi pada tahun 2006 – 2010 memperlihatkan bahwa PPI Cimerak mendominasi dari tahun 2006 – 2008 (Gambar 69 dan Gambar 70). Jenis hasil tangkapan didaratkan yang didominasi jenis ikan yang memiliki nilai ekonomis tinggi diduga mengakibatkan nilai rasio NP/P dan indeks relatif nilai produksi di PPI ini lebih besar dibandingkan PPI lainnya.

Pangkalan Pendaratan Ikan Batu Karas merupakan PPI yang memiliki rasio NP/P terendah pada tahun 2010 yaitu sebesar Rp 13.435,01 dengan indeks relatif nilai produksi sebesar 0,80. Dalam perkembangan rasio NP/P dan indeks relatif nilai produksi pada tahun 2006 – 2010, PPI Batu Karas merupakan PPI dengan nilai rasio NP/P dan indeks relatif nilai produksi terendah dibandingkan PPI

0 20 40 60 80 100 120 140 2006 2007 2008 2009 2010 Ra si o NP /P ( Rp /k g x 1. 000 ) Tahun

PPI Pangandaran PPI Parigi PPI Batu Karas

lainnya, selain itu indeks relatif nilai produksi di PPI ini kurang dari 1. Nilai tersebut menunjukkan bahwa indikator harga ikan di PPI Batu Karas paling rendah dibandingkan dengan PPI lainnya dan kualitas pemasaran ikan di PPI ini kurang baik dibandingkan dengan kualitas pemasaran ikan di tingkat Kabupaten Ciamis. Rendahnya nilai rasio NP/P dan indeks relatif nilai produksi di PPI Batu Karas disebabkan karena jenis ikan hasil tangkapan yang didaratkan di PPI ini beragam dan didominasi oleh jenis ikan yang memiliki nilai ekonomis rendah (Tabel 17 subsubbab 5.3.1).

Sumber : DKP Kabupaten Ciamis (2011); diolah kembali

Gambar 70 Kurva perkembangan indeks relatif nilai produksi di 5 lokasi PPI di Kabupaten Ciamis

Kualitas pemasaran di suatu pelabuhan perikanan erat kaitannya dengan kekuatan hasil tangkapan (KHT) didaratkan di suatu tempat pendaratan atau suatu pelabuhan perikanan. Pane (2009) menjelaskan, KHT adalah kemampuan atau keunggulan hasil tangkapan yang ada di suatu tempat pendaratan atau pelabuhan perikanan tersebut. Kekuatan hasil tangkapan di suatu pelabuhan perikanan meliputi komponen-komponen : 1). Jenis-jenis ikan yang tersedia; 2). Volume atau ketersediaan jumlah ikan; 3). Mutu ikan; 4). Ukuran ikan yang tersedia dan 5). Harga ikan. Bagi pedagang dan pengolah ikan, ketersediaan jenis-jenis ikan bernilai ekonomis atau sesuai dengan kebutuhan konsumen di suatu pelabuhan

0 1 2 3 4 5 6 7 8 2006 2007 2008 2009 2010 In d e k s R e la tif N ila i P ro d u k si Tahun

PPI Pangandaran PPI Parigi PPI Batu Karas

perikanan akan mengakibatkan pedagang dan pengolah ikan tertarik melakukan pembelian di pelabuhan tersebut dan terjaminnya kelangsungan aktivitas mereka.

Berdasarkan penjelasan di atas, Pemerintah Daerah Kabupaten Ciamis melalui Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Ciamis, kiranya dapat memberikan perhatian semua PPI yang ada di Kabupaten Ciamis. Pembangunan berbagai fasilitas kepelabuhanan perikanan khususnya yang berkaitan dengan aktivitas pendaratan, pemasaran dan penanganan hasil tangkapan diharapkan dapat meningkatkan aktivitas nelayan, pedagang dan pengolah ikan di PPI tersebut. Hal ini dikarenakan keberadaan fasilitas kepelabuhanan perikanan yang ada di 5 lokasi PPI tersebut masih sangat kurang (Tabel 31 subsubbab 5.6.3). Selain itu, diperlukan peningkatan kesadaran kepada semua pihak yang terlibat dalam aktivitas pendaratan dan pemasaran hasil tangkapan di 5 lokasi PPI yang ada di Kabupaten Ciamis dalam melakukan penanganan hasil tangkapan melalui berbagai aktivitas seperti penyuluhan, pembinaan dan pelatihan. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan kualitas hasil tangkapan sehingga dapat meningkatkan harga jual hasil tangkapan yang dipasarkan di PPI tersebut.

Dokumen terkait