• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penelitian oleh Budianti, dkk (2014) dengan judul Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI (Team Assisted Individualization) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Mata Pelajaran Sains pada Siswa Kelas IV SDN 3 Labuan Panimba. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada pra tindakan diperoleh daya serap siswa 53% dan ketuntasan belajar klasikal 42%, pada tindakan siklus I diperoleh daya serap siswa 67% dan ketuntasan klasikal 71% perolehan ini meningkat pada tindakan siklus II dengan perolehan daya serap siswa mencapai 84% sedangkan ketuntasan belajar klasikal mencapai 84%. Hal ini berarti pembelajaran pada siklus II telah memenuhi indikator keberhasilan yang telah ditetapkan dengan nilai daya serap inividu minimal 65 dan ketuntasan belajar klasikal sudah mencapai indikator keberhasilan minimal yaitu 80%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TAI dapat meningkatkan kemampuan siswa pada mata pelajaran SAINS di kelas IV SDN No. 3 Labuan Panimba.

Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Suarnovitarini (2012) dengan judul Penerapan Model Pembelajaran Team Assisted Individualization Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Teknologi Informasi dan Komunikasi Siswa Kelas XI IS 2 di SMA Negeri 1 Sukasada. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Terdapat peningkatan hasil belajar siswa. Hal ini terlihat dari ketuntasan klasikal siswa yang diperoleh pada siklus I sebesar 64,29%, dan pada siklus II sebesar 82,14%. Hasil belajar ini mengalami peningkatan sebanyak 17,85%. (2) rata-rata respon siswa terhadap penerapan model pembelajaran TAI tergolong positif yaitu

sebesar 44,96. Peneliti menyimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran TAI pada mata pelajaran TIK dapat meningkatkan hasil belajar dan mendapatkan respon positif dari siswa.

Sementara itu, penelitian Nuryani dan Wijayanti (2013) dengan judul Penerapan Model Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization (TAI) pada Submateri Fungsi dan Korespondensi Satu-Satu di Kelas VIII SMPIT Al-Uswah Surabaya. Hasil penelitian yang diperoleh menjelaskan bahwa kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran termasuk tingkat kemampuan baik dengan skor 3,0; aktivitas siswa dalam pembelajaran paling banyak dilakukan adalah mendengarkan/ memperhatikan penjelasan guru sebesar 24,81% dan aktivitas yang paling sedikit dilakukan adalah perilaku siswa yang tidak relevan dengan KBM sebesar 4,56%; hasil belajar siswa yang dilihat dari ketuntasan belajar siswa adalah tidak tuntas yaitu sebesar 69,57 % sebanyak 6 siswa yang tidak tuntas dan respon siswa terhadap proses pembelajaran adalah negatif yaitu sebesar 48,63 % untuk respon siswa terhadap perangkat pembelajaran dan 57,89 % untuk respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran.

Setiawan, dkk (2014) dengan judul Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Teams Assisted Individualization (TAI) untuk Meningkatkan Interaksi Sosial dan Prestasi Belajar Siswa pada Materi Hidrolisis Kelas XI IPA Semester Genap SMA Negeri 2 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2013/2014. Hasil penelitian menunjukan bahwa penerapan model pembelajaran Teams Assisted Individualization (TAI) dapat meningkatkan interaksi sosial dan prestasi belajar siswa pada materi hidrolisis. Ketercapaian keberhasilan aspek interaksi sosial

pada siklus I adalah 77,64%, sedangkan pada siklus II adalah 79,15%. Peningkatan prestasi belajar dapat dilihat pada aspek kognitif dan afektif. Pada aspek kognitif, ketuntasan belajar siswa sebesar 75% pada siklus I, dan pada siklus II mencapai 88,89%. Untuk aspek afektif, pada siklus I ketercapaian indikator mencapai 81,25%, dan pada siklus II mencapai 83,45%.

Penelitian oleh Vitria, dkk (2014) dengan judul Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Team Assisted Individualization (TAI) Dilengkapi Handout untuk Meningkatkan Kualitas Proses dan Prestasi Belajar Siswa pada Materi Larutan Penyangga Kelas XI IPA 4 SMAN 2 Karanganyar Tahun Pelajaran 2013/2014. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penerapan metode pembelajaran kooperatif Team Assisted Individualization (TAI) dilengkapi Handout dapat meningkatkan kualitas proses siswa pada materi larutan penyangga. Hal ini dapat dilihat dalam pelaksanaan siklus I diperoleh presentase keaktifan siswa sebesar 72,5% dan pada siklus II meningkat menjadi 82,3%. Prestasi belajar kognitif pada siklus I diperoleh presentase sebesar 55,8% dan pada siklus II meningkat menjadi 79,4%. Sedangkan prestasi belajar afektif pada siklus I diperoleh presentase sebesar 76,2% dan pada siklus II meningkat menjadi 82,1%.

Penelitian Gillies, R. (2014) dengan judul “Cooperative Learning:

Developments in Research” menunjukkan bahwa dengan pembelajaran kooperatif

siswa mendapat banyak keuntungan ketika mereka memiliki kesempatan untuk berinteraksi dengan yang lain, mendengarkan apa yang orang lain katakan, berbagi ide dan informasi, mengajukan pertanyaan, ide-ide, kritik terhadap orang

lain, dan menggunakan informasi yang didapatkan untuk memecahkan masalah secara bersama-sama.

Penelitian Gupta dan Pasrija (2012) yang berjudul “Cooperative Learning: An Efficient Technique To Convert Students Into Active Learners in

Classrooms” menunjukkan bahwa strategi pembelajaran kooperatif dapat

meningkatkan proses pembelajaran di kelas yang dapat mendorong rasa ingin tahu, kreativitas dan imajinasi siswa sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna dan menyenangkan.

Metha (2014) dengan judul “Implementation of Cooperative Learning in

Science: A Developmental-cum-Experimental Study” menunjukkan bahwa

pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran sains.

Beberapa penelitian di atas sebagai pendukung penelitian Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPS Melalui Model Team Assisted Individualization (TAI) Berbantuan Media Grafis Pada Siswa Kelas IV SDN Tugurejo 01 Kota Semarang.

2.3 KERANGKA BERPIKIR

Pembelajaran yang kebanyakan menggunakan metode ceramah dan kurangnya penggunaan media pembelajaran saat guru menjelaskan materi pelajaran, membuat siswa merasa jenuh dan bosan. Siswa tidak tertarik untuk memperhatikan pelajaran yang disampaikan guru. Kurangnya minat siswa untuk memperhatikan pelajaran mengurangi tingkat pemahaman siswa terhadap pembelajaran IPS. Kurangnya pemahaman siswa mengakibatkan hasil belajar

siswa tidak sesuai dengan harapan. Banyak siswa yang belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Untuk meningkatkan hasil belajar IPS siswa yang kurang tersebut, dilaksanakan penelitian tindakan kelas dengan menerapkan model pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI) berbantuan media grafis untuk meningkatkan keterampilan guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar IPS kelas IV SDN Tugurejo 01. Adapun kerangka berpikir penelitian tindakan kelas ini disajikan dalam bentuk bagan sebagai berikut:

Bagan 2.1 Kerangka Berpikir KONDISI AWAL

Guru:

1. Guru dalam mengajar masih monoton dan kurang bervariasi dalam menggunakan model pembelajaran. 2. Guru kurang melibatkan siswa dalam proses KBM.

3. Guru sering menggunakan metode ceramah.

4. Guru kurang menggunakan media/ alat peraga dalam penyampaian materi.

Siswa:

1. Siswa kurang antusias dan kurang berminat dalam mengikuti pelajaran 2. Siswa gaduh saat proses pembelajaran berlangsung

3. Siswa kurang aktif dan cenderung pasif

4. Hasil belajar siswa belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 70.

PELAKSANAAN TINDAKAN

Penggunaan Model Team Assisted Individualization (TAI) berbantuan media grafis dalam pembelajaran IPS:

1. Siswa mengamati media grafis.

2. Guru dan siswa melakukan tanya jawab (teaching group).

3. Guru menekankan dan menciptakan persepsi bahwa keberhasilan setiap siswa (individu) ditentukan oleh keberhasilan kelompoknya (student creative).

4. Guru membentuk kelompok-kelompok yang bersifat heterogen yang terdiri dari 4-5 siswa (team). 5. Siswa belajar bersama dengan mengerjakan tugas-tugas dari LKS yang diberikan dalam kelompoknya

(team study).

6. Guru memberikan tes-tes kecil berdasarkan fakta yang diperoleh siswa, misalnya dengan memberikan kuis dan sebagainya (fact test).

7. Guru memberikan skor pada hasil kerja kelompok yang berhasil secra cemerlang dan kelompok yang dipandang kurang berhasil dalam menyelesaikan tugas (team score and team recognition).

8. Guru menyajikan kembali materi di akhir bab dengan strategi pemecahan masalah untuk seluruh siswa (whole-class units).

KONDISI AKHIR

Kualitas pembelajaran IPS meningkat dengan indikator keberhasilan:

1. Keterampilan guru dalam pembelajaran IPS melalui model TAI berbantuan media grafis meningkat 2. Aktivitas siswa dalam pembelajaran IPS melalui model TAI berbantuan media grafis meningkat 3. Hasil belajar siswa melalui model TAI berbantuan media grafis meningkat

Dokumen terkait