• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PELAKSANAN TAKHRIJ HADITS

C. Kajian Kualitas Sanad

Pada bagian ini, penulis akan membahas tentang biografi singkat para perawi hadis tersebut di atas, mengenai nama lengkap, guru dan murid, dan komentar ulama’muhadditsinmengenai pribadi para perawi tersebut. Adapun tolok ukur atau patokan yang digunakan untuk menilai kualitas para perawi adalah kitab rijal al-hadits, salah satunya ialah kitab Tahdzib at-Tahdzib. Biografi dimaksud adalah sebagai berikut:

1. Sayyidah ‘Aisyah r.a

Beliau adalah istri Nabi SAW, putri dari Abu Bakar Ash-Shiddiq At-Taimiyah. Namakunyah-nya adalah Ummu Abdillah Al-Faqihah.

Beliau meriwayatkan hadis dari Rasulullah SAW, Abu Bakar (ayahnya), Umar, Hamzah bin Amr Al-Aslami, Sa’d bin Abi Waqas, dan Fatimah Az-Zahra’.

Adapun orang-orang yang mengambil hadis darinya bukan hanya dari golongan tabi’in, tetapi juga dari golongan sahabat, diantaranya Ummu Kultsum binti Abu Bakar (saudara perempuannya), ‘Auf bin Harits bin Thufail (saudara satu susuan), Qasim dan Abdillah bin Muhammad bin Abu Bakar Ash-Shiddiq (keponakannya), Hafshah dan Asma’ binti Yazid, Rabi’ah bin ‘Amr, dan Ibnu Abbas (Al-Asqalany, 1984:462).

Dari golongan tabi’in yang meriwayatkan hadis dari beliau adalah : Sa’id bin Musayyab, Abdullah bin ‘Amr bin Rabi’ah, Shafiyah binti Syaibah, ‘Alqamah bin Qais, ‘Amr bin Maimun, Abu Ubaidah bin Abdillah bin Mas’ud, Masruq bin Ajda’, Abu Salamah bin Abdurrahman

bin Syaqiq, ‘Atha’ bin Abi Rabah, ‘Atha’ bin Yasar, Ikrimah, ‘Alqamah bin Waqas, Ali bin Husain bin Ali, Imran bin Haththan, Abu Bardah bin Abi Musa, Abu Al-Jauza’, Abu Zubair Al-Makki, dll.

Asy-syi’bi berkata, “ketika Masruq meriwayatkan hadis dari ‘Aisyah, dia berkata, hadatsani ash-shiddiqah binti ash-shiddiq habibah

habibillah…”. Masruq menilai bahwa ‘Aisyah adalah wanita yang paling cerdas, paling menguasai masalahfaraidl.Hisyam bin Urwah berpendapat bahwa ‘Aisyah adalah wanita yang sangat cerdas dan ahli syair. Tidak ada sahabat yang sepandai dan secerdas ‘Aisyah dalam hal mengetahui diturunkannya ayat-ayat al-Qur’an, hal-hal yang diwajibkan dan disunnahkan, peristiwa-peristiwa penting, silsilah keturunan, dan masih banyak hal lainnya. Selanjutnya Az-Zuhri berkata, “seandainya ilmu ‘Aisyah dibandingkan dengan ilmu semua istri Nabi SAW dan semua wanita, maka ilmu ‘Aisyah lebih unggul dari ilmu mereka semuanya”. Ketika Rasulullah SAW wafat, ‘Aisyah berusia 18 tahun. Beliau wafat pada bulan Ramadlan tahun 58 H (Al-Asqalany, 1984:463).

2. Buraidah

Nama lengkapnya : Buraidah bin Hushaib bin Abdillah bin Harits Al-Aslami. Nama kunyahnya adalah Abu Abdillah.

Beliau masuk Islam sebelum terjadinya perang Badar, akan tetapi menurut Al-Hakim bahwa beliau masuk Islam setelah Nabi SAW pulang dari perang Badar. Beliau tidak ikut dalam perang Badar. Setelah masuk Islam,beliau ikut dalam perang Khaibar dan dalam peristiwa penakhlukan

kota Makkah (fathu Makkah). Beliau tinggal di Madinah, kemudian pindah ke Bashrah, dan pada akhirnya pindah ke Marwa.

Beliau meriwayatkan hadis langsung dari Rasulullah SAW. Adapun murid-muridnya, diantaranya ialah kedua putranya sendiri, yaitu Abdullah dan Sulaiman, Abdullah bin Aus, Malikh bin Usamah, dan Asy- Syi’bi. Beliau wafat ketika Khalifah Yazid bin Muawiyah berkuasa, yaitu pada tahun 63 H (Al-Asqalany, 1984:379).

3. Abdullah bin Buraidah

Nama lengkapnya : Abdullah bin Buraidah bin Hushaib Al-Aslami. Nama kunyah-nya ialah Abu Sahl al-Marwazi.Beliau adalah saudara kembar dengan Sulaiman bin Buraidah. Beliau wafat pada tahun 115 H.

Guru-gurunya : Buraidah (ayahnya), Ibnu Abbas, Ibnu Umar, Abullah bin Amr, Ibnu Mas’ud, Abu Musa Al-Asy’ari, Abu Hurairah, ‘Aisyah r.a, Mughirah bin Syu’bah, Handlalah bin Ali Al-Aslami, Ibnu Musayyab, dll.

Murid-muridnya : Basyir bin Muhajir, Sahl bin Basyir, Tsawab bin Abi Furat, Hujair bin Abdillah, Husain bin Dzakwan, Dawud bin Abi Furat, Abdullah bin Atha’, Abdullah bin Muslim Al-Marwazi, Utsman bin Ghiyas, Qatadah, Kahmas bin Hasan (Al-Asqalany,1984:138).

Ad-Daruquthni berkata bahwa Abdulah bin Buraidah tidak pernah meriwayatkan hadis dari Aisyah. Ibnu Khurasy berpendapat bahwa beliau shaduq.Abu Al-Jauzajani berkata, saya bertanya kepada Abu Abdillah, yakni Ahmad bin Hanbal : “apakah Abdullah bin Buraidah pernah

meriwayatkan hadis dari ayahnya?”, dia menjawab : “saya tidak pernah tahu bahwa beliau pernah meriwayatkan hadis dari Buraidah (ayahnya)”.Oleh karena itu, Ahmad bin Hanbal menilai dla’if terhadap hadisnya Abdullah bin Buraidah. Menurut pendapat Ibrahim Al-Harbiy bahwa Abdullah bin Buraidah lebih sempurna dari pada saudara kembarnya, yakni Sulaiman bin Buraidah. Keduanya tidak pernah meriwayatkan hadis dari ayahnya. Adapun hadis Abdullah yang diriwayatkan dari ayahnya, yakni Buraidah, adalah hadis munkar (Al- Asqalany, 1984:138).

4. Kahmas bin Hasan

Nama lengkapnya ialah Kahmas bin Hasan At-Tamimiy Abu Hasan Al-Bashriy. Beliau wafat pada tahun 149 H.

Guru-guru beliau diantaranya ialah Abu Thufail, Abdullah bin Buraidah, Abdullah bin Syaqiq, Abu Salil Dlarib bin Nufair, Yazid bin Abdillah bin Syukhair, Sayyar bin Mandhur, dan Abu Nadlrah.

Murid-muridnya antara lain : kedua putranya, yakni ‘Aun dan Al- Qaththan, Ibnu Mubarak, Waki’, Mu’tamar bin Sulaiman, Sufyan bin Hubaib, Yusuf bin Ya’qub, Ja’far bin Sulaiman, Utsman bin Umar, Ali bin Ghurab, Abu Usamah, Yazid bin Harun, Abdullah bin Yazid Al-Muqriy (Al-Asqalany, 1984:404).

Abu Thalib dari Ahmad, Abu Khaitsamah dari Ibnu Ma’in, dan Abu Dawud menilai bahwa Kahmas adalah tsiqah. Abu Hatim berpendapat bahwa beliaula ba’sa bihi.Abdullah bin Ahmad dari ayahnya

berkata bahwa beliau adalah tsiqah tsiqah. As-Sajiy menilainya shaduq. Ibnu Hibban menilai bahwa beliau termasuk dalam kategori tsiqah. Ibnu Sa’d juga menilainya tsiqah. Dalam penilaian selanjutnya, Ibnu Ma’in menilai bahwa Kahmas bin Hasan dla’if, begitu pula pendapat Al-Azdiy mengikuti pendapat Ibnu Ma’in (Al-Asqalany, 1984:404).

5. Waki’

Nama lengkapya adalah Waki’ bin Jarrah bin Malikh Ar-Ru’asi. Nama kunyah-nya ialah Abu Sufyan Al-Kufi. Beliau lahir pada tahun 128 H, wafat pada tahun 196 H.

Beliau meriwayatkan hadis dari ayahnya, Isma’il bin Abi Khalid, Aiman bin Nabil, Ikrimah bin Ammar, Hisyam bin Urwah, Al-A’masy, Jarir bin Hazim, Abdullah bin Sa’id, Abdurrahman bin Ghusail, Kholid bin Dinar, Abdul Majid bin Wahab, Ibnu Juraih, Al-Auza’i, Usamah bin Zaid, Ja’far bin Barqan, Hajib bin Umar, Handhalah bin Abi Sufyan, Yazid bin Ibrahim, Kahmas bin Hasan (Al-Asqalany, 1984:109).

Adapun murid-murid Waki’ diantaranya ialah Sufyan dan Malikh (kedua putranya), Muhammad bin Aban Al-Balkhy, Sufyan Al-Tsaury, Abdurrahman bin Mahdi, Muhammad bin Salam, Ibnu Abi Umar, Nashr bin Ali, Yahya bin Yahya An-Naisabury, Ahmad, Ali, Yahya, Ishaq, Abu Khaitsamah, Al-Humaidy, Al-Qa’naby, Al-Asyaj, Aly bin Khasyram, Muhammad bin Shabah Ad-Daulaby, Ibrahim bin Sa’d Al-Jauhary, Muhammad bin Rafi’, dan Ibrahim bin Abdillah Al-Abasy.

Abdullah bin Ahmad berkata, “aku tidak pernah melihat orang yang lebih menjaga terhadap ilmunya dan lebih kuat hafalannya daripada Waki’”. Beliau berkata, “aku mendengar ayahku (Ahmad bin Hanbal) berkata bahwasanya Waki’ adalah orang yang kuat hafalannya (hafidhan- hafidhan)”.

Shalih bin Ahmad bertanya kepada ayahnya mengenai perihal Waki’, “manakah yang lebih diakui hadisnya, Waki’ atau Yazid?”. Ayahnya menjawab,” keduanya sama-sama diakui hadisnya”. Dia bertanya lagi, “manakah yang lebih shalih dari keduanya?”. Ayahnya menjawab,”keduanya sama-sama shalih, hanya saja Waki’ menjauhkan dirinya dari urusan pemerintahan”(Al-Asqalany,1984:110).

Bisyr bin Musa, Ibrahim Al-Harby, dan Ahmad bin Hasan At- Tirmidzi menilai bahwasanya Waki’ orang yang kuat hafalannya, khusyu’, wira’i, dan ahli fiqh. Ahmad bin Sahl bin Bashr berkata bahwasanya Waki’ adalah Imamnya kaum muslimin di masa hidupnya. Ahmd bin Hanbal berkata,”orang-orang yang diakui periwayatannya di Iraq ialah Waki’ dan Yahya bin Abdurrahman”. Husain bin Hibban berkata dari Ibnu Ma’in bahwasanya tidak ada yang lebih afdhal daripada Waki’ (Al- Asqalany,1984:111).

Muhammad bin Nu’aim Al-Balkhy berkata,”aku mendengar Ibnu Ma’in berkata bahwasanya tidak ada yang lebih kuat hafalannya daripada Waki’, beliau meriwayatkan hadis semata-mata karena Allah”. Ibnu Sa’d

menilai bahwa Waki’ adalah tsiqah, ahli ibadah, shalih, dan ahli hadis yang menjadi mufti pada zamannya (Al-Asqalany,1984:114).

6. Hannad bin Sariy

Nama lengkapnya adalah Hannad bin as-Syariy bin Mash’ab bin Abi bakr bin Syibr bin Sya’fuq bin Amr bin Zurarah bin ‘Ads bin Zaid bin Abdillah bin Daram At-Tamimy Ad-Daramy Abu As-Sariy Al-Kufy. Lahir tahun 152 H, wafat tahun 243 H.

Adapun guru-urunya diantaranya ialah Abdurrahman bin Abi Zanad, Abi Bakr bin ‘Iyasy, Abdillah bin Idris, Abi Al-Ahwash, Hafsh bin Ghiyas, ismail bin Iyasy, Syuraik, Hasyim, Abdussalam bin Harb, Ali bin Mashar, Fudlail bin ‘Iyadl, Ibnu ‘Uyainah, dan Waki’ (Al-Asqalany, 1984:62).

Murid-Murudnya diantaranya ialah Al-Bukhary, Muhammad bin As-Sary, Abu Hatim, Abu Zar’ah, Ahmad bin Mansur Ar-Ramadi, Muhammad bin Abdul Mulk, Ad-Daqiqy, Mathin, ‘Abdan Al-Ahwazy, Baqy bin Makhlad, Ibnu Abi Ad-Dunya, Muhammad bin Shalih bin Duraij, Muhammad bin Ishaq As-Siraj.

Mengenai pribadi beliau, Ahmad bin Hanbal berkata, “hendaknya kalian menerima (periwayatan) Hannad”. Abu Hatim berpendapat bahwa Hannad orang yang jujur (shaduq). Qutaibah berkata, “saya tidak pernah melihat Waki’ menghormati seseorang seperti hormatnya kepada Hannad”. Imam Nasa’i dan Ibnu Hibban berpendapat bahwa Hannad termasuk orang yang bisa dipercaya (tsiqah) (Al-Asqalany, 1984:63).

7. Ibnu Majah

Nama lengkapnya ialah Muhammad bin Yazid Ar-Raba’i Abu Abdillah bin Majah Al-Quzwaini Al-Hafidh. Beliau lahir pada tahun 209 H dan wafat pada tahun 273 H.

Mengenai guru-gurunya, tidak disebutkan dalam kitab Tahdzib at- Tahdzib, hanya saja tertulis bahwa beliau mendengar hadis di Khurasan, Iraq, Hijaz, Mesir, Syam, dan berbagai daerah lainnya.

Murid-muridnya antara lain Ai bin Sa’id bin Abdillah Al-Ghadani, Ibrahim bin Dinar Al-Hamdani, Ahmad bin Ibrahim Al-Qazwaini, Abu Thayib Ahmad bin Rauh al-Masy’arani, Ishaq bin Muhammad Al- Qazwaini, Ja’far bin Idris, Husai bin Ali, Sulaiman bin Yazid Al- Qazwaini, Muhammad bin Isa, Ali bin Ibrahim bin Salamah Al-Qazwaini, Ahmad bin Muhammad bin Hakim Al-Madani Al-Ashbihani (Al- Asqalany, 1984:468).

Abu Ya’la Al-Khalili berkata, bahwa Ibnu Majah tsiqah, kabir,

muttafaq ‘alaih dan Muhtaj bih. Beliau menguasai tentang hadis, mempunyai beberapa karya tentang hadis, tafsir, dan tarikh. Resensi karyanya yang bertajuk sunan Ibnu Majah oleh Al-Khalili, bahwa buku tersebut di dalamnya terdapat banyak hadis yang sangat dla’if, sehingga As-Sariy dan Abu Hajjaj Al-Muzziy berkata bahwa apabila Ibnu Majah meriwayatkan hadis secara infirad (sendirian), kebanyakan adalah hadis yang lemah (dla’if). Karena itulah para ulama’mutaqaddiminseperti Ibnu Katsir, Mughlatha’i, Ibnu Hajar dan Qasthalani menolak memasukkan

Sunan Ibnu Majah ke dalam Al-Ushul As-Sittah atau Al-Kutub As-Sittah, yakni shahih Bukhari, Shahih Muslim, Suna Abu Dawud, Sunan At-

Tirmidzi, Sunan Nasa’idan yang keenam dalam perdebatan.Abu Fadli bin Thahir Al-Maqdisi, Abdul Ghani Al-Maqdisi, Al-Mizzi, Ibnu Hajar dan Al-Khazra’i memasukkan Sunan Ibnu Majah menjadi kitab pokok yang keenam (Al-Asqalany, 1984:469).

8. Namir

Nama beliau adalah Namir bin ‘Uraib Al-Hamdaniy. Mengenai tahun kelahiran dan wafatnya tidak diketahui dalam kitab rijal al-hadits. Dengan demikian, sesuai ilmu tarikh al-ruwat, perawi ini gugur lantaran tidak diketahuinya tahun kelahiran maupun wafatnya.

Beliau meriwayatkan hadis dari Amir bin Mas’ud, hadis tentang puasa pada musim dingin (hadits al-shaum fi al-syita’), yang kemudian diriwayatkan lagi oleh Abu Ishaq Al-Hamdani. Abu Hatim berkata, “ saya tidak mengetahui Namir meriwayatkan Hadis kecuali inilah Hadis (hadis tentang puasa di musim dingin)”. Ibnu Hibban menilai bahwa beliau termasuk dalam kategoritsiqah(Al-Asqalany, 1984:425).

9. Abdullah bin Namir

Nama lengkapnya adalah Abdullah bin Namir Al-Hamdani Al- Kharifi. Abu Hisyam Al-Kufi adalah nama kunyahnya. Beliau lahir pada tahun 115 H, dan wafat pada tahun 199 H.

Adapun guru-gurunya antara lain Isma’il bin Abi Khalid, Al- A’masy, Yahya bin Sa’id, Hisyam bin Urwah, Ubaidillah bin Umar, Musa

Al-Juhniy, Zakariya bin Abi Zaidah, Sa’d bi Sa;id Al-Anshari, Handhalah bin Abi Sufyan, Saif bin Sulaiman, Al-Auza’iy, Utsman bin Hakim Al- Audiy, Mujalid bin Sa’id, dan Fudlail bin Ghazwan.

Murid-muridnya, antara lain Muhammad bin Abdillah bin Namir (anaknya), Ahmad bin Hanbal, Abu Khaitsamah, Yahya bin Yahya, Ali bin Al-Madiniy, Abu Bakar bin Abi Syaibah, Utsman bin Abi Syaibah, Abu Qudamah As-Sarkhisiy, Abu Kuraib, Abu Musa, Abu Sa’id Al-Asyaj, Hannad bin Sariy, Abu Mas’ud Ar-Razid, Ali bin Harb Ath-Thai, dan Hasan bin Ali bin Affan.

Mengenai komentar para ulama’ tentang pribadi beliau, Ibnu Ma’in menilai tsiqah, Abu Hatim manilai beliau mustaqimul amr (lurus perlakanya), Ibnu Hibban memasukkan beliau dalam kategori orang-orang yang tsiqah, Al-‘Ajliy berpendapat bahwa beliau tsiqah, katsirul hadits, dan shaduq. Dengan demikian tidak ada seorang ulama’ pun yang men- jarhatau mencacat Abdullah bin Namir (Al-Asqalany, 1984:52).

10. Ahmad bin Hanbal

Nama lengkapnya ialah Ahmad bin Muhammad bin Hanbal bin Hilal bin Asad Asy-Syaibani. Nama kunyah-nya ialah Abu Abdillah Al- Marwazi Al-Baghdadi. Beliau lahir di Baghdad pada tahun 164 H dan wafat pada tahun 241 H.

Guru-gurunya antara lain : Bisyr bin Mufaddlal, Ismail bin Ulyah, Sufyan bin Uyainah, Jarir bin Abdul Hamid, Yahya bin Sa’id Al-Qaththan,

Abu Dawud Ath-Thayalisi, Abdullah bin Namir, Abdur Razaq, Ali bin Iyasy Al-Himsi, Syafi’i, Ghandar, dan Mu’tamar bin Sulaiman.

Adapun murid-muridnya antara lain Bukhari, Muslim, Abu Dawud, kedua putranya, yaitu Abdullah dan Shalih, Yahya bin Adam, Yazid bin Harun, Qutaibah, Dawud bin ‘Amr, Ahmad bin Abi Hawari, Yahya bin Mu’in, Husain bin Mansur, Ziyad bin Ayyub, Muhammad bin Rafi’, Muhammad bin Yahya bin Abi Saminah, Abu Bakr Al-Atsram, Harb al-Karmani, dan Abu Qasim Al-Baghawi (Al-Asqalany, 1984:63).

Al-Qaththan berkata, “ belum pernah ada orang yang sepandai Ahmad, beliau orang besar, tokoh terkemuka umat”. Ahmad bi Sanan berkata, “ saya belum pernah melihat Yazid bin Harun menghormati seseorang melebihi daripada hormatnya terhadap Ahmad bin Hanbal”. Abdul Razaq berkata, “ saya belum pernah melihat orang yang lebih pandai dan lebihWara’dari Ahmad”. Yahya bin Adam berkata, “ Ahmad adalah pemuka kita”. Asy-Syafi’i pun berkata, “ saya belum pernah tahu orang di Baghdad yang lebihwara’, lebihzuhud, lebih ‘alimdan lebih ahli dalamfiqhdaripada Ahmad bin Hanbal.

Mengenai pribadi beliau tidak ada seorangpun yang mencacat atau mencelanya, baik para pendahulunya, orang yang semasa dengannya, maupun orang yang setelah beliau. Abbas Al-Anbari menilai bahwa periwayatan beliau bisa dijadikanhujjah. Qutaibah berkata bahwa Ahmad bin Hanbal merupakan pemimpin dunia (Imam ad-Dunya). Al-‘Ajli, Ibnu Hibban, Ibnu Sa’d, dan Nasa’i menilai bahwa beliau dapat dipercaya

(tsiqah) (Al-Asqalany, 1984:65). Beliau seorang ulama’ besar yang disegani banyak orang dari berbagai kalangan. Beliau lebih terkenal dengan fiqhnya yang dinisbatkan pada namanya, yakni fiqh madzhab Hanbali.

11. Ali bin Ghurab

Nama lengkapnya ialah Ali bin Ghurab al-Fazari. Nama kunyah- nya ialah Abu Walid al-Kufiy. Beliau wafat di Kufah pada tahun 184 H.

Guru-gurunya : Kahmas bin Hasan, Shalih bin Abi Akhdlar, Ubaidillah bin Umar, Al-A’masy, Baihas bin Fahdan, Zuhair bin Marzuq, Hisyam bin Urwah, Muhammad bin Sauqah, Ats-Tsauri, Bahz bin Hakim, dll.

Murid-muridnya : Marwan bin Muawiyah, Ammar bin Khalid Al- Wasithi, Abu Sya’tsa’, Ibrahim bin Musa Ar-Razi, Muhammad bin Abdillah bin Syabur, Ahmad bin Hanbal, Ziyad bin Ayyub, Ath-Thusi, Husain bin Hasan Al-Marwazi,dan Yahya bin Ayyub Al-Maqabiri (Al- Asqalany, 1984:325).

Abdullah bin Ahmad bin Hanbal berkata : “saya menanyakan perihal tentang Ali bin Ghurab kepada ayahku, maka beliau menjawab; “saya tidak pernah meriwayatkan hadis darinya, karena dia tercacat riwayatnya”. Ibnu Namir berkata bahwa Ali bin Ghurab memang seorang perawi, akan tetapi banyak hadis yang diriwayatkan olehnya berupa hadis munkar. Abu Dawud menilai dla’if terhadap periwayatan Ali bin Ghurab.

Sedangkan Ibnu Hibban juga menilai bahwa hadisnya Ali bin Ghurab tidak boleh dijadikanhujjah.

Sementara itu, Utsman Ad-Darami berkata dari Ibnu Ma’in bahwa Ali bin Ghurab seorang miskin yang sangat jujur (miskin, shaduq). Ibnu Khaitsamah berkata dari Ibnu Ma’in pula bahwa beliau dinilai tidak ada bahaya terhadap periwayatannya (la ba’sa bihi). Utsman bin Abi Syaibah, Ibnu Qani’, dan Ibnu Sa’d menilai bahwa beliau kategori tsiqah dan shaduq. Menurut An-Nasa’i, meskipun Ali bin Ghurab tercacat, tetapi tidak ada bahayanya tentang periwayatannya (Al-Asqalany, 1984:325). 12. Ziyad bin Ayyub

Nama lengkapnya : Ziyad bin Ayyub bin Ziyad al-Baghdady. Nama kunyah-nya adalah Abu Hasyim. Beliau lahir pada tahun 166 H, Meninggal pada tahun 252 H.

Guru-gurunya ialah Abdillah bin Idris, Ibnu Ulyah, Abu Ubaid al- Hadad, Abu Bakr bin ‘Iyasy, Marwan bin Mua’wiyah, Hasyim, Waki’, Ziyad Al-Buka’iy, Muhammad bin Yazid Al-Wasithy, Ali bin Ghurab, Mu’tamar bin Sulaiman, Yazidbin Harun, Umar bin Ubaid, dan Yahya bin Abi Uyainah (Al-Asqalany, 1984:306).

Murid-muridnya antara lain Al-Bukhari, Abu Dawud, Tirmidzi, Nasa’i, Abdullah bin Ahmad, Ahmad bin Hanbal, Ibnu Khuzaimah, Muhammad Al-Baghawi, Ahmad bin Abi Qasim, Abu Hamid Al- Hadlrami, Ahmad bin Muhammad bin Ziyad bin Ayyub, dan Husain bin Isma’il Al-Mahamili.

Abu Ishaq Al-Ashbihani berkata, “tidak ada seorangpun di muka bumi yang lebih tsiqah daripada Ziyad bin Ayyub”. Abu Hatim berpendapat bahwa Ziyad bin Ayyub shaduq. An-Nasa’i menilai bahwa beliau termasuk perawi yang tiada bahaya mengenai periwayatannya (laisa

bihi ba’sun). Pada lain tempat Nasa’i menilai tsiqahterhadap beliau. Ibnu Hibban juga menilai bahwa beliau termasuk dalam kategori tsiqah (Al- Asqalany, 1984:307).

13. Nasa’i

Nama lengkapnya ialah Abu Abd Al-Rahman Ahmad bin Syu’aib bin Ali bin Sinan bin Bahr bin Dinar An-Nasa’i. Nama beliau dinisbatkan pada tempat beliau dilahirkan. Beliau dilahirkan pada tahun 215 H di kota Nasa’ yang masih termasuk wilayah kota Khurasan, wafat di Palestina pada hari senin tanggal 13 shafar 303 H (Al-Asqalany, 1984:34).

Guru-guru beliau antara lain Qutaibah bin Sa’id, Ishaq bin Ibrahim, Ahmad bin Nasher An-Naisaburiy, Abu Syuaib As-Susiy, dan imam-imam hadis dari Khurasan, Hijaz, Iraq, dan Mesir.

Murid-murid belaiu antara lain putranya, Abdul Karim, Abu Bakar Ahmad bin Muhammad bin Ishaq bin As-Suny, Abu Ali Hasan bin Khidlir Al-Syuthiy, Abu Qasim bin Hamzah bin Muhammad bin Ali Al-Kinaniy, Abu Hasan Muhammad bin Abdillah bin Zakariya bin Habawiyah, Muhammad bin Mu’awiyah bin Al-Ahmar, Muhammad bi Qasim Al- Andalusiy, Ali bin Abu Ja’far Ath-Thahawi, Abu Ali bin Harun, Abu Ali

An-Naisaburiy, Al-Hafidh, Abu Bisyer Ad-Daulabiy, Abu Hasan bin Al- Haddad Al-Faqih, Abu Ja’far Al-‘Aqiliy, dll (Al-Asqalany, 1984:32).

Karya An-Nasa’i yang paling utama dan terkenal ialah kitabSunan An-Nasa’I. Beliau adalah imam hadis yang sangat terkenal di seluruh dunia Islam. Banyak para ulama’ yang mengakui pribadi An-Nasa’i merupakan seorang imam hadis yang besar, antara lain Manshur Al-Faqih, Ahmad bin Muhammad Ath-Thahawiy, Sa’d Al-Barudiy, Qasim Al- Muthraz, dan Abu Ali An-Naisaburiy.

Abu Husain bin Mudhaffar berkata, “ saya mendengar para masyayikhku di Mesir bahwa mereka mengakui Abu Abdirrahman An- Nasa’i sebagai seorang tokoh yang unggul, seorang imam, ahli ibadah, selalu menunaikan ibadah haji pada musim haji, ahli menjalankan sunnah

ma’tsurah, dan beliau mengasingkan dirinya dari para penguasa sampai beliau meninggal dunia. Al-Hakim berkata bahwa An-Nasa’i seorang imam hadis yang lebih mengetahui shahih dan tidaknya hadis, lebih paham mengenai para perawi (rijal al_hadits). Ad-Daruquthni berkata bahwa Abu Bakar bin Haddad Al-Faqih merupakan orang yang banyak meriwayatkan hadis, akan tetapi beliau hanya mau mengambil hadis dari An-Nasa’I (Al- Asqalany, 1984:33).

14.Abdul Wahab bin Atha’

Dokumen terkait