• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

3. Kajian Pembelajaran Luar Sekolah

Pembelajaran dilakukan agar siswa mampu mengembangkan pola pikirnya, bukan menjadikan siswa sebagai objek untuk melakukan kegiatan yang sudah terkonsep tanpa dia dilibatkan dalam proses perencanaanya. Menurut Isjoni (2009: 11) mengemukakan bahwa, “Pembelajaran adalah sesuatu yang dilakukan oleh siswa, bukan dibuat untuk siswa”. Pendapat tersebut menyatakan bahwa siswa harus melakukan dan ikut serta membuat sesuatu dalam kegiatan pembelajaran, bukan dibuatkan sesuatu dalam kegiatan pembelajaran.

Kegiatan pembelajaran juga harus dirancang sedemikian rupa supaya belajar menjadi suatu aktivitas yang menyenangkan. Menurut Pribadi (2009:10) menjelaskan bahwa, pembelajaran adalah proses

22

yang sengaja dirancang untuk menciptakan terjadinya aktivitas belajar dalam individu. Menurut pendapat tersebut kegiatan yang dirancang sedemikian rupa sehingga belajar menjadi aktivitas yang menyenangkan sehingga terjadilah pembelajaran dalam individu.

Pembelajaran juga turut serta untuk memanusiakan manusia dengan pembiasaan moral yang baik yang dibentuk melalui lingkungan manusia tersebut. Menurut Corey (Syaiful Sagala, 2011:61), pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan sesorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respons terhadap situasi tertentu, pembelajaran merupakan salah satu peran penting dalam pendidikan. Berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan bahwa belajar dapat memunculkan tingkah laku atau respons pada situasi tertentu dan berperan dalam pendidikan.

Menurut definisi yang disampaikan di atas secara garis besar pembelajaran memelukan siswa untuk menkonsep kegiatan yang ada didalamnya. Aktivitas belajar juga harus dirancang sedemikian rupa sehingga menarik untuk dilakukan yang nantinya akan terjadi pembelajaran kepada setiap individu. Pembelajaran merupakan proses pembiasaan moral yang baik sehingga akan memunculkan respon yang baik pula dalam menghadapi situasi tertentu maka dari itu pembelajaran berperan penting dalam pendidikan.

23 b. Tujuan Pembelajaran

Kagiatan pembelajaran akan menimbulkan informasi dari pendidik dan peserta didik, situasi pembelajaran juga berperan dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Anderson dan Krathwohl (2010: 316) mengemukakan bahwa terdapat empat tujuan pokok dalam pembelajaran, yakni siswa akan belajar:

1) Mengidentifikasi, mencari, dan memilih sumber-sumber informasi yang berkaitan dengan materi pembelajaran.

2) Memilih informasi yang relevan dengan tujuan-tujuan laporan tertulis dan lisan siswa.

3) Menulis teks informatif yang menjelaskan kepada teman-teman mereka yang memuat pendapat siswa tentang bagaimana pengaruh kontribusi-kontribusinya tentang pembelajaran ini.

4) Mempresentasikan sebagian isi materi di depan kelas. Presentasi ini berisikan informasi penting tentang materi dan dilakukan secara efektif.

Menurut Wina Sanjaya (2008:86) tujuan pembelajaran merupakan kemampuan (kompetensi) atau ketrampilan yang diharapkan dapat demiliki oleh setiap siswa setelah mereka melakukan proses pembelajaran tertentu. Pembelajaran bertujuan untuk mengembangkan kompetensi siswa. Setelah kegiatan pembelajaran siswa diharapakan memiliki kemampuan atau keterampilan tertentu.

Berdasarkan uraian di atas, pembelajaran bertujuan untuk membiasakan budaya belajar pada sisiwa. Mengidentifikasi sumber informasi dan memilih informasi yang relevan serta cara menyampaikan informasi menjadi sangat penting bagi siswa. Setelah itu siswa juga diminta berpendapat agar kegiatan pembelajaran berlangsung secara aktif sehingga siswa dapat mengerti apa yang dia pelajari dan dapat

24

meyampaikan informasi tentang materi yang telah diterima selama kegiatan pembelajaran. Kegiatan tersebut bertujuan untuk mengembangkan kompetensi siswa. Setelah kegiatan pembelajaran siswa diharapakan memiliki kemampuan atau keterampilan tertentu.

c. Pengertian Pembelajaran Luar Sekolah

Pembelajaran luar sekolah dapat diartikan sebagai suatu kegiatan pembelajaran yang dilakukan di luar kelas. Pembelajaran luar sekolah dapat di ikuti oleh peserta didik dengan system pendidikan formal, informal, maupun non formal. Kegiatan pembelajaran luar sekolah dilakukan diluar kelas dengan tujuan untuk mendukung pembelajaran dengan kegiatan dan aktivitas yang menyenangkan.

Menurut Sujarwo (2013: 58) pembelajaran luar sekolah yang menekankan pada prinsip belajar dari pengalaman memiliki siklus yang terus menerus dan berkesinambungan mulai dari proses mengalami, pengungkapan/berbagi pengalaman, analisis, penyimpulan, penerapan, dan kembali lagi kepada proses mengalami.

Melalui kegiatan pembelajaran luar sekolah proses kegiatan pembelajaran akan lebih menyenangkan. Siswa akan lebih mampu memahami secara mendalam melalui objek yang ditemui di lingkungan luar sekolah karena di dalam kelas media dan alat terbatas. Kegaiatan pembelajaran luar sekolah mengajak siswa untuk memahami materi dengan menggunakan media yang lebih luas, misalnya alam yang

25

hanya dapat di eksplorasi secara terbatas ketika peserta didik berada di dalam kelas.

Kegiatan pembelajaran luar sekolah juga memberikan pengalaman lain bagi siswa. Siswa yang biasa duduk untuk menerima materi pelajaran diajak untuk melakukan aktifitas yang menuntut mereka untuk berpikir kreatif karena melakukan kegiatan yang berbeda dengan biasanya. Selain melakukan kegiatan pembelajaran mereka juga diminta untuk melakukan evaluasi terkait materi yang telah mereka peroleh.

Kegiatan pembelajaran luar sekolah memanfaatkan sumber belajar yang ada diluar kelas, bisa dengan studi museum, mengunjungi kebun raya, kebun binatang, bahkan dapat menggunakan halaman luas atau sawah untuk menunjang kegiatan pembelajaran. Dalam hal ini peneliti memfokuskan kepada kegiatan pembelajaran luar sekolah yang dilakukan di KRKB Gembira Loka yang meliputi kegiatan bina suasana, pojok kreatif, tour de zoo, hingga kegiatan recalling yang bertujuan untuk mengevaluasi pembelajaran.

d. Faktor Yang Mempengaruhi Pembelajaran Luar Sekolah

Jika dilihat dari pelaksanaan pembelajaran luar sekolah sebagai suatu kegiatan pembelajaran diluar kelas. Selama observasi diperoleh beberapa faktor yang mempengaruhi pembelajaran luar sekolah meliputi: 1) Media Pembelajaran

Menurut Daryanto (2010: 4) kata media merupakan bentuk jamak dari kata medium. Medium dapat didefinisikan sebagai perantara atau

26

pengantar terjadinya komunikasi dari pengirim menuju penerima. Media merupakan salah satu komponen komunikasi, yaitu sebagai pembawa pesan dari komunikator menuju komunikan. Berdasarkan definisi tersebut, dapat dikatakan bahwa media pembelajaran merupakan sarana perantara dalam proses pembelajaran.

Menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2010: 124), faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam memilih media pengajaran adalah:

a) Objektivitas

Objektivitas adalah berdasarkan hasil penelitian atau percobaan yang menunjukkan keefektifan dan efisiensi yang tinggi.

b) Program Pengajaran

Program pengajaran yang akan disampaikan kepada siswa harus sesuai dengan kurikulum yang berlaku, baik isinya, strukturnya, maupun kedalamannya.

1) Sasaran Program

Sasaran program adalah siswa yang akan menerima informasi pengajaran melalui media pembelajaran. Media yang akan digunakan harus dilihat kesesuaiannya dengan tingkat perkembangan anak didik. 2) Situasi dan Kondisi

Situasi dan kondisi perlu mendapatkan perhatian dalam menentukan pilihan media pembelajaran yang akan digunakan, yaitu meliputi:

Situasi dan kondisi sekolah atau tempat dan ruangan yang akan dipergunakan,

Situasi dan kondisi siswa yang akan mengikuti pembelajaran mengenai jumlahnya, motivasi, dan kegairahannya.

3) Kualitas Teknik Media Pembelajaran

Teknik Media pembelajaran yang akan digunakan perlu diperhatikan agar bisa berfungsi sebagai alat mengajar yang baik.

4) Keefektifan dan Efisiensi Penggunaan

Keefektifan berkenaan dengan hasil yang dicapai, sedangkan efisiensi berkenaan dengan proses pencapaian hasil tersebut.

Berdasarkan uraian di atas, dalam memilih media pengajaran harus memperhatikan objektivias yang nantinya akan menunjukan keefektifan dan efisiensi media. Program pengajaran yang akan disampaikan kepada

27

siswa harus sesuai dengan kurikulum yang berlaku, selain itu harus dipastikan bahwa sasaran mampu menerima materi dengan menggunakan media pembelajaran. Penggunaan media pembelajaran juga harus memperhatikan situasi dan kondisi baik ruang yang digunakan serta kondisi siswa yang mengikuti kegiatan pembelajaran sehingga media dapat berfungsi sebagai alat mengajar yang baik.

2) Sumber Belajar

Sumber belajar adalah segala sesuatu yang digunakan yang dirancang agar siswa dapat memperoleh informasi terkait materi secara maksimal. Menurut Warsita (2008: 209) sumber belajar merupakan semua komponen instruksional yang baik secara khusus dirancang maupun yang menurut sifatnya dipakai dalam kegiatan pembelajaran. Berdasarkan pendapat tersebut dapat difahami bahwa sumber belajar mengandung petunjuk atau penerangan yang secara khusus dirancang dalam kegiatan pembelajaran.

Kegunaan sumber belajar dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan menurut Mulyasa (2006: 49), antara lain:

a. Merupakan pembuka jalan dan pengembangan wawasan terhadap proses belajar mengajar yang akan ditempuh.

b. Merupakan pemandu secara teknis dan langkah-langkah operasional untuk menelusuri secara lebih teliti sehingga tercapai penguasaan keilmuan secara tuntas.

c. Memberikan berbagai macam ilustrasi dan contoh-contoh yang berkaitan dengan aspek-aspek bidang keilmuan yang dipelajari. d. Menginformasikan sejumlah penemuan baru yang pernah diperoleh

orang lain yang berhubungan dengan bidang keilmuan tertentu. e. Menginformasikan berbagai permasalahan yang timbul dan

28

Berdasarkan pendapat tersebut dapat dipahami bahwa sumber belajar mengandung petunjuk atau penerangan yang secara khusus dirancang dalam kegiatan pembelajaran. Dengan menggunakan sumber belajar peserta didik diharapkan peserta didik memperoleh sejumlah informasi, pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan dalam kegiatan pembelajaran. Sumber belajar dapat memberikan kemudahan bagi peserta didik dalam memahami materi pelajaran.

3) Lingkungan Belajar

Suciati, dkk (2007: 5) menjelaskan bahwa lingkungan belajar adalah situasi yang ada di sekitar siswa pada saat belajar. Situasi ini dapat mempengaruhi proses belajar siswa. Jika lingkungan ditata dengan baik, lingkungan dapat menjadi sarana yang bernilai positif dalam membangun dan mempertahankan sifat positif. Lingkungan terdiri dari lingkungan luar dan lingkungan dalam. Lingkungan luar diartikan sebagai gabungan faktor-faktor geografi dan sosial ekonomi yang mempengaruhi hubungan sekolah dengan masyarakatnya.

Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwa lingkungan belajar adalah situasi yang mendukung pembelajaran yang ada disekitar siswa, dapat berasal dari lingkungan luar maupun lingkungan dalam.

29 e. Jenis Pembelajaran Luar Sekolah

Jika pembelajaran luar sekolah diartikan sebagai kegiatan pembelajaran yang memanfaatkan sumber belajar diluar kelas, maka terdapat beberapa jenis pembelajaran luar sekolah yaitu :

1) Outing class

Outing class merupakan salah jenis kegiatan yang dilaksanakan di luar kelas. Kegiatan yang dilakukan berupa permainan edukasi, outbond maupun pengenalan alam sekitar. Outing class juga biasa disebut pendidikan luar kelas atau outdoor learning. Menurut Komarudin dalam Husamah (2013:19), outing class merupakan aktivitas yang dilakukan di luar sekolah yang berisi kegiatan di luar kelas atau sekolah dan berada di lingkungan luar seperti bermain di Menurut Djamaluddin Ancok (2003: 4), terdapat 3 alasan penggunaan metode outing class antara lain :

a) Metode ini adalah sebuah simulasi kehidupan yang komplek yang dibuat menjadi sederhana. Pada dasarnya segala bentuk aktivitas didalam pelatihan adalah bentuk sederhana dari kehidupan yang sangat kompleks.

b) Menggunakan metode yang berasal dari pengalaman (experiental learning). Oleh karena adanya pengalaman langsung terhadap sebuah fenomena, orang dengan mudah menangkap esensi pengalaman itu.

c) Metode ini penuh dengan kegembiraan karena dilakukan dengan permainan. Ciri ini membuat orang merasa senang didalam melaksanakan kegiatan tersebut.

Kesimpulan dari beberapa uraian di atas adalah dalam kegiatan outing class menggunakan metode yang mampu mendorong siswa untuk berfikir kreatif dalam mengembangkan dirinya. Melalui metode ini

30

siswa dapat menuangkan pengalaman-pengalaman yang telah mereka punya ke dalam kegiatan ini. Kegiatan outing class sangat membantu pendidik dalam memecahkan masalah yang dialami oleh siswanya. Kegiatan outing class didalamnya terdapat kegiatan yang dinamakan outbound yang mampu mendorong perkembangan motorik siswa yang mengikuti. Pada kegiatan ini siswa melakukan aktivitas yang berbeda dengan apa yang mereka ikuti di sekolah formal. 2) Field Trip

Field Trip ialah cara mengajar yang dilaksanakan dengan mengajak siswa ke suatu tempat atau obyek tertentu di luar sekolah untuk mempelajari atau menyelidiki sesuatu. Menurut Syaiful Sagala (2006: 214) metode Field Trip ialah pesiar (ekskursi) yang dilakukan oleh para peserta didik untuk melengkapi pengalaman belajar tertentu dan merupakan bagian integral dari kurikulum sekolah.

Menurut syaiful Sagala (2006: 215) mengemukakan bahwa kelebihan metode field trip adalah :

a. Anak didik dapat mengamati kanyataan-kenyataan yang beraneka ragam dari dekat.

b. Anak didik dapat menghayati pengalaman-pengalaman baru dengan mencoba turut serta di dalam suatu kegiatan.

c. Anak didik dapat menjawab masalah-masalah atau

pernyataanpernyataan dengan melihat, mendengar, mencoba, dan membuktikan secara langsung.

d. Anak didik dapat memperoleh informasi dengan jalan mengadakan wawancara atau mendengar ceramah yang diberikan selama kegiatan pembelajaran berlangsung.

e. Anak didik dapat mempelajari sesuatu secara intensif dan komprehensif.

31

Dari dua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa metode Field Trip merupakan metode penyampaian materi pelajaran dengan cara membawa langsung siswa ke obyek di luar kelas atau di lingkungan yang berdekatan dengan sekolah agar siswa dapat mengamati atau mengalami secara langsung.

3) Outbound

Outbound adalah kegiatan di alam terbuka. Outbond juga dapat memamcu semangat belajar. Outbound juga dapat memacu semangat belajar. Outbound merupan sarana penambahan wawasan pengetahuan yang didapat dari serangkaian pengalaman berpetualang sehingga dapat memacu semangat dan kreativitas seseorang. Menurut Badiatul (2009:11) Outbound adalah usaha olah diri (olah pikir dan fisik) yang sangat bermanfaat bagi peningkatan dan pengembangan motivasi, kinerja dan prestasi dalam rangka melaksanakan tugasa dan kepentingan organisasi secara lebih baik lagi. Outbound bukan hanya bermakna kegiatan diluar, naumun lebih dari itu dimana peserta diajak untuk membuat terobosan-terobosan baru dan diajak untuk berfikir kreatif.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Outbound adalah kegiatan pembelajaran yang berada diluar ruangan atau luar sekolah. Kegiatan Outbound yang dilakukan di alam terbuka dikemas dengan menyenangkan dan penuh tantangan. Bentuk kegiatan Outbound berupa simulasi situasi dalam organisasi yang dikemas dengan bentuk

32

permainan kreatif, rekreatif, dan edukatif baik secara individual maupun kelompok dengan tujuan untuk mengembangkan diri baik secara individu maupun kelompok.

f. Langkah Pembelajaran Luar Sekolah

Kegiatan pembelajaran luar sekolah dibagi menjadi 3 tahap, yaitu : 1) Perencanaan

Kegiatan perencanaan sangat berperan penting terhadap jalannya sebuah kegiatan. Kegiatan ini merupakan kegiatan awal yang akan menentukan bagaimana jalannya kegiatan sampai akhir. Menurut Hamzah (2006: 2), kegiatan perencanaan pembelajaran merupakan kegiatan memilih, menetapkan, dan mengembangkan metode untuk mendapatkan hasil yang diinginkan. Pembelajaran yang direncanakan memerlukan berbagai teori untuk merancangnya agar rencana pembelajaran yang disusun dapat memenuhi harapan dan tujuan pembelajaran.

Menurut Majid (2008: 15), perencanaan merupakan penyusunan langkah-langkah yang akan dilaksanakan dalam mencapai tujuan yang sudah ditentukan sebelumnya. Perencanaan dibuat berdasarkan kebutuhan dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan keinginan yang membuat perencanaan. Perencanaan harus dapat dilaksanakan dengan mudah dan tepat sasaran.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kegiatan perencanaan merupakan kegiatan awal yang didalamnya terdapat

33

kegiatan pemilihan, penyusunan, dan menetapkan metode yang akan digunakan. Perencanaan yang matang diharapkan dapat mencapai tujuan sesuai dengan yang telah ditentukan sebelumnya. Kegiatan perencanaan pendampingan pembelajaran luar sekolah di awali dengan menentukan materi apa yang akan digunakan dalam kegiatan. Materi yang digunakan disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak, sehingga anak yang mengikuti kegiatan dapat memahami materi yang disampaikan dengan baik.

2) Pelaksanaan

Rencana yang telah disusun selanjutnya di implementasikan dalam bentuk pelaksanaan kegiatan. Kegiatan pelaksanaan yang di dahului dengan perencanaan yang matang dimaksudkan untuk meminimalkan hambatan yang mungkin ditemui dan menemukan alternatif solusinya. Menurut Sujarwo (2013: 94) guna mencapai tujuan yang hendak dicapai, fasilitator (pendamping) hendaknya memiliki kemampuan untuk memilih metode, media, alat evaluasi pembelajaran, dan memanfaatkannya secara tepat.

Dalam kegiatan pembelajaran luar sekolah ini peserta dilatih untuk kreatif dan mandiri dalam menyelesaikan tugas yang diberikan oleh pendidik atau pemandu. Kegiatan pelaksanaan ini seorang pendamping harus siap membantu peserta kegiatan ketika menghadapi kesulitan dalam menyelesaikan tugasnya.

34 3) Evaluasi

Kegiatan evaluasi sangat berperan penting dalam menyusun program selanjutnya. Melalui evaluasi ini program yang sudah terlaksana dapat diperbaiki dan disempurnakan di program yang selanjutnya.

Menurut Widyoko (2009: 6), kegiatan evaluasi merupakan proses yang sistematis dan berkelanjutan untuk mengumpulkan, mendeskripsikan, menginterpretasikan dan menyajikan informasi tentang suatu program yang digunakan sebagai dasar membuat keputusan dan menyusun program selanjutnya.

Kegiatan evaluasi digunakan untuk mengetahui seberapa banyak program yang dilaksanakan bermanfaat bagi peserta yang mengikuti program dan menjadi tolak ukur dalam menyusun program selanjutnya. Menurut Sudaryono (2012: 41), evaluasi program bertujuan untuk mengetahui pencapaian target program dan digunakan untuk menentukan seberapa jauh target program pengajaran tercapai. Tolak ukur dalam kegiatan evaluasi ini adalah tujuan yang sudah dirumuskan dalam tahap perencanaan kegiatan. Kegiatan evaluasi yang dilakukan dalam pembelajaran luar sekolah melalui metode recalling.

Jadi dapat disimpulkan bahwa evaluasi bertujuan untuk mengetahui seberapa banyak pemahaman yang diperoleh siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran luar sekolah. Peserta kegiatan diajak untuk mengingat kembali materi dan manfaat dari kegiatan yang sudah

35

diikuti sebelumnya. Melalui kegiatan ini diharapkan peserta dapat memahami manfaat dan materi secara mendalam dan memberikan kesan positif kepada peserta kegiatan.

4. Kajian Nilai Karakter

Dokumen terkait