• Tidak ada hasil yang ditemukan

2.2. Kerangka Teor

2.2.7. Kajian Penelitian Terdahulu

Penelitian tentang perbankan syariah telah dilakukan oleh Mardiansyah (2004). Untuk model pembiayaan perbankan syariah, faktor internal seperti Lending Capacity (LC), nisbah laba per pembiayaan, dan tingkat pembiayaan bermasalah perbankan syariah, serta faktor eksternal rata-rata suku bunga kredit perbankan konvensional secara signifikan berpengaruh terhadap volume pembiayan yang disalurkan perbankan syariah, meskipun dengan tingkat signifikansi yang berbeda. Pembiayaan yang diberikan perbankan syariah tidak tergantung pada besarnya laba dan pembiayaan bermasalahnya, perbankan syariah tidak bersifat “profit oriented”.

Dalam skripsi Irawan (2004), penawaran pembiayaan Bank Umum Syariah (BUS) di Indonesia secara nyata dipengaruhi oleh Letter of Credit (LC). Nilai elastisitas LC terhadap penawaran pembiayaan merupakan yang tertinggi diantara variabel-variabel yang lainnya. Cara yang paling efektif untuk meningkatkan tingkat pembiayaan BUS adalah dengan meningkatkan Dana Pihak Ketiga (DPK). Meningkatnya DPK akan meningkatkan LC yang pada akhirnya

akan meningkatkan pembiayaan BUS. Variabel lain yang berpengaruh secara nyata terhadap penawaran pembiayaan BUS di Indonesia adalah Variabel Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI) dan variabel Non Performing Financing (NPF).

Nilai elastisitas SWBI tidak besar, sehingga peningkatan jumlah SWBI BUS tidak akan mengurangi jumlah pembiayaan yang dikucurkan secara signifikan. Variabel NPF memiliki hubungan yang positif dengan penawaran pembiayaan BUS. Seharusnya hubungan keduanya adalah negatif. Artinya BUS lebih mengutamakan untuk menyalurkan dana yang terkumpul dari DPK dan tidak terlalu memperhatikan NPF ketika persentasenya terhadap total pembiayaan berada pada kondisi stabil.

Permintaan pembiayaan BUS secara nyata dipengaruhi oleh variabel GDP Riil dan variabel suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Nilai elastisitas GDP Riil merupakan merupakan yang tertinggi diantara variabel-variabel lain. Kondisi tersebut mencerminkan bahwa permintaan pembiayaan BUS sangat dipengaruhi oleh kondisi perekonomian nasional. Variabel suku bunga SBI mempengaruhi permintaan pembiayaan BUS secara nyata. Namun variabel tersebut memiliki hubungan yang negatif dan tidak sesuai dengan kerangka teoritis. Hal ini menunjukkan bahwa nasabah pembiayaan BUS merupakan nasabah segmen khusus yang tidak akan terpengaruh oleh fluktuasi tingkat suku bunga kredit di bank konvensional. Nasabah tersebut disebut kategori nasabah emosional.

Permintaan dan penawaran pembiayaan BUS di Indonesia secara nyata dipengaruhi oleh nisbah bagi hasil yang diterima oleh pihak bank. Nilai elastisitasnya pada persamaan penawaran adalah positif yang mengartikan bahwa kurva penawaran pembiayaan memiliki slope positif. Sedangkan nilai elastisitasnya pada persamaan permintaan bernilai negatif yang mengartikan bahwa kurva permintaan pembiayaan memiliki slope negatif.

Pada skripsi Firdaus (2004), struktur pasar bank umum syariah berupa perusahaan dominan mempengaruhi perilakunya dalam berpromosi. Struktur pasar dan perilaku tersebut kurang memberi pengaruh besar terhadap kinerja. Kinerja bank umum syariah yang tinggi lebih disebabkan karena faktor eksternal, yaitu preferensi masyarakat untuk mengalokasikan dananya dalam bentuk Dana Pihak Ketiga (DPK) terhadap bank umum syariah.

Sedangkan pada skripsi Pitaloka (2004), penelitiannya membandingkan kinerja finansial antara bank syariah dengan bank konvensional dengan menggunakan metode Economic Value Added (EVA). Penelitian yang menggunakan data pada tahun 2001 dan 2002 tersebut menyimpulkan bahwa nilai EVA untuk bank syariah belum tentu bernilai lebih besar daripada bank konvensional. Karena nilai EVA sangat tergantung pada kinerja masing-masing bank bukan pada jenis bank. Dari hasil penelitian tersebut terlihat bahwa kinerja bank syariah (yang diwakili oleh BMI) selama dua tahun tersebut tidak menarik bagi pemegang saham atau investor. Sehingga investor ragu untuk membeli saham yang ditawarkan, karena tidak akan mendapatkan deviden yang diharapkan. Implikasinya, bank syariah sulit mendapatkan penambahan modal,

kecuali dari keuntungan antara selisih dana pihak ketiga dan pembiayaan yang disalurkan kembali kepada masyarakat, tanpa dapat mengharapkan modal dari penjualan saham.

Budiman (2004), pada penelitiannya tentang ada tidaknya pengaruh faktor- faktor makroekonomi (suku bunga SBI, kurs rupiah terhadap dollar Amerika Serikat dan Indeks Harga Saham Gabungan /IHSG), pembiayaan dan simpanan mudharabah terhadap laba bruto bank-bank syariah di Indonesia. Sampel yang dipilih dalam penelitian tersebut adalah Bank Muamalat, Bank Syariah Mandiri dan BNI unit syariah. Pengujiannya menggunakan persamaan linear berganda dengan metode OLS dan data yang digunakan adalah data yang berasal dari laporan bulanan dan triwulanan bank syariah yang bersangkutan.

Hasil pengujian menunjukkan bahwa faktor pembiayaan secara statistik dan substansi menjadi faktor tunggal yang signifikan terhadap laba bruto bank syariah dari ketiga sampel tersebut. Hal itu mampu dijelaskan secara memuaskan oleh sejumlah persamaan regresi yang dihasilkan. Sedangkan fungsi regresi yang menggunakan faktor tunggal simpanan mudharabah yang secara statistik juga signifikan, secara substansi kurang menemukan penjelasan yang memuaskan. Kombinasi dari dua variabel bebas ini dalam satu persamaan fungsi regresi tidak dapat dilakukan karena bermasalah dalam hal multikolinearitas dan autokorelasi atau keduanya.

Kesimpulan dari hasil pengujian itu juga menunjukkan bahwa variabel- variabel makroekonomi tidak berhubungan langsung dengan hasil operasional bank syariah. Suku bunga SBI tidak berpengaruh terhadap pendapatan dan laba

bruto bank syariah, karena bank syariah adalah alternatif dari bank konvensional yang berintikan suku bunga. Kurs dan IHSG juga tidak berpengaruh terhadap laba bruto bank syariah karena keduanya banyak dipenuhi unsur maupun pelaku spekulasi. Sehingga bukanlah substitusi yang ideal terhadap perbankan syariah yang mengharamkan semua jenis usaha atau proyek yang berindikasi spekulasi atau judi.

Laba bruto dalam penelitian Budiman adalah jumlah hasil investasi yang diperoleh bank syariah dari hasil investasi melalui pembiayaan yang diberikan kepada pihak debitur bank syariah setelah dikurangi bagi hasil kepada pihak penabung (deposan) bank syariah setiap periodenya. Laba yang dipakai dalam penelitian yang dilakukan penulis adalah laba bersih BUS yang diperoleh dari selisih antara laba bagi hasil pembiayaan dengan bagi hasil yang harus diberikan kepada deposan, ditambah pendapatan dari jasa-jasa.

Penelitian ini juga hanya menganalisis faktor- faktor internal BUS dan tidak menyertakan variabel makroekonomi sebagaimana pada penelitian yang dilakukan oleh Irawan dan Mardiyansyah. Sampel yang dipilih dalam penelitian Budiman adalah Bank Muamalat, Bank Syariah Mandiri dan BNI unit syariah, sedangkan sampel dalam penelitian penulis mencakup seluruh BUS dan UUS di Indonesia.

Dokumen terkait