• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Penelitian Terdahulu

Berdasarkan kajian terdahulu melalui literatur dan karya ilmiah lainnya yang penulis telah baca belum ditemukan secara langsung penelitian dalam bentuk kajian pustaka yang fokus tentang wawasan al-Qur’an tentang pendidikan karakter, namun ditemukan beberapa kajian dalam berbagai literatur pustaka primer dan skunder yang mengelaborasi persoalan terkait judul dan masalah yang diteliti dalam disertasi ini.

Pustaka yang lebih spesifik dan berbahasa Asing adalah karya Thomas Lickona, Educating for Character: How Our Schools Can Teach Respect and Responsibility, yang merumuskan bahwa pendidikan karakter melibatkan tiga aspek kecerdasan, yakni kognitif melalui moral knowing, afektif melalui moral feeling, dan psikomotik melalui moral acting. Kaitannya pendidikan karakter

53Muhammad Idrus, “Karakteristik dan Dimensi Moral Anak Ddidik dalam Pendidikan” dalam Muslih Usa dan Aden Widyan. ed. Pendidikan Islam dalam Peradaban Industrial (Yogyakarta: Aditya Media, 2012), 16-18.

dengan agama dalam karya Thomas Lickona, Educating for Character: How Our Schools Can Teach Respect and Responsibility, tersebut disebutkan beberapa contoh berkaitan dengan moral dalam upaya pendidikan karakter.54 Di sini dipahami bahwa pendidikan karakter merupakan keharusan.

Thomas Lickona juga menulis jurnal berjudul The Teacher’s Role in Character Education dalam Journal of Education yang menjelaskan urgensi seorang pendidik membentuk karakter bagi peserta didik.55 Urgensi yang dimaksud adalah usaha sungguh-sungguh menerapkan tiga aspek, yakni kognitif, afektif dan psikomotorik bagi peserta didik.

Selain itu buku sumber primer ditulis Bambang Q-Anees dan Adang Hambali, Pendidikan Karakter Berbasis al-Qur’an, yang merumuskan Al-Qur’an adalah akhlak sebagai pedoman berkarakter. Al-Qur’an adalah akhlak Muhammad Rasulullah atau Muhammad Rasulullah adalah al-Qur’an hidup. Upaya menumbuhkan pendidikan karakter secara sempurna harus menrujuk pada

al-Qur’an sebagai huda, petunjuk bagi manusia untuk menjaga karakter baiknya. Al-Qur’an sebagai sumber inspirasi karakter menjadikan Rasulullah Muhammad

berhati bening.56 Buku yang ditulis Bambang Q-Anees dan Adang Hambali ini, merumuskan pula pendidikan dalam kerangka tarbiyah dan ta’dib, sementara penulis dalam disertasi ini mengungkap pula dalam kerangka ta’līm untuk

54Thomas Lickona, Educating for Character: How Orur School Can Teach Respect anda

Responsibility (New York: Bantam Books, 2001), h. 6-7.

55Thomas Lickona juga menulis jurnal berjudul The Teacher’s Role in Cjaracter

Education dalam Journal of Education, vol 197, nomor 12, 2007, h. 12.

56Bambang Q-Anees dan Adang Hambali, Pendidikan Karakter Berbasis al-Qur’an (Cet. II; Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2009), h. 6 dan 131.

dijadikan wahana pendidikan karakter dengan merujuk pada beberapa ayat

al-Qur’an yang harus diajarkan secara informal, formal, dan non formal.

Buku yang sama ditulis oleh Ulil Amri Syafri, Pendidikan Karakter Berbasis Al-Qur’an, yang pada bagian penutup buku tersebut merumuskan kesimpulan bahwa suatu model proses pendidikan Islam berkarakter yakni madrasah nabawiyah sebagai model pendidikan Islam Nabi Muhammad saw yang telah mengubah karakter manusia dari jahiliyah menjadi Islamiyah sebagai karakter mulia. Pembentukan karakter tersebut pada dasarnya berorientasi pada pendidikan akhlak yang berbasis al-Qur’an, yakni dengan merujuk pada ayat-ayat al-Qur’an.57 Uraian buku tersebut berdasarkan hasil bacaan penulis sepertinya menyamakan antara karakter dengan akhlak, sementara dalam disertasi ini dirumuskan adanya perbedaan antara akhlak dan karakter walaupun dalam berbagai perspektif ditemukan adanya persamaan, sehingga uraian antara akhlak dan karakter dalam disertasi penulis saling bergantian dan melengkapi untuk kemudian dirumuskan perbedaan diantara keduanya berdasarkan ayat-ayat

al-Qur’an, yang pada akhirnya penulis akan merumuskan tentang karakter yang perlu

dimiliki dan dihindari berdasarkan petunjuk al-Qur’an.

Untuk literatur pustaka yang mengelaborasi beberapa ayat terkait dengan karakter sepanjang penelusuran penulis dalam berbagai rujukan kepustakaan atau dari beberapa tulisan karya ilmiah memang belum ditemukan penelitian yang secara spesifik mengkaji tentang wawasan al-Qur’an tentang pendidikan karakter. Namun demikian beberapa literatur atau karya ilmiah yang terkait dengan itu

57Ulil Amri Syafri, Pendidikan Karakter Berbasis Al-Qur’an (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2012), h. 149-150.

khususnya penelitian berupa disertasi yang tentu saja dapat dijadikan acuan dan rujukan pustaka dalam mengkonsepsikan wawasan al-Qur’an dan pendidikan karakter adalah disertasi yang ditulis Gyan Puspa Lestari, Internalisasi Nilai-nilai Pendidikan Luqman al-Hakim dalam Pembinaan Akhlak, menyimpulkan bahwa pandangan dan sikap hidup (way of life) seharusnya didasari karakter yang baik berdasarkan apa yang diajarkan Luqman Hakim kepada anaknya, yakni mengutamakan al-hikmah, kebijaksanaan sehingga terbentuk karakter Islami sesuai yang dipahami dalam al-Qur’an.58

Disertasi tersebut mengulas tentang persoalan karakter secara khusus berdasarkan apa yang dipahami dari konsep pendidikan Luqmanul Hakim yang oleh penulis dalam disertasi ini juga focus pada pendidikan karakter yang bukan saja pada segi konsep pendidikan Luqmanul Hakim dalam surah Luqman tetapi, juga mengutip ayat-ayat dari surah lain, yakni penulis mengelaborasi ayat-ayat terkait dengan pendidikan karakter dan menjadikannya sebagai bagian karakter akan membedakan kajian disertasi ini dengan apa yang telah ditulis Gyan Puspa Lestari sebelumnya.

Ditemukan hasil penelitian berupa tesis yang ditulis Syarifuddin Ondeng, Karakter Manusia Perspektif al-Qur’an yang merumuskan kesimpulan bahwa karakter manusia dalam al-Qur’an terdiri atas dua tipe, yakni karakter manusia yang positif dan membahagiakan serta karakter manusia yang negatif yang membahayakan. Untuk mencapai karakter yang positif dan membangun, serta meninggalkan atau mengurangi karakter yang negatif dan merusak, maka

58Gyan Puspa Lestari, “Internalisasi Nilai-nilai Pendidikan Luqman al-Hakim dalam Pembinaan Akhlak”, Disertasi, Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia, 2011.

perlu diupayakan pembentukan karakter yang ideal.59 Namun tesis tersebut tidak mengurai secara spesifik tentang upaya pembentukan karakter positif untuk diamalkan. Di sinilah penulis akan mengulas proses pembentukan karakter tersebut, agar dapat mencapai karakter, manusia yang ideal, sesuai dengan petunjuk dan tuntunan al-Qur’an.

Selanjutnya, kajian khusus tentang karakter yang ada kaitannya dengan akhlak dalam al-Qur’an dalam enteri M. Quraish Shihab “Akhlak” mengaitkan dengan persoalan karakter baik dan buruk selalu ada pada diri manusia. Beberapa ayat-ayat yang disebutkan M.Quraish Shihab dalam kajiannya itu, megandung implikasi bahwa baik dan buruknya karakter akan dipertanggung jawabkan kelak.60 Apa yang dienterikan M. Quraish Shihab menjadi ulasan penting dalam disertasi penulis dalam upaya mencari implikasi karakter yang sesungguhnya

berdasarkan kajian qur’āni yang oleh penulis menganalisisnya sesuai dengan

pendekatan tafsir tarbawi.

Literatur lain yang sangat penting untuk dijadikan rujukan untuk memahami wawasan al-Qur’an tentang pendidikan karakter adalah kitab-kitab tafsir misalnya, kitab tafsir dengan jenis ma’śūr,61 demikian juga tafsir dengan

59Syarifuddin Ondeng, “Karakter Manusia Perspektif al-Qur’an”, Tesis Program Pascasarjana IAIN Alauddin Makassar, 1995.

60

M. Quraish Shihab “Akhlak” dalam Wawasan al-Qur’an: Tafsir Maudhu’i atas Pelbagai Persoalan Umat (Cet. XVII; Bandung, 2012), h. 254, 255 dan 257.

61

Al-ma’śūr merupakan salah satu jenis penafsiran yang muncul pertama kali dalam

sejarah khazanah intelektual Islam. Praktik penafsirannya adalah ayat-ayat yang terdapat dalam Al-Qur’an ditafsirkan dengan ayat-ayat lain, atau dengan riwayat dari Nabi saw, para sahabat dan juga dari tabiin. Yang terakhir ini, ditemukan perbedaan pendapat. Sebagian ulama menggolongkan qawl tabī’īn ini sebagai bagian dari riwayat, sedangkan yang lainnya mengkategorikannya kepada al-ra’y saja. Lebih lengkapnya lihat Muhammad Husayn Żahabiy, Tafsīr wa Mufassirūn, jilid II (Cet. II; t.t.: Huqūq Tab’ah Mahfūzah li al-Mu’allif, 2006), h. 46-78

jenis al-ra’yu,62dan termasuk Tafsīr al-Mishbah karya M. Quraish Shihab. Semua kitab tafsir ini dan beberapa kitab tafsir yang sejenis tidak sempat disebutkan satu persatu yang ditemukan didalamnya penjelasan tentang karakter manusia dalam al-Qur’an.

Selain literatur pustaka tafsir ditemukan rujukan dari buku-buku pendidikan yang bernuansa tafsir, yakni Pendidikan Karakter Perspektif

al-Qur’an yang disusun oleh Abdul Majid dan Dian Andayani. Buku ini mengurai

tentang esensi pendidikan karakter, strategi dan model implementasinya dengan merujuk pada ayat-ayat al-Qur’an.63 Dalam disertasi penulis ini, dielaborasi berbagai starategi pendidikan karakter berdasarkan metodologi pendidikan Islam yang antara lain metode berpikir analitis dan sintesis dalam mewujudkan pendidikan karakter, metode bimbingan dan penyuluhan, metode targib dan tarhib serta metode lainnya yang efektif digunakan dalam implementasi pendidikan karakter. Selain metode, disertasi penulis ini juga mengelaborasi uraian berkaitan dengan model implementasi pendidikan karakter secara informal, formal dan non formal.

Beberapa buku dan karya ilmiah lain yang dapat mendukung uraian disertasi penulis selain yang telah disebutkan, adalah buku pendidikan karakter yang bernuansa akhlak tasawuf. Buku yang dimaksud lebih mendalam bahasannya

62

Al-ra’y adalah penafsiran Al-Qur’an dengan ijtihad dan penalaran. Jenis tafsir ini

mencul sebagai sebuah metodologi pada periode akhir pertumbuhan tafsīr al-ma’śūr, meskipun telah terdapat upaya sebagai kaum muslimin yang menunjukkan bahwa mereka telah melakukan penafsiran dengan ijtihad, khususnya zaman sahabat sebagai tonggak munculnya ijtihad dan istimbāt, dan periode tabiin. Muhammad Husayn al-Żahabiy, al-Tafsīr wa al-Mufassirūn, h. 79.

63Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Karakter Perspektif al-Qur’an (Bandung: 2013), h. x-xii.

tentang karakter manusia pada tingkat ihsan, yakni sifat dan sikap manusia yang seharusnya diimplementasikan.

Buku-buku akhlak tasawuf yang merujuk pada ayat-ayat al-Qur’an seperti yang ditulis Muhammad al-Gazali, Khuluq al-Muslim diterjemahkan oleh H. Moh. Rifai dengan judul Akhlak Seorang Muslim. Buku ini berfokus pada pembahasan masalah akhlak sebagai bagian dari karakter manusia, ada akhlak yang jahat tanda iman yang lemah, dan akhlak mahmudah sebagai pertanda baiknya imannya seseorang.64 Buku lain adalah karya Abdul Mujib, Fitrah dan Kepribadian Islam; Sebuah pendekatan Psikologis yang membahas konsep fitrah dan kaitannya dengan struktur karakter kepribadian seorang muslim,65 yang pembahasannya merumuskan betapa pentingnya seorang muslim untuk memiliki karakter yang baik. Literatur pustaka yang disebutkan ini, baik yang berkenaan dengan karakter manusia dalam tinjauan al-Qur’an maupun dari tinjuan pendidikan, menjadi rujukan penting dalam disertasi penulis.

Dokumen terkait