KAJIAN PUSTAKA
B. Kajian Penelitian yang Relevan
Terdapat beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian mengenai profil guru dan relevansinya dengan kurikulum ini. Farhan Yadi (2012) meneliti tentang relevansi kurikulum Prodi PTMO FKIP UNSRI dengan kompetensi profesional guru SMK di kota Palembang. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui cakupan kompetensi profesional guru SMK kompetensi keahlian teknik kendaraan ringan di kota Palembang dan relevansinya dengan kompetensi pada kurikulum prodi PTMO FKIP Universitas Sriwijaya tahun 2011. Peneitian tersebut menggunakan metode survei dengan populasi guru SMK pengampu mata diklat Teknik Kendaraan Ringan dan dosen prodi PTMO FKIP UNSRI. Sampel ditentukan dengan teknik simple random sample dan purposive sample. Instrumen yang digunakan adalah angket menggunakan skala rating scale dan semantik diferensial. Selain itu, penentuan relevansi kurikulum juga menggunakan metode
Forum Group Discussion. Hasil penelitian secara umum ditunjukkan sebagai
berikut. (1) Cakupan kompetensi profesional guru SMK yang dinilai mengacu pada standar BNSP, BSNP, dan KTSP menunjukkan bahwa 106 kompetensi dasar termasuk dalam kategori relevan dan 36 kompetensi dasar dalam kategori cukup relevan. Secara umum 74,65% cakupan kompetensi profesional guru adalah relevan. (2) Tingkat relevansi kurikulum Prodi PTMO FKIP UNSRI dengan kompetensi profesional guru SMK diperoleh 75 kompetensi dasar telah sesuai atau tersedia, dan 67 butir kompetensi belum sesuai atau tidak tersedia. Kesimpulan
69
secara umum dari penelitian ini adalah bahwa persentase tingkat relevansi kurikulum adalah 52,82% termasuk dalam kategori relevan meskipun masih banyak jumlah kompetensi yang tidak tersedia, khususnya untuk kompetensi bidang kelistrikan.
Nze & Ginestie´ (2011) meneliti mengenai technical and vocational teaching and training in Gabon: how future teachers build their vocational identity?. Berdasarkan data yang diperoleh, menunjukkan bahwa pendidikan guru selama ini tidak benar-benar menghasilkan hasil yang diinginkan oleh universitas penyelenggara pendidikan guru bidang teknologi. Temuan Nze & Ginestie´ ini semakin memperkuat mengenai pentingnya mengungkap relevansi pendidikan keguruan dalam bidang teknologi dengan capaian yang ingin diraih, yaitu guru yang memiliki kompetensi yang baik dan sesuai dengan bidang pekerjaannya sebagai guru kejuruan.
Penelitian yang dilakukan Paryanto (2009) terhadap guru-guru lulusan FT pada empat sekolah kejuruan di Yogyakarta dengan judul Kemampuan Mengajar Lulusan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta, menunjukkan hasil yang dapat menjadi bahan pengembangan penelitian ini. Hasil penelitian Paryanto tersebut menunjukkan bahwa kemampuan mengajar lulusan FT UNY termasuk dalam kategori baik, etos kerja lulusan FT UNY termasuk dalam kategori sangat baik, pengalaman guru lulusan FT UNY termasuk dalam kategori baik, iklim kerja di sekolah tempat guru lulusan FT UNY mengajar termasuk dalam kategori sangat baik, dan kepemimpinan Kepala Sekolah di sekolah tempat guru lulusan FT UNY mengajar termasuk dalam kategori baik.
70
Nurdjito (2010) dalam penelitiannya yang berjudul Evaluasi Pencapaian Kompetensi Mahasiswa Pendidikan Teknik Mesin FT UNY Dalam Praktik Pengalaman Lapangan di SMK Se DIY, berusaha mengetahui profil pencapaian kompetensi mahasiswa Prodi PTM FT UNY sebagai calon guru. Jenis penelitian ini adalah penelitian evaluasi model CIPP dengan pendekatan penelitian survei. Pengambilan sampel menggunakan teknik proportional random sampling sesuai sebaran populasi pada setiap sekolah. Hasil penelitian ini adalah sebagai berikut. (1) Pencapaian total kompetensi mahasiswa sebagai calon guru pemula SMK termasuk kategori cukup baik. (2) Pencapaian kompetensi mahasiswa pada penguasaan bidang studi termasuk kategori cukup baik. (3) Pencapaian kompetensi mahasiswa pada pemahaman tentang peserta didik termasuk kategori cukup baik. (4) Pencapaian kompetensi mahasiswa pada penguasaan pembelajaran yang mendidik termasuk kategori cukup baik. (5) Pencapaian kompetensi mahasiswa pada pengembangan kepribadian dan keprofesionalan termasuk kategori baik.
Berdasarkan penelitian di atas, dapat dijadikan sebagai pandangan awal dalam pelaksanaan penelitian mengenai relevansi antara profil ideal guru SMK-KKTP dengan kurikulum dan implementasi dalam pembelajaran di Prodi PTM FT UNY. Penelitian yang dilakukan Paryanto mengambil subjek penelitian guru lulusan FT UNY yang telah cukup lama mengabdi, menunjukkan hasil yang baik. Hal ini dapat menjadi dasar untuk mengetahui seperti apakah profil guru SMK yang baik. Sementara itu, dari sisi lain, yaitu calon guru SMK, penelitian oleh Nurdjito memberikan informasi bahwa ternyata kualitas pencapaian kompetensi mahasiswa sebagai calon guru pemula SMK masih berada pada kategori cukup baik. Oleh
71
karena itu, dibutuhkan upaya untuk perbaikan kualitas pencapaian kompetensi mahasiswa sebagai calon guru SMK. berdasarkan hasil penelitian ini, muncul pertanyaan yang perlu ditemukan jawabannya yaitu mengapa pencapaian kompetensi guru pemula yaitu mahasiswa masih kurang, akan tetapi ketika telah menjadi guru, ternyata penguasaan kompetensinya baik. Salah satu kemungkinan yang dapat terjadi adalah bahwa faktor penyiapan guru mengalami kendala soal relevansi, karena terbukti setelah beradaptasi cukup lama sebagai guru, menunjukkan bahwa kompetensi dapat dikuasai dengan baik.
Wagiran (2010) dalam penelitiannya mengenai determinan kinerja guru SMK kelompok keahlian teknologi dan industri bidang keahlian teknik mesin, menghasilkan kesimpulan bahwa kepemimpinan kepala sekolah, budaya sekolah, imbalan, kemampuan guru, komitmen guru, dan motivasi kerja guru berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja guru. Berdasarkan hasil analisis jalur, ternyata kemampuan guru dan motivasi kerja guru merupakan faktor yang lebih dominan menentukan kinerja guru. Hasil temuan ini semakin memperkuat mengenai perlunya identifikasi kemampuan (kompetensi) guru karena sangat mendukung kinerja guru, yang secara langsung akan berpengaruh terhadap pencapaian keberhasilan belajar peserta didik. Dalam penelitian mengenai determinan kinerja guru ini, juga disampaikan mengenai berbagai rumusan kompetensi guru kejuruan, yang dapat menjadi acuan untuk merumuskan kompetensi guru SMK-KKTP.
Spöttll (2009) dan Qiding Yu (2009) dalam studinya membagi kompetensi guru kejuruan dalam dua kelompok besar. Spöttll(2009) dalam studinya mengenai
72
Teacher Education For TVET In Europe And Asia membagi dua bidang kompetensi
utama guru kejuruan yang harus dikuasai setelah menempuh pendidikan yaitu: 1. Scientific qualification in a specialist science
2. Vocational educational qualification
a. Pendidikan dan pedagogik; b. Profesi dan peran guru; c. Didaktik dan metodologi;
d. pembelajaran, pengembangan, dan sosialisasi; e. motivasi dalam kinerja dan pembelajaran; f. diferensiasi, integrasi, promosi;
g. diagnostik, penilaian, dan konseling; h. komunikasi;
i. media pendidikan; j. pengembangan sekolah; k. penelitian pendidikan.
Sementara itu, penelitian Qiding Yu (2009) mengenai National Standard Of
Vocational Teachers’ Training In China merumuskan dua kompetensi utama guru kejuruan yaitu keahlian profesional dan keahlian mengajar.
Celik (2011) meneliti tentang Characteristics and Competencies for Teacher
Educators: Addressing the Need for Improved Professional Standards in Turkey.
Temuan oleh Celik menjelaskan bahwa meskipun banyak perhatian telah diberikan untuk mengetahui sifat pengajaran dan kualitas guru yang baik, ada sedikit penekanan pada karakteristik dan kompetensi spesifik yang harus dimiliki oleh
73
guru. Berdasarkan hal tersebut, semakin menguatkan pentingnya merumuskan karakteristik dan kompetensi spesifik yang harus dimiliki seorang guru. Penelitian ini membandingkan antara standar baku di Amerika, Australia, dan negara-negara tertentu di Eropa dengan standar yang masih minim dalam sistem pendidikan di Turki. Meskipun terdapat perbedaan besar dalam konteks dan organisasi pendidikan guru, dapat diambil kesimpulan bahwa standar yang ada di Turki bersesuaian dengan standar internasional. Hal tersebut dikarenakan umumnya standar yang digunakan di Turki merupakan hasil refleksi atau reproduksi standar yang ditetapkan oleh negara-negara maju dengan penelitian yang luas, seperti Amerika Serikat, Australia, dan negara-negara Eropa tertentu.
Standar-standar yang sebanding untuk pendidik guru berdasarkan kajian Celik tersebut dijelaskan sebagai berikut. (1) Kualitas pengajaran yang baik membutuhkan landasan pedagogis yang kuat, termasuk pengetahuan tentang kondisi lapangan dan pendidikan secara umum, serta keterampilan instruksional untuk mentransfer pengetahuan ke orang lain. (2) Perlunya keterlibatan dalam menciptakan pengetahuan baru pada bidang praktis (materi pembelajaran, kurikulum) dan teoritis (penelitian, publikasi di jurnal profesional). (3) Memberi dukungan yang berkualitas pada pre-service dan in-service, memberi dampak pada siswa, program, institusi, dan pendidikan dengan menunjukkan kepemimpinan, menerapkan kerjasama tim dan kolaborasi. Sejalan dengan itu, pendidik guru yang baik tidak hanya di dalam lembaganya saja, tetapi diharapkan juga untuk dapat melayani komunitas pendidikan secara keseluruhan dengan memberikan konseling, memperkenalkan metode pengajaran dan program ke sekolah-sekolah untuk
74
pengembangan staf, dan dengan aktif berpartisipasi dalam penentuan kebijakan. (4) Perlunya ambil bagian dalam pengembangan profesional yang berkelanjutan.
Williams (2009) dalam kajiannya mengenai Exploring Professional Development Practices for Vocational Education and Training Practitioners
menyampaikan bahwa guru kejuruan harus memiliki kemampuan dan pemahaman terhadap: (1) siswa, yaitu melibatkan siswa, bimbingan siswa, mengajar siswa internasional; (2) mengajar dan pembelajaran, meliputi kemampuan mengelola kelas; organisasi, persiapan, dan pengelolaan waktu; kemampuan meneliti; strategi penyampaian dan penilaian; (3) pendidikan dan pelatihan kejuruan, meliputi memahami kurikulum dan pelatihan, memahami Vocational Education and
Training (VET), memiliki pengetahuan kerja sesuai kebutuhan Australian Quality
Training Framework (AQTF) dan identifikasi peraturan; (4) isi, meliputi
pengetahuan materi pelajaran dan kemampuan serta pengetahuan industri; (5) administrasi, meliputi pengetahuan tentang prosedur dan kebijakan lembaga; (6) teknologi informasi, yaitu literasi komputer yang antara lain meliputi kemampuan penyampaian secara online, komunikasi melalui email, dll.
Malm (2009) dalam studinya mengenai Towards a new professionalism: Enhancing personal and professional development in teacher education
menyatakan bahwa program pelatihan guru perlu difokuskan pada pembekalan mengenai penguasaan konflik, kesadaran diri, empati, kepemimpinan dan keterampilan kolaboratif, yaitu dengan mempertimbangkan tidak hanya aspek kognitif tetapi juga aspek sosial dan emosional pembangunan manusia. Salah satu aspek penting yang diperoleh dari uraian Malm dan sesuai dengan penelitian ini
75
adalah bahwa guru perlu menguasai kemampuan manajerial khususnya berkenaan dengan jiwa kepemimpinan.
Dwi Jatmoko (2013) meneliti tentang Relevansi Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan Kompetensi Keahlian Teknik Kendaraan Ringan terhadap Kebutuhan Dunia Industri di Kabupaten Sleman. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan responden ketua kompetensi keahlian teknik kendaraan ringan SMK dan kepala bengkel Agen Tunggal Pemegang Merk di Kabupaten Sleman. Sampel ditentukan dengan teknik sampling jenuh. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini berupa angket yang disusun menggunakan skala Guttman. Teknik analisis data yang digunakan yaitu analisis deskriptif.
Hasil penelitian Dwi Jatmoko (2013) adalah sebagai berikut. (1) Relevansi kurikulum SMK Kompetensi Keahlian Teknik Kendaraan Ringan dengan kebutuhan dunia industri servis mobil di Kabupaten Sleman untuk bidang engine
sebesar 100%; bidang chasis 100%; dan bidang kelistrikan sebesar 91,67%. (2) Kompetensi yang dibutuhkan industri servis mobil yang tidak disediakan dalam kurikulum di SMK Kompetensi Keahlian Teknik Kendaraan Ringan di Kabupaten Sleman untuk bidang engine sebesar 15%, bidang chasis 4%, dan bidang kelistrikan sebesar 0%. (3) Kompetensi yang tidak dibutuhkan industri servis mobil namun dilaksanakan dalam kurikulum SMK Kompetensi Keahlian Teknik Kendaraan Ringan di Kabupaten Sleman untuk bidang engine dan chasis 0% dan bidang kelistrikan sebesar 0,08%. (4) Kompetensi yang dibutuhkan di industri servis mobil dan ada dalam kurikulum tapi tidak dilaksanakan di SMK Kompetensi Keahlian Teknik Kendaraan Ringan Kabupaten Sleman untuk bidang engine sebesar 22,88%;
76
bidang chasis 14,60%; dan bidang kelistrikan sebesar 12,02%. Kesimpulan secara umum adalah bahwa kurikulum dalam kategori relevan, namun ada beberapa kompetensi yang tidak terlaksana dan perlu perhatian dari pihak SMK. Proses penelitian yang dilakukan Jatmiko ini mempunyai kemiripan dengan penelitian mengenai profil guru, terutama mengenai metode yang digunakan dan proses analisis datanya.