• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Potensi Genetik Ternak Kelinci (Oryctolagus cuniculus) di Magelang, Jawa Tengah

Keadaan Umum

Kabupaten Magelang merupakan kabupaten di Propinsi Jawa Tengah yang letak geografis berada pada posisi 1100 – 01’-51’ bujur timur, 1100 – 26’-58’ bujur timur, 70 – 19’-13’ lintang selatan, dan 70 – 42’-16’ lintang selatan. Kabupaten Magelang terbagi dalam 21 kecamatan yang terdiri atas 372 desa dengan luas wilayah 108.573 Ha. Suhu udara di Kabupaten Magelang berkisar antara 22-26o C dan dapat mencapai hingga 32ºC pada beberapa daerah, kelembaban berkisar antara 70-92%. Curah hujan rata-rata 159.5 mm/th. Pada bulan Mei-Oktober curah hujan rata-rata 28 mm dan bulan November-April 281.5 mm (Pemda dan BPS Kabupaten Magelang 2004). Suhu lingkungan yang cukup tinggi ini kurang cocok untuk pemeliharaan ternak kelinci. Temperatur ideal pemeliharaan ternak kelinci berkisar antara 16-20 oC dengan kelembaban udara relatif 50% (Cheeke et al., 1985). Ditambahkan oleh Lukhefahr dan Cheeke (1990b), bahwa produktivitas kelinci dapat optimal pada kondisi lingkungan dengan suhu udara 18 oC dan tingkat kelembaban udara 70%.

Populasi kelinci yang menyebar di 21 kecamatan mencapai 5 855 ekor dan merupakan potensi yang tinggi (Pemda dan BPS Kabupaten Magelang 2004). Berdasarkan data yang dilakukan oleh PPKM, jumlah peternak dan populasi kelinci pada bulan Maret 2006 sejumlah 1 841 orang peternak dan 22 399 ekor kelinci. Peningkatan ini dapat disebabkan karena munculnya peternak kelinci yang baru, peternak ayam/unggas yang beralih menjadi peternak kelinci dan adanya peningkatan populasi karena kemampuan reproduksi kelinci yang tinggi.

Berikut ditampilkan galur kelinci yang diamati (Gambar 7). Kelinci Flemish Giant (FG), English Spot (ES), New Zealand White (NZ) dan Rex (RR) yang dimiliki peternak adalah kelinci-kelinci yang cukup memiliki ciri khas. Kelinci FG merupakan kelinci tipe besar dan banyak dikembangkan peternak karena memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Kelinci ini banyak diperjual belikan pada umur sapih,

yaitu sekitar delapan minggu sebagai bibit. Adapun pejantan tua dan betina kurang produktif diperjual belikan sebagai ternak potong.

Flemish Giant English Spot New Zealand White Rex

Gambar 7. Galur kelinci yang banyak dipelihara peternak

Karakterisasi Morfometrik

Karakteristik ukuran tubuh kelinci English Spot (ES), Flemish Giant (FG), New Zealand White (NZ) dan Rex (RR) yang meliputi bobot badan, ukuran kepala (panjang, lebar dan tinggi kepala), ukuran telinga (panjang dan lebar telinga), ukuran dada (lingkar, lebar dan dalam dada), ukuran tulang kaki depan (panjang tulang

scapula, radius ulna, dan carpus), ukuran kaki belakang (femur dan tibia), panjang badan dan lebar pinggul ditampilkan pada Tabel 20.

Terdapat banyak kesamaan ukuran tubuh pada kelinci ES, FG dan NZ, yaitu panjang telinga, lebar dada, dan pertulangan scapula, radius-ulna, femur dan tibia. Sehingga secara keseluruhan, diduga diantara ketiga galur kelinci ini terjadi persilangan. Peternak melakukan persilangan dikarenakan ketiadaan pejantan sejenis, dan mengharapkan peningkatan produktivitas. Menurut Falconer dan MacKay (1996), persilangan atau perkawinan yang dilakukan pada kelinci yang berbeda bangsanya dengan harapan diperoleh heterosis, hybrid vigour dan komplementabilitas diantara kelompok yang dipersilangkan. Sedang menurut Lukefahr dan Cheeke (1990a), banyak peternak melakukan persilangan untuk memperoleh keuntungan peningkatan performa produksi dan peningkatan daya tahan tubuh.

Tabel 20. Ukuran tubuh kelinci berdasarkan galur Galur kelinci Peubah ES FG NZ RR n = 40 n = 40 n = 25 n = 40 Panjang kepala (cm) 12.96 + 1.12a 12.82 + 0.92a 12.19 + 0.94b 10.84 + 0.79c Lebar kepala (cm) 5.00 + 0.44a 5.07 + 0.45a 4.68 + 0.33b 4.67 + 0.41b Tinggi kepala (cm) 5.99 + 0.67a 6.02 + 0.63a 5.85 + 0.51a 5.48 + 0.76b Panjang telinga (cm) 15.42 + 1.46a 15.24 + 1.16a 15.04 + 1.27a 11.22 + 0.84b Lebar telinga (cm) 7.98 + 0.59a 7.68 + 0.65b 7.66 + 0.69b 6.20 + 0.50c Dalam dada (cm) 7.02 + 0.59a 7.22 + 1.13a 7.43 + 0.91a 6.86 + 1.07a Lingkar dada (cm) 28.80 + 2.29a 28.25 + 2.30a 28.68 + 2.93a 27.80 + 2.16a Lebar dada (cm) 6.42 + 0.98a 6.40 + 0.71a 6.24 + 0.84ab 5.94 + 0.84b Scapula(cm) 7.15 + 0.72a 6.73 + 0.77ab 7.03 + 0.88ab 6.65 + 1.05b Radius-ulna (cm) 6.91 + 0.82ab 6.79 + 0.54ab 7.09 + 0.82a 6.54 + 1.02b Femur (cm) 11.10 + 1.23a 11.09 + 1.19a 10.80 + 1.20a 10.03 + 1.07b Tibia (cm) 5.29 + 0.79 a 5.09 + 0.86ab 5.02 + 0.59ab 4.82 + 0.63b Panjang badan (cm) 42.79 + 4.23a 42.19 + 4.36ab 40.87 + 4.36b 35.29 + 2.30c Lebar pinggul (cm) 7.19 + 0.83a 7.12 + 0.77a 6.95 + 0.57a 6.38 + 0.81b

Keterangan : Huruf superskrip yang berbeda pada baris yang sama, berbeda nyata (P<0.05).

Kelinci RR memiliki ukuran-ukuran tubuh yang lebih kecil dibandingkan galur kelinci ES, FG dan NZ. Kelinci RR memiliki penampilan fenotipik yang khas, yaitu berbobot badan medium, dan berkulit bulu lembut seperti beludru (Lukefahr dan Robinson 1988). Kelinci RR dipelihara dengan tujuan sebagai hewan kesayangan dan hias, kelinci ini banyak diperjualbelikan dengan harga lebih tinggi dibanding ES, FG dan NZ. Keunggulan pada kelinci RR mendorong peternak untuk mengatur perkawinannya dengan hanya mengawinkan pada sesama galur kelinci RR.

Pengelompokan galur kelinci bertujuan untuk melihat hubungan kekerabatan dan faktor peubah pembeda antar galur, yaitu ES, FG, NZ dan RR. Hasil analisis diskriminan menunjukkan bahwa secara morfologis tampak adanya garis pemisah diantara galur kelinci (Gambar 8).

Gambar 8. Penyebaran Galur Kelinci menurut Ukuran Fenotipik, kelinci ES (E), FG (F), NZ (N), dan RR (R).

Berdasarkan gambar tersebut, terjadi pengelompokan kelinci berdasarkan galurnya, yaitu kelinci RR terlihat menyebar di sebelah kiri atas dan bawah axis Y, dan menyebar dibagian kiri axis X. Penyebaran kelinci RR memperlihatkan penampilan fenotipik yang berbeda dengan kelinci lainnya. Adapun kelinci ES, FG dan NZ menyebar di sebelah kanan axis X dan menyebar merata di bagian atas dan

bawah axis Y. Gambaran sebaran ini mencirikan bahwa galur kelinci ES, FG dan NZ memiliki ukuran fenotipik yang relatif sama dan berbeda secara relatif dibandingkan dengan galur kelinci RR. Berdasarkan gambar tersebut, terdapat banyak kesamaan bentuk dan ukuran tubuh dari galur kelinci ES, FG dan NZ. Kesamaan ini menjelaskan bahwa secara morfologis terdapat hubungan genetik yang cukup dekat diantara galur kelinci ES, FG dan NZ, sehingga terjadi banyak tingkat kesamaan dari peubah yang diamati.

Dari hasil analisis fungsi diskriminan terhadap ukuran-ukuran tubuh antar galur kelinci menghasilkan pengelompokan berdasarkan persentase nilai kesamaan dan campuran di dalam galur dan antar galur sebagaimana disajikan pada Tabel 21. Dari tabel tersebut dapat diduga adanya nilai kesamaan pada suatu galur dengan kemungkinan besarnya proporsi nilai campuran yang mempengaruhi kesamaan satu galur dengan galur lainnya berdasarkan atas persamaan ukuran dan bentuk tubuh.

Tabel 21. Persentase nilai kesamaan dan campuran di dalam dan antar galur kelinci

Galur Proporsi ES FG NZ RR Total

ES n 2 17 19 2 40 (%) 5.0 42.50 47.50 5.00 100.00 FG n 3 17 19 1 40 (%) 7.50 42.50 47.50 2.50 100.00 NZ n 0 5 19 1 25 (%) 0.00 20.00 76.00 4.00 100.00 RR n 0 0 2 38 40 (%) 0.00 0.00 5.00 95.00 100.00 Total n 5 39 59 42 145 (%) 3.45 26.90 40.69 28.97 100.00

Kesamaan ukuran tubuh di dalam galur dari rendah ke tinggi berturut-turut kelinci ES (5.00%), FG (42.50%), NZ (76.00%), dan RR (95.00%). Kelinci ES, ukuran fenotipiknya dipengaruhi oleh adanya campuran FG (42.50%) dan NZ

(47.50%). Rendahnya nilai kesamaan dalam galur ES dan tingginya nilai campuran FG dan NZ pada kelinci ES, diduga kelinci ES merupakan hasil persilangan dari ketiga galur (ES, FG dan NZ), dan atau kelinci ES adalah kelinci FG/NZ yang memiliki genotipe pola warna bulu kelinci ES (EnEn).

Kelinci FG ukuran fenotipiknya dipengaruhi oleh kelinci NZ (47.50%), ES (7.50%) dan RR (2.50%). Nilai campuran NZ yang besar menggambarkan bahwa adanya persilangan diantara kedua galur. Adapun kelinci NZ hanya tercampur kelinci FG (20.00%) dan RR (4.00%).Hal ini terjadi diduga perkembangbiakan kelinci FG dan NZ lebih ditujukan untuk menghasilkan daging, sehingga ukuran morfometriknya mengarah pada terbentuknya campuran yang tinggi.

Kelinci RR hanya dipengaruhi oleh kelinci NZ (5.00%). Kelinci RR sangat rendah campuran dari galur kelinci lain karena selama ini perkawinan yang dilakukan hanya sesama galur kelinci Rex. Tingginya nilai kesamaan pada kelinci RR diduga karena karakter kulit-bulu Rex yang khas dan harga yang cukup tinggi, sehingga memudahkan identifikasi dan kontrol perkawinan oleh peternak.

Hasil ini menunjukkan adanya nilai kesamaan dalam galur dan campuran antar galur kelinci, sehingga terlihat adanya indikasi bahwa diantara galur kelinci ES, FG dan NZ cenderung memiliki kesamaan morfologi. Persamaan fenotipik ukuran dan bentuk tubuh berbagai galur kelinci ini merupakan cerminan dari besarnya campuran kelompok antar galur yang terjadi baik oleh adanya mutasi hasil rekayasa peternak maupun yang terjadi secara alamiah (Nei 1987).

Nilai matrik jarak genetik antara masing-masing galur kelinci disajikan pada Tabel 22, yang selanjutnya digunakan untuk membuat konstruksi pohon fenogram (Gambar 9).

Tabel 22. Jarak genetik kelinci ES, FG, NZ, dan RR di Magelang

Breed ES FG NZ RR

ES 0.97 1.48 4.16

FG 1.64 4.01

Pohon fenogram tersebut menggambarkan jarak genetik keseluruhan galur kelinci. Berdasarkan nilai jarak genetiknya, kelinci ES dan FG memiliki nilai terkecil (0.97), kelinci ES dan NZ memiliki nilai (1.48), kelinci FG dan NZ (1.64). Berdasarkan nilai matrik jarak genetik ini, bila persilangan akan dilakukan antara galur kelinci ES, FG dan NZ tidak akan mendapatkan kemajuan ukuran kuantitatif yang mengesankan apabila tidak disertai dengan seleksi yang ketat. Hal ini disebabkan sifat heterosis yang didapat hanya berasal dari keragaman dalam galur.

ES FG NZ RR 0.5 0.5 0.8 2.0 0.3 1.2 0.5

Gambar 9. Pohon fenogram kelinci di Magelang

Nilai jarak genetik yang cukup besar terdapat antara kelinci NZ dengan RR (3.69), kelinci FG dengan RR (4.01), dan kelinci ES dengan RR (4.16). Terlihat bahwa kelinci RR berbeda dengan kelinci ES, FG dan NZ, karena tujuan pemeliharaan yang berbeda. Untuk galur kelinci RR masih dapat diharapkan adanya peningkatan ukuran tubuh apabila dipersilangkan dengan ES, FG dan NZ, dikarenakan cukup jauhnya jarak genetik tersebut.

Hasil analisis kanonik diperoleh proporsi keragaman total ukuran-ukuran tubuh untuk komponen utama pertama, kedua dan ketiga sebesar 9.08%, 6.15% dan 3.05% dengan struktur total kanonik disajikan pada Tabel 23. Terlihat bahwa pada kanonik 1 yang mempunyai korelasi cukup tinggi antara kanonik 1 dengan peubah ukuran-ukuran tubuh. Pada kanonik 1 diperoleh korelasi cukup tinggi pada peubah panjang kepala (0.78), panjang telinga (0.96), lebar telinga (0.88), dan panjang badan (0.72) dengan nilai korelasi di atas 60%. Dengan demikian peubah panjang kepala,

panjang telinga, lebar telinga dan panjang badan dapat digunakan sebagai peubah pembeda antar galur kelinci.

Tabel 23. Struktur total kanonik ukuran-ukuran tubuh kelinci

Ukuran morfometrik Kanonik 1 Kanonik 2 Kanonik 3

Panjang kepala 0.78 -0.23 0.12 Lebar kepala 0.35 -0.64 -0.05 Tinggi Kepala 0.37 -0.10 -0.06 Panjang telinga 0.96 0.15 0.00 Lebar telinga 0.88 0.12 0.29 Dalam dada 0.13 0.25 -0.28 Lingkar dada 0.16 0.13 0.24 Lebar dada 0.26 -0.11 0.03 Panjang scapula 0.18 0.21 0.51 Panjang radius-ulna 0.21 0.33 0.09 Panjang femur 0.42 -0.12 0.00 Panjang tibia 0.23 -0.09 0.32 Panjang badan 0.72 -0.08 0.11 Lebar pinggul 0.46 -0.09 0.10 Keragaman Total 90.08% 6.15% 3.05%

Hasil ini menggambarkan minat peternak untuk memilih kelinci dengan ukuran-ukuran panjang kepala, panjang telinga, lebar telinga dan panjang badan yang tinggi. Ukuran tubuh ini merupakan cerminan galur kelinci FG yang penampilan fenotipiknya besar. Peternak selanjutnya hanya memelihara dan mengembangkan kelinci berukuran besar dan membentuk kelinci khas. Sehingga kelinci ES dan NZ yang berkembang juga memiliki ukuran fenotipik yang sama besar dengan FG. Ukuran tubuh yang besar mendorong pengembangan kelinci oleh peternak hanya

pada kelinci yang bertubuh besar serta menilai dengan harga yang lebih tinggi untuk kelinci yang memiliki postur atau ukuran tubuh menyerupai FG.

Hasil analisis diskriminan, nilai kesamaan antar galur, jarak genetik dan faktor peubah pembeda, membuktikan telah terjadi persilangan antara galur kelinci FG, ES dan NZ yang dipelihara oleh peternak di Kabupaten Magelang. Sehingga tidak dapat secara spesifik dibedakan diantara ketiga galur tersebut. Peternak mengenali galur kelincinya hanya berdasarkan karakter fenotipik warna bulu, yaitu (1) warna bulu coklat besi, abu-abu pasir dan coklat dengan tubuh bagian bawah berwarna cerah sebagai kelinci FG, (2) warna bulu broken coklat atau broken hitam sebagai kelinci ES, dan (3) warna bulu putih dengan warna mata merah sebagai kelinci NZ. Hanya pada kelinci RR yang identifikasi morfologisnya mudah dilakukan, karena peternak khusus memelihara kelinci RR sebagai kelinci hias. Hal ini mendukung penjelasan Widodo (2005), bahwa belum ada sistem pembibitan yang terarah di tingkat peternak.

Sistem perkawinan hanya didasarkan atas keinginan peternak untuk mendapat kelinci dengan ukuran dan bobot badan yang besar tanpa memperhatikan galur maupun silsilahnya. Sehingga tidak sedikit ditemui kelinci yang memiliki performa campuran dari berbagai galur akibat persilangan. Persilangan pada kelinci dilapangan dapat disebabkan ketiadaan galur kelinci yang sejenis atau mengharapkan keunggulan dengan munculnya sifat heterosis akibat gen-gen yang berkomplemen. Menurut Lukefahr dan Cheeke (1990a) persilangan antar galur kelinci yang terjadi di negara berkembang beriklim tropis karena mengharapkan adanya heterosis, penampilan sesuai keinginan yang merupakan gabungan beberapa galur/tipe kelinci dan memiliki kemampuan fisiologis untuk beradaptasi terhadap lingkungan.

Performa Produksi

Performa produksi kelinci di lapang merupakan hasil survey yang pengelompokannya terdiri atas umur kelinci (anak, remaja dan dewasa) dan performa produksi induk. Performa produksi ini menarik karena memberikan gambaran produktivitas kelinci yang dibudidayakan dengan kondisi lingkungan, perkandangan dan ketersediaan pakan spesifik lokasi.

Data mengenai performa reproduksi dari galur FG, NZ, ES dan RR dapat dilihat pada Tabel 24.

Tabel 24. Rataan dan simpangan baku sifat reproduksi ternak kelinci

Karakteristik ES FG NZ RR (n=20) (n=20) (n=20) (n=20) Umur kawin pertama

- jantan (bulan) - betina (bulan) 6.90 ± 0.79b 7.70 ± 0.80a 6.95 ± 0.61b 7.80 ± 0.89a 6.80 ± 0.70b 7.85 ± 0.93a 7.00 ± 0.73b 7.80 ± 0.83a Lama bunting (hari) 29 .25 ± 0.85b 30.30 ± 1.22a 29.55 ± 0.94b 29.05 ± 0.89b Jumlah anak lahir

(ekor)

7.00 ± 0.86a 7.10 ± 0.97a 7.05 ± 0.94a 6.95 ± 0.61a

Umur sapih (hari) 58.00 ± 4.10a 58.50 ± 4.89a 59.00 ± 3.08a 58.00 ± 5.23a

Bobot Sapih (kg) 0.92 ± 0.30a 0.90 ± 0.17a 0.80 ± 0.07b 0.71 ± 0.03b

Pengawinan kembali (hari)

64.65 ± 14.02a 68.30 ± 6.25a 68.65 ± 4.66a 62.65 ± 19.09a

Keterangan : ES=English Spot; FG=Flemish Giant; NZ=New Zealand White; RR=Rex; Huruf superskrip yang berbeda pada baris yang sama, berbeda nyata (P<0.05).

Hasil survey pada Tabel 24 menunjukkan, bahwa peternak mengawinkan kelinci jantan pertama kali lebih muda dibanding betina, berturut-turut untuk kelinci FG (6.95 ± 0.61 bulan dan 7.80 ± 0.89 bulan), kelinci NZ (6.80 ± 0.70 bulan dan 7.85 ± 0.93 bulan), kelinci ES (6.90 ± 0.79 bulandan 7.70 ± 0.80 bulan), dan kelinci RR (7.00 ± 0.73 bulan dan 7.80 ± 0.83 bulan). Menurut Lebas et al. (1986) dewasa kelamin pada kelinci mempunyai keragaman yang besar tergantung pada bangsanya. Bangsa kecil mencapai dewasa kelamin pada umur 4-5 bulan, bangsa besar mencapai dewasa kelamin pada umur 5-8 bulan. Idealnya kelinci ES betina mulai dikawinkan sekitar umur 5-6 bulan (Petplanet.co.uk. 2004) dan NZ siap dikawinkan pertama kali pada umur 18-19 minggu untuk pejantan (Sartika dan Diwyanto 1986).

Waktu yang dibutuhkan kelinci untuk mengandung anak dapat mempengaruhi jumlah anak yang dilahirkan dan bobot lahir, semakin lama maka jumlah anak dilahirkan semakin rendah dengan bobot lahir yang semakin besar (Cheeke et al. 1987). Ditambahkannya, bahwa lama bunting kelinci berkisar antara 28-32 hari dan dipengaruhi oleh tipe kelinci. Rataan lama bunting kelinci FG, NZ, RR dan ES berturut-turut selama 30.30 ± 1.22 hari, 29.55 ± 0.95 hari, 29.05 ± 0.89 hari dan 29.25 ± 0.89 hari.

Jumlah anak sekelahiran berturut-turut kelinci FG 7.10 ± 0.97 ekor, NZ 7.05 ± 0.95 ekor, ES 7.00 ± 0.86 ekor dan RR 6.95 ± 0.61 ekor. Lebas et al. (1986), melaporkan jumlah anak sekelahiran antara 1-13 ekor. Selanjutnya, jumlah anak sekelahiran ini bervariasi karena faktor genetik, musim, umur induk, periode beranak dan bangsa.

Penyapihan sebaiknya dilakukan pada umur anak kelinci 28 hari (Cheeke et al. 1987). Lukefarh et al. (1981), menyatakan bahwa air susu merupakan sumber pakan bagi anak kelinci sebelum berumur tiga minggu dan mempunyai pengaruh terhadap pertumbuhannya. Penyapihan yang lebih cepat dapat menyebabkan anak kelinci kekurangan susu, sehingga dapat menyebabkan pertumbuhan anak kelinci tidak optimal. Hasil survey menunjukkan bahwa peternak umumnya melakukan penyapihan selama 50-60 hari. Rataan lama sapih berturut-turut 58.50 ± 4.89 hari pada kelinci FG, 59.00 ± 3.08 hari pada kelinci NZ, 58.00 ± 5.23 hari pada kelinci RR dan 58.00 ± 4.10 hari pada kelinci ES. Hasil ini tidak berbeda dengan hasil penelitian yang menyatakan bahwa 43% peternak melakukan penyapihan anak kelinci setelah 46-60 hari (Sastrodihardjo 1985), dan 40-50 hari (Szendro et al. 1996).

Bobot sapih kelinci ES mencapai bobot sapih terbesar 0.92 ± 030 kg diikuti kelinci FG 0.90 ± 0.17 kg, kelinci NZ 0.80 ± 0.07 kg, dan kelinci RR 0.71 ± 0.05 kg. Menurut Muryanto et al. (2005), pada umur delapan minggu rataan bobot kelinci FG 840.1 ± 229.6 g. Hasil survei tersebut lebih rendah dari pernyataan Suc et al. (1996), bobot hidup kelinci NZ pada umur 60 hari adalah 891-1055 g. Hal ini disebabkan karena keragaman genetik dan kemurnian bangsa masih diragukan, kondisi yang

berbeda dari tiap individu, konsumsi energi yang kurang mencukupi untuk hidup pokok dan produksi susu induk

Selang beranak merupakan jarak beranak satu dengan berikutnya yang berhubungan dengan umur mengawinkan kembali kelinci. Peternak di Magelang mengawinkan kembali kelincinya bervariasi antara 7-15 hari setelah beranak. Jarak waktu pengawinan kembali setelah beranak pada keempat galur kelinci adalah 62.65 ± 19.09 sampai dengan 68.30 ± 6.25 hari. Lama waktu pengawinan kembali dapat dipersingkat apabila kondisi kelinci sehat dan tidak kurus setelah masa menyusui. Hasil tersebut menunjukkan bahwa selama masa bunting dan menyusui peternak sangat memperhatikan tata laksana pemeliharaan dan pemberian pakan.

Menurut Wiradarya et al. (2005), pertumbuhan kelinci terdiri atas lima fase, yaitu fase pertama umur 0-40 hari (periode lahir-sapih), fase kedua umur 40-100 hari (saat disapih), fase ketiga umur 100-140 hari (periode remaja), fase keempat umur 140-200 hari (saat kelinci mencapai keseimbangan hormonal) dan fase kelima umur lebih dari 200 hari (saat kelinci mencapai dewasa tubuh). Hasil pengamatan di lapang, karena keterbatasan pencatatan, maka pertumbuhan kelinci dikelompokkan pada kisaran umur, yaitu bobot anak (umur 30-60 hari), bobot remaja (umur 100-150 hari) dan dewasa (umur > 150 hari). Pada Tabel 25 ditampilkan kisaran bobot kelinci FG, ES, NZ dan RR.

Bobot anak kelinci ES jantan tertinggi (1.05 + 0.45 kg) dibandingkan bobot kelinci lain, sedang kelinci RR baik jantan dan betina bobot anaknya terendah, yaitu 0.66 + 0.13 kg dan 0.57 + 0.16 kg. Bobot badan kelinci remaja pada keempat galur terlihat sama besar, hanya pada kelinci ES jantan dan RR jantan yang lebih rendah dibanding kelinci lainnya dengan bobot sebesar 2.20 + 0.25 kg dan 2.22 + 0.21 kg. Pada kelinci dewasa tampak kelinci RR lebih rendah bobot badannya dibandingkan galur lain, yaitu sebesar 3.00 + 0.28 kg pada jantan dan 2.89 + 0.44 kg pada betina.

Bobot dewasa kelinci ES, FG dan NZ yang sama mendukung hasil penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa terjadi pencampuran pada ketiga galur kelinci. Adapun kelinci RR, karena kekhasan yang dimilikinya, baik bobot badan, bentuk dan

ukuran tubuh serta karakteristik kulit-bulu memudahkan peternak dalam melakukan pemisahan dan kontrol perkawinan agar tidak terjadi pencampuran.

Tabel 25. Rataan, simpangan baku dan koefisien keragaman bobot hidup kelinci

Bobot badan ES FG NZ RR

Anak sex Betina Jantan Betina Jantan Betina Jantan Betina Jantan

N (ekor) 19 11 42 50 15 16 17 12 rataan (kg) 0.85b 1.05a 0.79b 0.88b 0.78b 0.77b 0.57c 0.66c SB 0.16 0.43 0.16 0.19 0.08 0.11 0.16 0.13 KK 18.82 40.95 20.25 21.59 10.26 14.29 28.07 19.70 Remaja N (ekor) 5 6 19 24 4 8 7 5 rataan (kg) 2.84a 2.20b 3.20a 2.62a 2.49a 2.82a 2.55a 2.22b SB 0.29 0.25 0.38 0.42 0.43 0.42 0.25 0.21 KK 10.21 11.36 11.88 16.03 17.27 14.89 9.80 9.46 Dewasa N (ekor) 22 20 98 38 22 8 39 17 rataan (kg) 3.64a 3.64a 3.60a 3.49a 3.70a 3.44a 2.89b 3.00b SB 0.55 0.55 0.52 0.40 0.55 0.88 0.44 0.28 KK 15.11 15.11 14.44 11.46 14.86 25.58 15.22 9.33

Keterangan : ES=English Spot; FG=Flemish Giant; NZ=New Zealand White; RR=Rex; SB=simpangan baku; KK=koefisien keragaman; Huruf superskrip yang berbeda pada baris yang sama, berbeda nyata (P<0.05).

Muryanto et al (2005) mengelompokkan anak kelinci FG dengan umur 7-8 minggu dan memperoleh rataan bobot badan jantan dan betina berturut-turut sebesar 0.88 ± 0.19 kg dan 0.79 ± 0.16 kg dan kelinci remaja berbobot badan 1.84 ± 0.29 kg pada jantan dan 1.75 ± 0.33 kg pada betina pada umur 18 minggu. Bobot anak dan bobot remaja ini masih lebih rendah dibandingkan hasil survey di atas. Ozimba dan Lukefahr (1991), menyatakan bahwa pada saat anak kelinci NZ berumur 28 hari bobot badan yang dicapai sebesar 582.7 g. Diduga perbedaan ini terjadi karena

adanya perbedaan lokasi pengambilan sampel dan adanya interaksi genetik dan lingkungan ternak kelinci, sehingga performa produksi yang ditampilkan berbeda.

Pembibitan Ternak

Sesaat setelah anak kelinci dilahirkan, peternak tidak melakukan perawatan kesehatan pada anak kelinci. Hal ini dilakukan karena adanya pengalaman peternak bahwa jika anak kelinci yang baru lahir terkontaminasi dengan bau manusia, maka induk tidak akan mau memelihara dan menyusui anaknya. Sehingga peternak hanya menyediakan tempat sarang bagi anak kelinci sesaat sebelum induk melahirkan.

Peternak umumnya melakukan penyapihan setelah anak kelinci berumur 50- 60 hari. Menurut Cheeke et al. (1987), penyapihan sebaiknya dilakukan pada umur anak kelinci 28 hari. Penyapihan yang dilakukan peternak lebih lama dari literatur karena sistem pemeliharaan yang dilakukan oleh peternak masih sederhana (peternakan rakyat). McNitt dan Lukefahr (1990) menyatakan bahwa air susu merupakan sumber pakan bagi anak kelinci sampai berumur tiga minggu dan mempunyai pengaruh terhadap pertumbuhannya. Penyapihan yang lebih cepat dapat menyebabkan anak kelinci kekurangan susu, sehingga dapat menyebabkan pertumbuhan anak kelinci tidak optimal.

Setelah dilakukan penyapihan kelinci dikandangkan terpisah dari induknya secara bersamaan. Pemisahan anak kelinci dilakukan menjelang anak kelinci dewasa kelamin kira-kira pada umur 4-5 bulan, kemudian dikandangkan secara individu. Pemisahan ini dilakukan untuk mencegah terjadinya kebuntingan dini pada anak kelinci betina dan mencegah terjadinya silang dalam karena perkawinan dengan kekerabatan yang dekat.

Perkawinan di peternakan dilakukan secara alami. Kelinci betina berahi yang ditandai dengan memerahnya bagian vulva dibawa ke kandang kelinci jantan. Hal ini dilakukan karena betina lebih tenang dibandingkan pejantan. Setelah betina dimasukkan pejantan mulai menciumi vulva betina. Perkawinan hanya terjadi sekali selama 1-2 detik, betina dibiarkan pada kandang pejantan selama satu-dua jam.

Setelah proses perkawinan selesai, kelinci betina segera dikeluarkan dan dipindahkan ke kandang individu dan dilakukan pemeriksaan pada betina satu minggu setelah proses perkawinan. Pemeriksaan betina bunting dilakukan dengan memasukkan kembali betina ke kandang pejantan, apabila betina menolak dikawini pejantan, maka disimpulkan betina bunting. Peternak belum dapat mendeteksi kebuntingan betina dengan melakukan palpasi.

Frekuensi penggunaan pejantan untuk mengawini betina tidak terlalu diperhatikan di peternakan rakyat. Hal ini dikarenakan jumlah pejantan yang dimiliki peternak tidak banyak. Bahkan ada beberapa peternak yang tidak mempunyai pejantan sehingga jika peternak akan mengawinkan ternaknya maka peternak tersebut akan meminjam pejantan ke peternak lain.

Pada awalnya sebagian besar peternak membeli bibit berupa kelinci muda jantan dan betina. Kelinci ini dipelihara hingga dewasa dan siap dikawinkan. Anak dari hasil perkawinan inilah yang nantinya digunakan sebagai bibit oleh peternak sehingga jumlah ternak terus berkembang. Anak-anak kelinci ini sebagian diperjual belikan sebagai kelinci bibit dan sebagian dijadikan sebagai ternak pengganti.

Penternak menyisihkan ternak pengganti (replacement stock) sebanyak 20% dari jumlah keseluruhan anak yang dilahirkan. Anak yang tidak digunakan sebagai ternak pengganti dipelihara hingga lepas sapih dan siap untuk dijual. Bibit dari luar didapatkan peternak dari anggota peternak lain di Kabupaten Magelang bahkan sampai keluar kota Magelang. Bibit ternak kelinci diperoleh dari kota Malang, Salatiga, Dieng, Purbalingga, Yogya, Bogor dan Bandung. Biasanya peternak membeli kelinci muda pada umur 4-6 bulan, indukan, dan pejantan siap kawin. Pembelian bibit kelinci di luar daerah Magelang diharapkan akan dapat meningkatkan produktivitas dan mutu ternak setempat.

Seleksi terhadap kelinci belum begitu banyak dilaksanakan oleh peternak kelinci di Kabupaten Magelang. Hanya beberapa orang saja yang mengatakan bahwa

Dokumen terkait