X j = Vektor nilai rataan pengamatan dari galur kelinci ke-j pada masing masing peubah
3. Pendugaan kurva pertumbuhan
Hasil perkembangan dari data penimbangan ternak kelinci secara periodik pada populasi dasar (P0) dan populasi turunan hasil seleksi (F1) dianalisa dengan pendekatan kurva pertumbuhan non linier model Gompertz dengan program paket statistik SAS ver 6.12 (SAS 1985). Pertimbangannya bahwa model tersebut menurut Blasco dan Gomez (1993) telah dibuktikan sebagai model yang terbaik untuk menggambarkan pertumbuhan kelinci. Rumus matematisnya adalah :
) exp exp( B kt A Yt = − − Keterangan :
Yt = ukuran bobot badan pada umur t
A = ukuran dewasa tubuh (asimtot) untuk bobot badan B = parameter skala (nilai konstanta)
exp = logaritma dasar (2.178282)
k = laju pertumbuhan hingga ternak mencapai dewasa tubuh t = satuan waktu (umur)
Untuk mendapatkan nilai dugaan yang dapat dipertanggung jawabkan tentang kapan saat terjadinya titik biologis dari suatu pertumbuhan, P’tak et al. (1994) telah menggunakan suatu model sederhana yang didapat dari hasil turunan persamaan non linier. Model matematis tersebut telah digunakan secara baik di dalam menduga keberadaan koordinat titik belok saat umur dan bobot badan kelinci pertama mengalami pubertas. Untuk menentukan titik belok bobot badan digunakan penduga hasil bagi antara nilai A dengan bilangan eksponensial [A/exp], sedang dugaan titik belok umur adalah [(lnB)/k].
Penelitian 2. "Kajian Potensi Genetik Kelinci (Oryctolagus cuniculus) di Magelang, Jawa Tengah".
Karakterisasi Morfometrik
Untuk karakterisasi morfometrik kelinci ES, FG, NZ dan RR berasal dari peternak anggota PPKM yang dipilih berdasarkan jumlah kepemilikan induk, yaitu lebih dari 10 ekor induk betina dan 5 ekor pejantan. Induk betina dan
pejantan adalah kelinci yang telah beranak minimal 2 (dua) kali dan pejantan telah mampu mengawini betina. Pengamatan dilakukan pada ukuran kepala (panjang dan lebar), telinga (panjang dan lebar), dada (lebar, dalam dan lingkar), panjang tulang humerus, tulang radius-ulna, tulang femoris, tulang tibia, panjang badan dan lebar panggul.
Peubah yang Diamati
Peubah mofometrik diperoleh dengan melakukan pengukuran pada bagian- bagian tubuh individu kelinci sebagaimana yang dilakukan di Balitnak Ciawi, Bogor., yaitu dapat dilihat pada Gambar 1.
Analisis Data
Analisis data dilakukan sebagaimana penelitian yang dilakukan di Balitnak Ciawi, Bogor.
Karakterisasi Performa Produksi
Metoda survey dan pengamatan langsung dengan lokasi kecamatan desa Pekunden, Kabupaten Ngluwar yang ditentukan atas saran Kantor Informasi Penyuluhan Pertanian dan Kehutanan (KIPPK), Kabupaten Magelang dan 30 orang peternak ditentukan oleh Perhimpunan Peternak Kelinci Magelang (PPKM). Data primer diperoleh dari pengisian borang meliputi pertumbuhan kelinci berdasarkan tahapan umur, yaitu anak, remaja dan dewasa, dan produktivitas induk.
Peubah yang Diamati
Peubah yang diamati diperoleh dari hasil survey langsung kepada peternak, yaitu :
1. Bobot badan diukur berdasarkan kriteria umur, yaitu anak (30- 60 hari),
remaja (100- 150 hari) dan dewasa (> 150 hari),
2. Umur pertama kawin, pada jantan dan betina yang dihitung dari lahir sampai induk pertama kali dikawinkan dalam satuan hari,
4. Jumlah anak sekelahiran (litter size), merupakan jumlah anak hidup sekelahiran dalam satuan ekor,
5. Umur sapih, yaitu umur dimana anak kelinci mulai disapih dari induknya
dalam satuan hari,
6. Bobot sapih, adalah bobot badan individu kelinci saat disapih dalam satuan kg,
7. Pengawinan kembali induk, adalah lamanya waktu dari paritas satu dengan
pengawinan kembali betina dalam satuan hari,
Analisis Data
Analisis data menggunakan bantuan program Statistics Analytical System
(SAS 1985) dengan prosedur General Linear Program (GLM). Untuk menguji
perbedaan setiap perlakuan, selanjutnya dilakukan Uji Berganda Duncan (Duncan Multiple Range Test) menurut Steel dan Torrie (1991).
Karakterisasi Pembibitan
Pengamatan pembibitan di lapang dilakukan dengan dua tahap, yaitu (1) metoda survey dan pengamatan langsung pada empat orang dengan lokasi kecamatan Borobudur, Muntilan, Mertoyudan, Mungkid dan Ngluwar (total 20 orang) yang ditentukan atas saran Perhimpunan Peternak Kelinci Magelang (PPKM) dan Kantor Informasi Penyuluhan Pertanian dan Kehutanan (KIPPK), Kabupaten Magelang, dan (2) empat orang peternak kooperator, yaitu peternak yang telah mengikuti pelatihan pembibitan ternak kelinci yang dilakukan oleh KIPPK dan PPKM dengan narasumber dari Balitnak, Ciawi, yaitu dipilih peternak pembibit berdasarkan kesediaan peternak yang secara sukarela menyediakan ternak induk, perkandangan dan pakan serta bersedia meluangkan waktunya untuk melakukan pencatatan dan pelaporan ke PPKM, KIPPK dan Balitnak, Ciawi.
Data primer pengamatan pembibitan di lapang diperoleh dari pengisian borang meliputi teknis pemeliharaan bibit, sistem perkawinan, dan sistem pembibitan yang biasa dilakukan dan mampu diterapkan oleh peternak. Adapun untuk peternak peserta program pembibitan, terpilih peternak yang memiliki ternak induk lebih dari 50 ekor sebagai kooperator. Masing-masing peternak
menyediakan 20 ekor kelinci betina dan 5 ekor pejantan yang dianggap paling baik saat ini (jumlah anak sekelahiran ≥ 6 ekor, mortalitas lahir sampai sapih ≤ 25% dan bobot sapih ≥ rataan). Betina yang digunakan adalah kurang dari lima kali beranak.
Berdasarkan kriteria tersebut, empat orang peternak menyatakan bersedia mengikuti program pembibitan ini. Peternak Nasrip menyediakan 8 ekor betina dan 3 ekor pejantan, peternak Suyut menyediakan 4 ekor betina dan 2 ekor pejantan, peternak Sugiarto menyediakan 7 ekor betina dan 3 ekor pejantan serta peternak Zamrodin menyediakan 6 ekor betina dan 4 ekor pejantan. Jumlah betina dan pejantan yang disediakan oleh peternak tidak sesuai dengan rencana sebelumnya dikarenakan (i) peternak tidak memiliki cukup kandang untuk anak- anak dari induk-induk terpilih, karena anak harus dipertahankan sampai cukup dewasa dan menjadi ternak pengganti dan (ii) induk betina yang dimiliki peternak sebagian besar telah lebih dari lima kali beranak, sehingga yang dipilih sebagai induk hanya sedikit, dan (iii) peternak belajar membiasakan melakukan pencatatan dengan jumlah ternak sedikit agar mudah dilakukan dan tidak menyita waktu kerjanya.
Ternak kelinci yang ada di lapang sangat beragam performa produksinya. Melalui sistim pencatatan yang teratur (format dari Balitnak) akan dicoba penerapan teknis seleksi yang sesuai dengan kondisi lingkungan dan peningkatannya memiliki nilai ekonomis. Kelinci di Kabupaten Magelang ditujukan sebagai ternak penghasil daging sehingga seleksi dilakukan pada induk berdasarkan catatan bobot sapih anak. Induk hanya memelihara anak dengan litter size 6-7 ekor, apabila lebih dilakukan cross-fostering, yaitu menitipkan kelebihan anak pada induk lain yang beranak kurang dari 6-7 ekor. Induk yang terpilih berdasarkan hasil perhitungan Most Probable Producing Ability (MPPA) akan dipilih anak-anaknya untuk selanjutnya dijadikan induk-induk generasi berikut. Selanjutnya proporsi terseleksi untuk pejantan dan induk akan disesuaikan dengan jumlah anak-anak lepas sapihnya, sehingga dengan seleksi ini diharapkan dapat diperoleh bibit-bibit yang lebih baik.
Peubah yang diamati
Peubah yang diukur adalah kinerja produksi anak dan reproduksi induk. Kinerja produksi ini dituangkan dalam bentuk form data yang terlebih dahulu disosialisasikan melalui kegiatan pelatihan. Form data yang diberikan kepada peternak meliputi catatan induk betina (Lampiran 1), catatan pejantan (Lampiran 2), catatan pertumbuhan kelinci selama 16/20 minggu (Lampiran 3), dan rekapitulasi populasi induk dan anak kelinci bulanan (Lampiran 4).
Analisis Data
Nilai induk yang terpilih berdasarkan nilai MPPA dihitung menggunakan persamaan matematik berikut (Martojo 1992) :
) ( ) 1 ( 1 i p p x X X r n nr X MPPA − − + + = Keterangan :
n = jumlah catatan produksi r = ripitabilitas sifat bersangkutan
p
X = rataan produksi populasi/kelompok
i
X = rataan rataan produksi individu
sedang pendugaan nilai ripitabilitas menggunakan analisis ragam sesuai petunjuk Becker (1984) pada Tabel 5. Analisis data dalam menduga keragaman genetik dilakukan dengan metode rancangan acak lengkap berdasarkan rumus yang dikemukanan Becker (1984) dengan model persamaan matematisnya :
km k km
Y
=
μ
+α
+ε
Keterangan : kmY = respon anak ke-k
μ = rataan umum
αk = pengaruh individu ke-k
Tabel 5. Sidik ragam untuk menduga nilai ripitabilitas suatu sifat
Sumber keragaman db JK KT Komponen
Antar individu n-1 JKW KTW σE2 +K1σW2
Antar catatan dalam individu n(m-1) JKE KTE σE2
Keterangan : db = derajat bebas; JK = jumlah kuadrat; KT = kuadrat tengah; W = individu; E = catatan per individu; n = jumlah individu; σ2 w =
komponen ragam antar individu; σ2 E = komponen ragam antar
catatan dalam individu.
Dimana mk adalah jumlah catatan untuk setiap individu. Dugaan nilai , dan R adalah : 2 E σ 2 W σ 2 E σ = KTE 2 W σ = 1 k KT KTW − E R = 2 2 2 E W W σ σ σ +
dan galat bakunya adalah :
[
]
) 1 )( 1 ( ) 1 ( 1 ) 1 ( 2 ) ( 2 2 − − − + − = n k k k R R SEAnalisis data menggunakan bantuan program Statistics Analytical System
(SAS 1985) dengan prosedur General Linear Program (GLM). Pendugaan nilai
ripitabilitas untuk perhitungan peringkat induk berdasarkan nilai MPPA mengunakan prosedur ANOVA (SAS 1985).