• Tidak ada hasil yang ditemukan

CIKALONG TASIKMALAYA JAWA BARAT Dede Hasanudin

KAJIAN PUSTAKA

Istilah bahasa baku telah dikenal oleh masyarakat secara luas. Namun pengenalan istilah tidak menjamin bahwa mereka memahami secara komprehensif konsep dan makna istilah bahasa baku itu. Hal ini terbukti bahwa masih banyak orang atau masyarakat berpendapat bahasa baku sama dengan bahasa yang baik dan benar. “Kita berusaha agar dalamsituasi resmi kita harus berbahasa yang baku. Begitu juga dalam situasi yang tidak resmi kita berusaha menggunakan bahasa yang baku”. (Pateda,1997 : 30).

Slogan “pergunakanlah bahasa Indonesia dengan baik dan benar”,tampaknya mudah diucapkan, namun maknanya tidak jelas. Slogan itu hanyalah suatu retorika yang tidak berwujud nyata, sebab masih diartikan bahwa di segala tempat kita harus menggunakan bahasa baku. Demikian juga, masih ada cibiran bahwa bahasa baku itu hanya buatan pemerintah agar bangsa ini dapat diseragamkan dalam bertindak atau berbahasa. ”Manakah ada bahasa baku, khususnya bahasa Indonesia baku? “Manalah ada bahasa Indonesia lisan baku”? “Manalah ada masyarakat atau orang yang mampu menggunakan bahasa baku itu, sebab mereka berasal dari daerah”. Atau mereka masih selalu dipengaruhi oleh bahasa daerahnya jika mereka berbahasa Indonesia secara lisan.

Di dalam pengantar dikemukakan bahwa masih banyak orang yang menyamakan pengertian bahasa baku dengan bahasa yang baik dan benar. Bahasa yang dipergunakan di dalam situasi tidak resmi pun dianggap sebagai bahasa baku. Makna

baku tampaknya tidak dipahami secara benar,

apalagi makna bahasa baku. Hal ini disebabkan oleh keengganan orang mencari makna istilah baku dan bahasa baku itu di dalam kamus Umum atau Kamus Istilah Linguistik, baik dari bahasa Indonesia maupun dari bahasa Asing, terutama dalam bahasa Inggris.

Di dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, Poerwadarminta menuliskan:

baku I

Jawa, (1) yang menjadi pokok, yang sebenarnya; (2) sesuatu yang dipakai sebagai dasar ukuran (nilai, harga; standar).

baku II

saling (1976 : 79).

Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 1988 : 71), kata baku juga ada dijelaskan.

baku I

(1) pokok, utama; (2) tolok ukur yang berlaku untuk kuantitas atau kualitas dan yang ditetapkan berdasarkan kesepakatan;

standar;

baku II

saling

Di dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, Badudu dan Zain menjelaskan makna kata baku.

baku I

(Jawa) yang menjadi pokok; (2) yang utama; standar.

baku II

(Manado), saling (1996 : 114)

Baku dalam bahasa baku di dalam 3 Kamus di

atas bermakna sama dengan baku I. Oleh karena itu, bahasa baku ialah bahasa yang menjadi pokok, yang menjadi dasar ukuran, atau yang menjadi standar.

Istilah bahasa baku dalam bahasa Indonesia atau standard language dalam bahasa Inggris dalam dunia ilmu bahasa atau linguistik pertama sekali diperkenalkan oleh Vilem Mathesius pada 1926. Ia termasuk pencetus Aliran Praha atau The Prague School. Pada 1930, B. Havranekdan Vilem Mathesius merumuskan pengertian bahasa baku itu. Mereka berpengertian bahwa bahasa baku sebagai bentuk bahasa yang telah dikodifikasi, diterima dan difungsikan sebagai model atau acuan oleh masyarakat secara luas (A Standard language can

tentatively be definite as a codified form of language accepted by and serving as a model for a large speech community) (Garvin, 1967 dalam Purba, 1996 : 52).

Pengertian bahasa baku di atas diikuti dan diacu oleh pakar bahasa dan pengajaran bahasa baik di barat maupun di Indonesia. Di dalamDictionary

Language and Linguistics, Hartman dan Strok

berpengertian bahasa baku adalah ragam bahasa yang secara sosial lebih digandrungidan yang sering didasarkan bahasa orang-orang yang berpendidikan di dalam atau di sekitar pusat kebudayaan atau suatu masyarakat bahasa(Standard language is the socially favourite variaty of a langauage, oftenbased on the

speech of educated population in and a round the culturaland or political cntre of the speech community) (1972 : 218).

Di dalam Sociolinguistics A Critical Survey of

Theory and Application,Dittmar (1976: 8)

ber-pengertian bahwa bahasa baku adalah ragam bahasa dari suatu masyarakat bahasa yang disahkan sebagai norma keharusan bagi pergaulan sosial atas dasar kepentingan dari pihak-pihak dominan di dalam masyarakat itu. Tindakan pengesahan itu dilakukan melalui pertimbangan-pertimbangan nilai yang bermotivasi sosial politik.

Kata-kata baku adalah kata-kata yang standar sesuai dengan aturan kebahasaaan yang berlaku, didasarkan atas kajian berbagai ilmu, termasuk ilmu bahasa dan sesuai dengan perkembangan zaman. Kebakuan kata amat ditentukan oleh tinjauan disiplin ilmu bahasa dari berbagai segi yang ujungnya menghasilkan satuan bunyi yang amat berarti sesuai dengan konsep yang disepakati terbentuk.

Kata baku dalam bahasa Indonesia memedomani Pedoman Umum Pembentukan Istilah yang telah ditetapkan oleh Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa bersamaan ditetap-kannya pedoman sistem penulisan dalam Ejaan Yang Disempurnakan. Di samping itu, kebakuan suatu kata juga ditentukan oleh kaidah morfologis yang berlaku dalam tata bahasa bahasa Indonesia yang telah dibakukan dalam Tata Bahasa Baku Bahasa Indoensia.

Dalam Pedoman Umum Pembentukan istilah (PUPI) diterangkan sistem pembentukqan istilah serta pengindonesiaan kosa kata atau istilah yang berasal dari bahasa asing. Bila kita memedomani sistem tesebut akan telihat keberaturan dan kemanapan bahasa Indonesia.

Kata baku sebenanya merupakan kata yang digunakan sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang telah ditentukan. Konteks penggunaannya adalah dalam kalimat resmi, baik lisan maupun tertulis dengan pengungkapan gagasan secara tepat.

Kalimat dikatakan efektif apabila berhasil menyampaikan pesan, gagasan, perasaan, maupun pemberitahuan sesuai dengan maksud si pembicara atau penulis.Untuk itu penyampaian harus memenuhi syarat sebagai kalimat yang baik, yaitu

strukturnya benar, pilihankatanya tepat, hubungan antarbagiannya logis, dan ejaannya pun harus benar.

Dalam hal ini hendaknya dipahami pula bahwa situasi terjadinya komunikasi juga sangat berpengaruh. Kalimat yang dipandang cukup efektif dalam pergaulan, belum tentu dipandang efektif jika dipakai dalam situasi resmi, demikian pula sebaliknya.Misalnya kalimat yang diucapkan kepada tukang becak, “Berapa, Bang, ke pasar

Rebo?”Kalimat tersebut jelas lebih efektif daripada

kalimat lengkap, “Berapa saya harus membayar, Bang,

bila saya menumpang becak Abang ke pasarRebo?”

Yang perlu diperhatikan oleh para siswa dalam membuat karya tulis, baik berupa essay, artikel, ataupun analisis yang bersifat ilmiah adalah penggunaan bahasa secara tepat, yaitu memakai bahasa baku. Hendaknya disadari bahwa susunan kata yang tidak teratur dan berbelit-belit, penggunaan kata yang tidak tepat makna, dan kesalahan ejaan dapat membuat kalimat tidak efektif.

Berikut ini akan disampaikan beberapa pola kesalahan yang umum terjadi dalam penulisan serta perbaikannya agar menjadi kalimat yang efektif. 1. Penggunaan dua kata yang sama artinya dalam

sebuah kalimat :

- Sejak dari usia delapan tahun ia telah

ditinggalkan ayahnya.

(Sejak usia delapan tahun ia telah ditinggalkan ayahnya.)

- Hal itu disebabkan karena perilakunya sendiri yang kurang menyenangkan. (Hal itu disebabkan perilakunya sendiri yang kurang menyenangkan.

- Ayahku rajin bekerja agar supaya dapat mencukupi kebutuhan hidup.

(Ayahku rajin bekerja agar dapat memenuhi kebutuhan hidup.)

- Pada era zaman modern init eknologi berkembang sangat pesat.

(Pada zaman modern ini teknologi berkembang sangat pesat.)

- Berbuat baik kepada orang lain adalah

merupakan tindakan terpuji.

(Berbuat baik kepada orang lain

2. Penggunaan kata berlebih yang ‘mengganggu’ struktur kalimat :

- Menurut berita yang saya dengar

mengabarkan bahwa kurikulum akan

segera diubah.

(Berita yang saya dengar mengabarkan bahwa kurikulum akan segera diubah. atau Menurut berita yang saya dengar, kurikulum akan segera diubah.)

- Kepada yang bersalah harus dijatuhi

hukuman setimpal.

(Yang bersalah harus dijatuhi hukuman setimpal.)

3. Penggunaan imbuhan yang kacau :

- Yang meminjam buku di perpustakaan harap dikembalikan.

(Yang meminjam buku di perpustakaan harap mengembalikan. / Buku yang dipinjam dari perpustakaan harap dikembalikan) - Ia diperingati oleh kepala sekolah agar tidak

mengulangi perbuatannya.

(Ia diperingatkan oleh kepala sekolah agar tidak mengulangi perbuatannya.

- Operasi yang dijalankan Reagan member dampak buruk.

(Oparasi yang dijalani Reagan berdampak buruk)

- Dalam pelajaran BI mengajarkan jugateori apresiasi puisi.

(Dalam pelajaran BI diajarkan juga teori apresiasi puisi./ Pelajaran BI mengajarkan juga apresiasi puisi.)

4. Kalimat tak selesai :

- Manusia yang secara kodrati merupakan mahluk sosial yang selalu ingin berinteraksi.

(Manusia yang secara kodrati merupakan mahluk sosial, selalu ingin berinteraksi.) - Rumah yang besar yang terbakar itu.

(Rumah yang besar itu terbakar.) 5. Penggunaan kata dengan struktur dan ejaan

yang tidak baku :

- Kita harus bisa merubah kebiasaan yang buruk.

(Kita harus bias mengubah kebiasaan yang buruk.)

Kata-kata lain yang sejenis dengan itu antara lain menyolok, menyuci, menyontoh, menyiptakan,

menyintai, menyambuk, menyaplok, menyekik, menyampakkan, menyampuri, menyelupkan dan

lain-lain, padahal seharusnya mencolok, mencuci, mencontoh, menciptakan, mencambuk, mencaplok, mencekik, mencampakkan, mencampuri, mencelupkan. - Pertemuan itu berhasil menelorkan ide-ide

cemerlang.

(Pertemuan itu telah menelurkan ide-ide cemerlang.)

- Gereja itu dilola oleh para rohaniawan secara professional.

(Gereja itu dikelola oleh para rohaniwan secara professional.)

- tau  tahu - negri  negeri

- kepilih  terpilih - faham  paham

- ketinggal  tertinggal - himbau  imbau - gimana  bagaimana - silahkan  silakan

- jaman  zaman - antri  antre

- trampil  terampil - disyahk  disahkan 6. Penggunaan tidak tepat kata ‘di mana’ dan

‘yang mana’ :

- Saya menyukainya di mana sifat-sifatnya sangat baik.

(Saya menyukainya karena sifat-sifatnya sangat baik.)

- Rumah sakit di mana orang-orang mencari kesembuhan harus selalu bersih.

(Rumah sakit tempat orang-orang mencari kesembuhan harus selalu bersih.) - Manusia membutuhkan makanan yang

mana makanan itu harus mengandung

zat-zat yang diperlukan oleh tubuh. (Manusia membutuhkan makanan yang mengandung zat-zat yang diperlukan oleh tubuh.) 1. Penggunaan kata ‘daripada’ yang tidak tepat : - Seorang daripada pembatunya pulang ke

kampung kemarin.

(Seorang di antara pembantunya pulang ke kampung kemarin.)

- Seorang pun tidak ada yang bisa menghindar daripada pengawasannya. (Seorang pun tidak ada yang bisa menghindar dari pengawasannya.) - Tendangan daripada Ricky Jakob berhasil

(Tendangan Ricky Jakob berhasil mematahkan perlawanan musuh.) 8. Pilihan kata yang tidak tepat :

- Dalam kunjungan itu Presiden Yudhoyono menyempatkan waktu untuk berbincang bincang dengan masyarakat. (Dalam kunjungan itu Presiden Yudhoyono menyempatkan diri untuk berbincang-bincang dengan masyarakat.) - Bukunya ada di saya.

(Bukunya ada pada saya.)

9. Kalimat ambigu yang dapat menimbulkan salah arti :

- Usul ini merupakan suatu perkembangan yang menggembirakan untuk memulai pembicaraan damai antara komunis dan pemerintah yang gagal.

Kalimat di atas dapat menimbulkan salah pengertian. Siapa/apa yang gagal? Pemerintahkah atau pembicaraan damai yang prnah dilakukan? (Usul ini merupakan suatu perkembangan yang menggembirakan untuk memulai kembali pembicaraan damai yang gagal antara pihak komunis dan pihak pemerintah.

- Sopir Bus Santosa yang Masuk Jurang Melarikan Diri

Judul berita di atas dapat menimbulkan salah pengertian. Siapa/apa yang dimaksud Santosa? Nama sopir atau nama bus? Yang masuk jurang busnya atau sopirnya?

(Bus Santoso Masuk Jurang, Sopirnya Melarikan Diri)

10. Pengulangan kata yang tidakperlu :

- Dalam setahun ia berhasil menerbitkan 5 judul buku setahun.

(Dalam setahun ia berhasil menerbitkan 5 judul buku.)

- Film ini menceritakan perseteruan antara dua kelompok yang saling menjatuhkan, yaitu perseteruan antara kelompok Tang Peng Liang dan kelompok Khong Guan

yang salingmenjatuhkan.

Film ini menceritakan perseteruan antara kelompok Tan Peng Liang dan kelompok Khong Guan yang saling menjatuhkan.)

11. Kata ‘kalau’ yang dipakaisecarasalah :

- Dokter itu mengatakan kalau penyakit AIDS sangat berbahaya.

(Dokter itu mengatakan bahwa penyakit AIDS sangat berbahaya.)

- Siapa yang dapat memastikan kalau kehidupan anak pasti lebih baik daripada orang tuanya?

(Siapa yang dapat memastikan bahwa kehidupan anak pasti lebih baik daripada orang tuanya?)

Kalimat merupakan salah satu struktur sintaktis yang terdiri atas konstituen konstituen yang bersifat linear, yang berada dalam dimensi linear pula. Kalimat adalah rangkaian kata-kata yang memliki makna. Verhaar, 1978: 72 dan Lyons, 1977:273 mengemukakan bahwa kalimat memiliki struktur bentuk (sintaksis). Stuktur sintaksis terdiri atas struktur klausa dan kalimat; yang kemudian ditambahkan oleh Longacre (1972:3) sebagai seperangkat kaidah yang menghubungkan makna dengan bentuk dalam tuturan. Itulah sebabnya teori distribusi akan digunakan untuk mengkaji hubungan dan sifat antarargumen dan predikator dari kalimat, atau antarkonstituen dalan satu kalimat.

PEMBAHASAN

Sesuai dengan ruang lingkup masalah yang telah dipaparkan di atas, Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan serta mengkaji kata baku dan struktur kalimat dari segi efektivitas kalimat bahasa Indonesia guru SDN Sekecamatan Cikalong Tasikmalaya Jawa Barat. Adapun tujuan penelitian ini secara khusus adalah untuk dapat: (1) Merumuskan kemampuan menulis kata-kata baku guru SDN Sekecamatan Cikalong Tasikmalaya Jawa Barat, (2) Merumuskan kemampuan menulis kalimat bahasa Indonesia guru SDN Sekecamatan Cikalong Tasikmalaya Jawa Barat, (3) Merumuskan struktur kalimat bahasa Indonesia guru SDN Sekecamatan Cikalong Tasikmalaya Jawa Barat., (4) Menjadikan hasil penelitian sebagai acuan guru SDN di Jawa Barat dalam mengajarkan keterampilan menulis bahasa Indonesia kepada siswa sd, (5) Mempublikasikan

temuan-temuan ini melalui berbagai media, baik secara nasionalmaupun internasional.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Analisis deskriptif dengan menampilkan data apa adanya secara rinci, objektif, sistematis, akurat dan komprehensif, sehingga menghasilkan pemerian data bahasa yang akurat pula. Hasil pengamatan ini kemudian dideskrip-sikan, dipilah – pilah, dan dianalisis sesuai dengan gejala – gejala yang ditemukan di lapangan; tanpa perlu mempertimbangkan betul salahnya yang ditulis oleh guru

Sumber data penelitian ini adalah ragam bahasa tulisan. Data utamanya adalah penulisan kata baku dan penulisan kalimat bahasa Indonesia guru SDN Sekecamatan Cikalong Tasikmalaya Jawa Barat.

Pengumpulan data dilakukan dengan cara memberikan tes tertulis tentang kata baku dan membuat kalimat efektif dalam bahasa Indonesia yang diberikan kepada guru-guru SDN Sekecamatan Cikalong Tasikmalaya Jawa Barat sebanyak 90 orang, yang mewakili 20 sekolah SDN yang ada di Kecamatan Cikalong Tasikmalaya Jawa Barat.

1. Deskripsi Data

Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Cikalong Tasikmalaya Jawa Barat dengan melibatkan responden sebanyak 90 orang. Kesembilan puluh orang tersebut semua berperdikat sebagai guru sekolah dasar, baik sebagai guru bidang studi maupun sebagai guru kelas. Mereka berasal dari sekolah dasar yang berada di wilayah kecamatan Cikalong Tasikmalaya Jawa Barat.

Guru-guru yang penulis jadikan responden dalam penelitian ini, tersebar di 20 sekolah dasar yang berada di wilayah Kecamatan Cikalong Tasikmalaya Jawa Barat. Kepada mereka diberikan tiga instrumen penelitian yang meliputi : 1) biodata penelitian, 2) tes pilihan ganda, dan 3) tes tentang kalimat efektif.

2. Analisis Data

Berikut adalah data yang penulis peroleh dari hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap 90 orang guru sekolah dasar yang tersebar di wilayah

Kecamatan Cikalong Tasikmalaya Jawa Barat. Untuk tes pilihan ganda, penulis membuat 10 soal dengan empat pilihan, sedangkan untuk tes esai penulis juga memberikan 10 soal untuk diperbaiki menjadi kalimat efektif.

Analisis Data untuk pertanyaan pilihan ganda

Penjelasan

1. Dari 90 guru yang menjawab a sebanyak 17, menjawab b sebanyak 0, menjawab c sebanyak 58, menjawab d sebanyak 0, dan tidak menjawab sebanyak 15.

2. Dari 90 guru yang menjawab a sebanyak 0, menjawab b sebanyak 1, menjawab c sebanyak 73, menjawab d sebanyak 0, dan tidak menjawab sebanyak 16.

3. Dari 90 guru yang menjawab a sebanyak 0, menjawab b sebanyak 1, menjawab c sebanyak 73, menjawab d sebanyak 0, dan tidak menjawab sebanyak 16.

4. Dari 90 guru yang menjawab a sebanyak 22, menjawab b sebanyak 0, menjawab c sebanyak 51, menjawab d sebanyak 0, dan tidak menjawab sebanyak 17.

5. Dari 90 guru yang menjawab a sebanyak 13, menjawab b sebanyak 48, menjawab c sebanyak 10, menjawab d sebanyak 3, dan tidak menjawab sebanyak 16.

6. Dari 90 guru yang menjawab a sebanyak 39, menjawab b sebanyak 0, menjawab c sebanyak 28, menjawab d sebanyak 2, dan tidak menjawab sebanyak 21.

7. Dari 90 guru yang menjawab a sebanyak 44, menjawab b sebanyak 14, menjawab c sebanyak 10, menjawab d sebanyak 0, dan tidak menjawab sebanyak 22.

8. Dari 90 guru yang menjawab a sebanyak 40, menjawab b sebanyak 27, menjawab c sebanyak 1, menjawab d sebanyak 2, dan tidak menjawab sebanyak 20.

9. Dari 90 guru yang menjawab a sebanyak 15, menjawab b sebanyak 48, menjawab c sebanyak 9, menjawab d sebanyak 1, dan tidak menjawab sebanyak 17.

10. Dari 90 guru yang menjawab a sebanyak 0, menjawab b sebanyak 1, menjawab c sebanyak 40, menjawab d sebanyak 38, dan tidak menjawab sebanyak 12.

Rumus F

——————— x 100 % N

F: jumlah guru yang menjawab N: banyaknya guru

3. Interpretasi Data

a. Sebanyak 90 guru menjawab a (18,88%), menjawab b (0%), menjawab c (64,44%), menjawab d (0%), dan tidak menjawab 15 guru (16,7%). Ini berarti guru sudah mengetahui tentang kata-kata baku dalam EYD.

b. Sebanyak 90 guru menjawab c (81,11%), menjawab a (0%), menjawab b (1,11%), menjawab d (0%), dan tidak menjawab 16 guru (17,77%). Ini berarti guru sudah mengetahui tentang kata-kata baku dalam EYD.

c. Sebanyak 90 guru menjawab c (81,11%), menjawab a (0%), menjawab b (1,11%), menjawab d (0%), dan tidak menjawab 16 guru (17,77%). Ini berarti guru sudah mengetahui tentang kata-kata baku dalam EYD.

d. Sebanyak 90 guru menjawab a (24,44%), menjawab b (0%), menjawab c (56,66%), menjawab d (0%), dan tidak menjawab 16 guru (17,77%). Ini berarti guru sudah

mengetahui tentang kata-kata baku dalam EYD.

e. Sebanyak 90 guru menjawab a (14,44%), menjawab b (53,33%), menjawab c (11,11%), menjawab d (11,11%), dan tidak menjawab 16 guru (17,77%). Ini berarti guru belum mengetahui tentang kata-kata baku dalam EYD.

f. Sebanyak 90 guru menjawab a (43,33%), menjawab b (0%), menjawab c (31,11%), menjawab d (2,22%), dan tidak menjawab 21 guru (23,33%). Ini berarti guru sudah mengetahui tentang kata-kata baku dalam EYD.

g. Sebanyak 90 guru menjawab a (48,88%), menjawab b (15,55%), menjawab c (11,11%), menjawab d (0%), dan tidak menjawab 22 guru (24,44%). Ini berarti guru belum mengetahui tentang kata-kata baku dalam EYD.

h. Sebanyak 90 guru menjawab a (44.44%), menjawab b (30%), menjawab c (1,11%), menjawab d (2,22%), dan tidak menjawab 20 guru (22,22%). Ini berarti guru belum mengetahui tentang kata-kata baku dalam EYD.

i. Sebanyak 90 guru menjawab a (16,66%), menjawab b (53,33%), menjawab c (10%), menjawab d (1,11%), dan tidak menjawab 17 guru (18,88%). Ini berarti guru sudah mengetahui tentang kata-kata baku dalam EYD.

j. Sebanyak 90 guru menjawab c (44,44%), menjawab d (42,22%), menjawab a (0%), menjawab b (1,11%), dan tidak menjawab 12 guru (13,33%). Ini berarti guru sudah mengetahui tentang kata-kata baku dalam EYD.

4. Analisis Data untuk pertanyaan terbuka (kalimat efektif)

a. Paman saya teman saya adik saya saya belum menikah.

Kalimat 1 salah, karena kalimat itu tidak mempunyai subjek yang jelas (ambiguitas). Perbaikannya:

Paman, teman, adik, dan saya belum menikah.

b. Mobilnya Amir yang besar sendiri. Kalimat 2 salah, karena tidak logis sehingga kalimat menjadi tidak efektif. Perbaikan kalimat: Mobil Amir paling besar.

Perbaikan: Mobil Amir paling besar. c. Ayah ke Surabaya hari ini terbang naik

pesawat Garuda.

Kalimat 3 salah, dari segi kehematan kata. Penghematan kata dapat dilakukan dengan cara menghilangkan kata yang bermakna sama seperti kata terbang dan naik, pesawat. Perbaikannya;

Hari ini, ayah ke Surabaya naik garuda. d. Isteri pengusaha yang nakal itu

tertangkap sedang selingkuh di sebuah hotel.

Kalimat 4 salah, karena bermakna ganda(ambiguitas). Hal tersebut terjadi karena tidak ada tanda koma. Perbaikannya:

Istri pengusaha yang nakal itu, tertangkap selingkuh di hotel.

e. Para hadirin dipersilakan untuk tidak meninggalkan tempat duduknya masing-masing.

Kalimat 5 salah, karena terdapat kata ganti kepemilikan “nya” (koherensi). Perbaikannya:

Hadirin dipersilakan tidak meninggalkan tempat duduk.

f. Kedua mahasiswa yang belum

mendapatkan kartu ujiannya harap diambil di ketua program studinya. Kalimat 6 salah, karena terdapat kesalahan logika pada kata diambil. Perbaikannya:

Mahasiswa yang belum mendapatkan kartu ujian, harap mengambil ke ketua prodi.

g. Pembangunan ini akan di awali dengan pembebasan tanah warga dan berhitung tentang keuntungan yang akan diperoleh dari hasil penjualan rumah yang akan dibangun.

Kalimat 7 salah, karena kepararelan dan variasi bahasa. Perbaikannya:

Pembangunan akan diawali dengan membebaskan tanah dan menghitung keuntungan yang diperoleh dari hasil menjual rumah.

h. Surat itu sudah dikirimkan oleh saya untuk paman.

Kalimat 8 salah, karena berkaitan dengan pararelisme dan logika. Perbaikannya: Saya sudah mengirimkan surat untuk paman.

i. Burung itu terbang naik ke atas, melayang-layang di udara lalu menukik ke bawah dan masuk ke dalam sangkarnya.

Kalimat 9 salah, karena dari segi kehematan kata. Penghematan kata dapat dilakukan dengan cara menghilangkan kata yang bermakna sama seperti kata terbang naik dan pesawat. Perbaikannya: Burung itu terbang, melayang-layang di udara lalu menukik ke sangkar.

j. Kepada bapak lurah dipersilakan untuk menyampaikan amanahnya, waktu dan tempat kami persilakan.

Kalimat 10 salah, karena kalimat tersebut tidak dapat diterima oleh akal (kelogisan/ salah nalar), seperti kata waktu dan tempat kami persilakan. Perbaikannya: Bapak Lurah dipersilakan menyampaikan amanah.

5. Format Penilaian a. Soal Pilihan Ganda

b. Soal Esai

Setiap soal esai diberi bobot, berikut tabelnya:

c. Penilaian

1. Skor Maksimal Pilihan Ganda: Jumlah soal PG adalah 10. Jadi, skor maksimal PG adalah 1 x 10 = 10

2. Skor Maksimal Esai adalah 3 x 10 = 30

Jumlah soal esai adalah 10. Jadi, skor maksimal esai adalah 3 x 10 = 30

3. Skor Maksimal Keseluruhan Skor Maksimal PG + skor maksimal esai = 10 + 30 = 40

Dokumen terkait