• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN PUSTAKA

A. Minat Belajar

1. Pengertian Minat Belajar

Seorang siswa dikatakan minat apabila ia menumbuhkembangkan keinginannya terhadap suatu pandangan yang dianggap menarik dirinya, kemudian siswa menindaklanjuti dengan adanya perbuatan untuk melaksanakan niatnya itu dengan perbuatan-perbuatan. Contoh dalam proses belajar di kelas, apabila siswa mempunyai minat atau ketertarikan yang tinggi terhadap pelajaran matematika, maka siswa itu akan memperhatikan dengan sungguh-sungguh saat guru memberikan contoh soal. Saat mengerjakan soal-soal latihan, siswa akan bekerja keras dengan mengulang-ulang dan mengotak-atik soal itu sehingga menemukan jawaban yang tepat. Dari kegiatan mengerjakan soal itu maka siswa menumbuhkan minatnya dengan perwujudan kegiatan yang positif yaitu dengan berusaha dengan maksimal untuk memecahkan suatu persoalan yang dihadapinya dengan tekun.

Minat memberikan pengaruh yang besar terhadap kegiatan seseorang sebab dengan minat seseorang akan tumbuh rasa suka atau tertarik untuk melakukan sesuatu yang diminatinya. Sebaliknya tanpa minat seseorang jika disuruh pun akan separuh hati saat melaksanakannya artinya tidak bekerja dengan tulus dan optimal.

Minat sendiri diartikan bermacam-macam menurut oleh beberapa ahli yang menelaah tentang minat. Menurut Marimba (1980:79), minat adalah kecenderungan jiwa kepada sesuatu, karena kita merasa ada kepentingan dengan sesuatu itu, pada umumnya disertai dengan perasaan senang akan sesuatu itu. Pasaribu dan Simanjuntak (1983:52) mengartikan minat sebagai suatu motif yang menyebabkan individu berhubungan secara aktif dengan sesuatu yang menariknya. Dari kedua ahli tersebut jika dihubungkan dengan kegiatan siswa di atas, tumbuhnya ketertarikan karena siswa itu menyenangi akan suatu hal sehingga motif anak akan berkembang dengan aktif dan kreatif, disebut kreatif karena anak berusaha dengan berbagai macam cara untuk memecahkan persoalan yang dihadapinya seperti contoh kegiatan siswa di atas.

Menurut Alisuf (1996:84) minat adalah kecenderungan untuk selalu memperhatikan dan mengingat sesuatu secara terus menerus, minat ini erat kaitannya dengan perasaan senang, karena itu dapat dikatakan minat itu terjadi karena sikap senang kepada sesuatu, orang yang berminat kepada sesuatu berarti sikapnya senang kepada sesuatu. Muhibbin Syah (2001:136) berpendapat bahwa minat adalah kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Menurut Shalahuddin (1990:95) minat adalah perhatian yang mengandung unsur-unsur perasaan. Menurut Crow (Rachman, 1993:112) bahwa minat atau interest bisa berhubungan dengan daya gerak yang mendorong kita untuk cendrung atau merasa tertarik pada orang, benda,

kegiatan, ataupun bisa berupa pengalaman yang efektif yang dirangsang oleh kegiatan itu sendiri.

Winkel (1987:105) mengemukakan minat adalah kecenderungan subyek menetap, untuk merasa tertarik pada bidang studi atau pokok bahasan tertentu dan merasa senang mempelajari materi itu. Menurut Walgito (1981:30) minat adalah suatu keadaan perhatian seseorang terhadap obyek yang disertai rasa ingin tahu, ingin mempelajari dan kemudian ingin membuktikan lebih lanjut tentang hal yang diketahui. Pada saat pelajaran berlangsung, misalnya Bahasa Indonesia, tentang mendengarkan cerita-cerita fiktif, siswa akan antusias dan hening saat guru mulai menceritakan kisah-kisah yang belum anak dengar sebelumnya dan ceritanya menarik. Hal ini disebabkan karena adanya keinginan yang besar dan rasa penasaran sehingga sikap tenang dan memperhatikan akan tercipta dengan sendirinya. Dari kisah-kisah yang menarik itulah timbul perasaan suka, gembira terkadang disertai tawa-tawa kecil, karena terbawa keadaan mental yang menghasilkan respon terarah kepada suatu situasi atau obyek tertentu yang menyenangkan dan memberi kepuasan kepadanya (Dewa, 1988).

Dari beberapa pengertian menurut ahli yang telah diuraikan di atas dapat disimpulkan bahwa minat adalah suatu kecenderungan pada diri seseorang yang menetap untuk merasa tertarik pada suatu bidang tertentu dan merasa senang mempelajari bidang tersebut.

2. Aspek-aspek Minat

Minat terhadap mata pelajaran yang dimiliki seseorang bukan bawaan sejak lahir, tetapi dipelajari melalui proses penilaian kognitif dan penilaian afektif seseorang yang dinyatakan dalam sikap. Hurlock (1995: 177) menguraikan bahwa minat mempunyai dua aspek yakni:

a. Aspek kognitif.

Aspek kognitif didasarkan atas konsep yang dikembangkan mengenai bidang yang berkaitan dengan minat. Misalnya, aspek kognitif dari minat anak terhadap sekolah. Mereka menganggap sekolah sebagai tempat mereka dapat belajar tentang hal-hal yang telah menimbulkan rasa ingin tahu sehingga mereka mendapat kesempatan untuk bergaul dengan teman sebaya yang tidak didapat pada masa prasekolah. Minat mereka terhadap sekolah sangat berbeda dibandingkan bila minat itu didasarkan atas konsep sekolah yang menekankan peraturan sekolah dan kerja keras untuk menghafal pelajaran.

b. Aspek afektif

Aspek afektif yang membangun aspek kognitif minat dinyatakan dalam sikap terhadap kegiatan yang ditimbulkan minat. Seperti halnya aspek kognitif, aspek afektif berkembang dari pengalaman pribadi, dari sikap orang yang penting yaitu orang tua, guru, dan teman sebaya terhadap kegiatan yang berkaitan dengan minat tersebut, dan dari

sikap yang dinyatakan atau tersirat dalam berbagai bentuk media massa terhadap kegiatan itu.

3. Fungsi Minat dalam Belajar

Menurut Abdul Wahid (1998:109), fungsi minat bagi kehidupan anak sebagai berikut:

a. Minat mempengaruhi bentuk intensitas cita-cita

Sebagai contoh anak yang berminat pada bidang biologi maka cita-citanya adalah menjadi dokter hewan , sedangkan anak yang berminat pada kelistrikan maka cita-citanya menjadi ahli ilmu pengetahuan dan teknologi.

b. Minat sebagai tenaga pendorong yang kuat

Minat merupakan dasar pondasi anak dalam menyukai suatu hal, semakin tinggi minat pada hal-hal tertentu, maka akan tumbuh rasa suka atau cinta. Sebagai contoh anak yang mempunyai kecintaan terhadap seni tulis, saat pelajaran mengarang biasanya akan bersemangat dan antusias untuk membuat karya yang lebih baik dari temannya.

c. Prestasi selalu dipengaruhi oleh jenis dan intensitas

Minat seseorang meskipun diajar oleh guru yang sama dan diberi pelajaran yang sama, tetapi antara satu anak dan yang lain mendapatkan jumlah pengetahuan yang berbeda. Hal ini terjadi karena

berbedanya daya serap mereka dan daya serap ini dipengaruhi oleh intensitas minat mereka

4. Indikator Minat Belajar

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia (1991:329), indikator adalah alat pemantau (sesuatu) yang dapat memberikan petunjuk/keterangan. Kaitannya dengan minat siswa, maka indikator adalah sebagai alat pemantau yang dapat memberikan petunjuk tentang minat. Ali Imran (1996:88) mengemukakan ada beberapa indikator siswa yang memiliki minat belajar yang tinggi, hal ini dapat dikenali melalui proses belajar di kelas maupun di rumah antara lain sebagai berikut:

a. Perasaan Senang

Seorang siswa yang memiliki perasaan senang atau suka terhadap pelajaran maka ia akan terus mempelajari ilmu yang berhubungan dengan pelajaran, sama sekali tidak ada perasaan terpaksa untuk mempelajari bidang tersebut.

b. Perhatian dalam Belajar

Adanya perhatian juga menjadi salah satu indikator minat. Perhatian merupakan konsentrasi atau aktivitas jiwa kita terhadap pengamatan, pengertian, dan sebagainya dengan mengesampingkan yang lain dari pada itu. Seseorang yang memiliki minat pada objek tertentu maka dengan sendirinya dia akan memperhatikan objek tersebut. Misalnya,

seorang siswa menaruh minat terhadap pelajaran IPA, maka ia berusaha untuk memperhatikan penjelasan dari gurunya.

c. Bahan Pelajaran dan Sikap Guru yang Menarik

Tidak semua siswa menyukai pelajaran yang sama, karena karakteristik analisis siswa terhadap pelajaran berbeda-beda, namun apabila bahan pelajaran disajikan dalam bentuk yang menarik dan memberikan antusias pada siswa maka siswa pun akan terlarut dalam kondisi yang menyenangkan dan terpancing untuk berkembang. Hal ini akan ditambah menyenangkan apabila guru dalam menyampaikan pelajaran didasari dengan sikap-sikap yang baik.

d. Manfaat dan Fungsi Mata Pelajaran

Adanya manfaat dan fungsi pelajaran juga merupakan salah satu indikator minat. Setiap pelajaran mempunyai manfaat dan fungsinya. Misalnya, pelajaran IPA banyak memberikan manfaat kepada siswa dalam berkreasi memanfaatkan barang-barang bekas menjadi sebuah media belajar.

5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Belajar

Salah satu pendorong dalam keberhasilan belajar adalah minat, terutama minat yang tinggi. Minat itu tidak muncul dengan sendirinya akan tetapi banyak faktor yang dapat mempengaruhi munculnya minat. Menurut Crow and Crow (1982), ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi minat belajar siswa antara lain:

a. Faktor dorongan dari dalam yaitu rasa ingin tahu atau dorongan untuk menghasilkan sesuatu yang baru dan berbeda. Dorongan ini dapat membuat seseorang berminat untuk mempelajari pengetahuan-pengetahuan.

b. Faktor motif sosial yakni minat dalam upaya mengembangkan diri dan dalam ilmu pengetahuan, yang mungkin diilhami oleh hasrat untuk mendapatkan kemampuan dalam bekerja, atau adanya keinginan untuk memperoleh penghargaan dari orang lain.

c. Faktor emosional yakni minat yang berkaitan dengan perasaan dan emosi. Misalnya keberhasilan setelah berpikir dan memperjuangkan sesuatu akan memberikan nilai yang sangat berharga, namun apabila setelah diperjuangkan kegagalan yang dialami maka kondisi kecewa tidak akan terhindar apabila tidak kuat menghadapinya.

B. Prestasi Belajar 1. Pengertian Belajar

Belajar merupakan proses yang panjang dan dialami oleh setiap individu. Sebenarnya selama orang itu hidup, dia melakukan perbuatan belajar secara otomatis dalam dirinya yang memberikan pemahaman, pengetahuan, serta pengalaman yang mengarah pada tindakan atau perilaku seseorang sebagai hasil dari proses belajar. Slameto (1988:2) menyatakan bahwa belajar merupakan proses aktivitas individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,

sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan. Winkel (1996:53) mendefinisikan belajar sebagai suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi yang aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap.

Perubahan tingkah laku yang dimaksudkan di sini bukanlah perubahan tingkah laku tertentu tetapi perubahan tingkah laku secara keseluruhan yang telah dimiliki oleh seseorang. Dari penjelasan mengenai belajar, Slameto (1988:3) memberikan ciri-ciri perubahan tingkah laku akibat adanya suatu aktivitas belajar. Perubahan tersebut sebagai berikut: 1. Perubahan dalam belajar terjadi secara sadar. Individu yang belajar

akan menyadari terjadinya perubahan itu atau sekurang-kurangnya individu merasakan telah terjadi perubahan pada dirinya.

2. Perubahan dalam belajar berkesinambungan dan fungsional. Hasil belajar merupakan perubahan yang terjadi dalam diri individu terus menerus atau tidak statis. Suatu perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan ataupun dalam proses belajar berikutnya.

3. Perubahan yang terjadi bukan bersifat sementara. Perubahan yang terjadi karena proses belajar menetap atau permanen. Ini berarti tingkah laku yang terjadi setelah belajar akan bersifat menetap.

4. Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah. Perubahan tingkah laku itu terjadi karena adanya tujuan yang hendak dicapai. Perbuatan belajar terarah pada perubahan tingkah laku yang benar-benar disadari.

5. Perubahan dalam belajar mencakup aspek tingkah laku. Perubahan yang diperoleh individu setelah melalui proses belajar meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku. Apabila individu belajar sesuatu, sebagai hasilnya dia akan mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap ketrampilan maupun pengetahuannya.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu aktivitas psikis baik dibidang kognitif, afektif, dan psikomotor yang dilakukan secara sadar oleh individu dalam berinteraksi dengan lingkungan untuk mendapatkan pengetahuan, pemahaman, keterampilan, nilai, serta sikap. Hasil belajar adalah berupa perubahan tingkah laku yang bersifat positif dan relatif permanen.

2. Pengertian Prestasi Belajar

Dalam proses belajar mengajar salah satu bukti yang menunjukkan keberhasilan belajar siswa di sekolah adalah prestasi yang diperoleh siswa. Prestasi adalah usaha untuk mengetahui berapa banyak hal yang telah dimiliki oleh siswa setelah mempelajari keseluruhan materi yang telah disampaikan padanya (Hamalik, 2000: 203).

Ngalim Purwanto (1986:28) memberikan pengertian prestasi belajar sebagai hasil yang dicapai oleh seseorang dalam usaha belajar

sebagaimana yang dinyatakan dalam rapor. Menurut (Winkel, 1989:102), prestasi belajar adalah hasil suatu penilaian dibidang pengetahuan, keterampilan, dan sikap sebagai hasil belajar yang dinyatakan dalam bentuk nilai. Menurut Sumadi Suryabratara (2002:25) prestasi adalah hasil yang dicapai menurut kemampuan siswa dalam mengerjakan sesuatu, sedangkan prestasi belajar adalah hasil akhir yang dicapai sebaik-baiknya dalam jangka waktu tertentu di sekolah. Perwujudan dari prestasi belajar adalah penilaian yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka yang diberikan dan dibuat oleh guru. Sedangkan menurut Syaiful Bahri Djamarah (1994:19) prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara individual maupun kelompok. Prestasi belajar tidak akan pernah tercapai apabila seseorang tidak pernah melakukan suatu kegiatan. Dalam mencapai prestasi belajar membutuhkan perjuangan dan berbagai tantangan untuk mencapainya.

Suharsimi Arikunto (1990:141) menguraikan prestasi belajar sebagai hasil yang dicapai oleh siswa setelah berinteraksi dengan lingkungan sehingga menghasilkan tingkah laku baru yang relatif permanen. Menurut Suratinah Tirtonegoro (1984:42), prestasi belajar adalah pencapaian hasil belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak dalam periode tertentu.

Berdasarkan uraian pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang dicapai oleh siswa dari suatu kegiatan belajar yang dapat dikukur dengan alat atau tes yang dibuat oleh guru yang diwujudkan dengan angka-angka

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Ada dua faktor yang mempengaruhi prestasi belajar, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi: ingatan, berpikir, intelegensi, perasaan-sikap-minat dan motivasi sedangkan faktor eksternal meliputi: guru, keluarga dan masyarakat (Masidjo, 2006:11).

a. Faktor internal 1) Ingatan

Ingatan adalah suatu aktivitas kognitif di mana individu menyadari bahwa kesan-kesan/informasi-informasi/pengetahuan yang pernah diketahuinya berasal dari masa lampau. Dengan ingatan memungkinkan siswa untuk menyimpan berbagai informasi dengan baik dan siap disadarkan kembali sewaktu diperlukan.

2) Berpikir

Berpikir merupakan suatu aktivitas kognitif individu yang berupa proses simbolis yang menghasilkan suatu pengertian atau konsep. Di mana konsep atau pengertian akan mewakili sejumlah peristiwa, benda, ide. Semakin berkembang cara berpikir siswa

akan memberikan dampak positif terhadap belajar siswa sehingga memungkinkan siswa mencapai hasil belajar yang maksimal. 3) Intelegensi/kecerdasan berpikir

Merupakan suatu aktivitas kognitif individu di mana berpikir berperan utama yang tampak pada tingkah lakunya yang terarah pada penyesuaian diri terhadap segala situasi baru yang mengandung masalah. Situasi tersebut dapat berupa masalah dari sosial akademik, dengan intelegensi yang dimiliki maka siswa diharapkan dapat memberikan suatu ide sebagai jalan keluarnya. 4) Perasaan-minat-sikap

Persaan akan mempengaruhi semangat siswa untuk belajar. Melalui perasaan siswa dapat memberikan penilaian positif atau negatif, apabila yang timbul penilaian/perasaan positif akan tercetus perasaan suka yang menimbulkan minat dan bersemangat untuk belajar, sebaliknya jika yang timbul penilaian/perasaan negatif akan mncul perasaan tidak suka, cuek sehingga akan menghambat kegiatan belajarnya.

5) Motivasi

Motivasi merupakan kebutuhan yang mendorong, menggerakkan atau mengusahakan tingkah laku belajar siswa ke arah pencapaian tujuan belajar sehingga menjamin kepuasan atas kelangsungan kegiatan belajar siswa. Kesadaran motivasi yang dimiliki siswa

akan menimbulkan dampak positif dan tidak mudah menyerah/putus asa menghadapi suatu tantangan.

b. Faktor eksternal

1) Kemampuan guru mengajar

Guru merupakan contoh bagi siswa-siswanya. Guru yang baik harus menguasai kemampuan dasar keguruan, yang meliputi kemampuan mengelola program belajar mengajar, kemampuan mengajar, kemampuan memimpin siswa. Seorang guru harus bisa menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, memotivasi siswa serta mengatur kegiatan belajarnya berjalan dengan lancar. Jika pendampingan guru terhadap siswanya kurang menyeluruh dan kurang baik maka berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. 2) Keluarga

Orang tua merupakan guru pertama anak. Pengalaman belajar pertama diperoleh dari orang tua dimulai dari masih bayi sampai dewasa. Perhatian dan kasih sayang orang tua terhadap perkembangan belajar anaknya akan berpengaruh pada perolehan prestasi belajarnya. Orang tua harus memotivasi agar anak memiliki motivasi diri yang kuat serta memberi pengarahan bagaimana cara belajar yang baik. Namun, apabila orang tua kurang memperhatikan perkembangan anak akan berakibat turunnya prestasi belajar anak.

3) Masyarakat

Lingkungan masyarakat merupakan tempat di mana siswa tinggal dan menjalani relasi terhadap orang-orang di sekitarnya. Lingkungan yang aman akan bahaya, nyaman/tidak gaduh dapat meningkatkan motivasi belajar yang maksimal sehingga memungkinkan pencapaian prestasi belajar yang baik. Jika kondisi masyarakat kurang aman, tidak nyaman, serta orang-orang di sekitar banyak yang rusak dan tidak mendukung perkembangan siswa untuk belajar akan mempengaruhi perolehan prestasi belajarnya.

C. Hubungan antara Minat Belajar dengan Prestasi Belajar

Hal atau pelajaran baru yang dipelajari anak akan menimbulkan sikap senang dan tidak tidak senang. Perasaan senang atau tidak senang terhadap hal yang ia pelajari bergantung pada apa yang ia pelajari, apakah yang ia pelajari menarik atau tidak. Jika anak merasa senang terhadap hal yang ia pelajari maka ia akan mempelajarinya scara berkelanjutan dan terus-menerus. Perasaaan senang yang berkelanjutan ini sering disebut dengan minat. Anak yang berminat terhadap sesuatu berarti anak tersebut akan mempelajarinya secara berkelanjutan dengan perasaan senang. Siswa yang berminat pada salah satu pelajaran, berarti siswa tersebut mempunyai semangat atau gairah belajar yang tinggi terhadap pelajaran tersebut. Semangat belajar yang tinggi itu muncul karena adanya ketertarikan yang menetap. Kecenderungan yang

menetap pada diri seorang siswa menunjukkan bahwa adanya ketertarikan terhadap bidang atau pengalaman yang sedang dipelajari. Anak yang mempunyai minat belajar yang tinggi, maka anak tersebut diduga akan mendapatkan prestasi belajar yang tinngi pula. Dan sebaliknya, jika anak tersebut mempunyai minat belajar yang rendah, maka anak tersebut diduga mendapatkan prestasi belajar yang rendah pula.

D. Hasil Penelitian yang Relevan

Cicilia Era Kumala (2009) meneliti tentang hubungan minat belajar siswa dan lingkungan belajar siswa dengan prestasi belajar siswa. Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 2 Klaten. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa SMA Negeri 2 Klaten yang berjumlah 876 siswa, sedangkan sampel penelitian adalah siswa kelas XII SMA Negeri 2 Klaten. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner, dokumentasi, wawancara, dan observasi. Teknik analisis data menggunakan korelasi product moment dan korelasi linier ganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) ada hubungan positif dan signifikan antara minat belajar siswa dengan prestasi belajar siswa (thitung = 2,229 > ttabel = 1,650); (2) ada hubungan positif dan signifikan antara lingkungan belajar siswa di keluarga dengan prestasi belajar siswa (thitung = 1,714 > ttabel = 1,650); (3) ada hubungan positif dan signifikan antara lingkungan belajar di sekolah dengan prestasi belajar siswa (thitung = 1,845 > ttabel =1,650); (4) ada hubungan positif dan signifikan antara lingkungan belajardi masyarakat dengan prestasi belajar siswa (thitung = 4,123 > ttabel

=1,650); (5) ada hubungan positif dan signifikan antara minat belajar siswa, lingkungan belajar di keluarga, lingkungan belajar di sekolah, lingkungan belajar di masyarakat secara bersama-sama dengan prestasi belajar siswa (Fhitung = 7,330 > Ftabel = 2,410).

E. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah “Ada hubungan yang positif dan signifikan antara minat belajar dengan prestasi belajar siswa kelas V SD Negeri Soroyudan semester 2 tahun pelajaran 2011/2012”.

23

Dokumen terkait