• Tidak ada hasil yang ditemukan

LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka

Penulis telah melakukan pengamatan pustaka terhadap penulisan terdahulu mengenai penelitian yang mempunyai kesamaan terhadap pokok permasalahan pada penelitian ini. Hal tersebut di lakukan agar penelitian bukan merupakan pengulangan atas penelitian sebelumnya.

Sofiana Iin Ayuni dalam tugas akhirnya yang berjudul

“Analisis Akas Wadiah Pada Tabungan iB Hasanah Di Bank Negara

Indonesia Syariah KCP UNISSULA Semarang”. Tabungan iB Hasanah dapat dilaksanakan dengan menggunakan dua akad yakni akad wadiah

atau mudharabah. Jika menggunakan prinsip mudharabah, bank akan memberikan bagi hasil yang besarnya sesuai dengan yang dijanjikan diawal. Sedangkan apabila menggunakan akad wadiah bank tidak punya kewajiban memberi bagi hasil.

Sulistiyowati dalam tugas akhirnya yang berjudul “Analisis

Produk Talangan Haji Mabrur Pada Bank Syariah Mandiri Cabang

Semarang”. Pembiayaan Talangan Haji pada Bank Syariah Mandiri Semarang dalam pelaksanaannya mengunakan dua jenis akad yaitu akad

qardh dan akad ijarah. Akad qardh digunakan dalam pemberian dana

akad ijarah digunakan dalam mengurusi pendaftaran haji melalui online

dengan sistem komputerisasi haji terpadu (siskohat).

Akhlis Farida Kurnia Rahmah dalam tugas akhirnya yang berjudul “Analisa Pada Produk Tabungan iB Hasanah Di Bank BNI

Syariah”. Tabungan iB Hasanah ini dilaksanakan berdasarkan dua akad yakni akad wadiah atau mudharabah yang berlaku untuk nasabah perorangan ataupun non perorangan. Tabungan iB Hasanah memberikan kemudahan untuk melakukan transaksi kapanpun dan dimanapun sesuai dengan keinginan nasabah.

Mahmud Anwari dalam tugas akhirnya yang berjudul “Produk Simpanan Haji Pada BMT Al Ijtihad Pabelan Kabupaten Semarang”. Prosedur pengajuan produk simpanan haji di BMT Al Ijtihad tidak terlalu rumit dan sesuai dengan ketentuan yang ada. Nasabah produk simpanan haji akan didaftarkan ke SISKOHAT dan akan mendapatkan porsi antrian calon haji setelah saldo simpanan mencapai Rp . . ,-.

Berdasarkan kajian terhadap penelitian tersebut, perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian terdahulu terdapat pada tempat objek penelitian dan bagaimana aplikasi akad mudharabah mutlaqah pada tabungan Haji BRI Syariah iB.

B. Kerangka Teoritik . Akad

Dalam Ensiklopedi Hukum Islam, disebutkan akad berarti perjanjian dan permufakatan (al-ittifaq), pertalian (tie), mengikat secara bersama-sama (Dahlan, ).

Suhendi ( : - ) mengemukakan pengertian akad menurut bahasa: ( ) mengikat (ar-rabtu), mengumpulkan dua ujung tali dan mengikat salah satunya dengan yang lain sehingga bersambung, kemudian keduanya menjadi sebagai sepotong benda. ( ) sambungan („aqdatun), yaitu sambungan yang memegang kedua ujung itu dan mengikatnya. ( ) janji (al-„ahdu), sebagaimana dijelaskan dalam Alquran:

ب ٰ َفَ ْوَأ ْنَم ٰ َلََب

َي قَّتحمْلا ُّب حيُ َ َّللَّا َّنإَف ٰىَقَّتاَو ه دْهَعِ

“Ya, siapa saja menepati janjinya dan takut kepada Allah,

sesungguhnya Allah mengasihi orang-orang yang taqwa” (QS Ali

Imran: )

“Hai orang-orang yang beriman tepatilah janji-janjimu” (QS Al-Maidah: )

Akad merupakan perjanjian diantara dua pihak yang sudah teridentifikasikan secara detail dan jelas, dimana masing-masing pihak berkewajiban untuk memenuhinya. Jika salah satu pihak melanggar maka akan terkena sanksi sesuai dengan kesepakatan yang sudah

ditentukan dalam akad. Sedangkan menurut Musthafa Az-arka akad merupakan ikatan secara hukum yang dilakukan oleh dua atau beberapa pihak yang sama-sama berkeinginan mengikatkan dirinya (Yudiana, : - ).

Pengertian akad menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor Tahun Tentang Perbankan Syariah adalah kesepakatan tertulis antara Bank Syariah atau UUS dan pihak lain yang memuat adanya hak dan kewajiban bagi masing-masing pihak sesuai dengan prinsip syariah.

Berdasarkan pengertian diatas, akad adalah suatu kesepakatan atau perjanjian antara dua belah pihak yang ditandai dengan ijab dan qabul dalam bentuk ucapan ataupun dalam bentuk tertulis.

a. Rukun Akad

Rukun adalah unsur-unsur yang membentuk sesuatu, sehingga sesuatu itu terwujud karena adanya unsur-unsur tersebut yang membentuknya. Rumah misalnya, terbentuk karena adanya unsur-unsur ang membentuknya yaitu fondasi, tiang, lantai, dinding, atap dan seterusnya. Dalam konsepsi Islam, unsur-unsur yang membentuk sesuatu itu disebut rukun (Anwar, ).

) Subjek atau pelaku akad, pennjual dan pembeli atau pihak-pihak yang bertransaksi (aqid). Pengertian aqid ialah orang yang berakad, terkadang masing-masing pihak terdiri dari satu orang , terkadang terdiri dari beberapa orang.

) Objek akad (ma‟qud „alaih) ialah benda-benda yang menjadi objek akad, seperti benda-benda yang dijual dalam akad jual beli, dalam akad hibah (pemberian), dalam akad gadai, utang yang dijamin seseorang dalam akad kafalah.

) Subtansi akad (maudhu‟ul „aqd) ialah tujuan atau maksud pokok dari pengaduan akad. Hal tersebut senada dengan pendapat Zuhaily ( : - Juz IV), subtansi akad adalah maksud dan tujuan yang ingin dicapai dalam akad yang dilakukan. Hal tersebut menjadi penting karena berpengaruh terhadap implikasi tertentu. Selama akadnya berbeda, maka tujuan pokok akad akan berbeda.

) Serah-terima (ijab qabul). Ijab ialah permulaan penjelasan yang keluar dari salah seorang yang berakad sebagai gambaran kehendaknya dalam mengadakan akad, sedangkan qabul ialah perkataan yang keluar dari pihak berakad, yang diucapkan setelah adanya ijab (Nawawi, : ).

b. Syarat Akad

Secara umum suatu akad harus memenuhi persyaratan yaitu: ) Pihak-pihak yang melakukan akad sudah memenuhi secara

hukum.

) Objek akad harus jelas dan tersedia serta dapt diserahkan ketika akad berlangsung.

) Ada manfaatnya.

) Ijab dan qabul serta tujuan akad harus jelas dan diakui syara’

(Yudiana, : ).

. Mudharabah

Al mudharabah berasal dari kata dharaba yang berarti memukul atau berjalan. Sedang yang dimaksud dengan memukul atau berjalan, yaitu seseorang yang memukulkan tangannya untuk berjalan dimuka bumi dalam mencari karunia Allah SWT. Secara praktis akad

mudharabah yaitu akad kerja sama dua orang atau lebih, salah satu pihak menyediakan modal secara penuh dan pihak lain menjalankan usaha. Pemilik modal disebut shohibul mal, sedangkan pengusaha disebut dengan mudharib. Antara keduanya terikat kerja sama usaha. Pembagian keuntungan disepakati bersama, sedang kerugiannya ditanggung oleh pemilik modal, jika kerugian disebabkan bukan karena kelalaian pengusaha. Akan tetapi jika kerugian tersebut disebabkan karena kelalaian pengusaha, maka pengusaha berkewajiban menanggung kerugian tersebut (Ridwan, : ).

Nawawi ( : - ) kerja sama dalam permodalan

(mudharabah) disyariatkan oleh firman Allah, hadis, ijma’ para

sahabat dan para imam. Mudharabah diberlakukan pada zaman Rasulullah Saw., dan beliau merestuinya.

Firman Allah dalam Alquran:

“Dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian

karunia Allah” (QS. Muzammil: ) Hadis Nabi Muhammad Saw:

“Abas bin Abdul Muthalib menyerahkan harta sebagai

mudharabah, ia menyaratkan mudharabahnya agar tidak mengarungi lautan dan menuruni lembah, serta tidak membeli hewan ternak. Jika persyaratan itu dilanggar ia harus menanggung resikonya. Ketika persyaratan yang ditetapkan Abas itu didengar Rasulullah Saw.,

beliau membenarkannya”.

Hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah dari Suhaib r.a., bahwasanya Rasulullah Saw., bersabda,

“Ada tiga perkara yang diberkahi: jual beli yang ditangguhkan,

memberi modal, dan mencampur gandum dengan delai untuk keluarga

bukan untuk dijual”.

Secara umum, mudharabah dibagi menjadi dua bagian, yakni

mudharabah mutlaqah (bebas) dan mudharabah muqayyadah (terikat).

a. Mudharabah Mutlaqah (bebas).

Yang dimaksud dengan akad mudharabah mutlaqah yaitu akad kerja antara dua orang atau lebih, atau antara shahibul mal

selaku investor dengan mudharib selaku pengusaha yang berlaku secara luas. Artinya dalam akad tersebut tidak ada batasan tertentu, baik dalam jenis usaha, daerah bisnis, waktu usaha maupun yang lain. Intinya pengusaha memiliki kewenangan penuh untuk menjalankan usahanya, sesuai dengan peluang bisnis yang ada.

b. Mudharabah muqoyyadah (terikat).

Yang dimaksud dengan mudharabah muqayyadah yaitu kerja sama dua orang atau lebih atau antara shahibul mal selaku investor dengan pengusaha atau mudharib, investor memberikan batasan tertentu baik dalam jenis usaha, waktu maupun tempat. Persyaratan ini tidak boleh dilanggar oleh pengusaha (Ridwan,

: - ). . Tabungan

Pengertian tabungan menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor Tahun Tentang Perbankan Syariah adalah simpanan berdasarkan akad wadiah atau investasi dana berdasarkan akad

mudharabah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip

syariah yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat dan ketentuan tertentu yang disepakati, akan tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, dan/atau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu.

Menurut Kasmir ( : ) ada beberapa alat penarikan tabungan, hal ini tergantung dari persyaratan bank masing-masing. Alat yang dimaksud adalah:

a. Buku Tabungan

Kepada setiap penabung biasanya diberikan buku tabungan. Didalam buku tabungan berisi catatan saldo tabungan, penarikan, penyetoran dan pembebanan-pembebanan yang mungkin terjadi.

Buku ini digunakan pada saat penarikan sehingga langsung dapat mengurangi saldo yang ada di buku tabungan tersebut.

b. Slip Penarikan

Merupakan formulir penarikan dimana nasabah cukup menulis nama, nomor rekening, jumlah uang serta tanda tangan nasabah untuk menarik sejumlah uang.

c. Kartu yang terbuat dari plastik

Yaitu sejenis kartu kredit yang terbuat dari plastik yang dapat digunakan untuk menarik sejumlah uang dari tabungan baik yang ada di bank maupun di Automated Teller Machine (ATM). ATM ini biasanya tersebar di tempat-tempat yang strategis. Kepada nasabah pemegang kartu ATM akan diberikan nomor PIN atau kata sandi yang digunakan setiap kali menarik uang dari ATM.

d. Kombinasi

Yaitu penarikan tabungan dapat dilakukan kombinasi antara buku tabungan dengan slip penarikan.

Menurut Karim ( : - ) dalam tabungan, bank syariah mengembangkan dua akad yaitu wadiah dan mudharabah.

a. Tabungan Wadiah

Tabungan wadiah merupakan tabungan yang dijalankan berdasarkan akad wadiah, yakni titipan murni yang harus dijaga dan dikembalikan setiap saat sesuai kehendak pemiliknya.

Berkaitan dengan produk tabungan wadiah, bank syariah menggunakan akad wadiah yad adh-dhamanah.

Dalam hal ini, nasabah bertindak sebagai penitip yang memberikan hak kepada bank syariah untuk menggunakan atau memanfaatkan uang atau barang titipannya, sedangkan bank syariah bertindak sebagai pihak yang dititipi dana atau barang yang disertai hak untuk menggunakan atau memanfaatkan dana atau barang tersebut. Sebagai konsekuensinya, bank bertanggung jawab terhadap keutuhan harta titipan tersebut serta mengembalikannya kapan saja pemiliknya menghendaki. Disisi lain, bank juga berhak sepenuhnya atas keuntungan dari hasil penggunaan atau pemanfaatan dana atau barang tersebut.

Mengingat wadiah yad dhamanah ini mempunyai implikasi hukum yang sama dengan qardh, maka nasabah penitip dan bank tidak boleh saling menjanjikan untuk membagihasilkan keuntungan harta tersebut. Namun demikian, bank diperkenankan memberikan bonus kepada pemilik harta titipan selama tidak disyaratkan di muka. Dengan kata lain, pemberian bonus merupakan kebijakan bank syariah semata yang bersifat sukarela.

Berdasarkan uraian diatas, ketentuan umum tabungan wadiah

adalah sebagai berikut:

) Tabungan wadiah merupakan tabungan yang bersifat titipan murni yang harus dijaga dan dikembalikan setiap saat (on call)

sesuai dengan kehendak pemiliknya.

) Keuntungan atau kerugian dari penyaluran dana atau pemanfaatan barang menjadi pemilik atau tanggungan bank, sedangkan nasabah penitip tidak dijanjikan imbalan dan tidak mengalami kerugian.

) Bank dimungkinkan memberikan bonus kepada pemilik harta sebagai sebuah intensif selama tidak diperjanjikan dalam akad pembukaan rekening.

b. Tabungan Mudharabah

Yang dimaksud dengan tabungan mudharabah adalah tabungan yang dijalankan berdasarkan akad mudharabah. Dalam hal ini, bank syariah bertindak sebagai mudharib (pengelola dana), sedangkan nasabah bertindak sebagai shahibul mal (pemilik dana). Bank syariah dalam kapasitasnya sebagai mudharib, mempunyai kuasa untuk melakukan berbagai macam usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah serta mengembangkannya, termasuk melakukan akad mudharabah dengan pihak lain. Namun disisi lain, bank syariah juga memiliki sifat sebagai wali amanah

beritikad baik dan bertanggung jawab atas segala sesuatu yang timbul akibat kesalahan atau kelalaiannya.

Dari hasil pengelolaan dana mudharabah, bank syariah akan membagihasilkan kepada pemilik dana sesuai dengan nisbah yang telah disepakati dan dituangkan dala akad pembukaan rekening.

Berdasarkan uraian diatas, ketentuan umum tabungan

mudharabah adalah sebagai berikut:

) Dalam transaksi ini, nasabah bertindak sebagai shahibul mal

atau pemilik dana, dan bank bertindak sebagai mudharib atau pengelola dana.

) Dalam kapasitasnya sebagai mudharib, bank dapat melakukan berbagai macam usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah dan mengembangkannya, termasuk didalamnya melakukan akad mudharabah dengan pihak lain.

) Modal harus dinyatakan dengan jumlahnya, dalam bentuk tunai dan bukan piutang.

) Pembagian keuntungan harus dinyatakan dalam bentuk nisbah dan dituangkan dalam bentuk akad pembukaan rekening

Tabel Perbandingan Tabungan Wadiah dan Mudharabah

menurut Ascarya ( : ) adalah sebagai berikut:

Tabel .

Perbandingan Tabungan Wadiah dan Tabungan Mudharabah

No. Mudharabah Wadiah

. Sifat Dana Investasi Titipan . Penarikan Hanya dapat

dilakukan pada periode/waktu tertentu.

Dapat dilakukan setiap saat.

. Insentif Bagi hasil Bonus (jika ada)

. Penembalian Modal Tidak dijamin dikembalikan Dijamin dikembalikan . Haji

Haji adalah salah satu rukun Islam yang kelima yang diwajibkan Allah SWT kepada orang-orang yang mampu menunaikannya, yakni kesanggupan biaya serta sehat jasmani dan rohani untuk menunaikan perintah tersebut. Kewajiban ibadah haji hanya sekali seumur hidup, kewajiban ini baru disyariatkan pada tahun ke- hijriyah, setelah Rasulullah SAW hijrah ke Madinah (Taufiqurrochman, : ).

Munir dan Sudarsono ( : - ) mengemukakan adapun

makna haji menurut istilah, yaitu menyengaja mengunjungi Ka’bah di

negeri Mekkah untuk menunaikan perintah Allah Ta’ala (ibadah) yang

telah ditentuakan. Pergi haji wajib bagi setiap umat Islam yang mampu selama satu kali hidupnya.

Firman Allah SWT:

“Sempurnakanlah ibadat haji dan umrah karena Allah! Tetapi

kalau kamu berhalangan, bayarlah had-nya (pembayaran) mana yang mudah diperoleh, dan janganlah kamu cukur kepalamu sebelum

had-nya itu sampai di tempathad-nya.” (Al-Baqarah: )

“Kewajiban manusia kepada Allah, ialah orang-orang yang telah kuasa berjalannya (cukup hartanya untuk ongkos-ongkosnya mengunjungi Baitullah) mengerjakan ibadah haji. Dan barangsiapa yang kafir (ingkar tidak menurut perintah Allah) maka bahwasanya Allah itu maha kaya pada sekalian alam (yakni tidak berhajat kepada

siapa pun juga).” (Al-Imron ayat ).

Sekiranya telah mampu untuk naik haji bagi umat Islam janganlah menunda-nunda waktu lagi karena kita sudah diberi kelonggaran hanya satu kali seumur hidup. Allah maha bijaksana dalam hal ini. Disabdakan lagi oleh Rasulullah yakni :

“Dari Ibnu Abbas, telah berkata Rasulullah SAW. :”Hendaklah

kamu bersegera mengerjakan haji, karena sesungguhnya seseorang

tidak menyadari akan sesuatu halangan yang merintangi.” (Riwayat

Ahmad).

a. Syarat-syarat Wajib Haji

) Islam (tidak wajib bahkan tiada sah haji seorang kafir). ) Baligh (sampai umumnya), tidak diwajibkan bagi anak-anak. ) Berakal, dalam arti kata tidak wajib bagi orang yang gila.

) Merdeka, dalam arti kata tidak wajib bagi orang yang tidak kuasa.

b. Rukun Haji

) Berniat, yaitu menyengaja berhaji.

) Ihram, yaitu memakai kain yang tidak berjahit, seperti selimut dan sebagainya, tidak boleh menutup kepala (berkopiah) bagi laki-laki, dan tidak boleh menutup muka serta tangannya bagi perempuan dan pula dibolehkan memakai sandal atau slop. ) Wuquf di padang Arafah, yaitu pada tanggal Dzulhijjah. ) Thawaf, yaitu mengelilingi ka’bah tujuh kali.

) Sa’i yaitu berjalan (lari) antara Shafa dan Marwah tujuh kali.

) Bercukur atau bergunting rambut sekurang-kurangnya tiga atau tujuh helai rambut.

A. Gambaran Umum BRI Syariah

. Sejarah Pendirian BRI Syariah

Berawal dari akuisisi PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk., terhadap Bank Jasa Arta pada Desember dan setelah mendapatkan izin dari Bank Indonesia pada Oktober melalui suratnya o. /KEP.GBI/DpG/ , maka pada tanggal

November PT. Bank BRI Syariah secara resmi beroperasi. Kemudian PT. Bank BRI Syariah merubah kegiatan usaha yang semula beroperasional secara konvensional, kemudian diubah menjadi kegiatan perbankan berdasarkan prinsip syariah Islam.

Dua tahun lebih PT. Bank BRI Syariah hadir mempersembahkan sebuah bank ritel modern terkemuka dengan layanan finansial sesuai kebutuhan nasabah dengan jangkauan termudah untuk kehidupan lebih bermakna. Melayani nasabah dengan pelayanan prima (service

excellence) dan menawarkan beragam produk yang sesuai harapan

nasabah dengan prinsip syariah.

Kehadiran PT. Bank BRI Syariah di tengah-tengah industri perbankan nasional dipertegas oleh makna pendar cahaya yang mengikuti logo perusahaan. Logo ini menggambarkan keinginan dan

tuntutan masyarakat terhadap sebuah bank modern sekelas PT. Bank BRI Syariah yang mampu melayani masyarakat dalam kehidupan modern. Kombinasi warna yang digunakan merupakan turunan dari warna biru dan putih sebagai benang merah dengan PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk.,

Aktivitas PT. Bank BRI Syariah semakin kokoh setelah pada

Desember ditandatangani akta pemisahan Unit Usaha Syariah PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk., untuk melebur ke dalam PT. Bank BRI Syariah (proses spin off-) yang berlaku efektif pada tanggal Januari . Penandatanganan dilakukan oleh Bapak Sofyan Basir selaku Direktur Utama PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk., dan Bapak Ventje Rahardjo selaku Direktur Utama PT. Bank BRI Syariah.

Saat ini PT. Bank BRI Syariah menjadi bank syariah ketiga terbesar berdasarkan aset. PT. Bank BRI Syariah tumbuh dengan pesat baik dari sisi aset, jumlah pembiayaan dan perolehan dana pihak ketiga. Dengan berfokus pada segmen menengah bawah, PT. Bank BRI Syariah menargetkan menjadi bank ritel modern terkemuka dengan berbagai ragam produk dan layanan perbankan.

Sesuai dengan visinya, saat ini PT. Bank BRI Syariah merintis sinergi dengan PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk., dengan memanfaatkan jaringan kerja PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk., sebagai Kantor Layanan Syariah dalam mengembangkan bisnis

yang berfokus kepada kegiatan penghimpunan dana masyarakat dan kegiatan konsumer berdasarkan prinsip syariah (http://www.brisyariah.co.id/?q=sejarah).

. Objek Tempat Praktik

Nama Tempat Praktik : Bank BRI Syariah KCP Demak

Alamat : Jl. Sunan Kalijaga No. RT. /RW.

, Kel. Bintoro, Kec. Demak Telp. : ( )

Kode Pos :

Bank BRI Syariah KCP Demak di resmikan pada tanggal

Oktober yang saat ini dipimpin oleh Bapak Mustofa Kamal. Kantor tersebut terletak di Jl. Sunan Kalijaga No. Demak. Bank tersebut mulai menjalankan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah yang diberi nama PT. Bank BRI Syariah (yang kemudian disebut dengan nama BRI Syariah) pada tanggal Oktober .

Nama BRI Syariah dipilih untuk menggambarkan secara langsung hubungan dengan PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, selanjutnya disebut Bank Rakyat Indonesia, yang merupakan salah satu bank terbesar di Indonesia. Bank BRI Syariah merupakan anak perusahaan dari Bank Rakyat Indonesia yang akan melayani kebutuhan perbankan masyarakat Indonesia dengan menggunakan prinsip-prinsip syariah.

. Struktur Organisasi

Struktur organisasi adalah menetapkan bagaimana tugas akan dibagi, siapa melapor kepada siapa, dan mekanisme koordinasi yang formal serta pola interaksi yang akan diikuti (Robbins, ).

Struktur Organisasi Bank BRI Syariah Kantor Cabang Pembantu (KCP) Demak adalah sebagai berikut:

Gambar .

Struktur Organisasi BRI Syariah KCP Demak Keterangan:

a. Pimpinan Cabang Pembantu : Mustofa Kamal

b. Accounting Officer : Habibi Anggoro Kusumo

c. Unit Head : Asep Saifullah

PIMCAPEM (Pimpinan Cabang Pembantu) AO (Accounting Officer) UH (Unit Head) SO (Sales Officer) RO (Relationship Officer) BOS (Branch Operation Supervior) TELLER CS (Customer Service) SECURITY OB (Office Boy)

d. Sales Officer : Edy Iswanto Ryan Edwin

e. Relationship Officer Abrozun Na’im

f. Branch Operation Supervior : Samsul Rizal

g. Teller : Nur Vina Agustiani

h. Customer Service : Khairul Annas

i. Security : Taufiqur Rahman

Jalmono

j. Office Boy : Yudi

. Penjabaran Tugas dan Wewenang

Berikut adalah penjabaran tugas dan wewenang masing-masing jabatan di BRI Syariah KCP Demak:

a. Pimpinan Cabang Pembantu

Merencanakan, mengkoordinir seluruh kegiatan kantor cabang yang meliputi kegiatan pemasaran dan operasional untuk menjamin tercapainya terget yang efektif dan efisien.

b. Accounting Officer

) Mencari nasabah potensial yang layak diberikan pembiayaan. ) Menganalisa dan menentukan layak tidaknya nasabah yang

akan diberikan pembiayaan.

) Melakukan penagihandan pengawasan terhadap nasabah yang memperoleh pembiayaan.

c. Unit Head

) Melakukan pelayanan dan pembinaan kepada peminjam. ) Menyusun rencana pembiayaan.

) Menerima dan menganalisis berkas-berkas pengajuan dari peminjam.

) Membuat akad pembiayaan.

) Melakukan pembinaan anggota pembiayaan agar tidak terjadi kredit macet.

) Membuat laporan perkembangan pembiayaan.

d. Sales Officer

Memperkenalkan, menawarkan serta menjual produk kepada nasabah dengan baik.

e. Relationship Officer

) Mencari, menilai, menganalisis serta mengusulkan besarnya pembiayaan yang akan disalurkan.

) Memantau pembiayaan yang sudah disalurkan kepada debitur.

f. Branch Operational Supervior

Mengkoordinir pelaksanaan operasional agar transaksi dari nasabah di kantor dapat terlaksana dengan baik dan lancar.

g. Teller

) Menerima setoran dari nasabah.

h. Customer Service

) Memberikan pelayanan informasi produk kepada nasabah. ) Membantu nasabah dalam proses pembukaan dan penutupan

rekening.

) Menyimpan berkas-berkas tabungan dan deposito.

i. Security

) Menjaga keamanan lingkungan kantor dari segala bentuk kejahatan.

) Melindungi karyawan, nasabah ataupun tamu dari segala bentuk kejahatan.

) Mengatur parkir dan mengunci semua pintu saat jam kantor selesai dan membuka pintu saat jam kerja akan di mulai.

j. Office Boy

) Bertanggung jawab untuk menjaga kebersihan lingkungan kantor.

) Membantu mengoperasikan mesin fotokopi serta melayani kebutuhan karyawan.

B. Visi dan Misi Organisasi . Visi

Menjadi bank ritel modern dan terkemuka dengan ragam layanan finansial sesuai kebutuhan nasabah dengan jangkauan termudah untuk kehidupan lebih bermakna.

. Misi

a. Memahami keragaman individu dan mengakomodasi beragaman kebutuhan finansial nasabah.

b. Menyediakan produk dan layanan yang mengedepankan etika sesui dengan prinsip-prinsip syariah.

Dokumen terkait