• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

E. Kajian Pustaka

Dunia arkeologi Indonesia pertama kali mengenal kata “situs” pada pertengahan tahun 1970-an. Kata ini diciptakan untuk mengganti kata sites yang dalam bahasa Inggris berarti “tempat”. Ketika diperkenalkan di lingkungan Universitas Indonesia, situs lebih banyak diartikan sebagai sebuah “lokasi”, yaitu tempat ditemukannya tinggalan arkeologi. Tinggalan itu sendiri dapat berupa benda, bangunan, atau kompleks yang menjadi bukti. Sekarang, pengertian situs menjadi lebih luas dibandingkan sebelumnya, yaitu sebagai tempat ditemukannya tinggalan - tinggalan arkeologi yang memperlihatkan hubungan kontekstual antara satu dengan lainnya. Sehingga dapat dimaknai bahwa situs sebagai ruang geografis yang menyimpan informasi tentang aktivitas manusia di masa lalu (http://www.tinyurl.com/penyelenggaraan-situs-prasejarah.html).

Kegiatan penelitian purbakala yang semakin meningkat, menyebabkan makin kuatnya kebutuhan sebuah bangunan sebagai tempat penyimpanan hasil temuan yang sekaligus berfungsi sebagai pusat informasi mengenai situs tersebut.

Temuan yang semakin bertambah, baik yang berasal penemuan masyarakat

commit to user

maupun penelitian, pada gilirannya memerlukan sistem penataan pameran / display dan pembuatan label informasi pada masing-masing temuan. Dalam perkembangannya, pusat informasi tersebut akhirnya diubah fungsinya menjadi museum situs purbakala.

Akan halnya dengan situs, walaupun erat hubungannya dengan ruang, tidaklah pernah memiliki konotasi semacam itu. Untuk itu diperlukan batas-batas yang jelas supaya diketahui orang dan dapat diukur luasnya. Pengertian inilah yang digunakan dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1992 Tentang Benda Cagar Budaya, bahwa penetapan sebuah situs harus melalui proses penelitian (http://www.tinyurl.com/penyelenggaraan-situs-prasejarah.html).

Menurut Undang – Undang Nomor 5 tahun 1992 Situs adalah lokasi yang mengandung atau diduga mengandung benda cagar budaya, termasuk lingkungannya yang diperlukan bagi pengamanannya dan museum situs purbakala adalah museum yang didirikan situs purbakala, merupakan lembaga tetap, bersifat non-profit, terbuka untuk umum yang berfungsi untuk memamerkan, dan mempublikasikan serta meningkatkan pemahaman terhadap nilai penting benda cagar budaya dan situs tersebut, dengan menitikberatkan pada kepentingan penelitian, pendidikan, rekreasi, serta pemberdayaan masyarakat sekitar (http://www.tinyurl.com/penyelenggaraan-situs-prasejarah.html).

Profil wisatawan digunakan untuk mengetahui karakteristik wisatawan baik dari domestik maupun mancanegara. Bicara mengenai wisatawan akan didapat suatu cerita yang panjang tentang mereka yang meliputi : siapa, darimana, mau kemana, dengan apa, dengan siapa, dan kenapa datang kesana. Lebih dari itu

commit to user

profil wisatawan berisi tentang opini (persepsi dan ekspektasi) wisatawan, sebelum, selama, sesudah melakukan kunjungan disuatu daerah.

Data mengenai wisatawan domestik data dijadikan sebagai langkah praktis untuk mengetahui besarnya pendapatan daerah dari sektor pariwisata. Sehubungan dengan hal itu profil wisatawan mancanegara juga dapat dijadikan langkah untuk mengetahui penerimaan devisa nasional dari sektor pariwisata. Perhitungan neraca perjalanan (travel balance) dalam kerangka perhitungan (balance of payment), serta penyusunan Neraca Satelit Pariwisata Nasional (Nesparnas) guna pengukuran besaran dampak ekonomi pariwisata secara nasional.

Dengan adanya profil wisatawan yang mengarah pada keseimbangan tersebut akan mendorong berbaurnya kemajemukan kehidupan sosial dengan kebudayaan lokal yang akhirnya menempatkan sebuah obyek wisata sebagai wilayah dengan budaya yang dinamis. Dinamika tersebut akan meningkatkan kualitas kehidupan dan kesejahteraan masyarakat dan menjadikan obyek wisata tersebut sebagai aset dan sebagai salah satu tujuan wisata yang diminati oleh wisatawan.

Kepariwisataan tidak menggejala sebagai bentuk tunggal. Istilah ini umumnya sifatnya menggambarkan beberapa jenis perjalanan dan pengnapan sesuai dengan motivasi yang mendasari kepergian tersebut. Orang melakukan perjalanan umtuk memperoleh berbagai tujuan dan memuaskan bermacam – macam keinginan. Di samping itu, untuk keperluan perencanaan dan pengembangan kepariwisataan itu sendiri, perlu pula dibedakan antara pariwisata jenis pariwisata lainnya, sehingga jenis dan macam pariwisata yang

commit to user

dikembangkan akan dapat berwujud seperti diharapkan dari kepariwisataan itu (I Ketut 2000 : 43).

Wisatawan memang sangat beragam, tua – muda, kaya – miskin, asing – domestik, berpengalaman maupun tidak, semua ingin berwisata dengan keinginan dan harapan yang berbeda – beda. Gambaran mengenai wisatawan biasanya dibedakan berdasrkan karakteristik perjalanan (trip descriptor) dan karakteristik wisatawannya (tourist descriptor).Trip Descriptor, wisatawan dibagi ke dalam kelompok – kelompok berdasarkan jenis perjalanannya. Tourist Descriptor, memfokuskan pada wisatawannya, biasanya digambarkan dengan “who, wants, what, why, where, and how much.

Untuk menjelaskan hal tersebut digunakan beberapa karakteristik yaitu : karakteristik Sosio-Demografis mencoba menjawab pertanyaan “who, wants, what”. Pembagian berdasarkan karakteristik ini paling sering dilakukan untuk kepentingan analisa pariwisata, perencanaan, dan pemasaran, karena sangat jelas definisinya dan relative mudah pembagiannya (Kotler, 1996). Yang termasuk karakteristik sosio-demografis diantaranya adalah jenis kelamin, umur, status perkawinan, tingkat pendidikan, pekerjaan, kelas sosial, ukuran keluarga atau jumlah anggota keluarga dan lain – lain yang dikolaborasi dari karakteristik tersebut (I Ketut 2000 : 43).

Karakteristik geografis membagi wisatawan berdasarkan lokasi tempat tinggalnya, biasanya dibedakan menjadi desa-kota, propinsi, maupun negara asalnya. Pemabgian ini lebih lanjut dapat pula dikelompokkan berdasrkan ukuran (size)kota tempat tinggal (kota kecil, menengah, besar /metropolitan), kepadatan

commit to user

penduduk di kota tersebut dan lain – lain. Karakteristik ini membagi wisatawan ke dalam kelompok – kelompok berdasarkan berdasarkan kelas sosial, life style dan karakteristik personal. Wisatawan – wisatawan dalam kelompok demografis yang sama mungkin memiliki profil psikografis yang sangat berbeda. Beragamnya karakteristik dan latar belakang wisatawan menyebabkan beragamnya keinginan dan kebutuhan mereka akan produk wisata (Happy Marpaung 2000: 39 - 52).

Pengelompokkan – pengelompokkan wisatawan dapat member informasi mengenai alasan setiap kelompok mengunjungi obyek wisata yang berbeda, berapa besar ukuran kelompok tersebut, pola pengeluaran setiap kelompok,

“kesetiannya” terhadap suatu produk wisata tertentu, sensitivitas mereka terhadap perubahan harga produk wisata, serta respon kelompok terhadap berbagai bentuk iklan produk wisata.lebih lanjut, pengetahuan mengenai wisatawan sangat diperlukan dalam merencanakan produk wisata yang sesuai dengan keinginan kelompok pasar tertentu, termasuk merencanakan strategi pemasaran yang tepat bagi kelompok pasara tersebut.

F. Metode Penelitian

Dokumen terkait