• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN PUSTAKA

F. Kajian Tentang Interaksi Guru dan Murid

Menjadi guru profesional tidaklah mudah, karena guru profesional dituntut untuk memiliki berbagai kompetensi kependidikan, yaitu kewenangan

100QS. Al-Qalam (64): 4.

yang ada pada individu yang memiliki profesi sebagai guru, kompetensi dari bobot dasar dan kecenderungan yang harus dimiliki seorang guru.102 Dengan memiliki kompetensi kependidikan tersebut, guru akan dapat menggerakkan murid dan membangkitkan motivasi belajar murid, dengan kata lain tercipta interaksi yang edukatif antara guru dan murid.

Interaksi merupakan kegiatan yang sangat penting dalam proses belajar mengajar. Karena, proses belajar mengajar itu sendiri merupakan interaksi antara guru dengan murid dan sumber belajar. Oleh karena itu, seroang guru dengan kompetensi yang dimilikinya harus mampu menciptakan lingkungan dan suasana yang interaktif, sehingga terjadi interaksi yang edukatif baik antara guru dengan murid, murid dengan murid, murid dengan sumber belajar, dan interaksi yang edukatif antara murid dengan lingkungannya.

Mengapa interaksi sangat penting dan dibutuhkan dalam proses belajar mengajar?, menurut Alisuf Sabriada terdapat dua alasan, 1) mengajar itu kedudukan sebagai suatu profesi yang efektifitasnya diukur dari kualitas pelayanan professional yang diberikan oleh guru dalam membantu dan membimbing pertumbuhan dan perkembangan murid-muridnya, 2) sekolah merupakan salah satu tempat bagi anak untuk belajar memperoleh pengalaman-pengalaman yang berguna bagi perkembangannya melalui proses interaksi yang bernilai edukatif.103

Sebagaimana disampaikan oleh Harry van de Wouw, interaksi sangat bermanfaat bagi guru. Guru bisa memperoleh umpan balik apakah materi yang disampaikan dapat diterima murid dengan baik, mendengar pengalaman murid, dan melakukan tindak lanjut yang tepat. Murid akan mudah lupa

102Tim Penyusun Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2008), hlm. 377.

dengan apa yang dipelajari sebelumnya ketika hanya mendengarkan penjelasan guru, prosentase kemampuan murid dalam memhami dan mengingat materi apa yang telah dipelajari sebelumnya hanya 5% jika murid sekedar mendengarkan penjelasn guru. Murid mampu mengingat dan memahami materi lebih dalam dan lama jika mereka mampu menjelaskan isi materi kepada orang lain mencapai 90%.104 Dengan kata lain interaksi dalam proses belajar-mengajar memiliki peranan sangat penting.

Selain itu, guru dan murid memegang peranan penting dalam pengelolaan belajar mengajar. Murid adalah pribadi unik yang mempunyai potensi dan mengalami proses berkembang. Murid membutuhkan bantuan yang sifat dan coraknya tidak di tentukan oleh guru tetapi oleh murid itu sendiri dalam proses perkembangannya. Murid berfungsi sebagai subjek dan objek dalam proses belajar mengajar. Sebagai subjek, murid menentukan hasil belajar dan sebagai objek, karena muridlah yang menerima pelajaran dari guru. Tugas pokok guru adalah mengajar dan tugas pokok murid adalah belajar. Dua hal tersebut saling berkaitan, saling bergantung, tidak dapat dipisahkan, dan berjalan seirama dalam interaksi proses belajar mengajar yang edukatif.105

Menurut Hasyim Asy‘ari sebagaimana dikutip Suwendi, menjelaskan bahwa murid dapat didudukkan sebagai subjek pendidikan. Artinya, peluang-peluang untuk mengembangkan daya kreasi dan intelek murid dapat dilakukan oleh murid itu sendiri, di samping memang harus adanya peranan orang lain

104Biro Humas dan Protokol Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (BHP UMY), Interaksi Guru

dan Siswa Penting dalam Proses Belajar Mengajar (http: www.umy.ac.id, Agustus 2010), diakses

05 Pebruari 2017 jam 14:28 WIB.

105Zakiah Daradjat, dkk, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), hlm. 268.

yang memberi corak dalam pengembangannya.106 Lebih lanjut, Zakiah Daradjat menjelaskan bahwa sebagai objek, murid menerima pelajaran, bimbingan dan berbagai tugas serta perintah dari guru atau sekolah dan sebagai subjek, murid memposisiskan dan menentukan dirinya sendiri sesuai dengan potensi yang dimilikinya dalam rangka mencapai hasil belajar. Tugas-tugas murid sebagai subjek senantiasa berkaitan dengan kedudukannya sebagai objek.107

G. Kajian Kitab Ta‘līm al-Muta‘allim Tentang Permulaan Belajar, Kuantitas Belajar, dan Tata Tertib Belajar108

1. Hari Mulai Belajar

Di dalam kitab Ta‘līm al-Muta‘allim dikatakan permulaan belajar adalah pada hari Rabu (

ﺀﺎﻌﺒﺮﻷا ﻢﻮﻴ ىﻠﻋ قبﺳﻠا ﺔﻴاﺪﺒ ﻒﻘﻮﻴ

). Hal ini didasarkan pada hadis Rasulullah yang berbunyi tiada satupun yang dimulai pada hari Rabu kecuali sungguh sempurnah

)ﻢﻮﻴ ﺉﺪﺒ ﺊﻳش ﻦﻣ ﺎﻤ

ﺀﺎﺒﺮﻷا

ﻻﺇ

ﺪﻘ

ﻢﺘ

). Begitu juga Imam Abu Hanifah yang mengawali permulaan belajar pada hari rabu. Demikianlah, karena pada hari Rabu Allah menciptakan cahaya dan hari rabu merupakan hari sial bagi orang-orang kafir yang berarti hari berkah bagi orang-orang-orang-orang mukmin.

2. Kuantitas Pelajaran

Ukuran pelajaran bagi murid pemula adalah sepanjang yang bisa dihafal dengan mengulang dua kali )

ﺎﻤ ﺮﺪﻘ ﺉدﺗبﻤﻟﻠ قبﺳﻠا ﺮﺪﻘ ﻦﻮكﻴ ﻦﺃﻲغبﻧﻴ

ﻦكﻣﻴ

ﻪﻃبض

ﺎﺒ

ﺓﺪﺎﻋﻹ

ﻦﻳﺘﺮﻤ

), kemudian ditambah sedikit demi sedikit pada setiap hari. Ketika pelajaran pertama terlalu panjang sehingga untuk

106Suwendi, Konsep Kependidikan KH. M. Hasyim Asy‘ari (Ciputat: Lekdis, 2005), hlm. 84.

107Zakiah Daradjat dkk, Metodik Khusus…, hlm. 268.

108Al-Zarnuji, Ta’limul Muta’allim Bimbingan Bagi Penuntut Ilmu Pengetahuan, terj. Aliy As’ad (Kudus: Menara Kudus, 2007), hlm. 73-99.

menghafalnya perlu mengulang sepuluh kali, maka seterusnya pelajaran tersebut harus diulang supuluh kali pula. Mengulang-ulang pelajaran yang telah diterima harus dibiasakan dan menjadi kebiasan bagi para penacari ilmu. Bahkah, di dalam kitab Ta‘līm al-Muta‘allim dikatakan pelajaran baru satu huruf diulang-ulang seribu kali.

3. Kualitas Pelajaran

Mencari ilmu sebaiknya dimulai dengan pelajaran yang mudah dipahami (

ﻪﻣﻬﻔ ىﻠﺇ ﺐﺮﻘﺃ ﻦﻮكﻴ ﺊﻳشﺒ ﺉﺪﺗبﻴ ﻦﺃﻲغبﻧﻴ ﻮ

). Dalam hal ini, Imam Syarafuddin al-Uqaili mengatakan bahwa seorang guru harus memberikan kita kitab-kitab summary untuk murid baru, dengan begitu akan lebih mudah difaham dan dihafal, tidak membosankan, dan pelajaran berisi keterangan yang teraplikasi di tengah masyarakat.

4. Membuat Catatan

Dianjurkan kepada murid agar membuat ta‘liq (catatan berdasarkan keterangan guru) pelajarannya setelah hafal, paham dan diulang-ulang (

اﺮﻳثك ﺓﺪﺎﻋﻹا ﻮ ﻪﻄبﻀﻠا ﺪﻌﺒ قبﺳﻠا قﻠﻌﻴ ﻦﺃ ﻲغبﻧﻴ ﻮ

). Murid tidak diperbolehkan menulis sesuatu yang tidak dipahami tanpa tindak lanjut. Karena perbuatan tersebut karena dapat menumpulkan tabiat, menghilangkan kecerdasan, dan membuang-buang waktu. Catatan yang dibuat tersebut kelak akan sangat berguna di waktu yang akan datang.

5. Memahami Pelajaran

Dianjurkan kepada murid agar bersungguh-sungguh dalam memahami pelajaran yang diperoleh dari guru. Bersunggu-hsungguh dapat dilakukan dengan cara meresapi, memikirkan, dan banyak-banyak mengulang pelajaran tersebut )

ﻮ ﻞﻤﺄﺗﻠﺎﺒ ﺬﺎﺗﺴﻷا ﻦﻋ ﻢﻬﻓﻠا ﻲﻔﺪﻬﺗجﻴ ﻦﺃ ﻲغبﻧﻴ ﻮ

ﺮكﻓﺗﻠاﺒ

ﺓﺮﻳثك

ﺮاﺮكﺗﻠا

). Dengan memikirkan dan diulang-ulang setiap hari, serta meresapi suatu pelajaran, maka akan dapat mengerti dan memahami pelajaran tersebut. Apabila satu atau dua kali saja murid meremehkan dan tidak serius memahami pelajaran, maka sikap tersebut bisa menjadi kebiasaan yang menjadikan sulit memahami pelajaran meskipun mudah dan pendek. Karena itu, dianjurkan agar murid tidak meremehkan pemahaman meskipun sedikit, tapi harus bersungguh-sungguh dan berbuat serius untuknya.

6. Berdoa

Murid dianjurkan untuk selalu berdoa dan melakukan tadlarru‘ (istilah jawanya ndhepe-ndephe atau meronta dan meratap dengan merendahkan diri) kepada Allah, karena Allah pasti menjawab doa yang dipanjatkan dan tidak mengecewakan orang yang berharap kepada-Nya

ﻲغبﻧﻳﻔ

ﻦﺃ

ﻦﻮاﻬﺗﻴ

ﻲﻔ

ﻢﻬﻓﻠا

ﻞﺒ

ﺪﻬﺗجﻴ

ﻮﻋﺪﻴ

ﻪﻠﻠا

عﺮضﺗﻴ

ﻪﻳﻠﺇ

ﻪﻨﺇﻔ

ﺐﻳجﻴ

نﻤ

)

ﻩﺎﻋﺪ

). Para penuntut ilmu harus selalu berdoa ketika sebelum belajar, saat belajar, sesudah belajar, kapanpun pencari ilmu harus terus berdoa. Memohon hidayah kepada Allah, mengutarakan kesulitannya saat mencari ilmu, memohon kesehatan ketika menuntut ilmu, menyampaikan cita-citanya di masa depan, dan lain-lain semua itu harus diutarakan kepada Allah melalui berdoa.

7. Diskusi Ilmiah

Murid juga harus melakukan diskusi dalam bentuk mudhākarah (forum saling mengingatkan), munāḍarah (forum saling mengadu argumentasi), dan muṭārahah (forum saling tanya jawab) )

ﻢﻟﻌﻠاﺐﻠﺎﻄﻠﺪﺒﻻﻮ

ﻦﻤ

ﺓﺮكاﺬﻣﻠا

ﺓﺮﻈاﻧﻣﻠا

atas dasar keinsafan, kalem dengan penuh penghayatan, serta menjahui sikap emosional. Karena sesungguhnya munāḍarah dan mudhākarah adalah wujud dari musyawarah dan musyawarah itu dilakukan untuk menemukan kebenaran, sedang kebenaran hanya dapat ditemukan dengan cara mengahayati, kalem, dan insaf, tidak dengan cara marah dan emosional.

8. Pendalaman Ilmu

Dianjurkan kepada para murid, hendaklah selalu melakukan penghayatan ilmiah secara mendalam pada setiap kesempatan )

ﻲغبﻧﻴ ﻮ

ﺐﻠﺎﻄﻠ

ﻢﻟﻌﻠا

ﻦﺃ

ﻦﻮكﻴ

لاﻤﺄﺗﻤ

ﻲﻔ

قﺌﺎﻘﺪ

مﻮﻟﻌﻠا

ﺪاﺗﻌﻴﻮ

ﻚﻠﺬ

). Hendaklah

membiasakan hal tersebut, karena detail-detail ilmu hanya akan diketahui dengan cara mendalaminya dan menghayatinya. Pendalaman ilmu juga harus dilakukan sebelum mulai berbicara agar mendapat kebenaran, karena ucapan itu bagaikan anak panah di mana harus dibidikan terlebih dahulu dengan penghayatan mendalam agar tepat sasaran. Tepat sasaran dalam berbicara dapat dilakukan dengan lima perkara, yaitu, 1) jangan pernah lupa apa sebabnya, 2) kapan waktunya, 3) bagaimana caranya, 4) berapa panjangnya, dan 5) di mana tempatnya.

9. Pembiayaan Ilmu

Apabila penuntut ilmu harus juga bekerja untuk nafkah keluarga dan tanggungannya, maka dipersilahkan bekerja sambil belajar dan berdiskusi semaksimal mungkin. Barang siapa dianugerahi banyak harta, maka alangkah indahnya harta yang salih berada pada orang yang salih juga. Pernah ditanyakan kepada orang alim dengan apa tuan mendapat ilmu?, dengan bapakku yang kaya jawabnya. Kekayaan dapat digunakan

untuk berbakti kepada ahli ilmu dan keutamaan )

ﻮﻢﻟﻌﻠا ﻞﻫﺃﻪﺒﻊﻓﺗﻨﻴ ﻦﺎكﻪﻨﻷ