• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KHAUF, QUARTER LIFE CRISIS & MID LIFE CRISIS

A. Kajian Tentang Khauf

5. Kajian Tentang Kecemasan

38

al-Biqā‟i seperti yang dikuti Quraish Shihab dalam tafsirnya, adalah rasa takut yang dialami oleh Nabi Ibrahim as. Disebabkan oleh pengetahuan beliau berdasarkan tanda-tanda yang dilihatnya. Para tamu (malaikat) menolak suguhan yang diberikan oleh Nabi Ibrahim as. Karena masyarakat dahulu menganggap penolakan terhadap suguhan makanan dinilai sebagai penolakan terhadap penghormatan dan kedamaian yang ditawarkan. Karena hal tersebut, Nabi Ibrahim as. merasa takut.

e. Khassyah

Khassyah adalah bentuk masdar dari fi‟il māḍī khasyiya-yakhsyā- khasyyan yang memiliki arti takut. Ibnu Manẓur mengartikan khassyah sebagai khauf. Al-Rāgib al-Asfāhanī juga menjelaskan dengan jelas dan rinci dalam kitabnya Mu’jam Mufradāt Alfāẓ al-Qur’ān, makna dari kata khassyah yaitu rasa takut yang dilandasi dengan sikap mengagungkan.

Kebanyakan penggunaan kata tersebut didasari dengan pengetahuan mengenai hal tersebut (sesuatu yang ditakuti). Oleh karena itu, kata khassyah tersebut dikhususkan hanya untuk ulama.15

39

Arti lainnya adalah gelisah atau risau hati.16 Dalam ilmu Psikologi kecemasan lebih dikenal dengan anxiety, yakni memiliki pengertian kegelisahan, kecemasan, kekhawatiran; secara istilah kecemasan merupakan kekhawatiran yang kurang jelas, samar atau tidak mendasar.17

Kecemasan adalah suatu keadaan emosional yang mempunyai ciri-ciri yang terkadang muncul secara fisiologis ada perasaan tegang yang tidak menyenangkan dan perasaan khawatir mengeluhkan bahwa sesuatu yang buruk kemungkinan akan terjadi.18

Sementara itu, menurut Kaplan, Sadock, dan Grebb, kecemasan adalah respons terhadap situasi tertentu yang mengancam, dan merupakan hal yang normal terjadi menyertai perkembangan, perubahan, pengalaman baru atau yang belum pernah dilakukan, serta dalam menemukan identitas diri dan arti hidup. Dalam pengertian lain, kecemasan meruapakan suatu perasaan takut dan khawatir yang tidak menyenangkan.19

Menurut Lazarus kecemasan memiliki dua penegertian yaitu, pertama, Merupakan suatu bentuk respon unpleasant affective state atau suatu keadaan perasaan yang tidak menyenangkan. Hal tersebut ditandai seperti rasa khawatir, gelisah, bingung dan tertekan sehingga sulit

16KBBI Daring, s.v."kecemasan", diakses 23 Agustus 2022, https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/kecemasan.

17M. Wahid Nasrudin, “Gangguan …, hlm. 17.

18J. S. Nevid, S. A. Rathus, B. Greene, “Psikologi Abnormal”, Jilid 1 Edisi Kelima, terj.

Tim Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (Jakarta: Erlangga, 2003). Hlm. 163.

19M. Wahid Nasrudin, “Gangguan …,hlm.18.

40

dimengerti dengan jelas. Kedua, kecemasan sebagai situasi yang mendorong individu agar dapat mengatasi suatu masalah.20

Menurut Hanna Djumhana Bastaman kecemasan adalah ketakutan terhadap hal-hal yang belum terjadi. Perasaan cemas muncul apabila seseorang berada dalam keadaan yang diduga akan merugikan dan mengancam dirinya, serta merasa tidak mampu menghadapinya. Dengan demikian, rasa cemas sebenarnya suatu ketakutan yang diciptakan oleh diri sendiri, yang dapat ditandai dengan selalu merasa khawatir dan takut terhadap sesuatu yang belum terjadi.21

Kecemasan memiliki karakteristik berupa munculnya perasaan takut dan kehati-hatian atau kewaspadaan yang tidak jelas dan tidak menyenangkan. Rasa takut muncul jika terdapat ancaman yang jelas dan nyata, berasal dari lingkungan, dan tidak menimbulkan konflik bagi individu. Sedangkan kecemasan muncul jika bahaya berasal dari dalam diri, tidak jelas, samar, atau menyebabkan konflik bagi individu itu sendiri.

Teori-teori tentang cemas banyak dikembangkan karena dalam pandangan psikologi rasa cemas dianggap sebagai penyebab utama dari berbagai gangguan kejiwaan. Kecemasan-kecemasan yang sifatnya serius, kronis dan berkesinambungan bisa menyababkan kerusakan pada fungsi-fungsi fisik; misalnya berubah menjadi penyakit lambung, tekanan darah

20Dalam Arifa & Miranda, “Hubungan Antara Penerimaan Diri Dan Kecemasan Menghadapi Masa Depan Mahasiswa Fakultas Psikologi UI”, Jurnal FPsi, 2013, hlm. 3.

21Hanna Djumhana Basaran, “Integrasi…, hlm. 156.

41

tinggi atau hipertensi, asma, dan juga dapat memberikan kerusakan-kerusakan pada fungsi psikis, hal ini menjadi faktor timbulnya gangguan kecemasan.22

b. Ciri-Ciri dan Gejala Kecemasan

Menurut Jeffrey S. Nevid, dkk. ada beberapa ciri-ciri kecemasan, yaitu:

1) Ciri-ciri fisik dari kecemasan, diantaranya:

a) Kegelisahan, kegugupan

b) Tangan atau Anggota Tubuh yang Bergetar atau gemetar c) Sensasi dari Pita Ketat yang Mengikat di Sekitar Dahi d) Kekencangan pada Pori-Pori Kulit Perut atau Dada, e) Banyak Berkeringat

f) Telapak Tangan yang Berkeringat g) Pening atau Pingsan

h) Mulut atau Kerongkongan Terasa Kering i) Sulit Berbicara

j) Sulit Bernafas k) Bernafas Pendek

l) Jantung yang Berdebar Keras atau Berdetak Kencang m) Suara yang Bergetar

n) Jari-Jari atau Anggota Tubuh yang Menjadi Dingin o) Pusing

p) Merasa Lemas atau Mati Rasa

22M. Wahid Nasrudin, “Gangguan …, hlm. 21.

42 q) Sulit Menelan

r) Kerongkongan Merasa Tersekat s) Leher atau Punggung Terasa Kaku t) Sensasi seperti Tercekik atau Tertahan u) Tangan yang Dingin dan Lembab

v) Terdapat Gangguan Sakit Perut atau Mual w) Panas Dingin

x) Sering Buang Air Kecil y) Wajah Terasa Memerah z) Diare, dan

aa) Merasa Sensitif atau “Mudah Marah”.

2) Ciri-ciri behavioral dari kecemasan, diantaranya:

a) Perilaku Menghindar

b) Perilaku Melekat dan Dependen, dan c) Perilaku Terguncang

3) Ciri-ciri kognitif dari kecemasan, diantaranya:

a) Khawatir tentang sesuatu

b) Perasaan terganggu akan ketakutan atau aprehensi terhadap sesuatu yang terjadi di masa depan

c) Keyakinan bahwa sesuatu yang mengerikan akan segera terjadi, tanpa ada penjelasan yang jelas

d) Terpaku pada sensasi ketubuhan

e) Sangat waspada terhadap sensasi ketubuhan

43

f) Merasa terancam oleh orang atau peristiwa yang normalnya hanya sedikit atau tidak mendapat perhatian

g) Ketakutan akan kehilangan kontrol

h) Ketakutan akan ketidakmampuan untuk mengatasi masalah i) Berpikir bahwa dunia mengalami keruntuhan

j) Berpikir bahwa semuanya tidak lagi bisa dikendalikan

k) Berpikir bahwa semuanya terasa sangat membingungkan tanpa bisa di atasi

l) Khawatir terhadap hal-hal yang sepele

m) Berpikir tentang hal mengganggu yang sama secara berulang-ulang n) Berpikir bahwa harus bisa kabur dari keramaian, kalau tidak pasti

akan pingsan

o) Pikiran terasa bercampur aduk atau kebingungan

p) Tidak mampu menghilangkan pikiran-pikiran terganggu

q) Berpikir akan segera mati, meskipun dokter tidak menemukan sesuatu yang salah secara medis

r) Khawatir akan ditinggal sendirian, dan

s) Sulit berkonsentrasi atau memfokuskan pikiran.

Dadang Hawari (65-66) mengemukakan gejala kecemasan diantaranya.

1) Cemas, khawatir, tidak tenang, ragu dan bimbang

2) Memandang masa depan dengan rasa was-was (khawatir)

3) Kurang percaya diri, gugup apabila tampil di muka umum (demam panggung)

44

4) Sering merasa tidak bersalah, menyalahkan orang lain 5) Tidak mudah mengalah, suka ngotot

6) Gerakan sering serba salah, tidak tenang bila duduk, gelisah

7) Sering mengeluh ini dan itu (keluhan-keluhan somatik), khawatir berlebihan terhadap penyakit

8) Mudah tersinggung, suka membesar-besarkan masalah yang kecil (dramatisasi)

9) Dalam mengambil keputusan sering diliputi rasa bimbang dan ragu 10) Bila mengemukakan sesuatu atau bertanya seringkali diulang-ulang 11) Kalau sedang emosi sering kali bertindak histeris 23

c. Kecemasan dalam Perspektif Islam

Kecemasan sendiri menurut kajian psikologi Islam, merujuk di dalam Al-Qur’ān dijelaskan sebagai emosi takut. Lebih lanjut Abdul Hasyim menjelaskan bahwa kata khassyah dan derivasinya dalam al-Quran disebutkan sebanyak 39 kali. Takut disini lebih kepada arti takut kepada Allah SWT., takut akan siksa, takut tidak mendapatkan Ridha-Nya.

Dalam ayat Al-Qur’ān pada surat al-Baqarah[2]: 155 juga dijelaskan bahwa manusia akan diuji dengan ketakutan yang arti ayatnya adalah sebagai berikut:

لٱ ِرِ شَب َو ۗ ِت ََٰرَمَّثلٱ َو ِسُفنَ ْلْٱ َو ِل ََٰوْمَ ْلْٱ َنِ م ٍصْقَن َو ِعوُجْلٱ َو ِف ْوَخْلٱ َنِ م ٍءْىَشِب مُكَّن َوُلْبَنَل َو َني ِرِب ََّٰص

“Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan

23Dona Fitri Annisa & Ifdil, “Konsep Kecemasan (Anxiaty) pada Lanjut Usia (Lansia)”.

Jurnal Konselor, Vol. 5 No. 2, 2016, hlm. 95-96.

45

sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar.” (QS.

al-Baqarah [2]: 155).24

Kesimpulan yang bisa diambil dari penjelasan pengertian- pengertian kecemasan di atas bahwa kecemasan yang menjadi pembahasan dalam penelitian ini memiliki makna takut yang irrasional, dan dialami semua individu dan tidak dapat dihindari serta merupakan respon alami individu atas suatu peristiwa, reaksi emosi takut itu membuat perasaan yang tidak nyaman, sehingga bisa bermanifestasi terhadap perilaku individu tersebut.25

Sebagai seorang Muslim tentu berkewajiban memperhitungkan segala segi sebelum ia memutuskan sesuatu itu dan bertawakkal atas apapun hasilnya. Seperti dalam firman-Nya :

َنوُح ِرَف ْمُه َو ا ْوَّل َوَتَي َو ُلْبَق ْنِم اَن َرْم َأ اَنْذَخَأ ْدَق اوُلوُقَي ةَبي ِصُم َكْب ِصُت ْنِإ َو ْمُه ْؤُسَت ةَنَسَح َكْب ِصُت ْنِإ . َنوُنِم ْؤُمْلا ِلَّك َوَتَيْلَف ِ َّاللَّ ىَلَع َو اَنلَ ْوَم َوُه اَنَل ُ َّاللَّ َبَتَك اَم لَِإ اَنَبي ِصُي ْنَل ْلُق

“Jika kamu mendapat suatu kebaikan, mereka menjadi tidak senang karenanya; dan jika kamu ditimpa oleh suatu bencana, mereka berkata, "Sesungguhnya kami sebelumnya telah memperhatikan urusan kami (tidak pergi berperang),'' dan mereka berpaling dengan rasa gembira. Katakanlah, "Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan oleh Allah SWT. bagi kami. Dialah

24Tim Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’ān, Al-Qur’ān …, hlm. 30.

25Aditya Dedy Nugraha, “Memahami Kecemasan: Perspektif Psikologi Islam”. Indonesia Journal of Islamic Psychology, Vol. 2 No. 1, 2020, hlm. 5.

46

Pelindung kami, dan hanyalah kepada Allah SWT. orang-orang yang beriman harus bertawakal.”(QS. At-Taubah [9]: 50-51).26

Dari pemaparan ayat di atas kita sebagai ummat Muslim seharusnya menghadapi realita dengan keridhaan takdir yang diberikan Allah SWT.

Islam memiliki pandangan yang terbuka atas semua kemungkinan penyebab yang muncul. Kecemasan menurut Islam, bisa disebabkan oleh berbagai hal, seperti:

1) Iman yang lemah

Seorang yang imannya lemah cenderung kurang yakin dalam melakukan segala sesuatu, karena dia tidak yakin ada Allah SWT., yang ada dibalik dan beperan setiap masalahnya. Dan tidak yakin bahwa Allah SWT., akan menolongnya. Selain itu iman yang lemah juga akan membawa kepada kemaksiatan, dan kemaksiatan ini membawa ketidaktenangan.

2) Penyakit Hati

Penyakit hati seperti sombong, marah, iri, dengki, ghibah, namimah, riya’, ujub, kadzib, dan yang lain, pasti diikuti perasaan tidak tenang dan gelisah. Sebagai contoh orang yang dengki kepada seseorang pasti akan merasa tidak senang jika orang tersebut mendapat nikmat, bahkan ia berusaha untuk

26 Tim Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’ān, Al-Qur’ān …, hlm. 268.

47

menghilangkan nikmat orang itu. Orang seperti ini akan menderita jika orang lain mendapat kenikmatan dan ia tidak dapat hal demikian dan menjadika hidupnya menjadi selalu gelisah dan cemas.

3) Maksiat

Menurut Ibn al-Qayyim al-Jauzy, maksiat mengakibatkan ketakutan dan kekhawatiran yang diletakkan Allah SWT., dalam hati pelakunya. Selain itu, dosa-dosa akibat kemaksiatan tersebut menjeruskan pelakunya kepada kecemasan dan ketercekaman yang besar di dalam hati atau yang disebut dengan wahsyah. Perasaan bersalah dan takut akan suatu hukuman yang merupakan hasil dari perilaku yang memang dalam nash pantas mendapatkan hukuman.

4) Pertentangan antar dorongan

Pertentangan antara dorongan yang baik dan buruk di dalam diri, yang menimbulkan konflik di dalam diri orang tersebut. Apabila konflik ini tidak dapat di atasi akan menyebakan kecemasan.

5) Kehilangan makna hidup atau tujuan hidup

Orang yang kehilangan makna atau tujuan hidup, hidupnya menjadi hampa, dan tidak mempunyai arah hidup.27

27Shanty Puspitasari, “Konsep Khauf Dan Rajâ’ Ghazali Dalam Kitab Ihyâ’ ‘Ulûm Al-Dîn Sebagai Terapi Terhadap Gangguan Kecemasan”, (Skripsi, Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang, Semarang, 2011), hlm. 39.

48

Dokumen terkait