• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konsep khauf dalam al-Qur’ān (Kajian Tematik Dalam Tafsir Ruh Al-Ma’anī Karya Al-Alusīy)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Konsep khauf dalam al-Qur’ān (Kajian Tematik Dalam Tafsir Ruh Al-Ma’anī Karya Al-Alusīy)"

Copied!
134
0
0

Teks penuh

(1)

KONSEP KHAUF DALAM AL-QUR’ĀN

(Kajian Tematik Dalam Tafsir Ruh Al-Ma’anī Karya Al-Alusīy)

Oleh Rudi Arigunawan

NIM. 180601123

JURUSAN ILMU AL-QUR’ĀN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI AGAMA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM TAHUN 2022

▸ Baca selengkapnya: peta konsep hakikat mencintai allah swt khauf raja dan tawakal kepadanya

(2)

KONSEP KHAUF DALAM AL-QUR’ĀN

(Kajian Tematik Dalam Tafsir Ruh Al-Ma’anī Karya Al-Alusīy)

Skripsi

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Mataram untuk melengkapi persyaratan mencapai gelar Sarjana Agama

Oleh Rudi Arigunawan

NIM. 180601123

JURUSAN ILMU AL-QUR’ĀN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI AGAMA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM TAHUN 2022

(3)

iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi oleh: Rudi Arigunawan, NIM: 180601123 dengan judul, “Konsep Khauf Dalam Al-Qur’ān (Kajian Tematik Dalam Tafsir Ruh Al-Ma’anī Karya Al- Alusīy)” telah memenuhi syarat dan disetujui untuk diuji.

Disetujui pada tanggal: 27- DESEMBER-2022

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. H. Zulyadain, M.A. Fitrah Sugiarto, M.Th.I.

NIP. 1973050720066041002 NIP. 198705232019031009

(4)

iv

Mataram, 27- DESEMBER- 2022 Hal: Ujian Skripsi

Yang Terhormat

Dekan Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama di Mataram

Assalamu’alaikum, Wr. Wb.

Disampaikan dengan hormat, setelah melakukan bimbingan, arahan, dan koreksi maka kami berpendapat bahwa skripsi saudara:

Nama Mahasiswa : Rudi Arigunawan

NIM : 180601123

Jurusan/Prodi : Ilmu Al-Qur‟ān dan Tafsir

Judul : Konsep Khauf Dalam Al-Qur’ān (Kajian

Tematik Dalam Tafsir Ruh Al-Ma’anī

Karya Al-Alusīy).

Telah memenuhi syarat untuk diajukan dalam sidang munaqasyah skripsi Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama (FUSA) UIN Mataram. Oleh karena itu, kami berharap agar skripsi ini dapat segera dimunaqasyahkan.

Wassalammu’alaikum, Wr. Wb.

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. H. Zulyadain, M.A Fitrah Sugiarto, M.Th.I.

NIP. 1973050720066041002 NIP. 198705232019031009

(5)

vi

PENGESAHAN

Skripsi Oleh : Rudi Arigunawan, NIM : 180.601.123 dengan judul : KONSEP KHAUF DALAM AL-QUR’ĀN (Kajian Tematik Dalam Tafsir Ruh Al-Ma’anī

Karya Al-Alusīy), telah dipertahankan di depan dewan penguji jurusan Ilmu Al- Qur’ān dan Tafsir Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama UIN Mataram pada tanggal 09 Januari 2023

Dewan Penguji

Dr. H. Zulyadain, M.A.

( Pembimbing I )

Fitrah Sugiarto, M.Th.I.

( Pembimbing II )

Dr. H. Lukman Hakim. M.Pd.

( Penguji I )

Dr. Abdul Rasyid Ridho M.A ( Penguji II )

Mengetahui,

Dekan Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama

Dr. H. Lukman Hakim. M.Pd.

NIP. 196602151997031001

(6)

vii

(7)

viii MOTTO

ُبوُلُقْلٱ ُّنِئَمْطَت ِ َّللَّٱ ِرْكِذِب َلََأ ۗ ِ َّللَّٱ ِرْكِذِب مُهُبوُلُق ُّنِئَمْطَت َو ۟اوُنَماَء َنيِذَّلٱ

“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah SWT.. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah SWT.- lah hati menjadi tenteram”.1

1Tim Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’ān, Al-Qur’ān dan Terjemahan (Edisi Penyempurnaan 2019), (Jakarta: Lajnah Pentashihihan Mushaf Al-Qur’ān, 2019), hlm. 350.

(8)

ix

PERSEMBAHAN

“Kupersembahkan skripsi ini untuk Ibuku Marni Hati dan Ayahku Arhan Hamid, semua guru-guruku serta dosenku yang berjasa sampai sejauh ini, tidak lupa pelatihku tercinta yang senantiasa memberikan izin absen latihan dan terima kasih untuk sahabat-sahabatku juga diri ini yang telah berjuang dan bertahan hingga akhir.”

(9)

x

PEDOMAN TRANSLITERASI

Pedoman Transliterasi ini dikutip dari buku pedoman skripsi UIN Mataram tahun 2021.

اَــ... ā )a panjang) Contoh: كلاملا : al-Mālik ي... ī (i panjang) Contoh: ميحرلا : ar-Rahīm و... ū (u panjang) Contoh: روفغلا : al-Ghafūr

ARAB LATIN ARAB LATIN ARAB LATIN ARAB LATIN

ا a/’ د d ض dh ك k

ب b ذ dz ط th ل l

ت t ر r ظ zh م m

ث ts ز z ع ‘ ن n

ج j س s غ gh و w

ح h ش sy ف f h

خ kh ص sh ق q ي y

(10)

xi

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur bagi Allah SWT., yang telah memberikan kita nikmat sehat, rahmat hingga taufiq-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan Skripsi ini, yang berjudul KONSEP KHAUF DALAM AL-QUR’ĀN (Kajian Tematik Dalam Tafsir Ruh Al-Ma’anī Karya Al-Alusīy). Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Stara 1 (S1) pada Universitas Islam Negeri Mataram.

Sholawat serta Salam tidak lupa selalu penulis curahkan kepada Nabi Muhammad SAW., beserta keluarga, sahabat, dan umatnya yang selalu setia mengharapkan syafa’at beliau diakhirat kelak. Dan tidak lupa penulis menghaturkan kepada semua pihak yang telah membantu dan memimbing dalam pembuatan skripsi ini. Atas bantuan dan bimbingan tersebut, baik berupa waktu, dukungan, tenaga maupun materi. Tidak ada kata yang penulis bisa ucapkan selain “Jazakumullahu Khairan” semoga kebaikan dari semua pihak dibalas oleh Allah SWT. Dengan balasan yang berlipat ganda. Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada yang terhormat:

1. Dr. H. Zulyadain, MA., sebagai pembimbing I sekaligus ketua Program studi Ilmu Al-Qur’ān dan Tafsir dan Fitrah Sugiarto, M.Th.I., sebagai pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, motivasi dan koreksi mendetail secara terus menerus, dan tanpa bosan ditengah kesibukannya ditengah-tengah sebagai dosen aktif mengajar dan menjadikan proposal ini lebih matang dan cepat selesai.

(11)

xii

2. Dr. H. Lukman Hakim, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama;

3. Prof. Dr. H. Masnun Tahir, M.Ag., selaku Rektor UIN Mataram yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menimba ilmu dan mendapat pengalaman di UIN Mataram.

4. Bapak/Ibu Dosen Fakultas Ushuludin dan Studi Agama UIN Mataram serta pegawai UIN Mataram yang telah mengajarkan berbagai disiplin ilmu pengetahuan dan bantuan pada masa studi di UIN Mataram. Semoga dengan ilmu yang telah diajarkan dapat bermanfaat bagi penulis, masyarakat dan bangsa.

5. Bapak Arhan Hamid, selaku Ayahanda dan Ibu Marni Hati, selaku Ibunda penulis. Terimakasih tiada tara saya ucapkan atas segala doa, cinta, motivasi serta kasih sayang yang selalu kalian curahkan kepada saya.

Semoga amal dan ibadah dari berbagai pihak tersebut terhitung sebagai pahala yang diterima disisi Allah SWT., dan semoga karya ilmiah ini bisa bermanfaat bagi penulis secara khususnya dan pembaca pada umumnya.

Mataram, 1 September 2022 Penulis,

Rudi Arigunawan

(12)

xiii ABSTRAK

KONSEP KHAUF DALAM AL-QUR’ĀN

(Kajian Tematik Dalam Tafsir Ruh Al-Ma’anī Karya Al-Alusīy) Oleh:

Rudi Arigunawan NIM. 180601083

ABSTRAK

Dalam penelitian ini dilatarbelakangi oleh analisa penulis untuk mengatasi perasaan rasa takut, khawatir, dan kecemasan dengan memahami konsep khauf dalam Al-Qur’ān, Quarter Life Crisis dan Mid Life Crisis dalam Ilmu Psikologi.

Karena tidak sedikit khususnya umat Islam ketika merasakan kondisi psikologis tersebut cenderung penanganan atau solusinya hanya melalui pendekatan saintifik dan mengabaikan nilai-nilai Islam dan solusi yang ada dalam Al-Qur’ān dalam menangani persoalan tersebut, seharusnya sebagai seorang Muslim senantiasa melibatkan Allah SWT., dalam segala urusan dalam hidup. Nilai-nilai kebaikan di dalam agama mampu membantu kita menyelesaikan persoalan-persoalan lebih terarah dan mewujudkan ketenangan, kedamaian, dan kebahagiaan dalam hidup.

Jenis penelitian ini adalah Library Research atau penelitian pustaka.

Dengan sumber data Tafsir Ruh Al-Ma’anī Karya Al-Alusīy. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan metode dokumentasi terhadap ayat-ayat dan derevasinya yang berkaitan dengan lafadz khauf dalam Tafsir Ruh Al-Ma’anī . Analisa data dengan menggunakan metode Tafsir maudhu’i dan dibantu dengan content analysis (analisis isi), dan historis analysis (analisis sejarah). Dari penelitian ini menghasilkan solusi Islam dalam menangani rasa takut, khawatir, dan kecemasan atau dalam Islam dikenal dengan istilah Khauf.

Kesimpulan Al-Alusīy terhadap konsep Khauf dalam Al-Qur’ān adalah ketakutan yang hanya kepada Allah SWT.,, dengan senantiasa menjalankan perintah Allah SWT., dan menjauhi segala larangan-Nya., dalam tafsir Ruh Al- Ma’anī, seseorang tidak dinilai memiliki rasa takut (khauf) sebelum ia sepenuhnya meninggalkan dosa yang pernah ia lakukan, seperti dosa keraguan dan kekhwatiran atas apa yang Allah SWT., tetapkan. Sehingga sebagai umat muslim ketika mengalami fase Quarter Life Crisis dan Mid Life Crisis tidak perlu khawatir atau takut karena itu bersifat duniawi, dan dengan mengatasinya senantiasa melibatkan Allah SWT., dalam segala aspek kehidupan, disertai dengan meingimplementasikan nilai-nilai dalam Al-Qur’ān karena makna khauf dari ayat-ayat tersebut, memerintahkan untuk beriman kepada firman Allah SWT., agar menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya, berhusnudzon kepada Allah SWT.,dan menempatkan rasa takut hanyalah kepada Allah SWT., sehingga dengan itu mengantarkan seseorang pada perilaku yang tepat serta mendapatkan petunjuk dan memperoleh ketenangan, kedamaian, dan kesejahteraan dalam hidup.

Kata Kunci: Khauf, Quarter Life Crisis, Mid life crisis, Tafsir Ruh Al-Ma’anī

(13)

xiv DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

NOTA DINAS ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN ... v

HALAMAN PENGESAHAN ... vi

MOTTO ... vii

PERSEMBAHAN ... viii

PEDOMAN TRANSLITERASI ... ix

KATA PENGANTAR ... x

ABSTRAK ... xii

DAFTAR ISI ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan dan Manfaat ... 9

D. Telaah Pustaka ... 10

E. Kerangka Teori ... 17

1. Quarter Life Crisis ... 17

2. Mid Life Crisis ... 19

3. Pengertian Khauf ... 20

F. Metode Penelitian ... 21

1. Jenis Penelitian ... 21

2. Sumber Data ... 22

3. Teknik Pengumpulan Data ... 23

4. Teknik Analisis Data ... 23

G. Sistematika Pembahasan ... 25

BAB II KHAUF, QUARTER LIFE CRISIS & MID LIFE CRISIS ... 27

A. Kajian Tentang Khauf ... 27

1. Pengertian Khauf ... 27

(14)

xv

2. Macam-Macam Khauf ... 31

3. Pendapat Ulama terhadap Khauf ... 32

4. Derivasi kata Khauf dalam Al-Qur’ān ... 32

5. Kajian Tentang Kecemasan... 35

B. Quarter Life Crisis ... 48

1. Pengertian Quarter Life Crisis ... 48

2. Gejala Quarter Life Crisis ... 50

3. Cara Mengatasi Quarter Life Crisis ... 53

C. Mid Life Crisis ... 57

1. Pengertian Mid Life Crisis ... 57

2. Gejala Mid Life Crisis ... 59

3. Cara Mengatasi Mid Life Crisis ... 62

BAB III MENGENAL ALUSIY DAN KITAB TAFSIR RUH AL MA’ANĪ66 A. Biografi Al-Alusīy ... 66

1. Sense Historis Kehidupan Al-Alusīy ... 66

2. Pendidikan Dan Kepakaran Al-Alusīy ... 69

3. Lingkungan Sosial dan Politik yang Mengitarinya ... 72

4. Karya-Karya Al-Alusīy ... 76

B. Tafsir Ruh Al-Ma’anī ... 80

1. Metode dan Corak ... 80

2. Sistematika Penulisan Tafsir Al-Alusīy ... 82

BAB IV PENAFSIRAN AL-ALUSĪY TERHADAP KHAUF DALAM AL- QUR’ĀN BERDASARKAN KLASIFIKASI TASHRIFNYA ... 84

A. Penafsiran Al-Alusīy terhadap Khauf dalam Al-Qur’ān berdasarkan Klasifikasi Tashrif-nya ... 84

1. Tashrif Khauf pada Fi’il Madhi ... 84

2. Tashrif Khauf pada Fi’il Mudhori’ ... 89

3. Tashrif Khauf pada Masdar ... 91

4. Tashrif Khauf pada Fi’il Amr ... 94

5. Tashrif Khauf pada Fi’il Nahi ... 96

B. Konsep Khauf menurut Al-Alusīy ... 97

(15)

xvi

BAB V PENUTUP ... 108

A. Kesimpulan ... 108

B. Saran ... 110

DAFTAR PUSTAKA ... 111

(16)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada setiap periode usia dalam kehidupan, seringkali individu mulai meragukan, mempertanyakan hingga mencari identitas diri sebagai stress menuju titik dewasa hingga paruh baya. Seperti permasalahan yang sering terjadi pada periode transisi dari remaja menuju dewasa dan dewasa menuju lansia tersebut merupakan tantangan yang harus dilalui setiap individu. Apabila individu tersebut tidak dapat mengatasinya baik dengan bantuan profesional atau dengan mengolah emosional dan pikirannya dengan baik, maka dapat memicu timbulnya krisis dan beresiko tinggi menganggu kesehatan mental karena memuat peristiwa kehidupan yang menantang dan penuh stress dan apabila tidak ditangani akan sangat berdampak bagi kehidupan.1

Dalam melewati beberapa tahapan perkembangan mulai dari bayi hingga lanjut usia, individu tersebut pasti akan melaluinya dan tidak dapat menghindarinya. Baltes, Lindenberger, dan Staudinger memaparkan bahwa ada empat tahapan perkembangan yang dilalui yaitu anak-anak, remaja, dewasa dan lansia. Berbeda dengan pendapat tersebut, Erikson memaparkan bahwasanya ada delapan tahapan yang dilalui oleh setiap individu yaitu bayi, balita, kanak-kanak awal, kanak-kanak pertengahan dan akhir, remaja, dewasa awal, dewasa

1Aulia Marta Samartha, “Pengaruh Trait Kepribadian Neuroticism Terhadapat Quarter Life Crisis Dimediasi Oleh Harapan Pada Mahawasiswa Tingkat Akhir Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang”, (Skripsi, UIN Maulana Malik Malang, Malang, 2020 ), hlm. 1.

(17)

2

menengah, dan dewasa akhir. Sejatinya dari pendapat kedua tokoh tersebut secara umum tahapan yang dilalui adalah bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa, dan lansia.

Masing-masing dari setiap tahapan perkembangan memiliki karakteristik dan tugas yang berbeda.2

Dalam melewati tahapan perkembangannya individu yang tidak mampu merespons baik berbagai banyak sekali persoalan yang dihadapi, diprediksi akan mengalami berbagai macam perkara psikologis, merasa terombang-ambing dalam ketidakpastian serta mengalami krisis emosional atau yang biasa disebut dengan Quarter Life Crisis. Nash dan Murray mengatakan bahwa yang dihadapi ketika mengalami Quarter Life Crisis merupakan masalah terkait mimpi dan harapan, tantangan kepentingan akademis, agama serta spiritualitasnya, dan kehidupan pekerjaan juga karier. Permasalahan tersebut muncul saat individu masuk di usia 18-28 tahun atau ketika telah menyelesaikan pendidikan menengah, misalnya mahasiswa. Menurut Alifandi lompatan akademis yang sering dialami mahasiswa ke dunia kerja terkadang menimbulkan luka dan ketidakstabilan emosi sebagai akibatnya mengalami krisis emosional.3

Faktor budaya atau norma sosial yang berlaku juga bisa menyebabkan individu mengalami Quarter Life Crisis, misalnya seperti orang terdekat seperti keluarga dan teman yang mempengaruhi persepsi individu dalam menghadapi masalah, serta bagaimana cara menyelesaikan permasalahannya. Semakin mendapatkan tuntutan, individu mulai merasakan emosi dan persepsi negatif

2Alfihsyahrianta Habibie, Nandy Agustin, dan Zainul Anwar, “Peran Religiusitas terhadap Quarter Life Crisis (QLC) pada Mahasiswa”, Jurnal Psikologi Gadjah Mada, Vol.5, Nomor 2, 2019, hlm. 129.

3Ibid., hlm. 130.

(18)

3

terhadap dirinya sendiri. Namun juga banyak dimensi positif yang dimiliki tapi mereka tidak menyadarinya, dampaknya pada kreativitas dan fungsi sosialnya terganggu. Bahkan, terdapat tantangan lain yang ikut andil dalam kondisi krisis yang dialami individu adalah kerumitan masa peralihan yang penuh dengan keraguan dalam mengambil keputusan hingga mengakibatkan depresi bagi individu yang mengalaminya, dan diperparah dengan pengalaman negatif yang dimiliki individu seperti mengalami penolakan yang berakibat secara langsung pada kesejahteraan diri sendiri dan harga diri.4

Terdapat dua masa transisi pada kehidupan seseorang, yaitu saat remaja dan paruh baya, bedanya saat remaja bersifat pertumbuhan, sementara saat paruh baya besifat pemunduran, tetapi perasaan dan perilakunya hampir sama yaitu suka canggung dan kadang-kadang bingung menghadapi perubahan.5 Sedangkan untuk di usia paruh baya yaitu usia 40-60 keatas dikenal dengan Mid Life Crisis. Dalam Kamus Inggris Collins Mid Life Crisis adalah periode stres psikologis yang terjadi di usia paruh baya, diduga dipicu oleh peristiwa fisik, pekerjaan, atau rumah tangga, seperti menopause, penurunan kecakapan fisik, kehilangan pekerjaan, atau kepergian anak-anak dari rumah.6

Membahas tentang Quarter Life Crisis dan Mid Life Crisis secara garis besar akan berfokus pada kecemasan akan berbagai hal yang telah disebutkan

4Risna Amalia, Suroso, Niken Titi Partitis, “Psychological Well Being Self Efficacy dan Quarter Life Crisis Pada Dewasa Awal”, (Tesis, Universitas 17 Agustus 1945, Surabaya, 2021), hlm. 3.

5Alit Kurniasari, “The Midlife Crisis And The Solutions”, Jurnal Sosio Informa, Vol. 3, Nomor 02, 2017, hlm. 164.

6“Mid Life Crisis”. Collins Dictionary. Glassglow: HarperCollins. 1979.

Collinsdictionary.com. Web. 19 Juli 2020.

(19)

4

sebelumnya baik kecemasan yang telah terjadi di masa lalu dan yang kemungkinan akan terjadi di masa depan.

Kecemasan adalah suatu keadaan emosional yang mempunyai ciri-ciri yang terkadang muncul secara fisiologis ada perasaan tegang yang tidak menyenangkan dan perasaan khawatir mengeluhkan bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi.7

Menurut Lazarus kecemasan memiliki dua pengertian yaitu, pertama Merupakan suatu bentuk respon unpleasant affective state atau suatu keadaan perasaan yang tidak menyenangkan. Hal tersebut ditandai seperti rasa khawatir, gelisah, bingung dan tertekan sehingga sulit dimengerti dengan jelas. Kedua, kecemasan sebagai situasi yang mendorong individu agar dapat mengatasi masalah.8

Menurut Hanna Djumhana Bastaman kecemasan adalah ketakutan terhadap hal-hal yang belum terjadi. Perasaan cemas muncul apabila seseorang berada dalam keadaan diduga akan merugikan dan mengancam dirinya, serta merasa tidak mampu menghadapinya. Dengan demikian, rasa cemas sebenarnya suatu ketakutan yang diciptakan oleh diri sendiri, yang dapat ditandai dengan selalu merasa khawatir dan takut terhadap sesuatu yang belum terjadi.9 Sebagai seorang Muslim tentu berkewajiban memperhitungkan segala segi sebelum ia memutuskan sesuatu itu dan bertawakkal atas apapun hasilnya. Sebagaimana

7J. S. Nevid, S. A. Rathus, B. Greene, Psikologi Abnormal, Jilid 1 Edisi Kelima, terj. Tim Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (Jakarta: Erlangga, 2003). hlm. 163.

8Dalam Arifa & Miranda (2013) hubungan antara penerimaan diri dankecemasan menghadapi masa depan mahasiswa fakultas psikologi UI.

9Hanna Djumhana Basaran, “Integrasi Psikologi Dengan Islam; Menuju Psikologi Islam.

(Yogyakarta: Pustaka Belajar). hlm. 156.

(20)

5

firman Allah SWT., dalam surah At-Taubah [9]: 50-51, kita sebagai umat Muslim yang beriman seharusnya menghadapi realita dengan bertawakkal atas keridhaan takdir yang diberikan Allah SWT.

Psikologi Modern tampaknya memberi porsi yang khusus bagi perilaku keagamaan, walaupun pendekatan psikologis yang digunakan terbatas pada pengalaman empiris. Psikologi Agama merupakan salah satu bukti adanya perhatian khusus para ahli psikologi terhadap peran agama dalam kehidupan kejiwaan manusia. Pendapat yang paling ekstrem pun tentang hal itu masih menunjukkan betapa agama sudah dinilai sebagai bagian dari kehidupan pribadi manusia yang erat kaitannya dengan gejala-gejala psikologis.

Dan perasaan ini dalam Islam dikenal dengan Khauf. Kata khauf menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah kata benda yang memiliki arti ketakutan atau kekhawatiran. Khawatir adalah kata sifat yang bermakna takut, gelisah, atau cemas terhadap sesuatu yang belum diketahui dengan pasti.10 Sedangkan takut adalah kata sifat yang memiliki beberapa makna seperti, merasa gentar menghadapi suatu yang dianggap akan mendatangkan bencana, tidak berani, gelisah dan khawatir. Jadi khauf berarti perasaan takut, gelisah atau cemas terhadap suatu hal yang belum diketahui dengan pasti akan terjadi.11

Menurut Imam Qusyairy, takut yang dimaksud terkhususkan kepada Allah SWT., berarti takut terhadap hukumnya. Khususnya masalah yang berkaitan dengan kejadian yang akan datang, sebab seseorang hanya merasa takut jika apa

10Mei Dwi Jayanti, “Pengaruh Khauf Terhadap Perilaku Menyontek Mahasiswa Tasawuf Dan Psikoterapi Fakultas Ushuluddin Dan Humaniora Uin Walisongo Semarang”, (Semarang:

Skripsi UIN Walisongo Semarang, 2015), hlm.11

11Husain Al-Habsyi, “Kamus Al-Kautsar Lengkap”, (Bangil: Yayasan Pasentren Islam, 1986), hlm. 89.

(21)

6

yang dibenci tiba dan yang dicintai sirna. Dan realitas demikian hanya terjadi di masa depan.12

Al-Qur’ān adalah petunjuk yang bila dipelajari dan dipahami akan membantu kita dalam menemukan nilai-nilai yang dapat dijadikan pedoman bagi penyelesain barbagai masalah hidup. Seperti memurnikan jiwa, membersihkan akal, menggembirakan dan melapangkan roh, membimbing menuju kebenaran dan pemikiran sempurna, serta membuat orang-orang Bahagia dan memproleh kententraman hidup pribadi dan masyarakat.13 Dalam hal ini Al-Qur’ān mampu menjawab berbagai persoalan tantangan kontemporer, baik secara spiritual ataupun material14. Hal ini didasarkan pada firman Allah SWT., pada surah al-Isra [17]: 82. Menurut Taba’taba’i dari ayat tersebut dapat dijelaskan bahwa Al- Qur’ān turun sebagai penawar atau obat dari berbagai permasalahan manusia diantaranya penyakit-penyakit kejiwaan, seperti keraguan dan kebimbangan batin yang menghadirkan kecemasan sehingga dapat hinggap di hati orang-orang yang beriman.15

Agama tampaknya memang tak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia.

Pengingkaran manusia terhadap agama agaknya dikarenakan faktor-faktor tertentu baik yang disebabkan oleh kepribadian maupun lingkungan masing-masing.

Namun, untuk menutupi atau meniadakan sama sekali dorongan dan rasa keagamaan tampaknya sulit dilakukan. Manusia ternyata memiliki unsur batin

12Mohd Amir Bin Japri, “Konsep Khauf Dan Raja’ Imam Al-Ghazali Dalam Terapi Gangguan Kecemasan”, (Medan: Skripsi UIN Sumater Utara, 2017), hlm. 30, 31.

13M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’ān (Bandung: IKAPI, 1996), 13.

14M. Yudhie Haryono, Nalar Al-Qur’ān (Jakarta: Intimedia dan Nalar, 2002), 197.

15M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah; Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’ān, vol. 7 (Jakarta: Lentera Hati, 2002), 530.

(22)

7

yang cenderung mendorongnya untuk tunduk kepada Zat ghaib. Ketundukkan ini merupakan bagian dari faktor intern manusia dalam psikologi kepribadian dinamakan pribadi (self) ataupun hati Nurani (conscience of man).

Sebagaimana firman Allah SWT., dalam surah ar-Rum [30]: 30, dijelaskan bahwa fitrah Allah SWT., maksudnya ciptaan Allah SWT., Manusia diciptakan Allah SWT., mempunyai naluri beragama yaitu agama tauhid. Apabila ada manusia tidak beragama tauhid, maka hal itu tidak wajar. Mereka tidak beragama tauhid itu hanyalah lantaran pengaruh lingkungan.16

Al-Qur’ān adalah suatu kitab suci yang paling komprehensif dan di dalamnya terdapat aturan-aturan serta petunjuk tentang segala aspek kehidupan manusia, hendaklah kita menjadikan Al-Qur’ān dan Hadis sebagai pedoman hidup agar selamat baik di dunia dan akhirat. Allah SWT., Maha Pencipta juga Maha Pengatur, sehingga segala sesuatu telah diatur dan direncanakan sebelumnya, seperti rencana atas segala ciptaan-Nya. Misalnya menciptakan manusia pun dijadikan oleh Allah SWT., dengan tujuan agar beribadah kepadanya sebagaimana firman-Nya :

ِنوُدُبْعَيِل َّلَِإ َسْن ِ ْلْا َو َّن ِجْلا ُتْقَلَخ اَم َو

“Dan tidaklah kuciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepadaku”. (QS. Adz-Dzarīyat [51]: 56)17

16H. Jalaluddin, Psikologi Agama,(Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2007), hlm.

153,159-160.

17Tim Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’ān, Al-Qur’ān …, hlm. 766.

(23)

8

Apabila manusia diciptakan dengan tujuan, maka harus ada sebuah pedoman hidup yang tidak hanya mengarahkan laju kehidupan menuju tujuan tersebut, tapi juga memberikan nilai lebih dalam kehidupan seorang manusia.

Alasan penulis memilih Tafsir ini adalah selain karena penafsirannya menggunakan pendekatan Sufistik sebagai upaya mengungkapkan makna batin yang tentu relevan dengan judul yang penulis angkat, dan juga karena latar belakang keilmuan mufassir yaitu ilmu tasawuf, karena ilmu tasawuf laksana obat bagi jiwa yang sedang sakit, yang disebabkan dengki, iri, cemas, depresi, dan penyakit jiwa lainnya. Ilmu tasawuf akan membersihkan jiwa dari sifat-sifat tercela tersebut dan dalam mengatasi stres, depresi, dan kecemasan seyogyanya selain terapi holistik-para psikiater dapat menggunakan terapi keagamaan, dalam hal ini bisa juga dengan terapi tasawuf. Relevansi tasawuf secara seimbang memberikan kesejukan batin dan disiplin syariah sekaligus.18

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka selanjutnya penulis akan merumuskan pokok permasalahan yang akan dibahas selanjutnya, yaitu:

1. Bagaimana penafsiran Al-Alusīy terhadap ayat-ayat Khauf dalam kitab tafsir Ruh Al-Ma’anī ?

18Muslimin Muslimin, “Terapi Tasawuf Sebagai Upaya Penanggulangan Stress, Depresi, Dan Kecemasan”. Jurnal Bimbingan Konseling Islam & Kemsyarakatan, Vol. 1, No. 2, 2017, hlm.

1.

(24)

9 C. Tujuan dan Manfaat

1. Tujuan Penelitian

Selain dikarenakan tema tersebut belum pernah dibahas sebelumnya, khususnya dengan pendekatan Ilmu Tafsir mengenai kondisi Psikologis tersebut, juga dikarenakan khususnya umat Muslim menangani persoalan tersebut cenderung dengan pendekatan saintifik bukan pendekatan spiritual, padahal sebagai umat Muslim tentu harus menjadikan Al-Qur’ān sebagai pertimbangan dalam menangani persoalan tersebut. Maka dalam penelitian ini memilki beberapa tujuan yaitu:

a. Mengetahui kajian Tafsir Ruh Al-Ma’anī Karya Al-Alusīy terhadap konsep khauf.

2. Manfaat penelitian a. Manfaat Teoristis

1) Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi wawasan bagi penulis juga pembaca terkait dengan konsep khauf dalam Al-Qur’ān dalam kajian Tafsir Ruh Al-Ma’anī Karya Al-Alusīy.

2) Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan pengetahuan dan solusi bagi perkembangan khazanah keilmuan Islam, ilmu psikologi dan juga klinis.

3) Memacu dan memotivasi khususnya ummat Islam agar merujuk Kembali ke Al-Qur’ān dalam mencari solusi Ketika menghadapi kondisi Psikologis yang dikenal dalam Al-Qur’ān di lafadz khauf.

b. Manfaat Praktis

(25)

10

1) Dapat menemukan solusi dalam menghadapi kondisi Psikologis tersebut berdasarkan kajian Tafsir Ruh Al-Ma’anī Karya Al-Alusīy.

2) Penelitian ini dapat dijadikan rujukan bagi peneliti selanjutnya mengenai solusi dan sikap dalam kondisi Psikologis dalam lafadz khauf berdasarkan Al-Qur’ān dalam penafsiran Al-Alusīy.

D. Telaah Pustaka

Untuk menghindari terjadinya kesamaan pembahasan pada skripsi yang lain, penulis menelusuri kajian-kajian yang pernah dilakukan atau memiliki kesamaan. Selanjutnya hasil penelusuran ini akan menjadi acuan penulis untuk tidak mengangkat metodologi yang sama.

Melalui penelusuran kepustakaan di beberapa tempat, penulis mendapat beberapa karya tulis lain yang membahas tentang judul yang penulis angkat, yaitu:

1. Indry Permatasari, mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Muhmmadiyah Malang 2021 dengan judul “Hubungan Kematangan Emosi Dengan Quarter Life Crisis Pada Dewasa Awal”. Hasil dari penelitian ini menjelasakan yaitu kematangan emosi memiliki hubungan negatif dengan Quarter Life Crisis, artinya semakin tinggi tingkat kematangan emosi yang dimiliki seseorang maka semakin rendah Quarter Life Crisis yang dialami, begitupun sebaliknya.

Semakin rendah kematangan emosi yang dimiliki oleh seseorang maka semakin tinggi Quarter Life Crisis yang dialami. Hal tersebut menunjukkan bahwa penting untuk memiliki kematangan emosi yang baik agar individu

(26)

11

mampu merespon stimulus atau permasalahan yang dihadapi dengan baik, agar meminimalisir akibat dari Quarter Life Crisis yang terjadi pada dewasa awal yang biasanya muncul pada usia 20 hingga 30 tahun.19

2. Muhammad Abdullah Sujudi, mahasiswa Departemen Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara Medan 2020 dengan judul “Eksistensi Fenomena Quarter Life Crisis Pada Mahasiswa Semester Akhir Universitas Sumatera Utara”. Hasil dari penelitian ini menjelasakan Penelitian ini sendiri merupakan sebuah penelitian berbentuk deskriptif kualitatif yang berangkat dari rasa ingin tahu terkait eksistensi fenomena Quarter Life Crisis ini pada mahasiswa tingkat akhir Universitas Sumatera Utara, melalui serangkaian pengumpulan data melalui wawancara mendalam dengan para informan. Tergambarlah sebuah fakta di lapangan bahwa fenomena Quarter Life Crisis memang benar benar terjadi di tengah-tengah mahasiswa semester akhir Universitas Sumatera Utara. Gejala yang paling umum dirasakan adalah khawatir, cemas dan takut. Penyebab kekhawatiran, kecemasan dan ketakutan itu adalah masa depan, yaitu berkaitan dengan cita-cita impian dan pekerjaan.20

3. Amelia Rahmawati Putri, mahasiswa Program Studi Psikolgi Islam Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama Universitas Islam Negeri Reden Intan Lampung 2020 dengan judul “Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Quarter Life Crisis Pada Mahasiswa Tingkat Akhir”. Subjek penelitian ini adalah

19Indry Permatasari, “Hubungan Kematangan Emosi Dengan Quarter Life Crisis”, (Skripsi, UMM Malang, 2021), hlm. 16.

20Muhammad Abdullah Sujudi, “Eksistensi Fenomena Quarter Life Crisis Pada Mahasiswa Semester Akhir Universitas Sumatera Utara”, (Skripsi, USU Medan, Medan, 2020 ), hlm. 6.

(27)

12

mahasiswa tingkat akhir Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung angkatan tahun 2016 yang sedang dalam proses mengerjakan skripsi dengan berjumlah 89 mahasiswa. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik proportionate random sampling.

Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data skala psikologi berupa skala likert yang terdiri atas dua skala yaitu, skala Quarter Life Crisis 34 butir aitem (α = 0,918) dan skala dukungan sosial 25 butir aitem (α = 0,846).

Analisis data yang digunakan adalah korelasi product moment person. Hasil penelitian ini memperoleh nilai koefisien korelasi (rxy) = -0,367 dengan p=

0,000 (p < 0,01) yang berarti bahwa adanya hubungan negatif yang signifikan antara dukungan sosial dengan Quarter Life Crisis pada mahasiswa tingkat akhir sehingga hipotesis diterima. Semakin rendah dukungan sosial yang dimiliki, maka semakin tinggi Quarter Life Crisis pada mahasiswa tingkat akhir. Sumbangan efektif sebesar 13,5% yang dipengaruhi oleh variabel bebas dalam penelitian ini dan 86,5% lainnya dipengaruhi oleh faktor lain. 21

4. Aulia Marta Sumartha, mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang 2020, dengan judul “Pengaruh Trait Kepribadian Neuroticism Terhadapat Quarter Life Crisis Dimediasi Oleh Harapan Pada Mahawasiswa Tingkat Akhir Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang”. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Sebagian besar mahasiswa akhir berada pada Quarter Life Crisis sedang yang mana perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki, trait

21Amelia Rahmawati Putri, “Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Quarter Life Crisis Pada Mahasiswa Akhir”, (Skripsi, UIN Raden Intan Lampung, Lampung, 2016), hlm. ii.

(28)

13

kepribadian neuroticism berada pada katagori sedang namun tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara laki-laki dan perempuan, dan harapan pada katagori tinggi dengan laki-laki lebih tinggi daripada perempuan.22

5. Inayah Agustin, mahasiswa Program Studi Psikologi Profesi Fakultas Psikologi Universitas Indonesia Depok 2012, dengan judul “Terapi Dengan Pendekatan Solution-Focused Pada Individu Yang Mengalami Quarter Life Crisis”. Hasil dari penelitian ini menyimpulkan Terapi dengan pendekatan solution-focused dapat dikatakan efektif dalam membantu partisipan mengatasi perasaan dan pandangan negatif baik terhadap dirinya sendiri maupun terhadap masalah yang sedang dialami, namun belum sepenuhnya efektif untuk dapat membawa partisipan keluar dari situasi Quarter Life Crisis.23

6. Nadhira Nurul Iman, mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya 2021, dengan judul “Komunikasi Intrapersonal Dalam Menghadapi Quarter Life Crisis Pada Komunitas Uinsa Student Forum (USF)”. Berdasarkan hasil penelitian dan wawancara mengenai komunikasi intrapersonal dalam menghadapi Quarter Life Crisis pada komunitas UINSA Student Forum dengan menggunakan teori pengolahan informasi, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam proses komunikasi intrapersonal manusia dapat

22Aulia Marta Samartha, “Pengaruh …, hlm. xvii.

23Inayah Agustin, “Terapi Dengan Pendekatan Solution-Focused Pada Individu Yang Mengalami Quarter Life Crisis”, (Tesis, Universitas Indonesia, Depok, 2012), hlm. 136.

(29)

14

menghasilkan cara-cara yang bisa digunakan untuk menghadapi Quarter Life Crisis, diantaranya:

a. Komunikasi intrapersonal berguna untuk menyaring dan melakukan seleksi terhadap informasi yang penting dan tidak penting.

b. Komunikasi intrapersonal membantu anggota komunitas UINSA Student Forum dalam mengambil keputusan dan menyelesaikan masalah.

c. Komunikasi intrapersonal dapat bermanfaat dalam hal menemukan inspirasi dan memunculkan kreatifitas.24

7. Meilia Ayu Puspita Sari, mahasiswa Program Studi Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta 2021, dengan Judul “Quarter Life Crisis Pada Kaum Millenial”. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan Upaya yang dilakukan oleh millenial dalam menghadapi Quarter Life Crisis adalah berusaha untuk berdamai dengan diri sendiri dan keadaan, berusaha terus memotivasi diri untuk terus beproses mempersiapkan masa depan, mendiskusikan kebimbangan dengan keluarga dan orang sekitar dan berusaha menghibur diri untuk mengalihkan perasaan tidak nyaman dan kecemasan yang terjadi di fase Quarter Life Crisis ini.25

24Nadhira Nurul Iman, “Komunikasi Interpersonal Dalam Menghadapi Quarter Life Crisis Pada Komunitas Uinsa Stundent Forum (USF)”. (Skripsi, UIN Sunan Ampel Surabaya, Surabaya, 2021). hlm. 90.

25Meilia Ayu Puspita Sari, “Quarter Life Crisis Pada Kaum Millenial”, (Skirpsi, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta, 2021), hlm. 1.

(30)

15 Tabel 1.1

Persamaan dan Perbedaan antara Penelitian Terdahulu dan Penelitian Sekarang

No Nama

Peneliti Judul Penelitian Persamaan Perbedaan 1 Indry

Permatasari

Hubungan

Kematangan Emosi Dengan Quarter Life Crisis Pada Dewasa Awal

Membahas tentang Quarter Life Crisis

Tujuan dari penelitian ini adalah ingin mengetahui apakah terdapat hubungan antara kematangan emosi dengan Quarter Life Crisis 2 Muhammad

Abdullah Sujudi

Eksistensi

Fenomena Quarter Life Crisis Pada Mahasiswa Semester Akhir Universitas Sumatera Utara

Membahas tentang Quarter Life Crisis

Penelitian ini berangkat dari rasa ingin tahu terkait eksistensi fenomena Quarter Life Crisis ini pada mahasiswa tingkat akhir Universitas Sumatera Utara.

3 Amelia Rahmawati Putri

Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Quarter Life Crisis Pada Mahasiswa Tingkat Akhir

Membahas tentang Quarter Life Crisis

Subjek penelitian ini adalah

mahasiswa tingkat akhir Fakultas

Ushuluddin dan Studi Agama Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung angkatan tahun 2016 yang

(31)

16

sedang dalam proses

mengerjakan skripsi dengan berjumlah 89 mahasiswa.

4 Aulia Marta Sumartha

Pengaruh Trait Kepribadian Neuroticism

Terhadapat Quarter Life Crisis

Dimediasi Oleh Harapan Pada Mahawasiswa Tingkat Akhir Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

Membahas tentang Quarter Life Crisis

Subjek penelitian ini adalah

mahasiswa tingkat akhir Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Angkatan 2016 yang berjumlah 2.981

mahasiswa.

5 Inayah Agustin

Terapi Dengan Pendekatan Solution-Focused Pada Individu Yang Mengalami Quarter Life Crisis

Membahas tentang Quarter Life Crisis

Penelitian ini menyimpulkan Terapi dengan pendekatan solution-focused dapat dikatakan efektif.

6 Nadhira Nurul Iman

Komunikasi Intrapersonal Dalam Menghadapi Quarter Life Crisis Pada Komunitas Uinsa Student Forum (USF)

Membahas tentang Quarter Life Crisis

Dengan menggunakan teori pengolahan informasi, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam proses komunikasi intrapersonal manusia dapat menghasilkan cara-cara yang bisa digunakan

(32)

17

untuk menghadapi Quarter Life Crisis.

7 Meilia Ayu Puspita Sari

Quarter Life Crisis Pada Kaum

Millenial

Membahas tentang Quarter Life Crisis

Karakteristik informan penelitian ini adalah millenial dalam rentang usia 21-25 tahun, baik laki-laki maupun perempuan.

E. Kerangka Teori 1. Quarter Life Crisis

Quarter Life Crisis adalah fase krisis seperempat abad yang bisa kita pahami dan kita artikan sebagai situasi kondisi psikologis. Itu adalah fase yang sedang dialami oleh kebanyakan orang di usia awal dua puluhan hingga pertengahan tiga puluhan. Kebanyakan orang mengalami masa-masa krisis pada fase ini dalam upaya menentukan masa depannya.26

Beberapa ahli medefinisikan Quarter Life Crisis seperti psikolog berlisensi Rachel Needle, PsyD, itu adalah perasaan stres dan ketidakpastian yang sering dipicu sekitar waktu ini dalam kehidupan seseorang ketika mereka

26Muhammad Awaluddin Al Kirom, “Menghadapi Quarter Life Crisis: Pedoman dari Al- Qur’ān”, dalam https://ibtimes.id/menghadapi-quarter-life-crisis-pedoman-hidup-dari-Al-quran/, di akses tanggal 31 Januari 2022, pukul 22.40.

(33)

18

mengetahui siapa mereka dan apa yang mereka inginkan.27 Menurut Fischer Quarter Life Crisis merupakan perasaan khawatir yang hadir atas ketidakpastian kehidupan yang mendatang meliputi seputar relasi, karier, pendidikan, kondisi finansial, kehidupan sosial dan spiritualitasnya yang terjadi kurang lebih usia 20-an, bukan berarti usia lebih muda atau tua tidak mengalaminya.28Menurut Atwood & Scholtz merupakan perjuangan yang dialami oleh beberapa orang yang memasuki usia dewasa Ketika berhadapan dengan masa depan yang tidak pasti seperti dalam karir, identitas, hubungan, keluarga, dan pertemanan. Sedangkan menurut Hapke menyebutkan bahwa konselor istilah QLC untuk menggambarkan kesuliatan-kesulitan dan tantangan emosional yang dialami seseorang dalam masa transisi menuju dewasa muda.29

Dalam ilmu Psikologi kecemasan lebih dikenal dengan anxiety, yakni memiliki pengertian kegelisahan, kecemasan, kekhawatiran; secara istilah kecemasan merupakan kekhawatiran yang kurang jelas atau tidak mendasar.30

Dibandingkan dengan krisis kehidupan yang sering ditandai dengan perasaan gagal untuk mencapai tujuan dan cita-cita yang diinginkan, Quarter Life Crisis atau krisis seperempat abad lebih condong pada kenyataan bahwa

27Sarah Regan, “Are You Going Through A Quarter-Life Crisis? What Experts Want You To know?”, dalam https://www.mindbodygreen.com/articles/quarter-life-crisis, di akses tanggal 19 Juni 2022, pukul 20.31.

28Alfihsyahrianta Habibie, Nandy Agustin, dan Zainul Anwar, “Peran…,hlm. 130.

29Nabila Netrianda Heryadi, “Iman dan Jurnal: Sebuah Strategi dalam Menghadapi Quarter Life Crisis” . Jurnal Psikologi Islam, Vol. 7 No. 1, 2020, hlm. 30

30M. Wahid Nasrudin, “Gangguan Kecemasan Dalam Perspektif Al-Qur’ān (Pendekatan Psikologi)”, (Skripsi, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, Surabaya, 2018), hlm. 17.

(34)

19

seseorang belum memiliki tujuan yang jelas dalam hidupnya atau memiliki tujuan yang tidak realistis.31

2. Mid Life Crisis

Dalam Kamus Inggris Collins Mid Life Crisis adalah periode stres psikologis yang terjadi di usia paruh baya, diduga dipicu oleh peristiwa fisik, pekerjaan, atau rumah tangga, seperti menopause, penurunan kecakapan fisik, kehilangan pekerjaan, atau kepergian anak-anak dari rumah.32. Perubahan yang paling terlihat adalah pada penrunan kondisi fisik, mulai dari rambut yang mulai botak dan beruban, gigi mulai tanggal, stamina fisik atau kekuatan fisik dan vitalitas menurun, nafas yang tidak sepanjang dulu lagi, kulit mulai keriput, daya ingat sudah mulai menurun, kehilangan daya tarik bagi lawan jenis. Selain itu mulai menghadapi emptynest, karena anak-anak sudah dewasa dam meninggalkan rumah, menjadi kakek/nenek. Berhentinya karir atau bekerja baik karena usia pensiun, maupun pemutusan hubungan kerja (PHK) yang berakibat pada berkurangnya penghasilan dan pola hubungan sosial dari masa sebelumnya. Bagi pegawai Aparatur Sipil Negara (ASN) akan sampai pada masa purnabakti atau bagi pegawai swasta yang rentan dengan pemutusan hubungan kerja (PHK). Kondisi tersebut, dihadapkan dengan kehidupan finansial yang mulai berkurang. Beban biaya hidup akan semakin tinggi, jika dihadapkan dengan kebutuhan untuk biaya kesehatan. Pakar perencanaan keuangan (financial planner) menyebutkan bahwa faktanya 9

32“Mid Life Crisis”. Collins Dictionary. Glassglow: HarperCollins. 1979.

Collinsdictionary.com. Web. 19 Juli 2020.

(35)

20

dari 10 karyawan di Indonesia ternyata tidak siap secara finansial untuk menghadapi masa pensiun. Bahkan saat menghadapi perubahan radikal dapat menimbulkan stres, jika seseorang tidak memiliki persiapan atau menyadari akan adanya perubahan. Kecemasan akan timbul karena usia keemasan di masa muda sudah hilang. 33

Tabel 1.2

Indikator-Indikator pada Quarter Life Crisis dan Mid Life Crisis No QUARTER LIFE CRISIS MID LIFE CRISIS 1 Mengalami beberapa penyakit,

sementara yang lain mungkin mulai memerhatikan penurunan kemampuan fisik mereka.

Menyesal tidak memilih jalur karir yang berbeda atau tidak menciptakan kehidupan yang pernah mereka impikan.

2 Merasa dapat mengubah keadaan menjadi lebih baik.

Merenungkan hari-hari bahagia dalam hidup mereka.

3 Keinginan untuk memulai kehidupan yang baru. Ini terjadi saat seseorang berhasil mencapai satu target dalam hidupnya.

Bagi mereka yang berorientasi pada tujuan, mungkin ada lebih sedikit refleksi dan lebih banyak tindakan.

4 Timbulnya komitmen dalam diri terhadap pendidikan, pekerjaan atau hubungan asmara yang tengah dijalani.

Mengalami beberapa penyakit, sementara yang lain mungkin mulai

memerhatikan penurunan

kemampuan fisik mereka.

3. Pengertian Khauf

Dalam lafadz (فاخ) yang berakar "ف ،ا ،خ" yang dapat berarti ketakutan, kekhawatiran, dan kecemasan. Dari lafadz tersebut penulis menemukan dalam berbagai bentuk tashrif-nya, diantaranya: Fi’il Madhi ( َفاَخ) artinya Telah Takut, Fi’il Mudhori’ ( ُفاَخَي) artinya sedang Takut,

33Alit Kurniasari, “The Midlife…hlm. 166.

(36)

21

Masdar (اًفْوَخ) artinya ketakutan, Masdar Mim ( ًةَفاَخم) artinya Tempat ketakutan, Isim Fa’il ( فِئاَخ) artinya Orang yang takut, Isim Isyaroh ( َكاَذ َو) artinya itu, Isim Maf’ul ( ف ْوُخَم) artinya Yang Takut, Fi’il Amr ( ْفَخ) artinya Takutlah, Fi’il Nahi ( ْفَخَت لَ) artinya janganlah engkau takut, dan Isim Makan/Isim Zaman ( فاَخَم) artinya tempat atau waktu takut.

Secara etimologi khauf berasal dari bahasa arab khafa, isim masdarnya khufaa yang berarti ketakutan. Takut adalah kata sifat yang memiliki beberapa makna seperti, merasa gentar menghadapi suatu yang dianggap akan mendatangkan bencana, tidak berani, gelisah dan khawatir.

Jadi khauf berarti perasaan gelisah atau cemas terhadap suatu hal yang belum diketahui dengan pasti.34

F. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian pustaka (library research), yaitu mengumpulkan data atau bahan-bahan yang berkaitan dengan tema pembahasan dan permasalahannya yang diambil dari sumber-sumber kepustakaan.35 Bertujuan untuk mengumpulkan data dan informasi dengan bantuan bermacam-macam material yang terdapat di ruangan perpustakaan,

34Husain Al-Habsyi, “Kamus …, hlm. 89.

35Sutrisno Hadi, “Metodologi Research Penelitian Ilmiah” (Yogyakarta: Andi Offset, 1999), hlm. 9.

(37)

22

seperti: buku-buku, majalah, dokumen, catatan dan kisah sejarah dan lain- lainnya.36

Dengan demikian penulis menggunakan bahan-bahan tertulis seperti buku, dokumen, karya ilmiah dan lainnya yang memilki kaitan dengan judul penelitian ini.

2. Sumber Data

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan sumber data primer dan sumber data sekunder :

a. Data Primer

Sumber primer adalah sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber asli (tidak melalui perantara).37 Maka dari itu, sumber data primer penulis pada penelitian ini dalam membahas konsep khauf yaitu: Kitab Tafsir Ruh Al-Ma’anī Karya Al-Alusīy berkaitan dengan objek materi berupa penafsiran ayat-ayat Al-Qur’ān yang berlafadzkan (فاخ).

b. Data Sekunder

Sumber sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data. Yang menjadi sumber data sekunder penulis pada penelitian ini yaitu buku, artikel, dokumen atau karya ilmiah yang terkait atau memiliki kolerasi dengan penelitian penulis.

36Mardalis, “Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal”, (Jakarta: Bumi Aksarra, 2014), Cet.Ke-13, hlm. 28.

37Etta Mamang Sangadji, Sopiah, “Metodologi Penelitian Pendekatan Praktis Dalam Penelitian”, (Yogyakarta: Andi Ovset, 2010), hlm. 171.

(38)

23 3. Teknik Pengumpulan Data

Karena penelitian ini adalah penelitian pustaka, maka teknik dalam pengumpulan data melalui bahan bacaan seperti buku, kitab Tafsir dan karya- karya lainnya yang ada kaitan atau korelasi dengan penelitian penulis yang bisa dijadikan sebagai referensi.38

Oleh karena itu, penulis mengumpulkan data dengan teknik dokumentasi. Metode dokumentasi merupakan Teknik pengumpulan data penelitian mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, buku, tanskip, agenda dan lain-lain .39Yang data tersebut ada korelasinya dengan penelitian penulis seperti penafsrian dari Kitab Ruh Al-Ma’anī Karya Al-Alusīy, Khauf dalam Al-Qur’ān, selain itu penulis juga mengumpulkan data dari dokumen yang berbentuk tulisan atau karya ilmiah dan lain-lain sebagainya.

4. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah pencarian atau pelacakan pola-pola.40 Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif-analitik yaitu dengan mengumpulkan data dari berbagai karya, karangan maupun penafsiran para ulama dan pakar psikologi yang kemudian diteliti dan dianalisis menjadi sebuah kesimpulan dari hasil penelitian.

Teknik menganalisis data juga menggunakan metode tematik. Menurut Muhammad Baqir al-Shadr, metode Tafsir Maudhu’I adalah metode Tafsir

38Nashruddin Baidan dan Erwati Azizi, “Metodologi Khusus Penelitian Tafsir”, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2019), hlm. 60.

39Johan Dimyati, “Metodologi Penelitian Pendidikan dan Aplikasinya Terhadap Pendidikan Usia Dini”, (Jakarta: Kencana,2013). hlm.100

40Imam Gunawan, “Metode Penelitian Kualitatif: Teori Dan Praktik”, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2015), hlm. 210.

(39)

24

yang berusaha mencari jawaban Al-Qur’ān dengan cara mengumpulkan ayat- ayat Al-Qur’ān yang mempunyai tujuan yang satu, yang bersama-sama membahas topik atau judul tertentu dan menyusunnya sesuai dengan masa dan sebab-sebab turunnya, lalu memperhatikan ayat-ayat tersebut dengan penjelasan-penjelasan, keterangan-keterangan dan hubungan-hubungannya dengan ayat-ayat yang lainnya, kemudian mengistimbatkan hukum-hukum.41

Sehingga Penulis memilih lafadz (فاخ) dalam Al-Qur’ān yang dan dari Lafadz (فاخ) penulis mengategorikan berdasarkan bentuk Tashrifnya.

Untuk mendapatkan lafadz فاخ penulis melakukan penelusuran dari akar kata "ف ،ا ،خ" dalam Al-Qur’ān diulang sebanyak 205 kali. Dan beberapa Tashrifnya dalam bentuk Fi’il Madhi 6 kali, Fi’il Mudhori’ 11 kali, Masdar 2 kali, Fi’il Amr 11 kali, dan Fi’il Nahi 7 kali.

Analisis data ini menggunkan Tafsir Maudhu’I (Tematik) dan penulis hanya membatasi dua ayat dari setiap bentuk Tashrifnya dengan Teknik Random agar penulis tidak membahas semua ayat.

Teknik Random sendiri adalah mengambil secara acak data yang akan dibahas oleh si penulis yang memberikan peluang sama dengan yang lainnya

42. Dan dalam hal ini penulis mengambil data dengan satu ayat di beberapa bentuk Tashrifnya yaitu Fi’il Madhi, Fi’il Mudhori’, Masdar, Fi’il Amr, dan Fi’il Nahi, dikarenakan selain menyesuaikan dengan permasalahan penulis juga ketersediaan ayat dalam Al-Qur’ān. Dan apabila terjadi kesamaan makna

41Moh. Taulus Yamani, “Memahami Al-Qur’ān Dengan Metode Tafsir Maudhu’I”, J- PAI, Vol. 1, No. 2 Januari-Juni 2015, hlm. 277.

42Sugiyono, “Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta”, 2015), hlm. 240 .

(40)

25

maka peneliti memilih kembali menggunakan teknik Snowballing yaitu memilih kembali apabila ada satu kata yang sama maknanya dengan kata yang lain maka, si peneliti memilih diantara salah satu kata tersebut.43

Berdasarkan data demikian, penulis mengambil sampel ayat yang dari Fi’il Madhi QS. An-Nisa’ [4]: 9, Fi’il Mudhori’ QS. Al-An’am [6]: 51, Masdar QS. As-Sajdah [32]: 16, Fi’il Amr QS. Al-Baqarah [2]: 150, Fi’il Nahi QS. An-Naml [27]: 10. Untuk mendapatkan pemahaman yang terkait dengan kalimat tersebut penulis menggunakan Tafsir Maudhu’I yang di dukung oleh Analisis isi (Content Analisis).

G. Sistematika Pembahasan

Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas dan menyeluruh terhadap penulis ini maka penulis mememukan secara garis besar tentang sistematika pembahasan. Sistematika pembahasan laporan penelitian ini bertujuan agar pembahasan dalam laporan penelitian tersusun secara sistematis dan lebih mudah di pahami. Adapun sistematikanya sebagai berikut:

Bab I pendahuluan, pada bab ini berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, telaah pustaka, kerangka teori, metode penelitian, dan sistematika pembahasan.

Bab II membahas tentang pengertian Quarter Life Crisis, Mid Life Crisis dan Konsep khauf baik secara umum juga dalam perspektif Islam, dan korelasi diantaranya.

43Ibid., hlm. 218.

(41)

26

Bab III Membahas tentang Al-Alusīy dan kitab Tafsir Ruh Al-Ma’anī . Bab IV Penafsiran Al-Alusīy terhadap Konsep khauf dalam Al-Qur’ān berdasarkan klasifikasi Tashrif-nya dan Konsep khauf menurut Al-Alusīy.

Bab V Penutup, pada bab ini membahas tentang kesimpulan dan saran.

(42)

27 BAB II

KHAUF, QUARTER LIFE CRISIS & MID LIFE CRISIS

A. Kajian Tentang Khauf 1. Pengertian Khauf

Kata khauf berasal dari bahasa Arab terdiri dari tiga huruf, yaitu kha’, waw, fa’ yang berarti menunjukkan gentar dan terkejut. Khauf juga seakar kata dengan kata Khāfa, Yakhafu Khaufan yang berarti takut (al-Zairu), terkejut (al-Faz’u), tidak aman dan khawatir (Dhaddul Amnu), dan Pengetahuan (al-Ilmu). Khawafa al-Rajulu, artinya Lelaki itu membuat orang lain takut kepdanya. Di dalam Al-Qur’ān, Allah SWT., Berfirman pada:

َنيِنِم ْؤُّم مُتنُك نِإ ِنوُفاَخ َو ْمُهوُفاَخَت َلََف ۥُهَءٓاَيِل ْوَأ ُفِ وَخُي ُنََٰطْيَّشلٱ ُمُكِلََٰذ اَمَّنِإ

“Sesungguhnya mereka itu tidak lain hanyalah syaitan yang menakut- na- kuti (kamu) dengan kawan-kawannya (orang-orang musyrik Quraisy), karena itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada- Ku, jika kamu benar-benar orang yang beriman”. (QS. al-Imran [3]: 175).1

Kata khauf menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah kata benda yang memiliki arti ketakutan atau kekhawatiran. Khawatir adalah kata sifat yang bermakna takut, gelisah, atau cemas terhadap sesuatu yang belum diketahui dengan pasti.2 Sedangkan takut adalah kata sifat yang memiliki beberapa makna seperti, merasa gentar menghadapi suatu yang dianggap akan mendatangkan bencana, tidak berani, gelisah dan khawatir. Jadi khauf berarti

1Tim Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’ān, Al-Qur’ān …, hlm. 98.

2Mei Dwi Jayanti, “Pengaruh…, hlm.11

(43)

28

perasaan gelisah atau cemas terhadap suatu hal yang belum diketahui dengan pasti akan terjadi.3

Kata Khauf terdiri dari tiga huruf yakni kha’ (خ), wawu (و ), dan fa’ ( ف ). Kata Khauf adalah masdar dari kata Khāfa (فاخ) , Yakhāfu (فاخي ), Khuwfan (افوخ), Khīfatan (ةفيخ), Makhāfatan (ةفاخم) .Adapun bentuk pelaku Khauf adalah khāif (فئاخ) sedangkan bentuk nahinya adalah khaf (فخ ), yakni dengan huruf kha di fatḥaḥ. Khiftu minhu berarti aku takut padanya. Khauf berarti al-faza’ (عسفا) yakni takut atau khawatir, al-qatl (لتقلا) yakni pembunuhan, al-‘ilm (ملعلا) pengetahuan, dan adīm al-aḥmar ( رمحلاا ميدا ) kulit merah yang disamak.4

Menurut Istilah khauf adalah sikap mental dari seseorang yang merasa takut kepada Allah SWT., atas kekurang sempurnanya dalam mengabdikan diri untuk-Nya. Seorang tokoh sufi seperti al-Qusyairiyah berpandangan bahwa khauf adalah hal yang berkaitan dengan masa yang akan datang.

Orientasi kehidupan yang akan datang bermakna bahwa apa yang dilakukan seseorang dilandasi dengan perasaan takut untuk menghalalkan yang makruh dan meninggalkan yang sunnah. Keyakinan yang didapat bahwa takut kepada Allah SWT., berhubungan dengan takut akan siksaan baik saat berada di dunia mapun di akhirat kelak.5

3Husain Al-Habsyi, “Kamus Al-Kautsar Lengkap”, (Bangil: Yayasan Pasentren Islam, 1986), hlm. 89.

4Nur Umi Luthfiana, “ANALISIS MAKNA KHAUF DALAM AL-QUR’ĀN Pendekatan Semantik Tshihiko Izutsu”. Jurnal Al-Itqan", Vol. 3 No. 2, 2017, hlm. 95.

5Casmini, Taufik Nurfadhi, Putri Kusumaningrum, “Penanaman Khauf dan Raja’ Dalam Pendidikan Karakter Remaja”. Jurnal Studi Psikoterapi Sufistik, Vol. 5 No. 2, 2021, hlm. 125.

(44)

29

Adapun secara terminologi, sebagaimana diuraikan dalam kamus tasawuf, khauf adalah suatu sikap mental merasa takut kepada Allah SWT.

karena kurang sempurna pengabdiannya., takut atau khawatir kalau-kalau Allah SWT., tidak senang padanya. Khauf timbul karena pengenalan dan cinta kepada Allah SWT., yang mendalam sehingga ia merasa khawatir kalau Allah SWT., melupakannya atau takut kepada siksa-Nya.

Menurut Imam Qusyairy, takut kepada Allah SWT., berarti takut terhadap hukumnya. Menurutnya, khauf adalah masalah yang berkaitan dengan kejadian yang akan datang, sebab seseorang hanya merasa takut jika apa yang dibenci tiba dan yang dicintai sirna. Dan realitas demikian hanya terjadi di masa depan. Beliau mengemukakan dengan mengutip perkataan Ali Daqaq bahwa perasaan takut itu terbagi kepada tiga tingkatan yaitu khauf, khasyyah dan haibah 6

Takut kepada Allah SWT., adalah penting dalam kehidupan seorang Mukmin. Sebab rasa takut itu yang mendorongnya untuk takwa kepada Allah SWT., dan mencari ridha-Nya, mengikuti ajaran-ajaran-Nya, meninggalkan larangan-Nya, dan melaksanakan perintah-Nya. Rasa takut kepada Allah SWT., dipandang sebagai salah satu tiang penyangga iman kepada-Nya dan merupakan landasan penting dalam pembentukan kepribadian seorang Mukmin.7

Selain itu, orang yang khauf akan disibukkan dengan muraqabah, muhasabah, mujahadahi dan dzikir. Dengan begitu seseorang akan senantiasa

6Mohd Amir Bin Japri, “Konsep …, hlm. 30, 31.

7Mei Dwi Jayanti, “Pengaruh…, hlm. 20.

(45)

30

merasa dekat dengan Allah SWT., Dan memperoleh kedamaian dan ketenangan dalam hidup karena meyakini bahwa kekuasaan berada di tangan- Nya. Pemahaman ini dapat diperoleh dengan menyempurnakan Ma’rifah. Dan Ma’rifah hanya diperoleh dengan ilmu. Jika ma’rifah telah dicapai maka tidak ada lagi yang ditakuti selain Allah SWT.

Apabila khauf kepada Allah SWT., berkurang dalam diri seseorang hamba, maka ini sebagai tanda mulai berkurangnya pengetahuan dirinya terhadap Rabb-Nya. Sebab orang yang paling tahu tentang Allah SWT., adalah orang yang paling takut kepada-Nya. Rasa khauf akan muncul dengan sebab beberapa hal, di antaranya: pertama, pengetahuan seseorang hamba akan pelanggaran-pelanggaran dan dosa- dosanya serta kejelekan- kejelekannya, kedua, pembenarannya akan ancaman Allah SWT.,, bahwa Allah SWT., akan menyiapkan siksa atas segala kemaksiatan, ketiga, mengetahui akan adanya kemungkinan penghalang antara dirinya dan taubatnya. 8

Apabila khauf kepada Allah SWT., berkurang dalam diri seseorang hamba, maka ini sebagai tanda mulai berkurangnya pengetahuan dirinya terhadap-Nya. Sebab orang yang paling tahu tentang Allah SWT., adalah orang yang paling takut kepada-Nya. Rasa khauf akan muncul dengan sebab beberapa hal, di antaranya: pertama, pengetahuan seseorang hamba akan pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosanya serta keburukannya, kedua, pembenarannya akan ancaman Allah SWT., bahwa Allah SWT., akan

8 Mohd Amir Bin Japri, “Konsep …, hlm. 32.

(46)

31

menyiapkan siksa atas segala kemaksiatan, ketiga, mengetahui akan adanya kemungkinan penghalang antara dirinya dan taubatnya.

2. Macam-Macam Khauf

Para ulama membagi khauf menjadi lima macam:

a. Khauf Ibadah, yaitu takut kepada Allah SWT., karena Dia Mahakuasa atas segala sesuatu, memuliakan siapa yang dikehendaki-Nya dan menghina siapa yang dikehendaki-Nya, dan menahan dari siapa yang dikehendaki- Nya. Di tangan-Nya-lah kemanfaatan dan kemudharatan. Inilah yang diistilah olah sebagian ulama dengan Khaufus-Sirr.

b. Khauf Syirik, yaitu memalingkan ibadah qalbiyah ini kepada selain Allah SWT., seperti kepada para Wali, Jin, Patung-patung, dan sebagainya.

c. Khauf Maksiat, seperti meninggalkan kewajiban atau melakukan hal yang diharamkan karena takut dari manusia dan tidak dalam keadaan terpaksa.

Allah SWT., berfirman, “Sesungguhnya mereka itu tidak lain syaitan- syaitan yang menakuti-nakuti (kamu) dengan kawan-kawannya (orang- orang musryik Quraisy), karena itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku jika kamu benar-benar orang-orang yang mengaku beriman.“

d. Khauf Tabiat, seperti takutnya manusia dari ular, takutnya singa, takut tenggelam, takut api, atau musuh, atau selainnya. Allah SWT., berfirman tentang Nabi Musa, “Karena itu, jadilah manusia di kota itu merasa takut menungggu dengan khawatir (akibat perbuatannya)”.

(47)

32

e. Khauf Wahm, yaitu rasa takut yaang tidak ada penyebabnya, atau penyebabnya tetapi ringan. Takut yang seperti ini amat tercela bahkan memasukkan pelaku ke dalam golongan para ornag-orang penakut.9

Menurut ibn Wazir sesungguhnya rasa takut itu akan membawa pada keamanan, maka tiada jalan untuk mendapatkan keamanan kecuali hanya dengan takut kepada Allah SWT., dan takut kepada Allah SWT., adalah perlambang orang-orang yang shalih.10

3. Pendapat Ulama terhadap Khauf

Sebagaimana dikemukakan oleh al-Ashfahani sebelumnya jelas bahwa khauf ber-ada pada tataran rasa. Oleh karena itu, khauf dapat dimaknai sebagai kegalauan yang menimpa hati membayangkan sesuatu yang tidak disukai yang akan menimpanya, atau membayangkan hilangnya sesuatu yang disukainya.

Adapun kebalikan dari khauf adalah rasa aman, ia dapat digunakan da- lam urusan dunia dan akhirat, timbul akibat memprediksikan terjadinya hal yang tidak disukai perasaan ini menimbulkan hati yang bersangkutan menjadi bergetar, tidak menentu gerakannya atau terkejut terhadap hal yang tidak di- sukai, baik karena akan terjadinya hal yang tidak disukai. Secara keseluruhan al-Ashfahani menganggap bahwa khauf itu bersifat naluriyah, ia selalu mendampingi manusia kapan dan dimana saja berada dia berada.

Rasa takut atau khauf, sebagaimana dijelaskan di atas, merupakan suatu hal yang manusiawi, sebab manusia tidak dapat menjamin dirinya selalu

9Mohd Amir Bin Japri, “Konsep …, hlm. 33.

10Mei Dwi Jayanti, “Pengaruh…, hlm. 16.

Referensi

Dokumen terkait