• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian tentang Pengembangan Kultur Sekolah dalam Pembentukan Karakter Siswa

A. Landasan Teori

4. Kajian tentang Pengembangan Kultur Sekolah dalam Pembentukan Karakter Siswa

Pendidikan memang tidak dapat dan tidak boleh dipisahkan dari kebudayaan. Proses pendidikan adalah proses pembudayaan, dan proses pembudayaan adalah proses pendidikan. Demikian pula dalam proses membangun karakter anak, salah satu strateginya dapat dilakukan melalui proses pembudayaan di lingkungan sekolah atau melalui budaya sekolah. Semua organisasi memiliki suatu kultur, tetapi bagi sekolah kultur lebih

70 Zubaedi, op. cit.,hlm. 177-184.

memiliki makna. Deal and Peterson (2009) dalam bukunya Zamroni mengatakan, dunia pendidikan menghadapi berbagai tantangan perubahan dan tujuan yang kompleks, sehingga kultur menempati peran lebih penting dibandingkan di dunia ekonomi. Suatu kultur sekolah memberikan kerangka untuk mengambil keputusan dan tindakan.72

Kutur sekolah juga merupakan filter nilai dan norma-norma dari luar sekolah. bahkan kultur akan menentukan bagaimana pedagogi diaplikasikan, bagaimana assesmen dilakukan, bagaimana komunikasi di antara sekolah, siswa dan orang tua siswa dikembangkan, dan bagaimana hubungan diantara para guru dilaksanakan. Apabila sekolah memiliki kultur yang positif dan kuat, harapan-harapan, kegiatan-kegiatan, dan pelaksanaan program akan berjalan lancar. Demikian pula, manakala kultur sekolah positif dan kuat, maka warga sekolah yaitu kepala sekolah, guru, dan siswa akan mampu mengatasi berbagai problem yang muncul dengan cara-cara tertentu yang sudah menunujukkan keberhasilannya, karena kultur merupakan “the way thigs are done here”. Kultur sekolah mengajarkan kepada semua warga bagaimana mereka seharusnya berperilaku. Tugas utama seorang kepala sekolah adalah mengembangkan dan menjaga kultur sekolah senantiasa berjalan dengan baik. Kepala sekolah yang baik adalah pengembang kultur sekolah. yakni, pola dasar asumsi, sistem nilai-nilai keyakinan dan kebiasaan-kebiasaan serta berbagai bentuk produk di sekolah yang akan mendorong semua warga sekolah untuk bekerjasama yang didasarkan saling percaya mempercayai, mengundang

72 Zamroni, op. cit., hlm. 64.

partisipasi seluruh warga, mendorong munculnya gagasan-gagasan baru, dan memberikan kesempatan untuk terlaksananya pembaharuan di sekolah yang semuanya ini bermuara pada why not the best ?73. Oleh karena itu, kultur sekolah akan dapat membentuk karakter siswa dalam sekolah tersebut.

Sesuai dengan Desain Induk Pendidikan karakter yang dirancang Kemendiknas tahun 2010 strategi pengembangan pendidikan karakter dapat dilakukan melalui transformasi budaya sekolah ( school culture ) dan habituasi melalui kegiatan pengembangan diri ( ekstrakurikuler ). Dalam kaitan pengembangan budaya sekolah yang dilaksanakan dalam kaitan pengembangan diri, Kemendiknas menyarankan melalui empat hal yaitu aktivitas rutin sekolah/pembiasaan rutin, aktivitas spontan/pembiasaan spontan, keteladanan/pembiasaan keteladanan, dan pengkondisian :

a. Aktivitas rutin sekolah

Aktivitas rutin merupakan aktivitas yang dilakukan murid secara terus menerus dan konsisten setiap saat.74 Pembiasaan rutin merupakan salah sau kegiatan pendidikan karakter yang terintegrasi dengan kegiatan sehari-hari di sekolah.75 Contoh aktivitas ini ialah upacara hari besar kenegaraan, pemeriksaan kebersihan badan (kuku, telinga, rambut, dan sebagainya) setiap hari Senin, beribadah bersama atau shalat bersama setiap Dhuhur (bagi yang beragama Islam), berdoa waktu mulai dan selesai

73

Ibid..

74 Novan Ardy Wiyani, Membumikan Pendidikan Karakter di SD (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2013), hlm. 104.

pelajaran, mengucap salam bila bertemu guru, tenaga kependidikan atau teman.

b. Aktivitas Spotan

Aktivitas spontan yaitu aktivitas yang dilakukan secara spontan pada saat itu juga.76 Aktivitas ini dilakukan biasanya pada saat guru dan tenaga kependidikan yang lain mengetahui adanya perbuatan yang kurang baik dari murid yang harus dikoreksi pada saat itu juga. Apabila guru mengetahui adanya perilaku dan sikap yang kurang baik, saat itu juga guru harus melakukan koreksi sehingga murid tidak akan melakukan tindakan yang tidak baik itu.77 Misalnya membuang sampah tidak pada tempatnya, berteriak sehingga mengganggu pihak lain, berkelahi, memalak, berlaku tidak sopan, mencuri, berpakaian tidak santun. Sikap dan perilaku murid yang baik maupun tidak baik, perlu mendapatkan reward, baik dalam bentuk pujian maupun sanksi. Misalnya: memperoleh nilai tinggi, menolong orang lain, memperoleh prestasi dalam kesenian, berani menentang atau mengkoreksi perilaku teman yang tidak terpuji.

c. Keteladanan

Keteladanan ialah sikap dan perilaku guru dalam memberikan contoh terhadap tindakan yang baik sehingga diharapkan menjadi panutan bagi murid untuk mencontohnya.78 Jika guru dan tenaga kependidikan yang lain menghendaki agar murid berperilaku dan bersikap sesuai dengan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa, maka guru dan tenaga kependidikan yang

76 Ibid., hlm. 104.

77 Ibid., hlm. 224.

lain ialah orang pertama yang harus memberikan contoh berperilaku dan bersikap sesuai dengan nilai-nilai itu. Misalnya berpakaian rapi, datang tepat waktu, bekerja keras, bertutur kata sopan, kasih sayang, perhatian terhadap murid, jujur dan menjaga kebersihan.

d. Pengkondisian

Untuk mendukung keterlaksanaan pendidikan budaya dan karakter bangsa, maka sekolah harus dikondisikan sebagai pendukung aktivitas itu. Sekolah harus mencerminkan kehidupan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa yang diinginkan. Misalnya toilet yang selalu bersih, bak sampah ada diberbagai tempat dan selalu dibersihkan, sekolah terlihat rapi alat belajar ditempatkan teratur.79

Sekolah merupakan suatu lembaga yang dirancang untuk melaksanakan proses belajar mengajar antara guru dengan murid. Sistem pendidikan di sekolah merupakan sistem pendidikan formal yang mana pelaksanaannya dilakukan secara terencana dan terperinci. Sekolah berfungsi mengembangkan kemampuan siswa dari segi hard skill, soft skill serta nilai-nilai kebaikan dalam diri mereka. Hal tersebut sejalan dengan Sjarkawi, yang mengemukakan bahwa sekolah sebagai lembaga pendidikan bertanggung jawab untuk meningkatkan kemampuan berpikir dan kecakapan siswa dalam menetapkan suatu keputusan untuk bertindak atau untuk tidak bertindak.80 Proses pengembangan karakter siswa di sekolah menurut Zamroni, memiliki pola: rencanakan, laksanakan, refleksi dan apa langkah selanjutnya. Tentu saja dengan pelaksanaan yang

79 Mahbubi, op. cit.,, hlm. 126.

80 Sjarkawi, Pembentukan Kepribadian Anak Peran Moral Intelektual, Emosional, dan Sosial Sebagai Wujud Integritas Membangun Jati Diri (Jakarta: Bumi Aksara, 2006). hlm. 42.

dilakukan secara berkesinambungan dan terus menerus. Hal tersebut dimaksudkan agar pendidikan karakter memanfaatkan pengalaman yang telah dilalui, tidak mengulang kesalahan, dan senantiasa memperbaiki tindakan yang telah dilakukan. 81 Agar nilai-nilai karakter terintegrasi dengan baik pada diri siswa proses implementasi pendidikan karakter harus berlangsung secara terus menerus. Upaya yang dilakukan agar pendidikan karakter dapat berjalan berkesinambungan adalah dengan melaksanakannya melalui pembiasaan atau budaya sekolah. Implementasi pendidikan karakter akan berjalan dengan baik apabila berjalan secara alami, fleksibel dan tidak dirasakan sebagai suatu yang kaku salah satunya adalah dengan menerapkannya melalui budaya sekolah.

Pengembangan nilai-nilai dalam pendidikan karakter melalui budaya sekolah mencakup semua kegiatan-kegiatan yang dilakukan kepala sekolah, guru, konselor, tenaga administrasi dan siswa. Budaya sekolah adalah suasana kehidupan sekolah dimana anggota masyarakat sekolah saling berinteraksi. Interaksi yang terjadi meliputi antara siswa berinteraksi dengan sesamanya, kepala sekolah dengan guru, guru dengan guru, guru dengan siswa, konselor dengan siswa dan sesamanya, pegawai administrasi dengan siswa, guru dan sesamanya. Interaksi tersebut terikat oleh berbagai aturan, norma, moral serta etika bersama yang berlaku di suatu sekolah. Kepemimpinan, keteladanan, keramahan, toleransi, kerja keras, disiplin, kepedulian sosial, kepedulian lingkungan, rasa kebangsaan, tanggung jawab dan rasa memiliki merupakan sebagian dari nilai-nilai yang dikembangkan dalam budaya sekolah. Setiap

81 Zamroni, Pendidikan Demokrasi pada Masyarakat Multikultural (Yogyakarta: Gavin Kalam Utama, 2011), hlm. 178.

komponen dalam sekolah baik kepala sekolah, guru, maupun karyawan memiliki peranan dalam proses implementasi nilai-nilai karakter di sekolah. Setiap komponen tersebut berperan dalam membentuk budaya sekolah dengan secara terus menerus dan berkesinambungan menkomunikasikan tentang tujuan atau pencapaian yang diharapkan sekolah, memelihara nilai, moral, nilai karakter, dan budaya-budaya positif yang telah tertanam di sekolah sebelumnya. Sementara, dalam pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa, Berikut merupakan nilai-nilai budaya karakter bangsa yang ingin diwujudkan oleh Kemendiknas dan tertulis dalam pedoman sekolah tahun 2010:

a. Religius

Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.

b. Jujur

Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan. c. Toleransi

Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.

d. Disiplin

Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.

e. Kerja Keras

Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.

f. Kreatif

Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.

g. Mandiri

Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.

h. Demokratis

Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.

i. Rasa Ingin Tahu

Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar. j. Semangat Kebangsaan

Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya. k. Cinta Tanah Air

Cara berfikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa.

l. Menghargai Prestasi

Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.

m. Bersahabat/Komunikatif

Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain.

n. Cinta Damai

Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya.diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara

o. Gemar Membaca

Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya.

p. Peduli Lingkungan

Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.

q. Peduli Sosial

Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.

Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan.

Dokumen terkait