• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN TEOR

Dalam dokumen Apakah yang dimaksud dengan Dumping (Halaman 70-80)

Bab IV Daftar Pustaka

KAJIAN TEOR

A. Teori Persaingan Dagang

Teori Persaingan Dagang adalah sisi lain dari konflik internasional yang merupakan aspek dalam hubungan intrrnasional antara negara, melakukan persaingan dagang baik itu berupa barang atau jasa, baik kualitas maupun

kuantitas, sampai persaingan harga untuk merebut konsumen mencari barang yang sangat murah dengan kualitas yang bagus. Banyaknya persaingan perdagangan disebuah negara baik itu didalam negeri maupun luar negeri membuat para produsen mencari cara singkat untuk mendapatkan laba yang sebesar-besarnya.

Yang paling terlihat persaingan harga dan tentu kualitas barangm bagaimana

memproduksi abrang dengan harga yang murah namun kualitas barang tidak kalah dengan barang yang harganya mahal, walau hanya mendapat keuntungan yang sedikit tetapi untung terus-menerus.

B. Pengertian Perdagangan Internasional

Perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan bersama. Penduduk yang dimaksud dapat berupa antara perorangan (individu dengan individu), antara individu dengan pemerintah suatu negara atau penerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain. Dibanyak negara, perdagangan intrnasional menjadi salah satu faktor utama untuk meningkatkan devisa negara. Perdagangan internasional turut mendorong industrialisasi, kemajuan transportasi, globalisasai dan kehadiran perusahaan multinasional (Perdagangan Internasional dari

Wikipedia Indonesia)

Teori Perdagangan Internasional menurut Amir M.S bila dibandingkan dengan pelaksanaan perdagangan di dalam negeri , perdagangan internasional sangatlah rumit dan kompleks. Kerumitan tersebut antara lain disebabkan karena adanya batas-batas politik dan kenegaraan yang dapat menghambat perdagangan, misalnya dengan adanya bea, tarif. Selain itu, kesulitan lainnya timbul karena adanya

perbedaab budaya, bahasa, mata uang, dan hukum perdagangan (Wikipedia Indonesia )

Dumping adalah suatu kebijakan negara atau perusahaan dari suatu negara untuk menjual produknya di luar negeri dengan harga yang lebih rendah bandingkan terhadap harga jual produk itu di dalam negeri itu•sendiri.

Pengertian dumping dalam konteks hukum perdagangan internasional adalah suatu bentuk diskriminasi harga internasional yang dilakukan oleh sebuah perusahaan atau negara pengekspor, yang menjual barangnya dengan harga lebih rendah di pasar luar negeri dibandingkan di pasar dalam negeri sendiri, dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan atas produk ekspor tersebut.

Menurut kamus hukum ekonomi dumping adalah praktik dagang yang dilakukan eksportir dengan menjual komoditi di pasaran internasional dengan harga kurang dari nilai yang wajar atau lebih rendah daripada harga barang tersebut di negerinya sendiri atau daripada harga jual kepada negara lain, pada umumnya, praktik ini dinilai tidak adil karena dapat merusak pasar dan merugikan produsen pesaing di negara pengimport.

Menurut Robert Willig ada 5 tipe dumping yang dilihat dari tujuan eksportir, kekuaran pasar dan struktur pasar import, antara lain :

1. Market Expansion Dumping

Perusahaan pengekspor bisa meraih untung dengan menetapkan “mark up” yang lebih rendah dipasar import karena menghadapi elastisitas permintaan yang lebih besar selama harga yang ditawarkan rendah.

Motivasi dumping jenis ini muncul dari adanya biaya marginal yang luar biasa rendah atau tidak jelas, kemungkinan biaya produksi yang menyertai kondisi dari kelebihan kapasitas produksiyang terpisah dari pembuatan produk terkait.

3. State Trading Dumping

Latar belakang dan motivasinya mungkin sama dengan kategori dumping lainnya, tapi yang menonjol adalah akuisisi.

4. Strategic dumping

Strategi yang dilakukan negara pengekspor yang merugikan perusahaan di negara pengimpor melalui strategis keseluruhan, baik dengan cara pemotongan harga ekspor maupun dengan pembatasan masuknya produk yang sama ke pasar negara pengekspor.

5. Predatory Dumping

Istilah predatory dumping dipakai pada ekspor dengan harga rendah dengan tujuan mendepak pesaing dari pasar, dalam rangka memperoleh kekuatan monopoli

dipasar negara pengimpor. Akibat terburuk dari dumping jenisbini adalah matinya perusahaan-perusahaan yang memproduksi barang sejenis.

Syarat yang harus dipenuhi dalam kebijakan dumping yaitu :

 Kekuatan monopoli di dalam neferi lebih besar daripada luar negeri,

sehingga kurva permintaan di dalam negeri lebih inelastis dibanding kurva permintaan di luar negeri.

 Terdapat hambatan yang cukup kuat sehingga konsumen dalam negeri tidak dapat membeli barang dari luar negeri.

Beberapa negara yang pernah mengalami politik dumping 1. Tuduhan Praktek Dumping yang dilakukan oleh Indonesia :

Pada Sengketa Anti-Dumping Produk Kertas dengan Korea Selatan” Indonesia sebagai negara yang melakukan perdagangan internasional dan juga anggota dari WTO, pernah mengalami tuduhan praktek dumping pada produk kertas yang diekspor ke Korea Selatan. Kasus ini bermula ketika industri kertas Korea Selatan mengajukan petisi anti-dumping terhadap produk kertas Indonesia kepada Korean Trade Commission (KTC) pada 30 September 2002. Perusahaan yang dikenakan tuduhan dumping adalah PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk, PT. Pindo Deli Pulp & Mills, PT. Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk dan April Pine Paper Trading Pte Ltd.

Produk kertas Indonesia yang dikenai tuduhan dumping mencakup 16 jenis produk, tergolong dalam kelompok uncoated paper and paper board used for writing,

printing, or other graphic purpose serta carbon paper, self copy paper and other copying atau transfer paper.

Indonesia untuk pertama kalinya memperoleh manfaat dari mekanisme penyelesaian sengketa atau Dispute Settlement Mechanism (DSM) sebagai pihak penggugat utama (main complainant) yang merasa dirugikan atas penerapan peraturan perdagangan yang diterapkan oleh negara anggota WTO lain. Indonesia mengajukan keberatan atas pemberlakuan kebijakan anti-dumping Korea ke DSM dalam kasus Anti-Dumping untuk Korea-Certain Paper Products.

Penyelesaian :

Indonesia berhasil memenangkan sengketa anti-dumping ini. Investigasi anti- dumping juga harus dihentikan jika fakta dilapangan membuktikan bahwa marjin dumping dianggap tidak signifikan (dibawah 2% dari harga ekspor). Atau jika volume impor dari suatu produk dumping sangat kecil atau volume impor kurang dari 3% dari jumlah ekspor negara tersebut ke negara pengimpor. Tapi investigasi juga akan tetap berlaku jika produk dumping impor dari beberapa negara

pengekspor secara bersamaan diperhitungkan berjumlah 7% atau lebih. memang Indonesia melakukan Dumping, hanya saja Korsel bisa ditetapkan bersalah karena tidak melakukan penelitian dan penghitungan seperti yang ditetapkan dalam ketentuan WTO sehingga suatu negara bisa menetapkan Bea Masuk Anti-dumping.

Pada mulanya harga produk kertas Korsel tinggi dan juga produsen kertas korsel tidak dapat memenuhi beberapa permintaan pasar. Pada saat itulah masuk produk kertas Indonesia dengan harga yang lebih murah (termasuk jika

dibandingkan dengan harga di pasar Indonesia) dan juga dengan produk yang memiliki fungsi / nilai substitusi atas produk kertas yang tidak dapat dipenuhi produsen kertas korsel, hal ini disebut juga dengan “Like Product”. Karena hal inilah maka produk kertas Indonesia lebih banyak diminati oleh pasar di Korsel, sedangkan kertas produk Korsel sendiri menurun penjualannya. Itulah mengapa Korsel menetapkan BMAD terhadap produk kertas yang masuk dari Indonesia, untuk melindungi produk dalam negerinya.

Sayangnya Korsel tidak mengikuti ketentuan penetapan Anti-Dumping dalam WTO, untuk melakukan penyelidikan sebelum menetapkan bea anti dumping. Dalam keputusan WTO, Indonesia dimenangkan dalam keputusan panel.

2. Praktek Dumping yang dilakukan China terhadap Amerika

Di Amerika mengalami kenaikan tajam akan barang – barang impor. Terutama barang – barang yang berasal dari China. Hal ini disebabkan China melakukan praktek politik dumping terhadap pasar di Amerika. Terutama dalam barang impor berupa ban yang berasal dari China. Ban yang berasal dari China ini, harganya di pasaran relatif dibuat lebih murah di Amerika. Hal ini menyebabkan pengusaha – pengusaha ban di Amerika mengalami kerugian karena ban yang mereka produksi menjadi kurang laku di pasar. Hal ini menyebabkan Amerika melakukan tindakan proteksionis untuk melindungi pengusaha – pengusaha ban yang ada di Negara-nya sendiri. Kebijakan Amerika dengan menerapkan tarif impor lebih mahal untuk produk barang – barang China. Hal ini dimulai dengan memberikan tarif tambahan sebesar 35% terhadap ban-ban buatan China selama satu tahun. Kemudian

ditambah dengan tarif impor tambahan sebesar 30% dan 25% dalam dua tahun ke depan. Amerika juga mencurigai China sengaja menekan nilai tukar Yuan di bawah nilai yang sebenarnya agar harga ekspor Negara China menjadi murah.

Penyelesaian

Kebijakan Politik Dumping yang dilakukan China terhadap Amerika sangat merugikan pengusaha ban di Amerika. Jika ini berlanjut akan dapat merusak hubungan antar kedua Negara. Oleh karena itu, China sudah seharusnya

menghentikan kebijakan yang dilakukannya tersebut. tersebut. Karena, Amerika juga telah melakukan kebijakan anti dumping, untuk menutup kerugian yang ditimbulkan, sehingga praktek yang dilakukan China tidak akan mendapat untung. BAB III

Negara Pencetus Politik Dumping

Negara yang pertama kali menggunakan politik dumping adalah Jepang, China, dan Singapura. Dalam melaksanakan politik dumping, keuntungan bukanlah hal yang utama sebab yang paling penting produk negaranya bisa dikenal dinegara tujuan ekspor, jadi intinya promosi.

Diantara ketiga negara yang disebutkan diatas, Jepang adalah negara yang paling awal menggunakan politik dumping ,bahkan sebelum perang dunia ke-2. Pada dasarnya, politik dumping merupakan bagian dari politik penjajahan Jepang atas Asia.

Indikasinya, setelah perang dunia ke-1, kaum industriawan Jepang ( Zaibatsu ) bersatu dengan militer Jepang dan tergabung dalam departemen pertahanan Jepang ( Gunbatsu ) yang pengaruhnya cukup besar dalam bidang politik serta

menentukan siistem ekonomi untuk merebut pangsa pasar Asia dengan politik Dumping.

Kriteria politik Dumping

Ada beberapa kriteria negara yang menggunakan politik dumping yaitu :

 Negara memiliki tingkat perekonomian yang kuat dan stabil

 Produktivitas barangnya termasuk tinggi, bahkan berlebih

 Kualitas produk berstandar internasional ( ISO )

 Mampu mempengaruhi pangsa pasar internasional untuk menggunakan produknya

 Keuntungan jangka panjanjian

Celakanya, politik dumping justru merusak harga barang negara tujuan ekspor, sebab barang-barang negara setempat dengan kualitas yang relatif sama tapi harganya lebih mahal. Mudah ditebak, akibatnya konsumen lebih memilih barang yang lebih murah dengan kualitas barang yang tak jauh beda. Dengan demikian para pedagang lokal yang menjual barang sejenis akan menjerit akibat adanya kebijakan politik dumping ini.

Maka, wajar saja jika politik dumping dikutuk oleh WTO ( World Trade

Organization ) meskipun organisasi perdagangan dunia ini tidak melarang secara resmi dan tegas, namun dampaknya sangat terasa oleh negara tujuan ekspor apalagi dalam menghadapi free trade (perdagangan bebas).

Sebenarnya, dalam penandatanganan FTA ( Free Trade Association ) asosiasi perdagangangan bebas Asia dan China, disana terdapat perjanjian, bebas biaya masuk antar anggota tanpa merugikan sistem ekonomi yang dianut oleh masing- masing anggota. Tentu saja dengan pembebasan biaya masuk ini sudah mengurangi salah satu elemen yang akan menetukan harga dasar suatu produk. Dengan

kebijakan pembebasan biaya masuk ini saja sebenarnya negara produsen bisa mengekspor barang ke negara tujuan dengan harga miring tanpa harus

menggunakan politik dumping.

Maka berdasarkan perjanjian tersebut, politik dumping sudah jelas tidak sesuai dengan tujuan perdagangan bebas sendiri, meskipun pada kenyataannya ada saja negara yang melanggar perjanjian, terutama China yang sering kali dituduh melakukannya. Kondisi pasar nasional Indonesia sangat terpengaruh dengan

kebijakan yang dilakukan eksportir china ini yang terkenal dengan produk unggul namun berharga murah.

Indonesia sendiri tak lepas dari isu politik dumping, seperti pada pertengahan 2010. Isu politik dumping soal lemabran kacabening (certain clear loat glass), dituduhkan Australia kepadatiga perusahaan kaca Indonesia, yaitu PT.Ashahimas Flat Glass, PT.Tossa Sakti, dan PT.Mulia Glass.

Ketiga perusahaan ini dituduh sebagai penyebab kerugian perusahaan kaca

Australia, apalagi Indonesia menguasai 25% pangsa pasar kaca dinegara tersebut dengan nilai USD 442 dan kuantitasnya mencapai 4500 ton/hari, sehingga ekspor kaca ke negara Kangguru itu harus melalui bea anti-dumping.

Politik dumping sekalipun bertujuan promosi agar bisa masuk ke dalam pasar di negara tertentu, tetap saja bukan perbuatan yang bisa dibenarkan terutama oleh para pedagang lokal di negara tujuan ekspor yang menjual barang yang sama. Kalaupun mau menggunakan politik dumping, harga tersebut harus tetap bisa bersaing dengan para pedagang lokal negara tujuan dan hal ini sebenarnya mustahil dilakukan.

Tindakan dumping dianggap suatu “perdagangan yang tidakjujur” karma itu dapat dilakukan tindakan balasan oleh negara tempat dumping itu berlaku.

B bisa melepas A berupa pengenaan bea imbangan (counter vailing duties/ CVD). Hal ini karena produk B terancam, Bea tersebut sebagai kebijakan anti dumping. Praktek dumping merupakan praktek dagang yang tidak fair, karena bagi negara pengimpor, praktek dumping akan menimbulkan kerugian bagi dunia usaha atau industri barang sejenis dalam negeri, dengan terjadinya banjir barang-barang dari

pengekspor yang harganya jauh lebih murah daripada barang dalam negeri akan mengakibatkan barang sejenis kalah bersaing, sehingga pada akhirnya akan mematikan pasar barang sejenis dalam negeri, yang diikuti munculnya dampak ikutannya seperti pemutusan hubungan kerja massal, pengganguran dan

bangkrutnya industri barang sejenis dalam negeri.

Praktek anti-dumping adalah salah satu isu penting dalam menjalankan

perdagangan internasional agar terciptanya fair trade. Mengenai hal ini telah diatur dalam Persetujuan Anti-Dumping (Anti-Dumping Agreement atau Agreement on the Implementation of Article VI of GATT 1994). Tarif yang diikat (binding tariff) dan pemberlakuannya secara sama kepada semua mitra dagang anggota WTO merupakan kunci pokok kelancaran arus perdagangan barang.

Dalam dokumen Apakah yang dimaksud dengan Dumping (Halaman 70-80)

Dokumen terkait