• Tidak ada hasil yang ditemukan

Apakah yang dimaksud dengan Dumping

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Apakah yang dimaksud dengan Dumping"

Copied!
98
0
0

Teks penuh

(1)

Apakah yang dimaksud dengan Dumping???

Praktek dumping merupakan sebuah usaha menjual barang diluar negeri lebih murah ketimbang menjual produknya didalam negerinya sendiri. Bagi Negara yang terkena Dumping jelas merupakan sebuah kerugian besar, karena akan menimbulkan banjirnya barang-barang ekspor yang mampu mengakibatkan produksi dalam negeri kalah bersaing. Apabila para produsen dalam negeri tidak mapu bersaing jelas merupakan kerugian besar. Hal ini dapat memberikan dampak pada Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) massal, pengangguran bahkan

bangkrutnya industri lokal yang memiliki produk sejenis.

Menurut Ilmu ekonomi dumping diartikan : Dumping is traditionally defined as selling at a lower price in one national market than in anotherr".dikatakan

dumping apabila memenuhi 3 kriteria :

(1) Produk ekspor suatu negara telah diekspor dengan melakukan dumping.

(2) Akibat dumping tersebut telah mengakibatkan kerugian secara material

(3) Adanya hubungan kausal (causal link) antara dumping yang dilakukan dengan akibat kerugian (injury) yang terjadi.

(2)

Di Indonesia sendiri praktek dumping telah dilarang dan telah ditetapkan dalam Undang-Undang. Ketentuan-ketentuan dalam UU No. 5 Tahun 1999

meliputi perjanjian yang dilarang dan kegiatan yang dilarang. Terhadap perjanjian yang dilarang yang terkait dengan penetapan harga adalah pasal 5, pasal 6, pasal 7, dan pasal 8. Namun pendekatan yang digunakan dalam pasal 5 dengan pasal 7 dan 8 berbeda, pasal 5 termasuk per seilegal sedangkan pasal 7 dan 8 termasuk rule of reason. Terhadap kegiatan yang dilarang terkait dengan menjual di bawah harga pasar adalah pasal 20 (rule of reason).

Jika diperhatikan pengertian dumping sebagaimana yang telah dibahas di atas maka prkatek dumping harus memenuhi 3 kriteria sebagaimana telah

disinggung di atas bahwa untuk bisa mengenakan BMAD harus memenuhi kriteria:

1. Produk ekspor suatu negara telah diekspor dengan melakukan dumping.

2. Akibat dumping tersebut telah mengakibatkan kerugian secara material

3. Adanya hubungan kausal (causal link) antara dumping yang dilakukan dengan akibat kerugian (injury) yang terjadi.

(3)

panjang akan merugikan konsumen dan termasuk industri pesaing yang memiliki industri barang yang sejenis. Tentunya apabila tujuannya untuk menyingkirkan pesaing maka jelas merupakan persaingan yang tidak sehat dan menjadi

pengawasan dari KPPU.

Pengertian Dumping

Barang Dumping adalah barang yang diimpor dengan tingkat Harga Ekspor yang lebih rendah dari Nilai Normalnya di negara pengekspor

• Subsidi adalah :

a. Setiap bantuan keuangan yang diberikan oleh pemerintah atau badan pemerintah baik langsung atau tidak langsung kepada perusahaan, industri, kelompok industri, atau eksportir

b. Setiap bentuk dukungan terhadap pendapatan atau harga yang diberikan secara langsung atau tidak langsung untuk meningkatkan ekspor atau menurunkan impor dari atau ke negara yang bersangkutan

Ketentuan Umum

A. Bea Masuk Anti Dumping

(4)

selisih antara nilai normal dengan harga ekspor dari barang dumping. Nilai normal adalah harga yang sebenarnya dibayar atau akan dibayar untuk barang sejenis di pasar domestik negera pengekspor untuk tujuan konsumsi.

B. Bea masuk Imbalan

Bea Masuk Imbalan dikenakan terhadap barang yang mengandung subsidi yang menyebabkan kerugian bagi industri dalam negeri Besarnya Bea Masuk Imbalan adalah setinggi-tingginya sama dengan subsidi neto

Subsidi neto adalah selisih antara subsidi dengan :

a. biaya permohonan, tanggungan atau pungutan lain yang dikeluarkan untuk memperoleh subsidi, dan/atau

b. pungutan yang dikenakan pada saat ekspor untuk pengganti subsidi yang diberikan kepada barang ekspor tersebut

Dalam hal importasi barang yang bersangkutan dapat dikenakan Bea Masuk Antidumping dan Bea Masuk Imbalan secara bersamaan, maka harus

dikenakan salah satu yang tertinggi.

Komite anti Dumping

Untuk menangani masalah dumping dan imbalan, pemerintah dalam hal ini Menteri Perindustrian dan Perdagangan membentuk KOMITE ANTI

(5)

Depkeu dan departemen atau lembaga non departemen terkait lainnya.

Komite tersebut bertugas :

1. melakukan penyelidikan terhadap Barang Dumping dan Barang Mengandung Subsidi

2. mengumpulkan, meneliti dan mengolah bukti dan informasi

3. mengusulkan pengenaan Bea Masuk Anti Dumping dan Bea Masuk Imbalan

4. melaksanakan tugas lain yang ditetapkan oleh Menteri Perindustrian dan Perdagangan

5. membuat laporan pelaksanaan tugas.

Tahap pertama dari proses Anti Dumping adalah penyelidikan oleh Komite Anti Dumping yang dilaksanakan oleh TIM OPERASIONAL ANTI

DUMPING (TOAD) atas barang impor yang diduga sebagai barang Dumping dan/atau barang mengandung subsidi yang menyebabkan

kerugian. Bagi industri dalam negeri inisiatif untuk melakukan penyelidikan tersebut dapat dilakukan atas inisiatif dari komite sendiri atau karena

permohonan industri dalam negeri.

(6)

Penyelidikan harus diakhiri dalam waktu 12 bulan sejak keputusan dimulainya penyelidikan, namun dalam hal tertentu dapat diperpanjang menjadi selama-lamanya 18 bulan.

Dalam hal terbukti adanya dumping, komite menyampaikan besarnya marjin dumping dan/atau subsidi netto dan mengusulkan pengenaan Bea Masuk Antidumping atau Bea Masuk Imbalan kepada Menteri Perindustrian dan Perdagangan. Menperindag memutuskan besarnya nilai tertentu untuk

pengenaan Bea Masuk Antidumping atau Bea Masuk Imbalanyang besarnya sama dengan atau lebih kecil dari Marjin Dumping dan/atau Subsidi Netto.

Atas dasar keputusan Menperindag tersebut, Menteri Keuangan menetapkan besarnya Bea Masuk Antidumping atau Bea Masuk Imbalan. Dalam hal tidak terbukti, komite menghentikan penyelidikan dan melaporkan kepada Menteri Perindustrian dan Perdagangan.

Bukti dan Tindakan

Dalam melaksanakan penyelidikan, TOAD memberitahukan kepada pihak yang berkepentingan mengenai informasi yang diperlukan dan memberikan kesempatan kepada mereka untuk menyampaikan bukti-bukti secara tertulis. Khusus untuk eksportir atau produsen luar negeri, diberi kesempatan untuk menjawab pertanyaan yang diajukan komite dalam waktu maksimal 30 hari. Untuk kepentingan penelitian kebenaran informasi, komite dapat melakukan penyelidikan di luar negeri, sepanjang mendapat

(7)

• UU No. 10 Tahun 1995 tentang KepabeananPeraturan Pemerintah No. 34 Tahun 1996 tentang Bea Masuk

Anti Dumping dan Bea Masuk Imbalan

• Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan No:

430/MPP/Kep/9/1999 tentang Komite Antidumping Indonesia dan Tim Operasional Antidumping

• Surat Edaran Dirjen Bea dan No. SE-19/BC/1997 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemungutan Bea Masuk Anti Dumping/Sementara

Menurut Robert Willig ada 5 tipe dumping yang dilihat dari tujuan eksportir, kekuaran pasar dan struktur pasar import, antara lain:

1. Market Expansion Dumping

Perusahaan pengeksport bisa meraih untung dengan menetapkan “mark-up” yang lebih rendah di pasar import karena menghadapi elastisitas permintaan yang lebih besar selama harga yang ditawarkan rendah.

2. Cyclical Dumping

(8)

3. State Trading Dumping

Latar belakang dan motivasinya mungkin sama dengan kategori dumping lainnya, tapi yang menonjol adalah akuisisi.

4. Strategic Dumping

Istilah ini diadopsi untuk menggambarkan ekspor yang merugikan perusahaan saingan di negara pengimpor melalui strategis keseluruhan negara pengekspor, baik dengan cara pemotongan harga ekspor maupun dengan pembatasan masuknya produk yang sama ke pasar negara

pengekspor. Jika bagian dari porsi pasar domestik tiap eksportir independen cukup besar dalam tolok ukur skala ekonomi, maka memperoleh keuntungan dari besarnya biaya yang harus dikeluarkan oleh pesaing-pesaing asing. 5. Predatory Dumping

Istilah predatory dumping dipakai pada ekspor dengan harga rendah dengan tujuan mendepak pesaing dari pasar, dalam rangka memperoleh kekuatan monopoli di pasar negara pengimpor. Akibat terburuk dari dumping jenis ini adalah matinya perusahan-perusahaan yang memproduksi barang sejenis.

Adapun Kriteria dumping yang dilarang oleh WTO adalah dumping oleh suatu negara yang:

1. Harus ada tindakan dumping yang LTFV (less than fair value)

(9)

3. Adanya hubungan sebab-akibat antara harga dumping dengan kerugian yang

terjadi. Seandainya terjadi dumping yang less than fair value tetapi tidak menimbulkan kerugian, maka dumping tersebut tidak dilarang.

Praktek dumping merupakan praktek dagang yang tidak fair, karena bagi negara pengimpor, praktek dumping akan menimbulkan kerugian bagi dunia usaha atau industri barang sejenis dalam negeri, dengan terjadinya banjir barang-barang dari pengekspor yang harganya jauh lebih murah daripada barang dalam negeri akan mengakibatkan barang sejenis kalah bersaing, sehingga pada akhirnya akan mematikan pasar barang sejenis dalam negeri, yang diikuti munculnya dampak ikutannya seperti pemutusan hubungan kerja massal, pengganguran dan bangkrutnya industri barang sejenis dalam negeri.

Kapan praktik dumping masuk pada pengawasan KPPU jika, memang dampak dari praktik dumping tersebut dapat mengakibatkan persaingan usaha tidak sehat. Dengan demikian maka KPPU harus dapat menilai apakah maksud dari praktik dumping maupun (predatory pricing) bahwa memang ada pesaing-pesaing usaha anggota perjanjian kartel bertujuan untuk menyingkirkan pesaing usaha lain dari pasar (harga pasar yang sangat rendah). Ini adalah strategi hambatan klasik, di mana para pesaing usaha tidak lagi bersaing berdasarkan instrumen penawaran, melainkan

(10)

terhadap persaingan, ataupun ingin menjadi posisi dominan (abuse of dominant position) maka KPPU bisa menangani kasus tersebut.

Sebagai kesimpulan dari hasil pembahasan dan analisa tersebut di atas maka praktik dumping merupakan rezim dari Hukum Perdagangan Internasional di bawah kendali WTO. Sanksi yang diberikan apabila terbukti melakukan praktik dumping dikenakan sanksi berupa BMAD, apabila pihak yang dikenai sanksi keberatan terhadap BMAD maka dapat mengajukan keberatan ke panel WTO melalui Komisi Antidumping di DSB (Dispute Settlement Body).

Sementara menjual harga di bawah harga pasar maupun melakukan predatory price dalam kacamata hukum persaingan akan menghambat adanya persaingan sehat. Praktik dumping dalam jangka pendek

menguntungkan konsumen namun pada jangka panjang akan merugikan konsumen dan termasuk industri pesaing yang memiliki industri barang yang sejenis. Tentunya apabila tujuannya untuk menyingkirkan pesaing maka jelas merupakan persaingan yang tidak sehat dan menjadi pengawasan dari KPPU.

HUKUM DAGANG INTERNASIONAL (TEORI DUMPING)

Pesatnya dinamika perkembangan perdagangan Internasional menyisakan sejumlah permasalahan sebagai implikasi dari kegiatan perdagangan Internasional itu

sendiri. Permasalahan-permasalahan tersebut dapat mengkristal menjadi hambatan yang dapat mendorong terjadinya degradasi hubungan yang harmonis dalam

(11)

merupakan tuntutan sangat penting yang tidak boleh diabaikan. Masalah terbesar yang mudah diidentifikasi dan yang paling sering terjadi adalah justru terkait dengan pelanggaran prinsip kejujuran dan fair yang mengakibatkan terjadinya praktik dagang yang tidak sehat (unfair trade practices) dalam melaksanakan aktivitas perdagangn Internasional.

Salah satu diantara bentuk praktek tidak sehat dalam perdagangan Internasional adalah dumping dan penerima subsidi negara. Sebenarnya apakah yang dimaksud dengan dumping dan subsidi negara? Apakah dumping akan menyebabkan

kerugian? Bagaimana cara menanggulangi adanya kemungkinan praktek perdagangan tidak sehat seperti dumping? Dalam bab ini akan dijabarkan satu persatu mengenai dumping dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang mendasar seputar dumping.

Dumping adalah suatu keadaan dimana barang-barang yang diekspor oleh suatu Negara ke Negara lain dengan harga yang lebih rendah dari harga jual di dalam negerinya sendiri atau nilai normal dari barang tersebut. Hal ini merupakan praktek curang yang dapat mengakibatkan distorsi dalam perdagangan Internasional.

Menurut Kamus Lengkap Perdagangan Internasional, dumping adalah penjualan suatu komoditi di suatu pasar luar negeri pada tingkat harga yang lebih rendah dari nilai wajar, biasanya dianggap sebagai tingkat harga yang lebih rendah daripada tingkat harga di pasar domestiknya atau negara ketiga.

(12)

Ketika terjadi praktek dumping, akibat yang kemudian muncul tidak selalu merugikan. Bahkan sering juga terjadi praktek dumping justru merugikan pelaku dumping itu sendiri. Karena harga jual yang terlalu murah tersebut tidak dapat menutupi biaya produksi. Sehingga, dalam kasus seperti ini yang diuntungkan adalah konsumen di Negara dimana praktek dumping itu terjadi. Jadi, yang

berbahaya adalah praktek dumping yang menimbulkan kerugian, tepatnya kerugian materil atau material injury bagi produsen lokal. Dumping seperti inlah yang termasuk kedalam persaingan usaha tidak sehat. Pada dasarnya, terdapat dua bentuk dumping, yaitu:

1. Dumping yang bersifat perampasan (predatory dumping)

Yaitu apabila perusahaan melakukan diskriminasi dan menguntungkan pembeli untuk sementara waktu dengan tujuan untuk menghilangkan saingan. Setelah mendapatkan pelanggan tetap dan menyingkirkan pesaing, maka harga akan dinaikkan kembali. Hal ini mirip dengan predatory pricing dalam mata kuliah Hukum Persaingan Usaha, yang mana tindakan seperti ini jelas merupakan persaingan usaha yang tidak sehat.

1. Dumping yang dilakuakn terus-menerus (persistent dumping)

Biasanya bentuk dumping ini tidak dilakukan karena pada dasarnya hanya akan menguntungkan konsumen.

(13)

mematikan pasar barang sejenis dalam negeri, yang diikuti munculnya dampak ikutannya, seperti pemutusan hubungan kerja massal, pengangguran, dan bangkrutnya industri sejenis dalam negeri.

Oleh karena dapat merugikan bagi perekonomian Negara, maka dibuatlah seperangkat praturan anti dumping dan antisubsidi untuk melindungi produsen lokal dan tingkat perekonomian negara, aturan-aturan tersebut di Indonesia antara lain:

1. Undang nomor 17 tahun 2006 tentang Perubahan atas Undang-Undang nomor 10 tahun 1995 tentang Kepabeanan

2. Peraturan Pemerintah nomor 34 tahun 1996 tentang Bea Masuk Anti dumping dan Bea Masuk Imbalan

Sedangkan instrumen perlindungan Internasional terhadap dumping antara lain dalam Pasal VI ayat 1 GATT 1947 yang memberikan kriteria umum bahwa dumping yang dilarang GATT adalah dumping adalah dumping yang dapat

menimbulkan kerugian materil, baik terhadap industri yang sudah berdiri maupun telah menimbulkan hambatan pada pendirian industri domestik.

(14)

Jika suatu Negara terbukti telah menjual harga produknya di bawah harga normal dan menimbulkan kerugian materil, pasal VI ayat 2 GATT mengatur masalah

tentang margin dumping yang dapat diterapkan terhadap produk tersebut. Persetujuan atas implementasi article VI GATT dikenal sebagai Anti-Dumping Agreement (ADA) dimana menyediakan perluasan lebih lanjut atas prinsip-prinsip dasar dalam Article VI GATT itu sendiri, memerintahkan investigasi, ketentuan dan aplikasi bea anti dumping.

Dalam artikel VI GATT 1994 (pembaharuan GATT 1947), para anggota WTO dapat membebankan/mengenakan anti dumping measures jika setelah investigasi sesuai dengan persetujuan, suatu ketentuan dbuat, yaitu: (a) bahwa dumping sedang terjadi, (b) bahwa industri domestik memproduksi produk yang sama di negara pengimpor mendapatkan/memperoleh material injury dan (c) bahwa ada suatu hubungan sebab-akibat (kausalitas) antara keduanya.

Pada penjabaran-penjabaran sebelumnya disebutkan bahwa praktek dumping menjadi tidak sehat ketika menimbulkan kerugian secara materil. Sebenarnya keadaan yang bagaimanakah yang dapat dikatakan mengalami kerugian materil? Dikatakan terjadi kerugian atau injury apabila faktor-faktor ekonomi dari

perusahaan negara pengimpor mengalami kerugian secara materil. Misalnya, penurunan penjualan, keuntungan, pangsa pasar, produktivitas, return on investment, atau utilisasi kapasitas, faktor-faktor yang mempengaruhi dalam negeri, margin dumping, pengaruh negatif pada cash flow, (arus kas), persediaan, tenaga kerja, upah, pertumbuhan, kemmapuan meningkatkan modal, atau

(15)

Hubungan kausalitas adalah hubungan sebab akibat. Penentuan hubungan kasalitas dalam perkara dumping ini sangat diperlukan. Karena, harus dibuktikan adanya hubungan antara kerugian materil yang diderita dengan kegiatan dumping oleh negara lain. Apakah kerugian materil tersebut memang disebabkan karena praktek dumping atau memang ada faktor lain sehingga terjadi kerugian materil tersebut, misalnya saja miss-management.

Hubungan sebab akibat antara dumping dan kerugian materil dapat diketahui dengan menganalisis volume impor dumping dan pengaruh imor dumping ada harga di pasar domestik untuk produk sejenis. Apabila volume impor dumping semakin meningkat, sedangkan pangsa pasar petisioner dan pangsa pasar imor lain semakin menurun, volume impor dumping secara langsung turut mempengaruhi berkurangnya pangsa pasar petisioner. Selain itu, jika harga impor dumping berada dibawah harga petisioner atau memotong harga petisioner, dan atau harga

petisioner mempunyai kecendrungan menurun secara terus menerus selama periode tiga tahun karena tekanan harga impor dumping dan atau petisioner tidak dapat menjual harganya di atas biaya produksi, harga impor dumping secara langsung mempengaruhi harga petisioner.

Terhadap praktik dumping, WTO memperkenankan anggotanya untuk melakukan sanksi berupa pemberlakuan Bea Masuk Anti-Dumping (BMAD) terhadap barang perusahaan yang terindikasi kuat telah terjadi dumping. Pasal 9 WTO AD

Agreement mengatur mengenai pengenaan BMAD. Dalam pasal ini dijelaskan tentang tata cara penentuan besaran BMAD, diantaranya, badan yang berwenang menentukan besaran BMAD.

(16)

disebut KADI, yaitu suatu lembaga yang bertugas menangani kegiatan

penyelidikan Anti dumping dan Antisubsidi. Komite Anti-Dumping Indonesia dibentuk melalui Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 136/MPP/Kep/6/1996 tanggal 4 Juni 1996, yang kemudian diubah dengan Surat Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 430/MPP/Kep/10/1999, dan selanjutnya disempurnakan lagi dengan Surat Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 427/MPP/Kep/10/2000. Dengan Keputusan ini

disebutkan bahwa KADI bertugas menangani hal-hal yang berkaitan dengan upaya menanggulangi importasi

barang dumping dan barang mengandung subsidi yang dapat menimbulkan kerugian (injury) bagi industri dalam negeri yang memproduksi barang sejenis.

Komite tersebut bertugas :

1. melakukan penyelidikan terhadap barang dumping dan barang mengandung subsidi

2. mengumpulkan, meneliti dan mengolah bukti dan informasi

3. mengusulkan pengenaan bea masuk anti dumping dan bea masuk imbalan

4. melaksanakan tugas lain yang ditetapkan oleh Menteri Perindustrian dan Perdagangan

5. membuat laporan pelaksanaan tugas

(17)

subsidi yang menyebabkan kerugian. Bagi industri dalam negeri inisiatif untuk melakukan penyelidikan tersebut dapat dilakukan atas inisiatif dari komite sendiri atau karena permohonan industri dalam negeri. Untuk mencegah terjadinya kerugian selama melakukan penyelidikan, komite dapat mengusulkan kepada Menperindag untuk melakukan tindakan sementara. Tindakan sementara adalah tindakan berupa pengenaan Bea Masuk Anti dumping Sementara atau Bea Masuk Imbalan Sementara.

MANFAAT DAN DAMPAK PERDAGANGAN INTERNASIONAL Manfaat perdagangan internasional:

Dampak Positif Perdagangan Internasional

Berikut ini beberapa dampak positif perdagangan internasional.

a. Saling membantu memenuhi kebutuhan antarnegara

Terjalinnya hubungan di antara negara-negara yang melakukan perdagangan dapat memudahkan suatu negara memenuhi barang-barang kebutuhan yang belum

mampu diproduksi sendiri. Mereka dapat saling membantu mengisi kekurangan dari setiap negara, sehingga kebutuhan masyarakat terpenuhi.

b. Meningkatkan produktivitas usaha

Dengan adanya perdagangan internasional, kemajuan teknologi yang digunakan dalam proses produksi akan meningkat. Meningkatnya teknologi yang lebih modern dapat meningkatkan produktivitas perusahaan dalam menghasilkan barang-barang.

(18)

Perdagangan internasional dapat membuka kesempatan kerja baru, sehingga hal ini menjadi peluang bagi tenaga kerja baru untuk memasuki dunia kerja. Semakin banyak tenaga kerja yang digunakan oleh perusahaan, maka pengangguran dapat berkurang.

d. Menambah pendapatan devisa bagi Negara

Dalam kegiatan perdagangan internasional, setiap negara akan memperoleh devisa. Semakin banyak barang yang dijual di negara lain, perolehan devisa bagi negara akan semakin banyak.

Kegiatan impor mempunyai dampak positif dan negatif terhadap perekonomian dan masyarakat.Untuk melindungi produsen di dalam negeri, biasanya suatu negara membatasi jumlah (kuota) impor.Selain untuk melindungi produsen dalam negeri, pembatasan impor juga mempunyai dampak yang lebih luas terhadap perekonomian suatu negara.

Dampak positif pembatasan impor tersebut secara umum sebagai berikut:

1) Menumbuhkan rasa cinta produksi dalam negeri.

2) Mengurangi keluarnya devisa ke luar negeri.

3) Mengurangi ketergantungan terhadap barang-barang impor.

4) Memperkuat posisi neraca pembayaran.

Negara yang melakukan pembatasan impor juga menerima dampak yang tidak diinginkan. Dampak negatifnya sebagai berikut:

1) Jika terjadi aksi balas-membalas kegiatan pembatasan kuota impor, maka

perdagangan internasional menjadi lesu. Dampak selanjutnya adalah, terganggunya pertumbuhan perekonomian negara-negara yang bersangkutan.

(19)

juga kurang tertantang untuk meningkatkan mutu produksinya.Kegiatan

pembatasan kuota impor oleh suatu negara dapat mengakibatkan tindakan balasan bagi negara yang merasa dirugikan.

3. Mengendalikan harga produk ekspor di dalam negeri

Pemerintah meningkatkan ekspor dengan mengusahakan harga di dalam negeri lebih murah. Cara yang ditempuh antara lain menekan laju inflasi dan menciptakan tingkat bunga pinjaman yang rendah.

a. Dampak Positif Perdagangan Internasional

Negara pengekspor maupun pengimpor mendapatkan keuntungan dari adanya perdagangan internasional. Negara pengekspor memperoleh pasar dan negara pengimpor memperoleh kemudahan untuk mendapatkan barang yang

dibutuhkan.Adanya perdagangan internasional juga membawa dampak yang cukup luas bagi perekonomian suatu negara. Dampak tersebut antara lain sebagai berikut:

1) Mempererat persahabatan antarbangsa

Perdagangan antarnegara membuat tiap negara mempunyai rasa saling

membutuhkan dan rasa perlunya persahabatan. Oleh karena itu, perdagangan internasional dapat mempererat persahabatan negara-negara yang bersangkutan. 2) Menambah kemakmuran Negara

Perdagangan internasional dapat menaikkan pendapatan negara masing-masing. Ini terjadi karena negara yang kelebihan suatu barang dapat menjualnya ke negara lain, dan negara yang kekurangan barang dapat membelinya dari negara yang kelebihan. Dengan meningkatnya pendapatan negara dapat menambah

kemakmuran negara.

(20)

Dengan adanya perdagangan antarnegara, negara pengekspor dapat menambah jumlah produksi untuk konsumsi luar negeri. Naiknya tingkat produksi ini akan memperluas kesempatan kerja. Negara pengimpor juga mendapat manfaat, yaitu tidak perlu memproduksi barang yang dibutuhkan sehingga sumber daya yang dimiliki dapat digunakan untuk hal-hal yang lebih menguntungkan.

4) Mendorong kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Perdagangan internasional mendorong para produsen untuk meningkatkan mutu hasil produksinya. Oleh karena itu, persaingan perdagangan internasional

mendorong negara pengekspor untuk meningkatkan ilmu dan teknologinya agar produknya mempunyai keunggulan dalam bersaing.

5) Sumber pemasukan kas Negara

Perdagangan internasional dapat meningkatkan sumber devisa negara. Bahkan, banyak negara yang mengandalkan sumber pendapatan dari pajak impor dan ekspor.

6) Menciptakan efisiensi dan spesialisasi

Perdagangan internasional menciptakan spesialisasi produk. Negara-negara yang melakukan perdagangan internasional tidak perlu memproduksi semua barang yang dibutuhkan. Akan tetapi hanya memproduksi barang dan jasa yang diproduksi secara efisien dibandingkan dengan negara lain.

7) Memungkinkan konsumsi yang lebih luas bagi penduduk suatu Negara Dengan perdagangan internasional, warga negaranya dapat menikmati barang-barang dengan kualitas tinggi yang tidak diproduksi di dalam negeri.

b. Dampak Negatif Perdagangan Internasional

Adanya perdagangan internasional mempunyai dampak negatif bagi negara yang melakukannya. Dampak negatifnya sebagai berikut.

1) Adanya ketergantungan suatu negara terhadap negara lain.

(21)

3) Banyak industri kecil yang kurang mampu bersaing menjadi gulung tikar. 4) Adanya pola konsumsi masyarakat yang meniru konsumsi negara yang lebih maju.

5) Terjadinya kekurangan tabungan masyarakat untuk investasi. Ini terjadi karena masyarakat

menjadi konsumtif.

6) Timbulnya penjajahan ekonomi oleh negara yang lebih maju. 7) Neraca Perdagangan dan Neraca Pembayaran

(22)

Tarif adalah hambatan perdagangan berupa penetapan pajak atas barang-barang impor.Apabila suatu barang impor dikenakan tarif, maka harga jual barang tersebut di dalam negeri menjadi mahal.Hal ini menyebabkan masyarakat enggan untuk membeli barang tersebut, sehingga barang-barang hasil produksi dalam negeri lebih banyak dinikmati oleh masyarakat.

2. Kuota

Kuota adalah bentuk hambatan perdagangan yang menentukan jumlah maksimum suatu jenis barang yang dapat diimpor dalam suatu periode tertentu.Sama halnya tarif, pengaruh diberlakukannya kuota mengakibatkan harga-harga barang impor menjadi tinggi karena jumlah barangnya terbatas.Hal tersebut dapat terjadi karena adanya pembatasan jumlah barang impor sehingga menyebabkan biaya rata-rata untuk masing-masing barang meningkat.Dengan demikian, diberlakukannya kuota dapat melindungi barang-barang dalam negeri dari persaingan barang luar negeri.

3. Larangan Impor

Larangan impor adalah kebijakan pemerintah yang melarang masuknya barang-barang tertentu ke dalam negeri.Kebijakan larangan impor dilakukan untuk

menghindari barang-barang yang dapat merugikan masyarakat.Misalnya melarang impor daging sapi yang mengandung penyakit Anthrax.

4. Subsidi

(23)

5. Dumping

Dumping adalah kebijakan yang dilakukan oleh suatu negara dengan cara menjual barang ke luar negeri lebih murah daripada dijual di dalam negeri.

Manfaat Ekspor dan Impor

Pertukaran ekspor dan impor mempunyai manfaat bagi negara pengekspor dan pengimpor. Manfaat tersebut antara lain sebagai berikut.

1. Menambah Devisa

Negara-negara pengekspor barang dan jasa akan memperoleh keuntungan yang berupa devisa. Devisa artinya simpanan berupa mata uang asing.

2. Terjadi Alih Teknologi

Kegiatan ekspor dan impor akan menimbulkan alih teknologi. Negara-negara pengimpor barang dan jasa dapat menyerap ilmu pengetahuan dan teknologi dari barang dan jasa yang didatangkan dari luar negeri.Apabila dapat memproduksi sendiri, maka kita tidak perlu mengimpor barang dan jasa itu.

3. Memperluas Lapangan Kerja

Kegiatan ekspor dan impor dapat membuka wawasan lapangan kerja.Lapangan kerja di Indonesia terbatas.Sedangkan jumlah pencari kerja di Indonesia sangat banyak.Banyak negara yang masih kekurangan tenaga kerja.Kesempatan ini dimanfaatkan oleh pencari kerja di Indonesia.Indonesia banyak mengirim tenaga kerja Indonesia ke luar negeri.Tenaga kerja itu dikirim ke negara tetangga serta negara-negara di Kawasan Timur Tengah.

(24)

Apabila produksi barang di dalam negeri tidak mencukupi kebutuhan masyarakat, harga menjadi tidak stabil dan cenderung naik.Sebab, barang terbatas sedangkan yang membutuhkan banyak.Oleh karena itu, diperlukan tambahan barang-barang untuk menutup kebutuhan tersebut. Tambahan barang-barang kebutuhan dapat diimpor dari negara lain. Dengan impor barang, kebutuhan masyarakat dapat terpenuhi dan harga menjadi stabil.

5. Mengenal Mata Uang Berbagai Negara\Kegiatan ekspor dan impor dapat mengenal mata uang berbagai negara.Tiap-tiap negara memiliki mata uang.Ada beberapa mata uang yang diterima sebagai alat pembayaran perdagangan

internasional.Misalnya dolar Amerika Serikat dan poundsterling Inggris.Berikut ini mata uang dari berbagai negara di dunia. Dapat disimpulkan bahwa kegiatan

ekspor dan impor sangat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi diIndonesia. Karena ekspor dan impor merupakan salah satu dari sumber pendapatan negara berupa devisa. Dan selain mendapatkan devisa, dengan impor dan ekspor kita juga mendapatkan manfaat lain yang dapat memajukan perekonomian negara kita ini.

Misalnya, semula mengekspor kelapa sawit, sekarang mengekspor kelapa sawit dan minyak kelapa sawit.Adapun penganekaragaman horisontal berarti menambah macam barang yang diekspor dengan barang yang tidak merupakan produk

lanjutan dari barang lama.

7) Memungkinkan konsumsi yang lebih luas bagi penduduk suatu negara Dengan perdagangan internasional, warga negaranya dapat menikmati barang-barang dengan kualitas tinggi yang tidak diproduksi di dalam negeri.

(25)

BAB 1

PENDAHULUAN

Keikutsertaan Indonesia dalam perdagangan bebas mendorong industri dalam negeri untuk bersaing, baik di dalam negeri sendiri maupun di pasar ekspor. Hal ini merupakan problem besar bagi Indonesia karena kemampuan produk Indonesia dari segi kualitas maupun kuantitas masih lemah.

Salah satu permasalahan yang dialami oleh Indonesia dalam perdagangan internasional adalah praktik dumping (penjualan barang impor di bawah harga normal produk domestik). Hal ini terjadi karena membanjinya produk-produk impor dengan harga penjualan jauh lebih murah dari harga barang dalam negeri, sehingga akan mengakibatkan barang sejenis kalah bersaing yang pada akhirnya akan mematikan pasar barang sejenis dalam negeri, dan selanjutnya akan muncul dampak ikutannya seperti pemutusan hubungan kerja, terjadinya pengangguran serta bangkrutnya industri barang sejenis dalam negeri.

Untuk mengatasi permasalahan ini diperlukan upaya perlindungan terhadap industri dalam negeri melalui penerapan ketentuan anti dumping, baik secara Internasional maupun nasional. Penerapan ketentuan anti dumping dalam tata hukum Indonesia sangat esensial, karena Indonesia merupakan salah satu negara yang sangat strategis sebagai market bagi produk impor, hal ini menjadi salah satu penyebab banyaknya produk impor yang beredar di Indonesia yang penjualannya dengan cara dumping. Oleh karena itu dalam perdagangan internasional praktek dumping merupakan praktek dagang yang tidak fair, karena bagi negara pengimpor kegiatan tersebut dapat menimbulkan kerugian terhadap industri dalam negeri.

(26)

berkaitan dengan usaha untuk mewujudkan fair free trade. Mengenai hal ini, WTO sebagai badan yang mengatur perdagangan dunia telah mengaturnya melalui

persetujuan Anti-Dumping (Anti-Dumping Agreement atau Agreement on the Implementation of Article IV of GATT 1994).

Dumping sendiri merupakan suatu cara berdagang yang dilakukan dengan menjual barang hasil produksinya pada harga yang lebih rendah dari harga normal

negerinya di negara pengimpor. Hal ini dilakukan dengan tujuan mendapatkan keuntungan yang besar dari negara pengimpor tersebut. Jika hal ini dilakukan oleh negara pengekspor kepada negara pengimpor, maka tentu saja keuntungan yang didapatkan akan sangat besar dan bahkan akan membahayakan perusahaan-perusahaan di dalam negeri si pengimpor.

Dengan adanya persetujuan anti-dumping ini, maka diharapkan terciptanya sebuah sistem perdagangan yang adil karena tiap negara akan terikat pada suatu aturan yang tidak memberikan kewenangan sepenuhnya pada para produsen untuk menetapkan harga sesuai dengan yang diinginkannya. Dalam persetujuan Anti-Dumping, pemerintah diperbolehkan mengambil tindakan sebagai reaksi jika dumping berakibat pada terjadinya kerugian sektor usaha dalam negeri. Hal yang harus dilakukan oleh pemerintah ialah membandingkan tingkat harga ekspor suatu produk dengan harga jual produk di negara asalnya dengan memproduksi barang sejenis.

RUMUSAN MASALAH:

Pengertian dumping dan anti dumping serta bagaimana pengaturan anti dumping dalam perdagangan internasional,

(27)

Bagaimana kebijaksanaan pemerintah untuk mengantisipasi praktik dumping dan tuduhan dumping di indonesia.

BAB II

PEMBAHASAN

Pengertian Dumping dan Anti Dumping

Istilah Dumping merupakan istilah yang dipergunakan dalam perdagangan

internasional adalah praktik dagang yang dilakukan oleh eksporter dengan menjual komodity di pasar Internasional dengan harga kurang dari nilai yang wajar atau lebih rendah dari harga barang tersebut di negerinya sendiri, atau dari harga jual kepada negara lain pada umumnya. Praktik ini dinilai tidak adil karena dapat merusak pasaran dan merugikan produsen pesaing di negara pengimpor.

Sedangkan yang dimaksud dengan ”Anti dumping” adalah sanksi balasan yang berupa bea masuk tambahan yang dikenakan atas suatu produk yang dijual di bawah harga normal dari produk yang sama di negara pengekspor maupun pengimpor.

(28)

“The act of selling in quantity at very low price or practically regardless of the price; also, selling goods abroad at less than the market price at home” (Henry Campbell, 1998: 347).

Dari definisi tersebut di atas menunjukkan bahwa pengertian dumping, sering diekspresikan sebagai perbuatan curang karena penjualan produk-produk untuk ekspor pada harga yang lebih rendah dari nilai normal.

Praktek anti-dumping adalah salah satu isu penting dalam menjalankan

perdagangan internasional guna mewujudkan terciptanya fair trade. Mengenai hal ini telah diatur dalam Persetujuan Anti-Dumping (Anti-Dumping Agreement atau Agreement on the Implementation of Article VI of GATT 1994). Tarif yang mengikat (binding tariff) dan pemberlakuannya secara sama kepada semua mitra dagang anggota WTO merupakan kunci pokok kelancaran arus perdagangan barang. Peraturan – peraturan WTO memegang tegas prinsip – prinsip tertentu tetapi tetap memperbolehkan adanya pengecualian. Tiga isu utama yang ada didalamnya adalah :

Tindakan untuk melawan dumping (menjual dengan harga yang lebih murah secara tidak adil).

Subsidi dan tindakan – tindakan imbalan untuk menyeimbangkan subsidi (countervailing measures).

Tindakan – tindakan darurat (emergency measures) untuk membatasi impor secara sementara demi mengamankan industri dalam negeri (safeguards).

(29)

dan tidak boleh dilakukan oleh negara untuk mengatasi dumping. Persetujuan ini dikenal dengan Persetujuan Anti-Dumping (Anti-Dumping Agreement) atau Agreement on the Implementation of Article VI of GATT 1994.

Dalam persetujuan ini pemerintah diperbolehkan untuk mengambil tindakan sebagai reaksi terhadap dumping jika benar – benar terbukti terjadi kerugian (material injury) terhadap industri domestic, dan inilah yang dimaksud dengan anti-dumping, yaitu tindakan/kebijaksanaan pemerintah negara pengimpor

terhadap barang dumping yang merugikan industri dalam negeri. Untuk melakukan hal ini, pemerintah harus dapat membuktikan terjadinya dumping dengan

memperhitungkan tingkat dumping, yaitu membandingkannya terhadap tingkat harga ekspor suatu produk dengan harga jual produk tersebut di negara asalnya.

Pengertian dumping dalam konteks hukum perdagangan internasional adalah suatu bentuk diskriminasi harga internasional yang dilakukan oleh sebuah perusahaan atau negara pengekspor, yang menjual barangnya dengan harga lebih rendah di pasar luar negeri dibandingkan di pasar dalam negeri sendiri, dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan atas produk ekspor tersebut. Sedangkan menurut kamus hukum ekonomi dumping adalah praktik dagang yang dilakukan eksportir dengan menjual komoditi di pasaran internasional dengan harga kurang dari nilai yang wajar atau lebih rendah daripada harga barang tersebut di negerinya sendiri atau daripada harga jual kepada negara lain, pada umumnya, praktik ini dinilai tidak adil karena dapat merusak pasar dan merugikan produsen pesaing di negara pengimport.

Menurut Robert Willig ada 5 tipe dumping yang dilihat dari tujuan eksportir, kekuatan pasar dan struktur pasar import, antara lain:

(30)

Perusahaan pengeksport bisa meraih untung dengan menetapkan “mark-up” yang lebih rendah di pasar import karena menghadapi elastisitas permintaan yang lebih besar selama hargayangditawarkanrendah.

2.yclical Dumping

Motivasi dumping jenis ini muncul dari adanya biaya marginal yang luar biasa rendah atau tidak jelas, kemungkinan biaya produksi yang menyertai kondisi dari kelebihan kapasitas produksi yang terpisah dari pembuatan produkterkait.

3.State Trading Dumping

Latar belakang dan motivasinya mungkin sama dengan kategori dumping lainnya, tapi yang menonjol adalah akuisisi.

4.Strategic Dumping

Istilah ini diadopsi untuk menggambarkan ekspor yang merugikan perusahaan saingan di negara pengimpor melalui strategis keseluruhan negara pengekspor, baik dengan cara pemotongan harga ekspor maupun dengan pembatasan masuknya produk yang sama ke pasar negara pengekspor. Jika bagian dari porsi pasar

domestik tiap eksportir independen cukup besar dalam tolok ukur skala ekonomi, maka memperoleh keuntungan dari besarnya biaya yang harus dikeluarkan oleh pesaing-pesaing asing.

5.Predatory Dumping

Istilah predatory dumping dipakai pada ekspor dengan harga rendah dengan tujuan mendepak pesaing dari pasar, dalam rangka memperoleh kekuatan monopoli di pasar negara pengimpor. Akibat terburuk dari dumping jenis ini adalah matinya perusahan-perusahaan yang memproduksi barang sejenis. Adapun Kriteria dumping yang dilarang oleh WTO adalah dumping oleh suatu negara yang :

(31)

Harus ada kerugian material di negara importir

Adanya hubungan sebab-akibat antara harga dumping dengan kerugian yang terjadi.Seandainya terjadi dumping yang less than fair value tetapi tidak menimbulkan kerugian, maka dumping tersebut tidak dilarang.

Praktek dumping merupakan praktek dagang yang tidak fair, karena bagi negara pengimpor, praktek dumping akan menimbulkan kerugian bagi dunia usaha atau industri barang sejenis dalam negeri, dengan terjadinya banjir barang-barang dari pengekspor yang harganya jauh lebih murah daripada barang dalam negeri akan mengakibatkan barang sejenis kalah bersaing, sehingga pada akhirnya akan mematikan pasar barang sejenis dalam negeri, yang diikuti munculnya dampak ikutannya seperti pemutusan hubungan kerja massal, pengganguran dan

bangkrutnya industri barang sejenis dalam negeri.

Dumping dalam kerangka GATT/WTO

Pengaturan Antidumping dalam GATT termuat dalam Pasal VI yang memuat aturan tentang Anti-Dumping an Countervailing Duties. Ketentuan ini pada dasarnya mengharuskan negara anggota untuk mengimplementasikan ketentuan anti dumping GATT dalam hukum nasional masing-masing. Mengingat ketentuan dalam Pasal VI tersebut hanya merupakan garis besar pengaturan antidumping, maka untuk pelaksanaannya dibuat aturan yang lebih rinci yakni dalam

(32)

tambahan melainkan sudah menjadi bagian dari perjanjian WTO itu sendiri. Sejalan dengan itu GATT juga mengatur masalah Subsidi yang juga dapat

mengganggu upaya pencapaian sistem ekonomi pasar, sehingga menurut Pasal VI GATT tahun 1994 dapat melahirkan Countervailing Duties. Pengaturan mengenain Subsidi terapat dalam Pasal XVI GATT 1994. Sedangkan pengaturan yang lebih rinci terdapat dalam Agreement on Subsidies and Countervailing Measures beserta peraturan tambahan yang termuat dalam Annexnya.

Pengaturan dalam Hukum Nasional

Pengaturan anti-dumping dalam hukum nasional Indonesia sebagai tindak

lanjut dari ratifikasi Persetujuan pembentukan WTO melalui UU Nomor 7 Tahun 1994 ternyata belum terdapat pengaturannya. Sehingga dalam hukum nasional di Indonesia diatur dalam :

UU No. 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan

Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 1996 tentang Bea Masuk Anti Dumping dan Bea Masuk Imbalan

Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor : 430/MPP/Kep/9/1999 tentang Komite Antidumping Indonesia dan Tim Operasional Antidumping

Surat Edaran Dirjen Bea dan Cukai No. SE-19/BC/1997 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemungutan Bea Masuk Anti Dumping/Sementara.

Kriteria Dumping yang dilarang oleh WTO

Kriteria dumping yang dilarang oleh WTO adalah dumping oleh suatu negara yang :

Harus ada tindakan dumping yang LTFV (less than fair value) Harus ada kerugian material di negara importir

(33)

terjadi.

Seandainya terjadi dumping yang less than fair value tetapi tidak menimbulkan kerugian, maka dumping tersebut tidak dilarang.

Komisi Anti-Dumping Indonesia

Komisi Anti-Dumping Indonesia (KADI) didirikan berdasarkan surat keputusan menteri perindustrian dan perdagangan No. 136/MPP/Kep/6/1996. Komite Anti Dumping Indonesia (KADI) mempunyai tugas pokok yaitu :

Melakukan penyelidikan terhadap dugaan adanya barang dumping dan atau mengandung barang subsidi yang menimbulkan kerugian bagi industri dalam negeri barang sejenis,

Mengumpulkan, meneliti dan mengolah bukti dan informasi yang mengenai dugaan adanya barang dumping dan atau barang mengandung subsidi,

Mengusulkan pengenaan bea masuk anti dumping dan atau bea masuk imbalan kepada Menperindag,

Menyusun laporan pelaksanaan tugas untuk disampaikan kepada Menperindag. Sehubungan dengan tugas-tugas yang diemban KADI, maka KADI berkewajiban untuk mensosialisasikan aturan-aturan dan ketentuan-ketentuan perdagangan dunia yang telah diratifikasi dengan tujuan agar masyarakat khususnya dunia usaha Indonesia tidak menjadi korban praktek-praktek perdagangan yang tidak sehat atau unfair trade practices, yang meliputi dumping dan subsidi.

Studi kasus anti dumping di Indonesia

(34)

Korea Selatan mengajukan petisi anti-dumping terhadap produk kertas Indonesia kepada Korean Trade Commission (KTC) pada 30 September 2002.

Adapun produk kertas Indonesia yang dikenai tuduhan dumping mencakup 16 jenis produk, tergolong dalam kelompok uncoated paper and paper board used for writing, printing, or other graphic purpose serta carbon paper, self copy paper and other copying atau transfer paper. Dalam kasus dumping kertas yang dituduhkan oleh Korea Selatan terhadap Indonesia pada perusahaan eksportir produk kertas diantaranya PT. Indah Kiat Pulp and Paper Tbk, PT. Pindo Deli Pulp and Mills, dan PT. Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk, serta April Pine Paper Trading Pte. Ltd,

Indonesia berhasil memenangkan sengketa anti-dumping ini. Indonesia telah menggunakan haknya dan kemanfaatan dari mekanisme dan prinsip-prinsip multilateralisme sistem perdagangan perdagangan WTO yang mengedepankan tranparansi. Indonesia untuk pertama kalinya memperoleh manfaat dari mekanisme penyelesaian sengketa atau Dispute Settlement Mechanism (DSM) sebagai pihak penggugat utama (main complainant) yang merasa dirugikan atas penerapan peraturan perdagangan yang diterapkan oleh negara anggota WTO lain. Indonesia mengajukan keberatan atas pemberlakuan kebijakan anti-dumping Korea ke DSM dalam kasus Anti-Dumping Duties on Imports of Certain Paper from Indonesia. Pada tanggal 4 Juni 2004, Indonesia membawa Korea Selatan untuk melakukan konsultasi penyelesaian sengketa atas pengenaan tindakan anti-dumping Korea Selatan terhadap impor produk kertas asal Indonesia. Hasil konsultasi tersebut tidak membuahkan hasil yang memuaskan kedua belah pihak. Indonesia kemudian mengajukan permintaan ke DSB WTO agar Korea Selatan mencabut tindakan anti-dumpingnya yang melanggar kewajibannya di WTO dan menyalahi beberapa pasal dalam ketentuan Anti-Dumping. Pada tanggal 28 Oktober 2005, DSB WTO

(35)

Persetujuan Anti-Dumping. Kedua belah pihak yang bersengketa pada akhirnya mencapai kesepakatan bahwa Korea harus mengimplementasikan rekomendasi DSB dan menentukan jadwal waktu bagi pelaksanaan rekomendasi DSB tersebut (reasonable period of time/RPT). Namun sangat disayangkan hingga kini Korea Selatan belum juga mematuhi keputusan DSB, meskipun telah dinyatakan salah menerapkan bea masuk anti-dumping (BMAD) terhadap produk kertas dari Indonesia, karena belum juga mencabut pengenaan bea masuk anti-dumping tersebut. DSB WTO telah menyatakan Korea Selatan melakukan kesalahan prosedur dalam penyelidikan antidumping kertas Indonesia pada 2003. Untuk itu DSB meminta Korea Selatan segera menjalankan keputusan ini.

PENGARUH DUMPING BAGI PERDAGANGAN INTERNASIONAL INDONESIA

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam ilmu ekonomi dumping merujuk kpada segala jenis predatory pricing, namun kata tersebut sekarang umumnya hanya digunakan dalam konteks hukum perdagangan internasional, dimana dumping didefinisikan sebagai tindakan

produsen disalah satu negara pengekspor produk kenegaara lain dengan harga yang jebih murah dibandingkan dengan harga yang ada dipasar pengekspor pada produk yang sama. Praktek dumping merupakan praktek dagang yang tidak fair karenan bagi negara pengimpor, praktek dumping akan menimbulkan kerugian bagi dunia usaha atau industri barang sejenis dalam negeri. Dengan terjadinya banjir barang dari pengekspor yang harganya jauh lebih murah daripada barang dalam negeri akan mengakibatkan barang sejenis kalah bersaing, sehingga pada akhirnya akan mematikan pasar barang sejenis dalam negeri, yang diikuti oleh dampakk

(36)

barang sejenis didalam negeri. dengan kata lain hakekat dumping sebagai praktek curang , bukan hanya karena dumping dipergunakan untuk sebagai sarana untuk merebut pasarandi negara lain. tapi bahkan dapat mematikan perusahaan domestik yang menghasilkan produk sejenis.

Bahkan dumping pun dapat memproduksi monopoli yang pada ujungnya merujuk pada persaingan tidak sehat, monopoli dan persaingan tidak sehat ibarat dua sisi mata uang logam yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. karena pada umumnya monopoli dapat menyebabkan persaingan tidak sehat sebaliknya

monopoli merupakan akibata dari persaingan tidak sehat.

Persaingan sangat dimungkinakan dalam dunia usaha, mengingat bahwa kebutuhan manusia yang relatif tidak terbatas, dengan alat pemuas kebutuhan yang sangat terbatas. dimanapun kapanpun para pengusaha melalui perssainga berusaha untuk meningkatkan kualitas pelayanan terhadapa konsumen, meningkatkan

jumlah produksi dan berusaha untuk merebut pasar serta konsumen yang pada akhirnya merujuk pada suatu tindakan monopolis yang sudah pasti merupakan persaingan tidah sehat.dansebagai akibatnya adalah penggunaan sumber daya yang tidak efektif dan efisien.

B .Rumusan Masalah

Seperti yang saya uraikan pada latar belakang saya mengambil rumusan masalah sbb :

1 Bagaimanakah pengaruh Anti Dumping dalam perdagangan Internasional ? 2 Bagaimanakah Implementasi pengaturan Dumping menurut Article VI

(37)

C. Tinjauan Pustaka

Dumping dan perdagangan internasional

Dalam hasil perundingan uruguay dumping diatur dalam annex 1A yang menjadi bagian intergral dan tidak terpisahkan dari persetujuan umum tentang perdagangan GATT 1994 dan karenanya harus ditaati oleh semua negara yang telah meratifikasinya.

Pengertian dumping diatur dalam pasal 2 paragraf 2.1 yaitu for the purpose of the agreement,a product is to be concidered of being dumped i.e introcduced into the commerce of another country a less in than is normal value.terjemahan bebas dari arti tersebut adalah untuk persetujuan ini,suatu produk dianggap sebagai dumping misalnya dijual dalam perdagangan negara lain di bawah dari nilai

normalnya1[1].

Pengertian dumping dalam kamus ekonomi diartikan sebagai praktek dagang yang dilakukan ekportir dengan menjual komoditi di pasaran Internasional dengan harga kurang dari nilai wajar atau lebih rendah dari pada harga barang tersebut di negerinya sndiri dari pada di jual ke negara lain pada umumnya praktek ini dinilai tidak adil karena merusak pasaran dan merugikan negara pesaing di negara

pengimpor2[2].Jadi secara singkta dumping dapat dikatakan barang yang diimport dengan tingkat harga eksport yang lebih rendah dari nilai normalnya di negara pengekport3[3].

Suatu negara dapat dikatakan dumping apabila nyata-nyata melakukan :  Adanya produk import yang dijual dengan harga dumping4[4]

1[1] Persetujuan akhir paraguay.terjemahan resmi bidan perdagangan multilateral Departement perdagangan jakarta 1994

2[2] Elly erawati dan JS badudu Kamus Hukum Ekonomi jakrta ,Komponen pengembangan Hukum ekonomi proyek Ellips 1996 halaman 39

(38)

 Timbulnya kerugian atau ancaman kerugian

 Adanya hubungan secara langsung antar kerugian yang tibul dengan produk yang dijual dengan harga dumping

Ketiga persyaratan tersebut harus terpenuhi agar penyelidikan dumping dapat ditindaklajuti,sekalipun demikian tidak ada yang salah terhadap dumping apabila terbukti bahwa hanya dumping satu-satunya bukti,maksudnya meskipun telah menjadi produk import dengan harga dumping apabila tidak menimbulkan

kerugian pada produk-produk sejenis di negara pengimport tindakan dumping tidak dapat dikenakan terhadap barang dengan harga dumping tersebut.Bahkan

sebasliknya konsumen diuntungkan karna dapat memilih produk-produk alternatif lainnya dengan harga relatif lebih murah.

Demikian dengan halnya faktor ketiga harus dibuktikan adanya

hubungan sebab akibat antara kerugian dan ancaman kerugian materil yang timbul dikarenakan adanya import dengan harga dumping.sebab tanpa dapat dibuktikan adanya hubungan sebab akibat antara keduan faktor itu kerugian atau ancman kerugian materil yang diderita industri dalam negeri mungkin disebabkan faktor-faktor lain misal menurun daya beli masyarakat ,berkurannya minat masyarakat terhadap produk yang ada di pasaran dan lain sebagainya.

D. Metode Pengumpulan Data

Dalam penyusunan makalah ini perlu sekali pengumpulan data serta sejumlah informasi yang benar yang sesuai dengan permasalahan yang akan

dibahas.Sehubungan dengan masalah tersebut dalam penyusunan makalah ini saya

(39)

menggunakan beberapa metode pengumpulan data yang pertama browsing di internet,kedua dengan membaca buku5[5].

E. Sistematika Penulisan

Makalah masalah Pengaruh Dumping bagi Perdagangan Internasional Indonesia ini disusun dengan urutan sbb :

Bab I Pendahuluan

Pada bagian ini dijelaskan tentang latar belakang,rumusan masalah,metode pengumpulan data,dan sistimatika penulisan.

Bab II Pembahasan

1 Bagaimanakah pengaruh Anti Dumping dalam perdagangan Internasional ? 2 Bagaimanakah Implementasi pengaturan Dumping menurut Article VI

GATT 1994 terhadap peraturan Indonesia ?

Bab III Penutup A. Kesimpulan B. Saran

Bab IV Daftar Pustaka

(40)

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengaturan Anti Dumping Dalam Perdagangan Internasional A. 1. Landasan Hukum Anti dumping Dalam Tata Hukum Indonesia

Untuk dapat melaksanakan tindakan antidumping, Indonesia telah mempunyai perangkat hukum anti dumping, baik berupa peraturan peraturan peundang-undangan maupun Komite Antidumping. Beberapa peraturan yang mengatur tentang anti dumping dapat dilihat pada bagan berikut ini:

A.2. Pengertian Dumping dan Anti Dumping

(41)

merusak pasaran dan merugikan produsen pesaing di negara pengimpor (AF. Erawati dan JS. Badudu, 1996:37). Sedangkan yang dimaksud dengan ”Anti dumping” adalah sanksi balasan yang berupa bea masuk tambahan yang dikenakan atas suatu produk yang dijual di bawah harga normal dari produk yang sama di negara pengekspor maupun pengimpor.

Menurut Black,s Law Dictionary, pengertian dumping adalah:

“The act of selling in quantity at very low price or practically regardless of the price; also, selling goods abroad at less than the market price at home” (Henry Campbell, 1998: 347).

Dari definisi tersebut di atas menunjukkan bahwa pengertian dumping, sering diekspresikan sebagai perbuatan curang karena penjualan produk-produk untuk ekspor pada harga yang lebih rendah dari nilai normal.

Selanjutnya dalam Uruguay Round memberikan pengertian dumping yang baru, sebagai penyempurnaan dalam Artikel VI GATT 1994 yang dituangkan dalam Artikel 2, mengenai “Persetujuan tentang Pelaksanaan Pasal VI GATT 1994” sebagai berikut:

“ For purposes of this agreement, a product is to be considered as being dumped, i.e. introduced into the commerce of another country at less that its normal value, if the export price of the product exported from one country to another is less then the comparable price, in the ordinary course of trade, for the like product when destined for consumption in the exporting country”.

(42)

Berdasarkan pengertian di atas maka dapat dikatakan bahwa Dumping adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh produsen atau eksporter yang melaksanakan

penjualan barang/komoditi di luar negeri atau negara lain (Negara pengimpor) dengan harga yang lebih rendah dari harga normal barang sejenis baik di dalam negeri pengekspor (eksporter) maupun di negara pengimpor (importer), sehingga mengakibatkan kerugian bagi negara pengimpor.

A.3. Kriteria dan Jenis Dumping

Menurut Pasal VI GATT 1994 bahwa kriterian dumping dapat dirinci sebagai berikut:

1. Penentuan Dumping (the Determination of Dumping).

Penentuan dumping yang diatur dalam Bab I menyatakan bahwa, suatu produk dianggap sebagai dumping apabila dalam perdagangan antar negara, produk tersebut dijual di bawah nilai normal yaitu (Sukarmi, 2002: 27):

 Harga dari produk serupa (like product) di pasar dalam negeri negara peng-ekspor. Dalam hal ini harga pembanding (comparable price) harus dilakukan berdasarkan perhitungan ex factory price (harga di luar pabrik) dari penjualan dalam negeri dengan perhitungan ex factory price dari penjualan ekspor.

 Bilamana tidak ada harga dalam negeri pengimpor yang dapat dibanding-kan di negara pengekspor, maka harga normal adalah ex factory price yang berasal dari perhitungan harga produk sejenis di negara tersebut yang diekspor ke negara ke tiga.

(43)

negara di negara yang menganut non market economy dapat menggunakan definisi 1 b .

2. Menimbulkan Kerugian (injury) di dalam Negeri Negara Pengimpor

Penentuan Kerugian dalam Pasal VI GATT 1994 didasarkan pada bukti-bukti positif dan melibatkan pengujian objektif mengenai (H.A.S. Natabaya, 1996: 24)  Volume produk impor harga dumping dan dampaknya terhadap harga-harga

pasar dalam negeri untuk produk sejenis dan

 Dampak impor itu terhadap produsen dalam negeri yang menghasilkan produk sejenis.

3. Adanya hubungan kausal (causal link).

Hubungan kausal antara praktik dumping yang dilakukan dengan akibat kerugian (injury) yang terjadi. Adanya praktik duping dalam Impor harus

dibuktikan sebagai penyebab terjadingan kerugian. Hubungan sebab akibat antara impor dumping dengan kerugian industri dalam negeri negara pengimpor harus didasarkan pada pengujian semua bukti adanya indikasi dumping.

Pengujian dampak produk impor dengan harga dumping pada industri dalam negeri negara pengimpor akan mencakup penilaian terhadap semua faktor ekonomi

seperti: penurunan penjualan potensial dan aktual, laba, out put, pangsa pasar produktivitas, pengembangan investasi atau pemakaian kapasitas; faktor-faktor yang mempengaruhi harga dalam negeri; besarnya selisih dumping; pengaruh negatif pada cash flowpotensial dan aktual persediaan tenaga kerja, upah, pertumbuhan, kemampuan meningkatkan modal atau investas.

(44)

1. Produk dari suatu negara yang diperdagangkan oleh negara lain dijual dengan harga yang lebih rendah harga normal (less than normal value) atau disebut dengan “less than fair value” (LTFV).

2. Akibat dari diskriminasi harga tersebut yang menimbulkan kerugian material terhadap industri telah berdiri atau menjadi halangan terhadap pendirian industri dalam negeri.

3. Adanya hubungan kausal antara penjual barang impor yang LTFV dgn kerugian yang diderita oleh negara pengimpor (Hub. 1 & 2).

Menurut Kindleberger dalam H.A.S. Natabaya, apabila dilihat dari segi

dampak bagi konsumen dan industri dalam negeri importer, ada dua jenis dumping yaitu (H.A.S. Natabaya, 1996: 9) :

1. Dumping yang bersifat perampasan (predatory dumping) yaitu apabila

perusahan melakukan diskriminasi dan menguntungkan pembeli untuk sementara waktu dengan tujuan untuk menghilangkan saingan, setelah saingan tersingkir maka harga dinaikkan kembali. Bentuk dumping ini merugikan produk industri dalam negeri negara pengimpor.

2. Persistent dumping adalah damping yang terjadi secara terus menerus. Bentuk dumping ini pada dasarnya hanya akan menguntungkan konsumen negara

importer, karena persaingan tersebut hanya terjadi antara sesama produk impor.

A.4. Penentuan Bea Masuk Anti Dumping

Untuk menentukan bea masuk anti dumping diatur dalam Pasal 19 (1) UU Kepabeanan No.10 Tahun 1995 yang menyatakan bahwa Bea Masuk Antidumping yang dikenakan terhadap barang impor adalah setinggi-tingginya sebesar selisih antara nilai normal dengan harga ekspor dari barang tersebut. Bea Masuk

(45)

berdasarkan Pasal 12 ayat (1), yakni bea tambahan dari tariff impor (bea masuk) berdasarkan tarif setinggi-tingginya 40 % (empat puluh persen) dari nilai

pabean.Berdasarkan ketentuan di atas bahwa BMAD adalah bea masuk yang dijatuhkan terhadap produk-produk yang diekspor

secara dumping dan countervailing duties atau bea masuk untuk barang-barang yang terbukti telah diekspor dengan harga yang lebih rendah dari harga normal (less than fair value / LTFV. Nilai normal dalam arti harga untuk produk yang sama dengan produk yang dijual di negara sendiri atau di pasar pengekspor.

Selanjutnya yang dimaksud dengan nilai normal sebagaimana diatur dalam Pasal 1 ayat (3) PP No. 34 tentang Bea Masuk Anti Dumping dan Bea Masuk Imbalan adalah harga yang sebenarnya dibayar atau akan dibayar untuk barang sejenis dalam perdagangan pada umumnya di Pasar Domestik negara pengekspor untuk tujuan konsumsi.

Untuk menghitung harga norma (normal value) berbagai negara menganut bermacam-macam cara. Namum penafsiran yang umum dalam ketentuan Pasal VI GATT , menggunakan cara perhitungan harga normal berdasarkan “biaya produksi (cost of production) ditambah keuntungan (profit) dan dibagi dgn seluruh jumlah produksi (total of production).

Biaya produksi sekurang-kurang terdiri dari: 1. Biaya yang dikeluarkan untuk bahan baku, 2. Biaya fabrikasi termasuk upah buruh dan,

3. Segala biaya yang dikeluarkan utk melaksanaan penjualan (General Sales Administration / GSA).

(46)

dan harga normal dalam persaingan pasar dari barang arloji tsb adalah 120 dolar per buah, maka “margin of dumping” adalah 20 dolar. Dengan adanya kelebihan harga 20 dolar dari harga LTFV, maka negara yang dirugikan hanya diperkenankan untuk menggunakan anti dumping sebesar harga tersebut (20 dolar).6[6]

B. Implementasi pengaturan Dumping menurut Article VI GATT 1994 terhadap peraturan Indonesia

B.1. Ketentuan Dumping menurut GATT

Dalam putaran Perdagangan Internasional ke VI kenedy round (1963-1967) telah berhasil menyusun ketentuan dumping yang pertama kali dikenal dengan anti dumping code dan diberlakukan mulai tanggal 1 juli 1968.Kemudian ketentuan tersebut ditegaskan kembali dalam Tokyi Round (1973-1979) sekaligus berhasil disahkan menetapkan persetujuan tentang “Agreement on Interpretationof Articles VI,XVI,and XXIII of GATT” yang kemudian dikenal sebagai “Code of subsidies and Countervalling Measures”.Ketentuan tersebut masih bersifat “code”maka hanya menjadi petunjuk atau etika sehingga belum mempunyai kekuatan layaknya seperti ketentuan hukum.

Dalam putaran terakhir uruguay round (1968-1994),masalah dumping tetap menjadi perhatian para contracting parties.Sehinnga ketentuan dumping yang sudah ditetapkan dalam dua putaran perdagangan sebelumnya ditegaskan lagi dalam Annex 1A: Agreement on Implemantation of Article VI of general

Agreement on Tariffis and Trade 1994 sebagai lampiran perjanjian yang tidak bisa dipisahkan dari GATT 1994.Ketentuan dumping terdiri dari III bagian dan 2

lampiran penjelasan. Bagian 1 berisi Pasal 1 sampai pasal 15 bagian 2 terdiri dari pasal 16 dan 17,dan bagian III hanya satu,yaitu pasal 18.

(47)

Berbeda dengan dua putaran perundingan perdagangan di atas persetujuan-persetujuan perdagangan dalam pengelolan WTO / Hasil dari Uruguay round tidak lagi sebagai code tetapi sudah menjadi rule atau aturan hukum dalam sistem

perdagangan Internasional yang bersifat mengikat dan harus ditaati oleh anggotanya.

B.2 Ketentuan Dumping dalam Hukum Nasinal Indonesia

Dalam hukum Nasinal Indonesia ketentuan dumping secara ekplisit diatur dalam UU no.10 tahun 1995 tentang kepabeanan (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 1995 no.75 beserta Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3612 ) yang dilengkapi dengan peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 34 tahun 1996 tentang Bea masuk anti dumping dan Bea masuk Imbalan.

Undang-Undang no.10 tahun 1995 tentang kepabeanan merupakn

perubahan dari ketentuan perundang-undangan tetntan bea dan cukai.sebelumnya terhadap Kepabeanan berlaku ketentuan perundang-undangan dari zaman kolonial yaitu :7[7]

a) Indiche Tarief wet Staatblad tahun 1973 nomor 35 sebagaimana diubah dan ditambah

b) Rechten Ordonantie staatsblad tahun 1982 nomor 240 sebagaimana telah diubah dan ditambah.

c) Tarif Ordonantie Staadsblad Tahun 1910 Nomor 628 sebagaimana telah diubah dan ditambah

Perubahan ketentuan dari Kapabeanan tersebut menjadi undang-undang No.10 tahun 1995 tentan Kepabeanan merupakan tuntutan dari perkembangan dalam

(48)

pelaksanaan pembangunan bidan perekonomian ,khususnya penyelenggaraan kegiatan perdagangan Internasional yang banyak dipengaruhi oleh pergerakan globalisasi.

Dibandingkan dengan perundangan warisan kolonial dalam undang-undang No.10 tahun 1995 terdapat hal baru yang dipertegas antara lain

;Kapabeanan;kawasan kapabeanan; fasilitas yang diberikan Kapabeanan menyangkut tentang tempat penimbunan ( sementara,berikat,atau penibunan pabean ) ; Penetapan besarnya bea masuk anti dumping dan bea masuk imbalan pengendalian import ;sanksi administratif; penyidikan dan lembaga banding.

Dalam pelaksanaan bea masuk anti dumping dan bea masuk imbalan ditetapkan dalam Peraturan pemerintah yaitu PP Nomor 34 tahun 1996 yang mengatur tenhtang persyaratan dan pengenaan bea masuk anti dumping dan bea imbalan.Kemudian berkaitan dengan penyelesaian perselisihan tentang tuduhan dumping terhadap barang dumping atau barang yang mengandung subsidi

ditetapkan Komite Anti Dumping Indonesia ( KADI ) berdasarkan surat keputusan dari menteri perindustrian dan perdagangan Nomor 136/MPP/KEP/6/1996

tertanggal 4 juni 1996.8[8]

BAB IV

KESIMPULAN

a. Pengaturan tentang Anti Dumping selain mengacu pada ketentuan internasional (Agreement on Implementation of Article VI GATT dan Agreement on Subsidies

(49)

and Countervailing Duties), juga pada peraturan perundang-undangan nasional, yaitu UU. No. 10 tahun 1995 tetang Kepabeanan. Pengaturan anti dumping sangat diperlukan untuk melindungi industri dalam negeri terhadap praktik yang dapat merugikan industri dalam negari yang memproduksi barang sejenis.

b. Dumping yang dapat menimbulkan kerugian yang sangat diharamkan karna melanggar Prinsip perdagangan yang jujur dan merugikan kepentingan

perdagangan Negara anggota lain.Untuk tujuan itu,Negara yang terkabung dalam WTO harus mentaati dan mengaplikasikan ketentuan GATT 1994 serta perjanjian-perjanjian yang menyertainya termasuk ketentuan tentang Dumping.

SARAN

a. Perlu dikeluarkan peraturan khusus tentang anti dumping dalam bentuk undang-undang tersendiri, karena keberadaan perangkat hukum nasional dalam

mengantisipasi masalah dumping masih lemah, baik sebagai instrumen guna

melindungi produk dalam negeri dari praktik dumping, maupun sebagai instrumen hukum guna mengahdapi tuduhan dumping di luar negeri. Kelemahan tersebut terutama terkait dengan pengertian harga normal. Salah satu unsur terjadinya praktik dumping apabila harga yang ditawarkan di pasar negara pengimpor lebih rendah jika dibandingkan dengan harga normal (norma value) di dalam negeri pengimpor.

(50)

DAFTAR PUSTAKA

 Persetujuan akhir paraguay.terjemahan resmi bidan perdagangan multilateral Departement perdagangan jakarta 1994

 Elly erawati dan JS badudu Kamus Hukum Ekonomi jakrta ,Komponen pengembangan Hukum ekonomi proyek Ellips 1996 halaman 39

 Peraturan Pemerintah Nomor 34 tahun 1996 tetntang bea masuk anti dumping dan bea masuk imbalan

 Ibid pasal 3,5 hal 175

 http://www.unram.ac.id/2011/04/16/regulasi-anti-dumping-sebagai-upaya-perlindungan-terhadap-industri-dalam-negeri/

 Yunisaf anwar dan Rusandi Endjo,seri himpunan peraturan Pabeanan,Pt Bina Pena Pariwara 1996 hal 66

 Warta bea cukai edisi 271,1997,hal 15  Undang-Undang GATT 1974

(51)

Posted by yanthojehadu ⋅ June 3, 2014 ⋅ Leave a comment

Filed Under anti dumping law, Artikel VI GATT 1994, dumping, hukumdaganginternasional, Kritik atas Anti Dumping Law

Such this way will hang on?

BAB I

LATAR BELAKANG

Kebijakan antidumping yang telah menjadi risalah WTO merupakan kebijakan penting dalam era bisnis global. WTO sepakat menyatakan bahwa If a

company exports a product at a price lower than the price it normally charges on its own home market, it is said to be “dumping” the product.[1] Terhadap hal ini, WTO berinisiatif mendisiplinkan anggotanya dari tindakan-tindakan unfair trading dengan membuat regulasi Anti-Dumping Agreement atau Agreement on the

Implementation of Article IV of GATT 1994. Tujuan utamanya adalah menciptakan kondisi pasar yang adil.

(52)

pasar domestik sering sekali dirugikan oleh karena munculnya praktik dumping (penjualan barang impor di bawah harga normal produk domestik). Ada begitu banyak produk-produk impor yang dijual dengan harga lebih murah dari harga barang sejenis yang diproduksi di dalam negeri. Akibatnya, produsen barang sejenis akan jatuh karena kalah bersaing. Efek lebih lanjut adalah konstelasi

ekonomi, iklim pekerja, stabilasi keuangan, dan bahkan mengakibatkan goncangan ekonomi dalam suatu Negara. Jadi, tampaknya penerapan anti-dumping tentu membuka tabir keadilan dalam persaingan bisnis. Namun apakah memang demikian?

Dough Campbell dalam tulisannya berjudul “Trade War” mencoba mengkritisi kebijakan anti-dumping ini. Menurutnya, di samping catatan negatif tersebut, dalam scope global dan pasar bebas, ada kecurigaan bahwa anti-dumping act ini justru merupakan pesanan dari perusahaan tertentu yang tidak ingin kalah bersaing. Bagi mereka, anti-dumping adalah salah satu pintu masuk untuk menjaga

kepentingan bisnis mereka, dan menggunakan dengan dalil menjaga kestabilan ekonomi nasional.[2] Konstruksi pemikiran seperti ini kemudian mengundang kritik terutama dalam kaitannya dengan pasar bebas (a freedom to market) dan kemungkinan munculnya standar biaya yang rata terhadap komoditas pasar tertentu. Pertanyaan lebih lanjut, dalam ranah pasar global, Bagaimanakah efek dumping dan anti dumping law terhadap peluang perkembangan perdagangan nasional dan internasional, pertumbuhan ekonomi nasional, dan kesejahteraan bangsa?

(53)

BAB II

ANTI-DUMPING LAW: Sebuah review

2.1 Arti Anti-Dumping

Anti-dumping memiliki pengertian yang dekat dengan term dumping sendiri. Dumping adalah term bisnis internasional yang diartikan sebagai praktik dagang yang mana penjualan barang ekspor dengan harga lebih rendah

dibandingkan dengan barang sejenis di Negara asal barang. Tindakan ini sering diartikan sebagai tindakan unfair practice dalam perdangan internasional.[3]

Dari definisi tersebut di atas menunjukkan bahwa pengertian dumping, sering diekspresikan sebagai perbuatan curang karena penjualan produk-produk untuk ekspor pada harga yang lebih rendah dari nilai normal.

Dalam Uruguay Round, pengertian dumping memiliki dimensi yang baru, sebagai penyempurnaan dalam Artikel VI GATT 1994 yang dituangkan dalam Artikel 2, mengenai “Persetujuan tentang Pelaksanaan Pasal VI GATT 1994” sebagai berikut:

“For purposes of this agreement, a product is to be considered as being dumped, i.e. introduced into the commerce of another country at less than its normal value, if the export price of the product exported from one country to another is less than the comparable price, in the ordinary course of trade, for the like product when destined for consumption in the exporting country”.[4]

(54)

Masuk Anti Dumping dan Bea Masuk Imbalan, bahwa barang dumping adalah barang yang diimpor dengan tingkat Harga Ekspor yang lebih rendah dari Nilai Normalnya di negara pengekspor.[5]

Dari pengertian di atas, Anti Dumping adalah tindakan untuk mencegah, mengatur, menghilangkan praktik dagang internasional yang bertujuan untuk mengeruk keuntungan dari suatu negara (importer) dengan menerapkan harga yang lebih rendah dari harga produksi di negara eksporter. Anti Dumping selanjutnya ditegaskan dalam provisi resmi, yakni peraturan perundang-undangan baik dalam traktat perjanjian internasional Artikel VI GATT 1994 yang diatur pula dalam hukum nasional yakni dalam PP. 34 Tahun 1994.dan secara resmi di ratifikasi dalam UU No 7/1994 serta disisip secara khusus dalam UU No 10/1995 tentang kepabeanan.

2.2 Regulasi Dumping dan No Dumping

Menentukan suatu produk terkena dumping atau tidak bukanlah suatu perkara mudah. Definisi standar memang mengacu pada nilai/harga barang di negara import lebih rendah dibandingkan negara asalnya. Namun kriteri “lebih rendah” ini harus bisa diperjelas dan diregulasi, baik untuk analisis per se maupun pure economic reason.

Referensi

Dokumen terkait

MINAT SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS JURUSAN IPS DAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN PROGRAM KEAHLIAN AKUNTANSI MENDAFTAR KE PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI BKK PENDIDIKAN AKUNTANSI

Nilai barang yang masuk ke Kota Tarakan melalui Pelabuhan Tidak Resmi cukup besar (LP2M, Universitas Borneo, 2012). Survey yang dilakukan oleh LP2M Borneo menemukan

Setelah selesai memainkan perintah yang bisa dijalankan dalam lingkungan sistem operasi Linux, jika diinginkan untuk keluar dari shell maka perintah yang dapat digunakan

Apabila perolehan tanah tidak dapat diselesaikan dalam jangka waktu izin pemanfaatan tanah, termasuk perpanjangannya sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) Pasal 14 dan perolehan

Segmentasi pasar wisata pada Bukit Mas Cottage & Resto adalah wisatawan domestik yang tinggal di sekitar Kota Bandar Lampung, dengan tujuan untuk refreshing dan liburan menikmati

Zero waste dalam produksi fasyen ini yang terinspirasi dari pembuatan kimono Jepang, dalam industri fesyen menjadi salah satu teknik yang dapat dikembangkan

Meningkatnya mutu pendidikan masyarakat Pakualaman dengan diperolehnya beberapa keahlian yang didapatkan dari sekolah partikelir tersebut, tentu saja membuka lebar

Memberikan informasi kepada pihak Koperasi Kredit Karya Jasa Palembang mengenai peranan audit internal dan efektivitas pengendalian internal penyaluran kredit yang