• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1) Pengertian MotivasiBelajar

Motivasi berasal dari Bahasa Inggris motivation yang berarti

dorongan, pengalasan dan motivasi. Motif berarti keadaan dalam diri seseorang yang mendorong individu tersebut untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu guna mencapai tujuan yang diinginkan (Suryabrata,1984 dalam Ali Imron,1996:30).

Dalam modul yang disusun oleh Wens Tanlain (2007:17), motivasi berarti keadaan yang mendesak seseorang sadar akan kebutuhannya. Motivasi seseorang menumbuhkan kesadaran akan kebutuhannya itu yang mendorongnnya untuk melakukan tindakan tertentu yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhannya.

Berdasarkan pengertian motivasi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pengertian motivasi belajar adalah keadaan dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan tindakan tertentu yang mengakibatkan perubahan tingkah laku dalam dirinya yang bisa berupa perubahan pengetahuan, pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap.

2) Jenis-Jenis Motivasi

Ada dua macam motivasi yang dialami seseorang (Wens Tanlain (2007:18), yaitu :

1) Motivasi intrinsik

Motivasi instrisik dalah keadaan dalam diri seseorang yang mendesak dia sadar akan motifnya. Misalnya keadaan lapar dalam diri seseorang yang mendesaknya sadar bahwa ia membutuhkan makanan dan minuman segera, jadwal belajar yang dibuat sendiri oleh siswa menyadarkannya akan waktu melakukan kegiatan belajar.

2) Motivasi Ekstrinsik

Motivasi Ekstrinsik adalah keadaan diluar diri seseorang yang mendesak dia sadar akan motifnya. Misalnya tugas rumah yang diberikan guru kepada siswa menyadarkan siswa akan kebutuhan melakukan kegiatan belajar. Motivasi intrinsic sangat dibutuhkan oleh siswa SD, sebab ia belum mengenal baik motifnya dan belum mampu mengatur motif-motifnya yang sudah ia sadari. Lambat laun motivasi ekstrinsik dibatasi dan siswa dibiasakan untuk menggunakan motivasi intrinsiknya.

3) Fungsi Motivasi

Ign. Masidjo (2006:12), motivasi mempunyai peran memberi dorongan dan semangat belajar pada siswa, sehingga siswa mempunyai banyak motivasi belajar dan energi untuk melangsungkan kegiatan belajarnya. Wens T. mengemukakan bahwa motivasi mendorong seseorang untuk melakukan tindakan tertentu berkaitan dengan pemenuhan kebutuhannya (2007:17).

4) Faktor - faktor yang Mempengaruhi Motivasi

Menurut Ali Imron (1996:99-105), ada 6 unsur yang mempengaruhi motivasi. Unsur-unsur tersebut adalah :

1) Cita-cita / Aspirasi Pembelajar

Setiap manusia mempunyai cita-cita atau aspirasi tertentu dalam hidupnya. Manusia akan berusaha semaksimal mungkin untuk mencapai cita-cita dan aspirasi tersebut, meskipun banyak rintangan yang harus mereka hadapi. Oleh karena itu, cita-cita dan aspirasi sangat mempengaruhi terhadap motivasi seseorang.

2) Kemampuan Pembelajar

Kemampuan belajar manusia yang satu dengan yang lain berbeda-beda. Ada yang mempunyai kemampuan belajar yang tinggi, ada juga

yang mempunyai kemampuan belajar rendah. Kemampuan

pembelajar mempunyai hubungan yang erat dan bahkan

mempengaruhi motivasi belajar pembelajar. Bisa terjadi, seseorang menjadi rendah motivasi belajarnya terhadap bidang tertentu oleh karena yang bersangkutan rendah kemampuannya di bidang tersebut.

3) Kondisi pembelajar

Ada dua macam kondisi belajar, yaitu kondisi fisik dan kondisi psikis. Kondisi fisik dan kondisi psikis seseorang sama-sama berpengaruh terhadap motivasi belajarnya. Ada kalanya seseorang pada masa-masa sebelumnya bermotivasi belajar tinggi, tiba-tiba menjadi rendah hanya karena kondisi fisik dan psikologisnya terganggu atau sakit. Tidak jarang seseorang yang termotivasi belajarnya biasa-biasa saja, tiba-tiba berubah karena kondisi fisik dan psikologisnya dalam keadaan prima.

4) Kondisi lingkungan belajar

Lingkungan belajar meliputi lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Lingkungan fisik adalah tempat dimana pembelajar tersebut belajar. Apakah kondisinya nyaman atau tidak, segar atau pengap, dan sebagainya. Hal-hal demikian ini berpengaruh terhadap motivasi belajar. Sedangkan lingkungan sosial adalah lingkungan seseorang dalam kaitannya dengan orang lain, misalnya kelompok belajar, lingkungan sepermainan, dan lingkungan sebaya. Harus diakui bahwa kelompok belajar, lingkungan sepermainan, dan lingkungan sebaya juga menentukan motivasi belajar seseorang.

5) Unsur-unsur dinamis belajar pembelajaran

Unsur-unsur dinamis belajar pembelajaran turut mempengaruhi motivasi belajar seseorang. Unsur-unsur yang dimaksud di sini adalah :

a) Motivasi dan upaya memotivasi siswa utuk belajar b) Bahan belajar dan upaya penyediaannya

d) Suasana belajar dan upaya pengembangannya

e) Kondisi subjek belajar dan upaya penyiapan dan peneguhannya.

f) Upaya guru dalam membelajarkan pembelajar

Guru yang sungguh-sungguh dalam membelajarkan pembelajar, menjadikan tingginya motivasi belajar pembelajar. Dengan gairah mengajar yang tinggi serta senantiasa memberikan pelajaran dengan menarik, akan memberikan berpengaruh terhadap gairah belajar pembelajar.

2. Prestasi Belajar

a. Pengertian Prestasi Belajar

Prestasi adalah hasil yang telah dicapai seseorang dalam melakukan kegiatan. Menurut Bloom dalam Suharsimi Arikunto (1990:110) prestasi merupakan kecakapan atau hasil kongkrit yang dapat dicapai pada saat atau periode tertentu. Kurniawan (dalam Depdikbud, 1995:787) menyatakan bahwa prestasi berarti hasil yang telah dicapai, sedangkan belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu.

Prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru (Kamus besar bahasa Indonesia; 700).

Prestasi belajar dapat diukur melalui tes yang sering dikenal dengan tes prestasi belajar. Menurut Saifudin Anwar (2005 : 8-9) mengemukakan tentang tes prestasi belajar bila dilihat dari tujuannya yaitu

mengungkap keberhasilan seseorang dalam belajar. Testing pada hakikatnya menggali informasi yang dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan. Tes prestasi belajar berupa tes yang disusun secara terrencana untuk mengungkap performasi maksimal subyek dalam menguasai bahan-bahan atau materi yang telah diajarkan. Dalam kegiatan pendidikan formal tes prestasi belajar dapat berbentuk ulangan harian, tes formatif, tes sumatif, bahkan ebtanas dan ujian-ujian masuk perguruan tinggi.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan prestasi belajar adalah penguasaan atau keterampilan belajar siswa yang dikembangkan oleh mata pelajaran, ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru.

b. Faktor yang mempengaruhi Prestasi Belajar

Prestasi belajar menurut Muhibbin Syah meliputi segenap ranah psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar siswa (2003: 213). Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah sebagai berikut :

1) Faktor Internal

a) Faktor jasmani (fisiologis) yang bersifat bawaan maupun yang diperolehnya, misalnya : pengelihatan, pendengaran, struktur tubuh dan sebagainya.

b) Faktor psikologis, baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh, terdiri atas:

(1) Faktor interaktif yang meliputi:

(a) Faktor parsial yaitu kecerdasan dan bakat.

(b)Faktor kecakapan nyata yaitu prestasi yang telah dimiliki (2) Faktor non interaktif yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu seperti

sikap kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi penyesuaian diri.

c) Faktor kematangan fisik maupun psikis.

2)Faktor eksternal

a) Faktor yang bersumber dari lingkangan sekolah atau lembaga (1)Cara memberi pelajaran

(2)Kurangnya bahan bacaan

(3)Kurangnya pelajaran alat-alat pelajaran (4)Penyelenggaraan pelajaran terlalu padat

b) Faktor yang bersumber dari lingkungan keluarga Sebagian besar waktu belajar dilaksanakan di rumah. Apabila kurang kontrol dan keluarga anak banyak yang kurang konsentrasi dalam belajar.

c) Faktor yang bersumber dari masyarakat (1)Aktif berorganisasi

(2)Tidak dapat mengatur waktu (3)Tidak punya teman belajar bersama

Berdasarkan penjelasan mengenai prestasi, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah penguasaan atau keterampilan belajar siswa yang dikembangkan oleh mata pelajaran, ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru.

3. Pembelajaran IPS SD

a. Hakikat Pembelajaran IPS SD

Ilmu Pengetahuan Sosial yang disingkat IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang terdapat dalam kurikulum sekolah mulai tingkat SD/MI/SDLB hingga tingkat menengah (SMP/MTs). Sapriya (2009:7) berpendapat bahwa IPS merupakan sebuah nama mata pelajaran integrasi dari mata pelajaran Sejarah, Geografi, Ekonomi serta mata pelajaran ilmu sosial lainnya. Nama IPS sejajar dengan mata pelajaran IPA yang juga merupakan intergrasi dari beberapa mata pelajaran, yaitu Biologi, Kimia, dan Fisika. Menurut Jean Jarolimek dalam Thamrin Talut dan M.Abduh (1980:1) ilmu pengetahuan sosial adalah ilmu yang mengkaji manusia dalam hubungannya dengan lingkungan sosial dan fisiknya.

Istilah IPS di sekolah dasar merupakan nama mata pelajaran yang berdiri sendiri sebagai integrasi dari sejumlah konsep disiplin ilmu sosial, humaniora, sains bahkan berbagai isu dan masalah sosial kehidupan. Materi IPS untuk jenjang sekolah dasar tidak terlihat aspek disiplin ilmu karena yang lebih dipentingkan adalah dimensi pedagogik dan psikologis serta karakteristik kemampuan berpikir siswa yang bersifat holistik.

Pendidikan IPS penting diberikan kepada siswa pada jenjang pendidikan dasar dan menengah, karena siswa sebagai anggota masyarakat perlu mengenal masyarakat dan lingkungannya. Untuk mengenal masyarakat siswa dapat belajar melalui media cetak, media elektronika, maupun secara langsung melalui pengalaman hidupnya ditengah-tengah masyarakat. Dengan pengajaran IPS, diharapkan siswa dapat memiliki sikap peka dan tanggap untuk bertindak secara rasional dan bertanggungjawab dalam memecahkan masalah-masalah sosial yang dihadapi dalam kehidupannya.

Dengan demikian penyampaian materi IPS terhadap siswa sekolah dasar dilakukan secara terpadu dan bertahap. Diawali dari pengetahuan di lingkungan sekitar siswa, kemudian dilanjutkan dengan pengetahuan diluar lingkungan siswa. Rancangan kegiatan pembelajaran yang disusun oleh guru hendaknya disuaikan dengan kondisi dan perkembangan potensi siswa agar pembelajaran yang dilakukan benar-benar berguna dan bermanfaat bagi siswa.

Jadi peneliti mengambil kesimpulan bahwa pembelajaran IPS merupakan pembelajaran yang mengarah pada kemampuan siswa untuk lebih mahami lingkungan disekitarnya. Mereka sebagai anggota masyarakat perlu mengenal masyarakat dan lingkungannya. Pengetahuan yang mereka miliki ini diharapkan dapat membantunya dalam memenuhi kebutuhan hidup serta mampu menentukan sikap dalam suatu situasi sosial, berbangsa dan bernegara.

b. Tujuan Pembelajaran IPS

Pada dasarnya tujuan IPS adalah untuk mendidik dan memberi bekal kepada siswa untuk mengembangkan diri sesuai dengan bakat, minat, kemampuan dan lingkungannya, serta memberi bekal untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Di tingkat SD, tujuan IPS adalah untuk mempersiapkan para siswa sebagai warga negara yang menguasai pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai yang dapat digunakan sebagai kemampuan untuk memecahkan masalah pribadi atau masalah sosial (Sapriya, 2009:12). Oleh karena itu, IPS mempunyai peran yang sangat penting bagi para siswa untuk menghadapi berbagai macam persoalan kehidupan sosialnya.

Dalam buku Sapriya (2009:194), dijelaskan bahwa mata pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis. Melalui mata pelajaran IPS, siswa diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab, serta menjadi warga negara dunia yang cinta damai.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan pengajaran IPS adalah untuk membina afeksi sila-sila Pancasila, kognisi (pengetahuan yang didapat dari proses berfikir), dan psikomotor peserta didik untuk menjadi manusia pembangun Indonesia untuk mempersiapkan siswa studi lanjut di bidang social science, mendidik kewarganegaraan yang baik, melatih siswa

berfikir demokratis, pembinaan warga negara Indonesia atas dasar moral pancasila atau UUD 1945 dan sikap sosial yang rasional dalam kehidupan.

c. Ruang Lingkup IPS

Dalam buku Nursid Sumaatmadja (1979:11), dijelaskan bahwa ruang lingkup IPS adalah manusia pada konteks sosialnya atau manusia sebagai anggota masyarakat. Apa yang menjadi ruang lingkup Ilmu Sosial juga menjadi ruang lingkup yang dipelajari IPS, dengan kata lain ruang lingkup Ilmu Sosial sama dengan ruang lingkup IPS.

Ruang lingkup pengajaran IPS di tingkat Sekolah Dasar dibatasi sampai gejala dan masalah sosial yang dapat dijangkau pada geografi dan sejarah. Terutama gejala dan masalah sosial dalam kehidupan sehari-hari siswa SD.

4. Pembelajaran Berbasis Masalah

a. Hakekat Pembelajaran Berbasis Masalah

Istilah Pembelajaran Berbasis Masalah diadopsi dari istilah bahasa Inggris yaitu Problem Based Instruction (PBI). Model Pembelajaran Berbasis Masalah dikenal sejak zaman John Dewey. Dalam dunia pendidikan PBI sudah banyak digunakan karena model pembelajaran ini berdasarkan masalah dalam kehidupan nyata yang dihadapi siswa sehari-hari.

Model Pembelajaran Berbasis Masalah merupakan model yang memfokuskan pada siswa dengan mengarahkan siswa menjadi pebelajar yang mandiri dan terlibat langsung secara aktif dalam pembelajaran berkelompok (Yatim Riyanto, 2009:288). Dalam model ini dapat membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi,

inkuiri, kemandirian, dan percaya diri dalam memecahkan masalah sehingga diperoleh solusi masalah yang rasional dan autentik.

Menurut Duch (dalam M. Taufiq Amir (2008:21)) pembelajaran berbasis masalah adalah metode pendidikan yang mendorong siswa untuk mengenal cara belajar dan bekerjasama dalam kelompok untuk mencari penyelesaian masalah-masalah di dunia nyata.

Arends (Nurhayati Abbas, 2000: 12) menyatakan bahwa model Pembelajaran Berbasis Masalah adalah model pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran siswa pada masalah autentik, sehingga siswa dapat menyusun pengetahuannya sendiri, menumbuhkembangkan keterampilan yang lebih tinggi dan inquiri, memandirikan siswa, dan meningkatkan kepercayaan diri sendiri. Pendekatan pembelajaran ini mengutamakan proses belajar dimana tugas guru harus memfokuskan diri untuk membantu siswa mencapai keterampilan mengarahkan diri. Pembelajaran Berbasis Masalah penggunaannya di dalam tingkat berpikir lebih tinggi, dalam situasi berorientasi pada masalah, termasuk bagaimana belajar

Pembelajaran Berbasis Masalah dilandasi oleh teori belajar

konstruktivisme, karena siswa memproses informasi dalam dirinya dan menyusun pengetahuannya sendiri. Pada saat pembelajaran dimulai dengan menyajikan masalah yang nyata dihadapi siswa, kemudian siswa berproses

mencari penyelesaian masalah sehingga siswa dapat membangun

Jadi berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran berbasis masalah adalah suatu model pembelajaran yang berawal dari sebuah masalah nyata yang terjadi didalam kehidupan sehari-hari siswa yang bertujuan untuk merangsang kemampuan berpikir aktif dan kritis untuk memecahkan masalah tertentu.

b. Karakteristik Pembelajaran Berbasis Masalah

Dalam buku Taufiqamir (2009:22), karakteristik yang tercakup dalam proses Pembelajaran Berbasis Masalah adalah :

1) Masalah digunakan sebagai awal pembelajaran

2) Biasanya, masalah yang digunakan merupakan masalah dunia nyata yang disajikan secara mengambang.

3) Masalah biasanya menuntut pemelajar menggunakan dan mendapatkan konsep dari beberapa bab atau lintas ilmu ke bidang lainnya.

4) Masalah membuat pemelajar tertantang untuk mendapatkan pembelajaran diranah pembelajaran yang baru.

5) Sangat mengutamakan belajar mandiri

6) Mengutamakan sumber pengetahuan yang bervariasi, tidak dari satu sumber saja. Pencarian, evaluasi serta penggunaan pengetahuan ini menjadi kunci penting.

7) Pembelajaran kolaboratif, komunikasif dan kooperatif. Pembelajar bekerja dalam kelompok, berinteraksi, saling mengajarkan, dan melakukan presentasi.

c. Tujuan dan Manfaat Pembelajaran Berdasarkan Masalah

Menurut Triyanto berdasarkan karakteristiknya Pembelajaran Berbasis Masalah memiliki tujuan :

1) Membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir dan

keterampilan pemecahan masalah.

2) Belajar peranan orang dewasa yang autentik.

Model pembelajaran berbasis masalah penting untuk menjembatani antara pembelajaran di sekolah formal dengan aktivitas mental yang lebih praktis yang dijumpai di luar sekolah

Menurut Resnick (Trianto, 2009: 95) pembelajaran berbasis masalah memiliki maksud:

a) Mendorong kerja sama dalam melaksanakan tugas;

PBI memberi dorongan pada siswa untuk tidak hanya sekedar berfikir sesuai yang bersifat konkret, namun siswa harus dapat berfikir terhadap ide-ide yang abstrak dan komplek. Berfikir yang seperti itu dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan pemecahan masalah (problem solving) oleh peserta didik itu sendiri.

b)Memiliki elemen-elemen belajar magang, yang mendorong pengamatan dan dialog dengan orang lain sehingga secara bertahap siswa dapat memahami orang yang diamati atau yang diajak dialog (guru, dokter, ilmuan).

c) Menjadi pembelajar yang mandiri.

Guru membimbing, mengarahkan dan mendorong mereka untuk

mengajukan pertanyaan, mencari jawaban penyelesaianterhadap

masalahah yang nyata oleh mereka sindiri.

Manfaat PBM menurut Smit (Taufiqamir, 2009:27) adalah :

(1) Menjadi lebih ingat dan meningkatkan pemahamannya atas materi ajar. Kalau pengetahuan itu didapatkan lebih dekat dengan konteks praktiknya, maka kita akan lebih ingat

(2) Meningkatkan fokus pada pengetahuan yang relevan

Banyak kritik pada dunia pendidikan, bahwa apa yang diajarkan di kelas-kelas berbeda dari apa yang terjadi di dunia. Dengan PBM, siswa dihadapkan dengan masalah nyata, pelajar bisa “merasaka” lebih baik konteks operasinya di lapangan

(3) Mendorong untuk berpikir

Dengan proses yang mendorong siswa untuk mempertanyakan kritis, reflektif, maka manfaat ini bisa menjadi peluang. Nalar siswa dilatih, dan kemampuan berpikirnya ditingkatkan. Siswa tidak hanya sekerdar tahu, tapi juga dipikrkan.

(4) Membangun kerja tim, kepemimpinan, dan keterampilan sosial

Siswa diharapkan dapat memahami peranannya dalam kelompok, menerima pandangan orang lain, bisa memberikan pengerertian bahkan untuk orang-orang yang barangkali tidak senang

(5) Membangun kecakapan belajar

Dengan struktur masalah yang agak mengambang, merumuskannya, serta dengan tuntutan mencari sendiri pengetahuan yang relevan akan melatih mereka untuk manfaat ini.

(6) Memotivasi pembelajar

Dengan PBM, kita punya peluang untuk membangkitkan minat dari dalam diri siswa, karena kita menciptakan masalah dengan konteks pekerjaan. Dengan masalah yang menantang, mereka (walaupun tidak semua) merasa bergairah untuk menyelesaikannya.

d. Langkah-Langkah Proses Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)

Menurut Arens (Triyanto, 2009:97) pada Pembelajaran Berbasis Masalah terdiri dari lima langkah yaitu :

e. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)

Dalam buku Triyanto (2009:96) kelebihan Pembelajaran Berbasis Masalah adalah :

1)Realistik dalam kehidupan siswa 2)Konsep sesuai dengan kebutuhan siswa 3)Memupuk sifat inquiri siswa

4)Retensi konsep jadi kuat

5)Memupuk kemampuan problem solving

Langkah-langkah Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah

Tingkah Laku Guru

Orientasi siswa pada masalah

 Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, dan memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah.

Mengorganisir siswa dalam belajar

 Guru membagi siswa ke dalam kelompok.

 Guru membantu siswa dalam mendefinisikan dan

mengorganisir tugas-tugas belajar yang berhubungan dengan masalah.

Membimbing

penyelidikan individual maupun Kelompok

 Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen dan penyelidikan untuk mengadakan penjelasan dan pemecahan masalah. Mengembangkan dan

menyajikan hasil karya

 Guru membantu siswa dalam merencanakan dan

menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video dan model dalam membantu mereka membagi tugas dengan temannya

Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses yang digunakan.

Selain memiliki kelebihan Pembelajaran Berbasis Masalah juga memiliki beberapa kekurangan, yaitu :

a) Persiapan pembelajaran (alat, problem, konsep) yang kompleks b)Sulitnya mencari problem yang relevan

c) Sering terjadi miss-konsepsi

d)Memerlukan waktu banyak untuk penyelidikan

b. Belajar

1)Pengertian Belajar

Belajar menurut Slameto adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (2003:3). Dalam modul Wens Tanlain (2007:6-7), terdapat beberapa pengertian belajar, yaitu :

a) Menurut Kinsley dan Garry, belajar adalah proses dalam terbentuknya tingkah laku atau terjadi perubahan tingkah laku melalui praktek atau latihan.

b) Hilgard menegaskan dua hal rumusan belajar, yaitu (1) kegiatan yang bersifat latihan dan yang bersifat praktek: latihan dengan anggota badan sehingga menjadi terampil dan praktek menerapkan pengetahuan. Dan (2), perubahan yang terjadi dalam diri berupa pengetahuan, pemahaman, sikap, keterampilan yang menampak dalam tingkah laku.

c) Cropley menyatakan bahwa pengertian belajar adalah suatu proses dan melalui prose situ terjadi pendidikan serta proses ini terjadi dalam diri anak sejak ia lahir.

Jadi belajar adalah suatu proses yang dilakukan seseorang yang mengakibatkan perubahan tingkah laku dalam dirinya berupa perubahan pengetahuan, pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap.

2)Jenis-Jenis Belajar

Menurut Robert H. Davis, dkk, (dalam Yatim Riyanto, 2008:58-59) dalam belajar dibagi menjadi :

a) Belajar Konsep

Definisi konsep yaitu satuan arti yang dimiliki sejumlah objek yang cirinya sama. Dengan belajar konsep, manusia akan dapat dengan mudah menamai objek/sesuatu dengan baik. Kapasitas manusia dalam mengungkapkan dengan kata-kata, membuat kita dapat berbicara mengenai konsep untuk menjelaskan sifat dan pelengkapnya.

b) Belajar Prinsip

Dengan belajar konsep, di atas, orang dapat mengklasifikasikan macam-macam fenomena yang ada. Dengan prinsip yang berasal dari

kombinasi kaidah-kaidah (seperti penjelasan diatas), dapat

c) Pemecahan Masalah

Secara umum, proses pemecahan masalah diawali dari memahami masalah yang ada merencanakan pemecahannya tindakan pemecahan hasil.

d) Kemampuan Motor Perceptual

Kemampuan ini diartikan sebagai pengkoordinasian otot-otot untuk sebuah tindakan secara baik/sukses.Contoh: seorang dewasa akan lebih dapat mengatur dengan baik sebuah ruangan daripada seorang anak.

3)Faktor-Faktor yang mempengaruhi belajar

Muhibbin Syah (1977:132-133) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dibedakan menjadi tiga macam, yaitu faktor internal, eksternal, dan faktor pendekatan pembelajaran.

a) Faktor Internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan atau kondisi jasmani dan rohani siswa.

1) Ingatan atau Memori Siswa

Ingatan adalah suatu aktivitas kognitif dimana siswa SD menyadari bahwa pengetahuan yang pernah diketahuinya berasal dari masa lampau. Dengan ingatan memungkinkan siswa memperoleh berbagai pengetahuan yang diperoleh dari masa lampau yang telah disimpan dengan baik dan siap disadarkan kembali jika diperlukan. Jadi, tanpa ingatan hampir tidak mungkin siswa SD mempelajari sesuatu di sekolah.

2) Berfikir

Berfikir adalah aktivitas kognitif siswa yang berupa proses simbolis atau abtraksi yang menghasilkan pengertian atau konsep. Pengertian konsep dapat merupakan sesuatu yang berarti mewakili sejumlah peristiwa, benda, ruang, ide, dan sebagainya yang mempunyai ciri-ciri yang sama. 3) Intelegensi atau Kemampuan

Intelegensi adalah suatu aktivitas kognitif siswa di mana berfikir berperan utama yang tampak dalam tingkah lakunya yang terarah pada panyesuaian diri terhadap situasi baru yang bermasalah. Tingkah laku

Dokumen terkait