i
PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR IPS MELALUI
MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH PADA SISWA
KELAS IV SD KANISIUS DEMANGAN BARU SEMESTER GENAP
TAHUN PELAJARAN 2010/2011
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh :
Anggit Rita Dwi Wijatmiko F.
NIM: 091134201
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
ii
PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR IPS MELALUI
MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH PADA SISWA
KELAS IV SD KANISIUS DEMANGAN BARU SEMESTER GENAP
TAHUN PELAJARAN 2010/2011
ANGGIT RITA DWI WIJATMIKO
091134201
13 Agustus 2011
iv
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN
“
Jangan menyesal akan semua usaha yang telah kamu lakukan, sebab kesuksesan
telah Ia rencanakan
”
“
Syukurilah semua yang telah dianugerahkan
”
Skripsi ini kupersembahkan untuk :
1.
Bapak Christoporus Esanto dan Ibu Benedecta
Yuniwarti yang senantiasa mendukung dan
mendoakanku.
2.
Kakak tersayang A.A.E. Wijatmiko dan Anggi
Ratih D.W.V yang selalu memberiku semangat.
3.
Trisno Nugroho yang selalu mendampingi dan
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 26 Agustus 2011
Penulis
vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :
Nama : Anggit Rita Dwi Wijatmiko F.
NIM : 091134201
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya menyerahkan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya berjudul :
Peningkatan Motivasi dan Prestasi Belajar IPS Melalui Model Pembelajaran
Berbasis Masalah Pada Siswa Kelas IV di Sekolah Dasar Demangan Baru
Semester Genap Tahun Pelajaran 2010/2011
beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian Perpustakaan Universitas
Sanata Dharma berhak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain,
mengelolanya dalam bentuk pangkalan dan mendistribusikan secara terbatas, dan
mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis
tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal : 26 Agustus 2011
Yang menyatakan
vii
ABSTRAK
PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR IPS MELALUI
MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH PADA SISWA
KELAS IV SD KANISIUS DEMANGAN BARU SEMESTER GENAP
TAHUN PELAJARAN 2010/2011
Anggit Rita Dwi Wijatmiko F.
Universitas Sanata Dharma
2011
Penelitian ini mempunyai dua tujuan yaitu ; (1) untuk mendeskripsikan
peningkatan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran IPS melalui model
Pembelajaran Berbasis Masalah siswa kelas IV di SD Kanisius Demangan Baru
pada semester genap tahun pelajaran 2010/2011. (2) Mendeskripsikan
peningkatan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran IPS melalui model
Pembelajaran Berbasis Masalah siswa kelas IV di SD Kanisius Demangan Baru
pada semester genap tahun pelajaran 2010/2011.
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan
dalam 2 siklus. Metode penelitian yang digunakan meliputi tahap perencanaan,
pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Subyek penelitian ini adalah siswa
kelas IV. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner, observasi, tes hasil
belajar pada akhir siklus, refleksi, dan wawancara. Teknik analisis data
menggunakan analisis deskriptif dan komparatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran berbasis
masalah dapat meningkatkan motivasi dan presasi belajar IPS siswa kelas IV di
SD Kanisius Demangan Baru tahun pelajaran 2010/2011, khususnya pada materi
masalah sosial di lingkungan setempat. Peningkatan motivasi belajar siswa terlihat
dari rata-rata motivasi belajar siswa pada kondisi awal 72,7 meningkat 4,7 % pada
akhir siklus II menjadi 77,4. Sedangkan peningkatan prestasi belajar siswa terlihat
dari kondisi awal siswa dengan nilai rata-rata 71,8 pada siklus I meningkat 4,6 %
menjadi 76,4 dan pada siklus II meningkat 3,8 % menjadi 80,2. Dari segi KKM
pada kondisi awal terdapat 23 anak tuntas, kemudian pada siklus I meningkat 9 %
menjadi 32 anak yang tuntas dan pada siklus II meningkat kembali 5% menjadi 37
anak.
viii
ABSTRACT
A STUDY ON THE IMPROVEMENT OF STUDENTS’ MOTIVATION
AND ACHIEVEMENT IN STUDYING IPS (SOCIAL SCIENCE) USING
PROBLEM-BASED LEARNING STRATEGY ON THE FOURTH
GRADERS OF SD KANISIUS DEMANGAN BARU IN THE SECOND
SEMESTER OF THE ACADEMIC YEAR OF 2010/2011
Anggit Rita Dwi Wijatmiko F.
Sanata Dharma University
2011
This study was intended to meet two objectives, i.e.; (1) to describe the
improvement of motivation learning IPS (Social Science) through the Problem
Based Learning Model of
the fourth graders’ of SD Kanisius Demangan Baru
motivation in studying IPS (Social Science) in the second semester of the
academic year of 2010/2011.(2) To describe the increased learning of studying
IPS (Social Science) through the Problem Based Learning Model of the fourth
graders’ of SD Kanisius Demangan Baru achievement in studying IPS (Social
Science) in the second semester of the academic year of 2010/2011.
This study was an Action Research conducted in two cycles. The research
method used covered stages of planning, action, observation, and reflection. The
research subject was the fourth graders. Techniques of collecting data was by
using questionnaire, observation sheet, summative test at the end of the cycle,
reflection, and interview. Data analysis technique was used descriptive and
comparative analysis.
The result of study showed that Problem-Based Learning Strategy could
improve fourth graders’ motivation and achievement in studying IPS (Social
Science) in the second semester of the academic year of 2010/2011, especially on
the topic of social problem in the local environment. The improvement of
students’ motivation were
shown on the average score of 72.7 at the begining
then increased 4.7% at the end of the second cycle into 77.4. While the
improvement of students’ achievement were shown on the average score of 71.8
at the first cycle then increased 4.6% into 76.4 and at the second cycle increased
3.8% into 80.2. From the pont of view of KKM (Minimum Passing Criterion) at
the begining condition there were 23 passing students, then in the first cycle
increased 9% into 32 passing students, and at the second cycle increased 5% into
37 passing students.
ix
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis haturkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa dan
Maha Kasih, karena berkat kemurahan rahmat dan kasih-Nya, skripsi ini dapat
terselesaikan dengan baik. Skripsi ini ditulis untuk memenuhi salah satu syarat
kelulusan Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma. Terutama
tugas ini dibuat sebagai usaha untuk memenuhi kompetensi guru berupa
kemampuan penguasaan bidang studi, memahami siswa, pembelajaran siswa dan
pengembangan kepribadian.
Penulisan skripsi ini dapat terselesaikan karena kebaikan, dukungan,
bimbingan, dan keterlibatan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini dengan
tulus hati penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1.
Drs. R. Rohani, M. Ed, Ph. D. selaku Dekan FKIP Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta,
2.
Drs. Puji Purnomo, M. Si selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru
Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma,
3.
Dra. Sumini Theresia, M. Pd dan Drs. P. Wahana, M.Hum. selaku Dosen
Pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan
bimbingan, petunjuk, dan saran yang sangat berguna bagi penulis,
4.
Y.C Adi Darma S, selaku Guru Model yang telah bersedia untuk
membantu penulis dalam melaksanakan penelitian ini,
5.
Kepala Sekolah, Dewan Guru, beserta siswa dan siswi kelas IV SD
Kanisius Demangan Baru yang telah banyak membantu terlaksananya
penelitian ini,
x
Atas semua itu, penulis hanya dapat memanjatkan doa kepada Tuhan
Yang Maha Esa semoga kebaikan mereka mendapat balasan yang setimpal.
Penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan dalam
penulisan skripsi ini karena keterbatasan kemampuan penulis. Penulis
berharap dengan adanya skripsi ini semoga bermanfaat bagi siapa saja yang
membacanya.
Akhirnya penulis akan selalu menerima dengan senang hati apabila ada
kritik dan saran yang bersifat membangun dalam penyempurnaan skripsi ini.
Yogyakarta, 26 Agustus 2011
Penulis
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...
i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ...
ii
HALAMAN PENGESAHAN ...
iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ...
iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ...
v
PERSETUJUAN PUBLIKASI ...
vi
ABSTRAK ...
vii
ABSTRACT ...
viii
KATA PENGANTAR ...
ix
DAFTAR ISI ...
xi
DAFTAR TABEL ...
xiii
DAFTAR GAMBAR ...
xv
DAFTAR LAMPIRAN ...
BAB I. PENDAHULUAN ...
1
A.
Latar Belakang ...
1
B.
Rumusan Masalah ...
3
C.
Batasan Masalah ...
3
D.
Batasan Pengertian ...
4
xii
F.
Manfaat Penelitian ...
5
BAB II. KAJIAN PUSTAKA ...
7
A.
Kajian Teori ...
7
B.
Kerangka Berpikir ...
31
C.
Hipotesis ...
33
BAB III. METODE PENELITIAN ...
34
A.
Setting Penelitian ...
34
B.
Desain Penelitian ...
36
C.
Pelaksanaan Tindakan ...
36
D.
Pengumpulan Diagram dan Instrumen ...
44
E.
Indikator Keberhasilan ...
59
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...
60
A.
Hasil Penelitian ...
60
B.
Komparasi Hasil Penelitian ...
88
C.
Pembahasan ...
97
BAB V. PENUTUP ...
100
A.
Kesimpulan ...
100
B.
Saran ...
101
Daftar Pustaka ...
102
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Jadwal Penelitian ...
35
Tabel 2. Kisi-kisi Butir Soal Kuisioner ...
47
Tabel 3. Kisi-kisi Soal Tes Tertulis siklus I ...
49
Tabel 4. Kisi-kisi Soal Tes Tertulis siklus II ...
50
Tabel 5. Hasil Uji Validitas ...
52
Tabel 6. Kriteria Klasifikasi Reabilitas Instrumen ...
53
Tabel 7. Hasil Uji Reabilitas ...
55
Tabel 8. Tingkat Penguasaan Kompetensi dalam PAP II ...
55
Tabel 9. Klasifikasi Kategori Prestasi ...
57
Tabel 10. Rubrik Penilaian Kinerja saat Diskusi Kelompok ...
58
Tabel 11. Indikator Keberhasilan ...
59
Tabel 12. Keadaan Awal Motivasi belajar siswa (perorangan) ...
61
Tabel 13. Kondisi Awal Motivasi Belajar Siswa ...
62
Tabel 14. Kondisi Awal Prestasi Belajar (perorangan) ...
64
Tabel 15. Prestasi Awal Belajar Siswa (kelompok) ...
65
Tabel 16. Partisipasi Siswa Dalam Pembelajaran siklus I ...
71
Tabel 17. Perbandingan Partisipasi Siswa Siklus I ...
72
Tabel 18. Prestasi Belajar Siswa Siklus I (peorangan) ...
74
Tabel 19. Prestasi Belajar Siswa Siklus I (kelompok) ...
75
Table 20. Partisipasi Siswa Dalam Pembelajaran siklus II ...
80
Tabel 21. Perbandingan Partisipasi Siswa Siklus II ...
81
xiv
Tabel 23. Motivasi Belajar Siswa siklus II ...
84
Tabel 24. Prestasi Belajar Siswa Siklus II (perorangan) ...
85
Tabel 25. Prestasi Belaja
r Siswa Siklus II ……….………
86
Tabel 26. Komparasi Motivasi Belajar Siswa (perorangan ) ...
89
Tabel 27. Komparasi Motivasi Belajar Siswa (kelompok) ...
90
Tabel 28. Komparasi Prestasi Belajar Siswa ...
92
Tabel 29. Kenaikan Prestasi Belajar Siswa (perorangan) ...
94
Tabel 30. Kenaikan Prestasi Belajar Siswa (kelompok) ...
96
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Diagram Model Penelitian Tagart dan Kemmis ... 36
Gambar 2. Diagram Kondisi Awal Motivasi Belajar Siswa ... 62
Gambar 3. Diagram Kondisi Awal Prestasi Belajar Siswa ... 65
Gambar 4. Diagram Partisipasi Belajar Siswa Siklus I ... 72
Gambar 5. Diagram Prestasi Belajar Siswa Siklus I ... 75
Gambar 6. Diagram Partisipasi Belajar Siswa Siklus II ... 81
Gambar 7. Diagram Motivasi Belajar Siswa Siklus II ... 84
Gambar 8. Diagram Prestasi Belajar Siswa Siklus II ... 87
Gambar 7. Diagram Komparasi Motivasi Belajar Siswa ... 91
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Silabus ...
104
Lampiran 2 RPP ...
106
Lampiran 3 Lembar Kerja Siswa ...
110
Lampiran 4 Evaluasi Siklus I dan Siklus II ...
111
Lampiran 5 Lembar Observasi ...
117
Lampiran 6 Kuisioner Motivasi belajar Siswa Asli ...
118
Lampiran 7 Kuisioner Motivasi Belajar Siswa Acak ...
119
Lampiran 8 Perhitungan Uji Validitas ...
120
Lampiran 9 Foto Proses Pembelajaran ...
123
Lampiran 10 Daftar Nilai Motivasi ...
125
Lampiran 11 Daftar Nilai Evaluasi ...
126
Lampiran 12 Tabel Kondisi Awal Motivasi Siswa ...
127
Lampiran 13 Tabel motivasi Belajar Siswa Siklus II ...
128
Lampiran 14 Tabel Perbandingan Motivasi Siswa ...
129
Lampiran 15 Tabel Komparasi Motivasi Siswa ...
130
Lampiran 16 Tabel Kondisi Awal Prestasi Belajar ...
131
Lampiran 17 Tabel Prestasi Belajar Siklus I ...
132
Lampiran 18 Tabel Prestasi Belajar Siklus II ...
133
Lampiran 19 Tabel Komparasi Prestasi Belajar ...
134
Lampiran 20 Tabel Kenaikan Prestasi Belajar ...
135
Lampiran 21 Tabel Partisipasi Siswa Dalam Pembelajaran Siklus I ...
136
xvii
Lampiran 23 Tabel Komparasi Partisipasi Siswa Belajar ...
138
Lampiran 24 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ...
139
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang
terdapat dalam kurikulum sekolah, mulai dari tingkat SD/MI/SDLB hingga
tingkat menengah (SMP/MTS ). IPS merupakan sebuah mata pelajaran yang
merupakan integrasi dari mata pelajaran Sejarah, Geografi, Ekonomi serta
mata pelajaran ilmu sosial lainnya. Nama IPS sejajar dengan mata pelajaran
IPA yang juga merupakan intergrasi dari beberapa mata pelajaran, antara lain
Biologi dan Fisika ( Sapriya, 2009:7).
Pada dasarnya tujuan IPS adalah untuk mendidik dan memberi bekal
kepada siswa dalam mengembangkan diri sesuai dengan bakat, minat,
kemampuan dan lingkungannya, serta memberi bekal untuk melanjutkan
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Di tingkat SD, tujuan IPS adalah
untuk mempersiapkan para siswa sebagai warga negara yang menguasai
pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai yang dapat digunakan sebagai
kemampuan untuk memecahkan masalah pribadi atau masalah sosial.
Berdasarkan tujuan tersebut dapat disimpulkan bahwa mata pelajaran IPS
mempunyai peran yang sangat penting bagi para siswa dalam menghadapi
berbagai macam hal terlebih yang berkaitan dengan kehidupan sosialnya.
Untuk itu, guru mempunyai peran yang penting dalam mencapai tujuan-tujuan
yang telah ditentukan. Guru menjadi kunci utama dalam mengatur,
mengarahkan dan menciptakan suasana kegiatan belajar mengajar yang
berkualitas. Artinya seorang guru bertanggung jawab penuh terhadap
pengelolaan kelasnya, bagaimana seorang guru mengelola kelasnya agar siswa
dapat turut aktif dalam proses belajar. Penggunaan berbagai macam model
pembelajaran diharapkan dapat menjadi salah satu cara untuk menciptakan
kegiatan pembelajaran yang menarik dan nyaman serta berkualitas.
Berdasarkan data yang diperoleh di SD Kanisius Demangan Baru,
ternyata kegiatan pembelajaran IPS di SD tersebut belum dilaksanakan secara
optimal. Nilai rata-rata dari hasil mid semester genap masih rendah. Hal
tersebut dikarenakan dari 37 siswa di kelas IV-B terdapat 14 siswa yang
nilainya di bawah KKM, yaitu di bawah 65. Salah satu faktor penyebabnya
adalah kegiatan pembelajaran yang monoton. Guru sering menggunakan
metode ceramah dalam menyampaikan materi ajar. Hal ini membuat siswa
kurang termotivasi untuk mengikuti kegiatan pembelajaran IPS. Siswa
menjadi tidak aktif dan jarang dihadapkan dengan pengalaman nyata atau
realitas yang dekat dengan kehidupan sehari-hari.
Usaha untuk perbaikan dan peningkatan kualitas pembelajaran IPS di
sekolah membutuhkan dukungan dari banyak faktor. Berdasarkan uraian di
atas, peneliti akan menggunakan model pembelajaran inovatif. Menurut
Suyanto (2009:6) pembelajaran inovatif mengandung arti pembelajaran yang
dikemas oleh guru yang merupakan wujud gagasan atau teknik yang
dipandang baru agar mampu memfasilitasi siswa untuk memperoleh kemajuan
Ada banyak model pembelajaran inovatif yang dikembangkan oleh para
ahli dalam usaha mengoptimalkan hasil belajar siswa. Model pembelajaran
yang akan digunakan oleh peneliti untuk meningkatkan kualitas pembelajaran
IPS di SD Kanisius Demangan Baru adalah model pembelajaran berbasis
masalah. Dalam model pembelajaran ini, siswa akan dihadapkan pada masalah
nyata dalam kehidupan sehari-hari. Untuk itu, siswa diharapkan dapat
mengutarakan pengetahuan yang dimiliki mengenai masalah tersebut, serta
berdiskusi dalam kelompoknya untuk membahas informasi yang baru
diperoleh kemudian mencari alternatif pemecahannya. Proses pembelajaran
seperti ini sekurang-kurangnya ada dua hasil belajar yang dicapai, yaitu
jawaban terhadap masalah (produk) dan cara memecahkan masalah (proses).
B.
Rumusan Masalah
1.
Apakah model Pembelajaran Berdasarkan Masalah dapat meningkatkan
motivasi belajar IPS siswa?
2.
Apakah model Pembelajaran Berdasarkan Masalah dapat meningkatkan
prestasi belajar IPS siswa?
C.
Batasan Masalah
Penelitian yang akan dilakukan oleh penulis hanya dibatasi pada
kompetensi dasar 2.4 Mengenal permasalahan sosial di daerahnya. Dalam
penelitian ini akan digunakan salah satu model pembelajaran inovatif yaitu
diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, sehingga prestasi
belajar siswa khususnya dalam mata pelajaran IPS juga meningkat.
D.
Batasan Pengertian
1.
Pembelajaran IPS merupakan pembelajaran yang mengarah pada
kemampuan siswa untuk lebih mahami lingkungan disekitarnya. Mereka
sebagai
anggota
masyarakat
perlu
mengenal
masyarakat
dan
lingkungannya. Pengetahuan yang mereka miliki ini diharapkan dapat
membantunya dalam memenuhi kebutuhan hidup serta mampu
menentukan sikap dalam suatu situasi sosial, berbangsa dan bernegara.
2.
Pembelajaran berbasis masalah adalah suatu model pembelajaran yang
berawal dari sebuah masalah nyata yang terjadi didalam kehidupan
sehari-hari siswa yang bertujuan untuk merangsang kemampuan berpikir aktif
dan kritis untuk memecahkan masalah tertentu.
3.
Motivasi adalah keadaan dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk
melakukan tindakan tertentu yang mengakibatkan perubahan tingkah laku
dalam dirinya yang bisa berupa perubahan pengetahuan, pemahaman,
ketrampilan dan nilai sikap.
4.
Belajar adalah suatu proses yang dilakukan seseorang yang mengakibatkan
perubahan tingkah laku dalam dirinya berupa perubahan pengetahuan,
5.
Prestasi belajar adalah penguasaan atau keterampilan belajar siswa yang
dikembangkan oleh mata pelajaran, ditunjukkan dengan nilai tes atau
angka nilai yang diberikan oleh guru.
E.
Tujuan
1.
Mendeskripsikan peningkatan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran
IPS model Pembelajaran Berdasarkan Masalah.
2.
Mendeskripsikan peningkatan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran
IPS model Pembelajaran Berdasarkan Masalah.
F.
Manfaat
1.
Bagi Universitas Sanata Dharma
Menambah referensi bacaan mengenai penggunaan model pembelajaran
berdasarkan masalah bagi keperluan yang mendasar dalam pembelajaran
khususnya di Sekolah Dasar.
2.
Bagi Penulis
Dapat menambah pengetahuan tentang penggunaan model pembelajaran
berdasarkan masalah dalam pembelajaran IPS.
3.
Bagi Guru
a.
Dapat menambah referensi mengenai penggunaan model pembelajaran
inovatif khususnya model pembelajaran berbasis masalah.
b.
Dapat dijadikan sebagai masukan atau alternatif model pembelajaran
4.
Bagi Siswa
a.
Diharapkan dengan penggunaan model pembelajaran berdasarkan
masalahini dapat mengurangi bahkan menghilangkan kebosanan siswa
dalam mengikuti kegiatan pembalajaran, khususnya IPS.
b.
Model pembelajaran ini dapat melatih kemampuan siswa dalam
menentukan masalah dan pemecahanya, sehingga siswa memiliki
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Motivasi Belajar
1) Pengertian MotivasiBelajar
Motivasi berasal dari Bahasa Inggris motivation yang berarti
dorongan, pengalasan dan motivasi. Motif berarti keadaan dalam diri
seseorang yang mendorong individu tersebut untuk melakukan
aktivitas-aktivitas tertentu guna mencapai tujuan yang diinginkan
(Suryabrata,1984 dalam Ali Imron,1996:30).
Dalam modul yang disusun oleh Wens Tanlain (2007:17),
motivasi berarti keadaan yang mendesak seseorang sadar akan
kebutuhannya. Motivasi seseorang menumbuhkan kesadaran akan
kebutuhannya itu yang mendorongnnya untuk melakukan tindakan
tertentu yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhannya.
Berdasarkan pengertian motivasi di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa pengertian motivasi belajar adalah keadaan dalam diri
seseorang yang mendorongnya untuk melakukan tindakan tertentu
yang mengakibatkan perubahan tingkah laku dalam dirinya yang bisa
berupa perubahan pengetahuan, pemahaman, ketrampilan dan nilai
sikap.
2) Jenis-Jenis Motivasi
Ada dua macam motivasi yang dialami seseorang (Wens Tanlain
(2007:18), yaitu :
1) Motivasi intrinsik
Motivasi instrisik dalah keadaan dalam diri seseorang yang
mendesak dia sadar akan motifnya. Misalnya keadaan lapar
dalam diri seseorang yang mendesaknya sadar bahwa ia
membutuhkan makanan dan minuman segera, jadwal belajar
yang dibuat sendiri oleh siswa menyadarkannya akan waktu
melakukan kegiatan belajar.
2) Motivasi Ekstrinsik
Motivasi Ekstrinsik adalah keadaan diluar diri seseorang yang
mendesak dia sadar akan motifnya. Misalnya tugas rumah yang
diberikan guru kepada siswa menyadarkan siswa akan
kebutuhan melakukan kegiatan belajar. Motivasi intrinsic
sangat dibutuhkan oleh siswa SD, sebab ia belum mengenal
baik motifnya dan belum mampu mengatur
motif-motifnya yang sudah ia sadari. Lambat laun motivasi ekstrinsik
dibatasi dan siswa dibiasakan untuk menggunakan motivasi
3) Fungsi Motivasi
Ign. Masidjo (2006:12), motivasi mempunyai peran memberi dorongan dan
semangat belajar pada siswa, sehingga siswa mempunyai banyak motivasi
belajar dan energi untuk melangsungkan kegiatan belajarnya. Wens T.
mengemukakan bahwa motivasi mendorong seseorang untuk melakukan
tindakan tertentu berkaitan dengan pemenuhan kebutuhannya (2007:17).
4) Faktor - faktor yang Mempengaruhi Motivasi
Menurut Ali Imron (1996:99-105), ada 6 unsur yang mempengaruhi
motivasi. Unsur-unsur tersebut adalah :
1) Cita-cita / Aspirasi Pembelajar
Setiap manusia mempunyai cita-cita atau aspirasi tertentu dalam
hidupnya. Manusia akan berusaha semaksimal mungkin untuk
mencapai cita-cita dan aspirasi tersebut, meskipun banyak rintangan
yang harus mereka hadapi. Oleh karena itu, cita-cita dan aspirasi
sangat mempengaruhi terhadap motivasi seseorang.
2) Kemampuan Pembelajar
Kemampuan belajar manusia yang satu dengan yang lain
berbeda-beda. Ada yang mempunyai kemampuan belajar yang tinggi, ada juga
yang mempunyai kemampuan belajar rendah. Kemampuan
pembelajar mempunyai hubungan yang erat dan bahkan
mempengaruhi motivasi belajar pembelajar. Bisa terjadi, seseorang
menjadi rendah motivasi belajarnya terhadap bidang tertentu oleh
3) Kondisi pembelajar
Ada dua macam kondisi belajar, yaitu kondisi fisik dan kondisi psikis. Kondisi
fisik dan kondisi psikis seseorang sama-sama berpengaruh terhadap motivasi
belajarnya. Ada kalanya seseorang pada masa-masa sebelumnya bermotivasi
belajar tinggi, tiba-tiba menjadi rendah hanya karena kondisi fisik dan
psikologisnya terganggu atau sakit. Tidak jarang seseorang yang termotivasi
belajarnya biasa-biasa saja, tiba-tiba berubah karena kondisi fisik dan
psikologisnya dalam keadaan prima.
4) Kondisi lingkungan belajar
Lingkungan belajar meliputi lingkungan fisik dan lingkungan sosial.
Lingkungan fisik adalah tempat dimana pembelajar tersebut belajar. Apakah
kondisinya nyaman atau tidak, segar atau pengap, dan sebagainya. Hal-hal
demikian ini berpengaruh terhadap motivasi belajar. Sedangkan lingkungan
sosial adalah lingkungan seseorang dalam kaitannya dengan orang lain,
misalnya kelompok belajar, lingkungan sepermainan, dan lingkungan sebaya.
Harus diakui bahwa kelompok belajar, lingkungan sepermainan, dan
lingkungan sebaya juga menentukan motivasi belajar seseorang.
5) Unsur-unsur dinamis belajar pembelajaran
Unsur-unsur dinamis belajar pembelajaran turut mempengaruhi motivasi
belajar seseorang. Unsur-unsur yang dimaksud di sini adalah :
a) Motivasi dan upaya memotivasi siswa utuk belajar
b) Bahan belajar dan upaya penyediaannya
d) Suasana belajar dan upaya pengembangannya
e) Kondisi subjek belajar dan upaya penyiapan dan peneguhannya.
f) Upaya guru dalam membelajarkan pembelajar
Guru yang sungguh-sungguh dalam membelajarkan pembelajar, menjadikan
tingginya motivasi belajar pembelajar. Dengan gairah mengajar yang tinggi
serta senantiasa memberikan pelajaran dengan menarik, akan memberikan
berpengaruh terhadap gairah belajar pembelajar.
2. Prestasi Belajar
a. Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi adalah hasil yang telah dicapai seseorang dalam
melakukan kegiatan. Menurut Bloom dalam Suharsimi Arikunto
(1990:110) prestasi merupakan kecakapan atau hasil kongkrit yang dapat
dicapai pada saat atau periode tertentu. Kurniawan (dalam Depdikbud,
1995:787) menyatakan bahwa prestasi berarti hasil yang telah dicapai,
sedangkan belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu.
Prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau ketrampilan
yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan
nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru (Kamus besar bahasa
Indonesia; 700).
Prestasi belajar dapat diukur melalui tes yang sering dikenal
dengan tes prestasi belajar. Menurut Saifudin Anwar (2005 : 8-9)
mengungkap keberhasilan seseorang dalam belajar. Testing pada
hakikatnya menggali informasi yang dapat digunakan sebagai dasar
pengambilan keputusan. Tes prestasi belajar berupa tes yang disusun
secara terrencana untuk mengungkap performasi maksimal subyek dalam
menguasai bahan-bahan atau materi yang telah diajarkan. Dalam kegiatan
pendidikan formal tes prestasi belajar dapat berbentuk ulangan harian, tes
formatif, tes sumatif, bahkan ebtanas dan ujian-ujian masuk perguruan
tinggi.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan prestasi belajar
adalah penguasaan atau keterampilan belajar siswa yang dikembangkan
oleh mata pelajaran, ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang
diberikan oleh guru.
b. Faktor yang mempengaruhi Prestasi Belajar
Prestasi belajar menurut Muhibbin Syah meliputi segenap ranah
psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar siswa
(2003: 213). Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah
sebagai berikut :
1) Faktor Internal
a) Faktor jasmani (fisiologis) yang bersifat bawaan maupun yang
diperolehnya, misalnya : pengelihatan, pendengaran, struktur tubuh
b) Faktor psikologis, baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh,
terdiri atas:
(1) Faktor interaktif yang meliputi:
(a) Faktor parsial yaitu kecerdasan dan bakat.
(b)Faktor kecakapan nyata yaitu prestasi yang telah dimiliki
(2) Faktor non interaktif yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu seperti
sikap kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi penyesuaian
diri.
c) Faktor kematangan fisik maupun psikis.
2)Faktor eksternal
a) Faktor yang bersumber dari lingkangan sekolah atau lembaga
(1)Cara memberi pelajaran
(2)Kurangnya bahan bacaan
(3)Kurangnya pelajaran alat-alat pelajaran
(4)Penyelenggaraan pelajaran terlalu padat
b) Faktor yang bersumber dari lingkungan keluarga Sebagian besar
waktu belajar dilaksanakan di rumah. Apabila kurang kontrol dan
keluarga anak banyak yang kurang konsentrasi dalam belajar.
c) Faktor yang bersumber dari masyarakat
(1)Aktif berorganisasi
(2)Tidak dapat mengatur waktu
Berdasarkan penjelasan mengenai prestasi, dapat disimpulkan
bahwa prestasi belajar adalah penguasaan atau keterampilan belajar siswa
yang dikembangkan oleh mata pelajaran, ditunjukkan dengan nilai tes atau
angka nilai yang diberikan oleh guru.
3. Pembelajaran IPS SD
a. Hakikat Pembelajaran IPS SD
Ilmu Pengetahuan Sosial yang disingkat IPS merupakan salah satu
mata pelajaran yang terdapat dalam kurikulum sekolah mulai tingkat
SD/MI/SDLB hingga tingkat menengah (SMP/MTs). Sapriya (2009:7)
berpendapat bahwa IPS merupakan sebuah nama mata pelajaran integrasi
dari mata pelajaran Sejarah, Geografi, Ekonomi serta mata pelajaran ilmu
sosial lainnya. Nama IPS sejajar dengan mata pelajaran IPA yang juga
merupakan intergrasi dari beberapa mata pelajaran, yaitu Biologi, Kimia,
dan Fisika. Menurut Jean Jarolimek dalam Thamrin Talut dan M.Abduh
(1980:1) ilmu pengetahuan sosial adalah ilmu yang mengkaji manusia
dalam hubungannya dengan lingkungan sosial dan fisiknya.
Istilah IPS di sekolah dasar merupakan nama mata pelajaran yang
berdiri sendiri sebagai integrasi dari sejumlah konsep disiplin ilmu sosial,
humaniora, sains bahkan berbagai isu dan masalah sosial kehidupan.
Materi IPS untuk jenjang sekolah dasar tidak terlihat aspek disiplin ilmu
karena yang lebih dipentingkan adalah dimensi pedagogik dan psikologis
Pendidikan IPS penting diberikan kepada siswa pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah, karena siswa sebagai anggota masyarakat
perlu mengenal masyarakat dan lingkungannya. Untuk mengenal masyarakat
siswa dapat belajar melalui media cetak, media elektronika, maupun secara
langsung melalui pengalaman hidupnya ditengah-tengah masyarakat. Dengan
pengajaran IPS, diharapkan siswa dapat memiliki sikap peka dan tanggap untuk
bertindak secara rasional dan bertanggungjawab dalam memecahkan
masalah-masalah sosial yang dihadapi dalam kehidupannya.
Dengan demikian penyampaian materi IPS terhadap siswa sekolah
dasar dilakukan secara terpadu dan bertahap. Diawali dari pengetahuan di
lingkungan sekitar siswa, kemudian dilanjutkan dengan pengetahuan diluar
lingkungan siswa. Rancangan kegiatan pembelajaran yang disusun oleh guru
hendaknya disuaikan dengan kondisi dan perkembangan potensi siswa agar
pembelajaran yang dilakukan benar-benar berguna dan bermanfaat bagi siswa.
Jadi peneliti mengambil kesimpulan bahwa pembelajaran IPS
merupakan pembelajaran yang mengarah pada kemampuan siswa untuk lebih
mahami lingkungan disekitarnya. Mereka sebagai anggota masyarakat perlu
mengenal masyarakat dan lingkungannya. Pengetahuan yang mereka miliki ini
diharapkan dapat membantunya dalam memenuhi kebutuhan hidup serta
b. Tujuan Pembelajaran IPS
Pada dasarnya tujuan IPS adalah untuk mendidik dan memberi bekal
kepada siswa untuk mengembangkan diri sesuai dengan bakat, minat,
kemampuan dan lingkungannya, serta memberi bekal untuk melanjutkan
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Di tingkat SD, tujuan IPS adalah
untuk mempersiapkan para siswa sebagai warga negara yang menguasai
pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai yang dapat digunakan sebagai
kemampuan untuk memecahkan masalah pribadi atau masalah sosial (Sapriya,
2009:12). Oleh karena itu, IPS mempunyai peran yang sangat penting bagi
para siswa untuk menghadapi berbagai macam persoalan kehidupan sosialnya.
Dalam buku Sapriya (2009:194), dijelaskan bahwa mata pelajaran IPS
dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan
analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan
bermasyarakat yang dinamis. Melalui mata pelajaran IPS, siswa diarahkan
untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, dan
bertanggung jawab, serta menjadi warga negara dunia yang cinta damai.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan pengajaran
IPS adalah untuk membina afeksi sila-sila Pancasila, kognisi (pengetahuan
yang didapat dari proses berfikir), dan psikomotor peserta didik untuk menjadi
manusia pembangun Indonesia untuk mempersiapkan siswa studi lanjut di
bidang social science, mendidik kewarganegaraan yang baik, melatih siswa
berfikir demokratis, pembinaan warga negara Indonesia atas dasar moral
c. Ruang Lingkup IPS
Dalam buku Nursid Sumaatmadja (1979:11), dijelaskan bahwa ruang
lingkup IPS adalah manusia pada konteks sosialnya atau manusia sebagai
anggota masyarakat. Apa yang menjadi ruang lingkup Ilmu Sosial juga
menjadi ruang lingkup yang dipelajari IPS, dengan kata lain ruang lingkup
Ilmu Sosial sama dengan ruang lingkup IPS.
Ruang lingkup pengajaran IPS di tingkat Sekolah Dasar dibatasi sampai
gejala dan masalah sosial yang dapat dijangkau pada geografi dan sejarah.
Terutama gejala dan masalah sosial dalam kehidupan sehari-hari siswa SD.
4. Pembelajaran Berbasis Masalah
a. Hakekat Pembelajaran Berbasis Masalah
Istilah Pembelajaran Berbasis Masalah diadopsi dari istilah bahasa
Inggris yaitu Problem Based Instruction (PBI). Model Pembelajaran
Berbasis Masalah dikenal sejak zaman John Dewey. Dalam dunia
pendidikan PBI sudah banyak digunakan karena model pembelajaran ini
berdasarkan masalah dalam kehidupan nyata yang dihadapi siswa
sehari-hari.
Model Pembelajaran Berbasis Masalah merupakan model yang
memfokuskan pada siswa dengan mengarahkan siswa menjadi pebelajar
yang mandiri dan terlibat langsung secara aktif dalam pembelajaran
berkelompok (Yatim Riyanto, 2009:288). Dalam model ini dapat
inkuiri, kemandirian, dan percaya diri dalam memecahkan masalah sehingga
diperoleh solusi masalah yang rasional dan autentik.
Menurut Duch (dalam M. Taufiq Amir (2008:21)) pembelajaran berbasis
masalah adalah metode pendidikan yang mendorong siswa untuk mengenal cara
belajar dan bekerjasama dalam kelompok untuk mencari penyelesaian
masalah-masalah di dunia nyata.
Arends (Nurhayati Abbas, 2000: 12) menyatakan bahwa model
Pembelajaran Berbasis Masalah adalah model pembelajaran dengan pendekatan
pembelajaran siswa pada masalah autentik, sehingga siswa dapat menyusun
pengetahuannya sendiri, menumbuhkembangkan keterampilan yang lebih tinggi
dan inquiri, memandirikan siswa, dan meningkatkan kepercayaan diri sendiri.
Pendekatan pembelajaran ini mengutamakan proses belajar dimana tugas guru
harus memfokuskan diri untuk membantu siswa mencapai keterampilan
mengarahkan diri. Pembelajaran Berbasis Masalah penggunaannya di dalam
tingkat berpikir lebih tinggi, dalam situasi berorientasi pada masalah, termasuk
bagaimana belajar
Pembelajaran Berbasis Masalah dilandasi oleh teori belajar
konstruktivisme, karena siswa memproses informasi dalam dirinya dan
menyusun pengetahuannya sendiri. Pada saat pembelajaran dimulai dengan
menyajikan masalah yang nyata dihadapi siswa, kemudian siswa berproses
mencari penyelesaian masalah sehingga siswa dapat membangun
Jadi berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
berbasis masalah adalah suatu model pembelajaran yang berawal dari sebuah
masalah nyata yang terjadi didalam kehidupan sehari-hari siswa yang bertujuan
untuk merangsang kemampuan berpikir aktif dan kritis untuk memecahkan
masalah tertentu.
b. Karakteristik Pembelajaran Berbasis Masalah
Dalam buku Taufiqamir (2009:22), karakteristik yang tercakup dalam proses
Pembelajaran Berbasis Masalah adalah :
1) Masalah digunakan sebagai awal pembelajaran
2) Biasanya, masalah yang digunakan merupakan masalah dunia nyata yang
disajikan secara mengambang.
3) Masalah biasanya menuntut pemelajar menggunakan dan mendapatkan
konsep dari beberapa bab atau lintas ilmu ke bidang lainnya.
4) Masalah membuat pemelajar tertantang untuk mendapatkan pembelajaran
diranah pembelajaran yang baru.
5) Sangat mengutamakan belajar mandiri
6) Mengutamakan sumber pengetahuan yang bervariasi, tidak dari satu
sumber saja. Pencarian, evaluasi serta penggunaan pengetahuan ini
menjadi kunci penting.
7) Pembelajaran kolaboratif, komunikasif dan kooperatif. Pembelajar bekerja
dalam kelompok, berinteraksi, saling mengajarkan, dan melakukan
c. Tujuan dan Manfaat Pembelajaran Berdasarkan Masalah
Menurut Triyanto berdasarkan karakteristiknya Pembelajaran Berbasis
Masalah memiliki tujuan :
1) Membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir dan
keterampilan pemecahan masalah.
2) Belajar peranan orang dewasa yang autentik.
Model pembelajaran berbasis masalah penting untuk menjembatani antara
pembelajaran di sekolah formal dengan aktivitas mental yang lebih
praktis yang dijumpai di luar sekolah
Menurut Resnick (Trianto, 2009: 95) pembelajaran berbasis masalah memiliki
maksud:
a) Mendorong kerja sama dalam melaksanakan tugas;
PBI memberi dorongan pada siswa untuk tidak hanya sekedar berfikir
sesuai yang bersifat konkret, namun siswa harus dapat berfikir terhadap
ide-ide yang abstrak dan komplek. Berfikir yang seperti itu dapat
dilakukan dengan menggunakan pendekatan pemecahan masalah
(problem solving) oleh peserta didik itu sendiri.
b)Memiliki elemen-elemen belajar magang, yang mendorong pengamatan
dan dialog dengan orang lain sehingga secara bertahap siswa dapat
memahami orang yang diamati atau yang diajak dialog (guru, dokter,
c) Menjadi pembelajar yang mandiri.
Guru membimbing, mengarahkan dan mendorong mereka untuk
mengajukan pertanyaan, mencari jawaban penyelesaianterhadap
masalahah yang nyata oleh mereka sindiri.
Manfaat PBM menurut Smit (Taufiqamir, 2009:27) adalah :
(1) Menjadi lebih ingat dan meningkatkan pemahamannya atas materi ajar.
Kalau pengetahuan itu didapatkan lebih dekat dengan konteks
praktiknya, maka kita akan lebih ingat
(2) Meningkatkan fokus pada pengetahuan yang relevan
Banyak kritik pada dunia pendidikan, bahwa apa yang diajarkan di
kelas-kelas berbeda dari apa yang terjadi di dunia. Dengan PBM, siswa
dihadapkan dengan masalah nyata, pelajar bisa “merasaka” lebih baik
konteks operasinya di lapangan
(3) Mendorong untuk berpikir
Dengan proses yang mendorong siswa untuk mempertanyakan kritis,
reflektif, maka manfaat ini bisa menjadi peluang. Nalar siswa dilatih,
dan kemampuan berpikirnya ditingkatkan. Siswa tidak hanya sekerdar
tahu, tapi juga dipikrkan.
(4) Membangun kerja tim, kepemimpinan, dan keterampilan sosial
Siswa diharapkan dapat memahami peranannya dalam kelompok,
menerima pandangan orang lain, bisa memberikan pengerertian bahkan
(5) Membangun kecakapan belajar
Dengan struktur masalah yang agak mengambang, merumuskannya,
serta dengan tuntutan mencari sendiri pengetahuan yang relevan akan
melatih mereka untuk manfaat ini.
(6) Memotivasi pembelajar
Dengan PBM, kita punya peluang untuk membangkitkan minat dari
dalam diri siswa, karena kita menciptakan masalah dengan konteks
pekerjaan. Dengan masalah yang menantang, mereka (walaupun tidak
semua) merasa bergairah untuk menyelesaikannya.
d. Langkah-Langkah Proses Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)
Menurut Arens (Triyanto, 2009:97) pada Pembelajaran Berbasis
e. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)
Dalam buku Triyanto (2009:96) kelebihan Pembelajaran Berbasis
Masalah adalah :
1)Realistik dalam kehidupan siswa
2)Konsep sesuai dengan kebutuhan siswa
3)Memupuk sifat inquiri siswa
4)Retensi konsep jadi kuat
5)Memupuk kemampuan problem solving
Langkah-langkah Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah
Tingkah Laku Guru
Orientasi siswa pada masalah
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, dan memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah.
Mengorganisir siswa dalam belajar
Guru membagi siswa ke dalam kelompok.
Guru membantu siswa dalam mendefinisikan dan
mengorganisir tugas-tugas belajar yang berhubungan dengan masalah.
Membimbing
penyelidikan individual maupun Kelompok
Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen dan penyelidikan untuk mengadakan penjelasan dan pemecahan masalah. Mengembangkan dan
menyajikan hasil karya
Guru membantu siswa dalam merencanakan dan
menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video dan model dalam membantu mereka membagi tugas dengan temannya
Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
Selain memiliki kelebihan Pembelajaran Berbasis Masalah juga
memiliki beberapa kekurangan, yaitu :
a) Persiapan pembelajaran (alat, problem, konsep) yang kompleks
b)Sulitnya mencari problem yang relevan
c) Sering terjadi miss-konsepsi
d)Memerlukan waktu banyak untuk penyelidikan
b. Belajar
1)Pengertian Belajar
Belajar menurut Slameto adalah suatu proses usaha yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan sebagai hasil pengalaman sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya (2003:3). Dalam modul Wens Tanlain (2007:6-7), terdapat
beberapa pengertian belajar, yaitu :
a) Menurut Kinsley dan Garry, belajar adalah proses dalam terbentuknya
tingkah laku atau terjadi perubahan tingkah laku melalui praktek atau
latihan.
b) Hilgard menegaskan dua hal rumusan belajar, yaitu (1) kegiatan yang
bersifat latihan dan yang bersifat praktek: latihan dengan anggota
badan sehingga menjadi terampil dan praktek menerapkan
pengetahuan. Dan (2), perubahan yang terjadi dalam diri berupa
pengetahuan, pemahaman, sikap, keterampilan yang menampak dalam
c) Cropley menyatakan bahwa pengertian belajar adalah suatu proses dan
melalui prose situ terjadi pendidikan serta proses ini terjadi dalam diri
anak sejak ia lahir.
Jadi belajar adalah suatu proses yang dilakukan seseorang yang
mengakibatkan perubahan tingkah laku dalam dirinya berupa perubahan
pengetahuan, pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap.
2)Jenis-Jenis Belajar
Menurut Robert H. Davis, dkk, (dalam Yatim Riyanto,
2008:58-59) dalam belajar dibagi menjadi :
a) Belajar Konsep
Definisi konsep yaitu satuan arti yang dimiliki sejumlah objek yang
cirinya sama. Dengan belajar konsep, manusia akan dapat dengan
mudah menamai objek/sesuatu dengan baik. Kapasitas manusia dalam
mengungkapkan dengan kata-kata, membuat kita dapat berbicara
mengenai konsep untuk menjelaskan sifat dan pelengkapnya.
b) Belajar Prinsip
Dengan belajar konsep, di atas, orang dapat mengklasifikasikan
macam-macam fenomena yang ada. Dengan prinsip yang berasal dari
kombinasi kaidah-kaidah (seperti penjelasan diatas), dapat
c) Pemecahan Masalah
Secara umum, proses pemecahan masalah diawali dari memahami
masalah yang ada merencanakan pemecahannya tindakan pemecahan
hasil.
d) Kemampuan Motor Perceptual
Kemampuan ini diartikan sebagai pengkoordinasian otot-otot untuk
sebuah tindakan secara baik/sukses.Contoh: seorang dewasa akan lebih
dapat mengatur dengan baik sebuah ruangan daripada seorang anak.
3)Faktor-Faktor yang mempengaruhi belajar
Muhibbin Syah (1977:132-133) menyatakan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi belajar siswa dibedakan menjadi tiga macam, yaitu faktor
internal, eksternal, dan faktor pendekatan pembelajaran.
a) Faktor Internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan atau kondisi
jasmani dan rohani siswa.
1) Ingatan atau Memori Siswa
Ingatan adalah suatu aktivitas kognitif dimana siswa SD menyadari
bahwa pengetahuan yang pernah diketahuinya berasal dari masa
lampau. Dengan ingatan memungkinkan siswa memperoleh
berbagai pengetahuan yang diperoleh dari masa lampau yang telah
disimpan dengan baik dan siap disadarkan kembali jika diperlukan.
Jadi, tanpa ingatan hampir tidak mungkin siswa SD mempelajari
2) Berfikir
Berfikir adalah aktivitas kognitif siswa yang berupa proses simbolis atau
abtraksi yang menghasilkan pengertian atau konsep. Pengertian konsep
dapat merupakan sesuatu yang berarti mewakili sejumlah peristiwa,
benda, ruang, ide, dan sebagainya yang mempunyai ciri-ciri yang sama.
3) Intelegensi atau Kemampuan
Intelegensi adalah suatu aktivitas kognitif siswa di mana berfikir
berperan utama yang tampak dalam tingkah lakunya yang terarah pada
panyesuaian diri terhadap situasi baru yang bermasalah. Tingkah laku
penyesuaian diri yang bermasalah dapat berupa tingkah laku terhadap
masalah diri, masalah sosial, dan masalah akademik.
4) Perasaan, Sikap dan Minat (Masidjo,2006:20)
Perasaan adalah suatu aktivitas psikis di mana di dalamnya subjek (siswa
SD) menghayati nilai-nilai suatu objek.
Sikap adalah suatu kecenderungan dalam diri subjek untuk
menolak atau menerima suatu objek berdasarkan penilai terhadap objek
itu sebagai suatu yang berharga atau tidak berharga.
Minat adalah suatu kecenderungan yang agak menetap dalam diri
subjek dimana siswa merasa tertarik pada suatu hal dan merasa senang
bersama dengan hal tersebut.
Hubungan dari tiga pengertian itu adalah apabila seseorang
menaruh minat yang besar terhadap pengalaman belajar di sekolah dan
sebagai kegiatan yang berguna untuk mengembangkan mentalnya demi
terbentuknya seorang pribadi yang unggul, maka mulailah terbentuk
motivasi intrinsik pada diri siswa.
5) Motivasi
Motivasi belajar adalah suatu kebutuhan yang mendorong atau
menggerakkan tingkah laku belajar siswa ke arah pencapaian tujuan
belajar, sehingga menjamin atau memberi kepuasan atas kelangsungan
kegiatan belajar.
b) Faktor Eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di
sekitar.
Dalam hal ini yang mempengaruhi atau menjadi faktor belajar siswa dari
luar adalah:
(1)Kemampuan mengajar guru
Seorang guru bidang studi yang memiliki kemampuan mengajar yang
baik, tampak antara lain pada kejelasan menerangkan bahan pelajaran,
pemberian tugas-tugas kepada siswa dan penggunaan metode mengajar
serta gaya memimpin guru di dalam kelas, apakah guru selalu otoriter,
demokrasi atau lepas (hanya mendampingi siswa).
(2)Lingkungan
Faktor ini berupa situasi ekonomi, politik, sosio-budaya, keadaan cuaca,
dan sebagainya yang berdampak negatif atau positif pada kondisi fisik
(3)Pengelola Kelas
Peran guru dalam hal ini sangat diperlukan dalam mengelola sebuah
kelas, guru harus perhatian, penuh inisiatif, peduli akan keadilan, dan
sebagai motivasi kerja yang rela berkurban demi sesama.
c) Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya belajar
siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk
melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran untuk meraih
prestasi yang maksimal (Muhibbin Syah,1997:139).
4) Unsur-Unsur Belajar
Menurut Wens Tanlain (2007:10-120), ada empat unsur pokok siswa belajar
dalam sekolah, yaitu :
a) Motif belajar (mempelajari) siswa
Motif belajar siswa artinya apa yang mendorong siswa belajar. Ada motif
ingin tahu lebih. Ada motif aktualisasi diri. Ada motif dirinya adalah
penyebab perubahan dalam diri. Ada motif ingin memiliki kemampuan
untuk bergaul dengan linkungan. Semua motif ini adalah kebutuhan siswa.
b) Tujuan belajar (mempelajari) siswa
Tujuan belajar siswa artinya kemampuan yang hendak dicapai oleh siswa.
Tujuan belajar terkait erat dengan motif belajar. Tujuan belajar biasanya
dirumuskan secara tegas oleh guru pengajar atau pembimbing, atau guru
pelatih. Tujuan belajar dimaksudkan untuk menyadarkan siswa akan
c) Kegiatan belajar (mempelajari) siswa
Kegiatan blajar siswa secara umum bentuknya sama. Ada enam
kategori kegiatan belajar siswa di sekolah yaitu :
(1)Kegiatan penyeleksian mencakup menemukan informasi asli,
membuat catatan penting, mencari ide pokok.
(2)Kegiatan pemahaman mencakup melihat bahan lebih awal,
mencari sumber bahan.
(3)Kegiatan penguatan ingatan mencakup mengkaji ulang bahan,
mengingat butir penting, mengetes sendiri
(4)Kegiatan penjabaran lanjutan mencakup bertanya pada diri
sendiri, membentuk citra diri, menarik analogi
(5)Kegiatan pengintegrasian mencakup mengungkapkan sendiri,
membuat ilustrasi, diagram, menggunakan banyak sumber bahan,
mengaitkan dengan pengetahuan yang sudah dimiliki, menjawab
sendiri masalah
(6)Kegiatan pemantauan, mencakup mengecek apa yang telah
dikuasai, menyadari kekuatan dan kelemahan diri.
d) Hasil belajar (mempelajari) siswa
Hasil belajar siswa diartikan pencapaian tujuan belajar oleh siswa dan
terlihat pada perubahan-perubahan kemampuan siswa.
Berdasarkan beberapa penjelasan diatas mengenai motivasi dan belajar,
maka dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah adalah dorongan dan
melakukan kegiatan belajar, yaitu saat melakukan tindakan tertentu yang
mengakibatkan perubahan tingkah laku dalam dirinya yang bisa berupa
perubahan pengetahuan, pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap.
3. Materi Pembelajaran
Masalah sosial merupakan masalah yang terjadi di masyarakat. Masalah
sosial merupakan kondisi masyarakat yang tidak normal atau tidak semestinya.
Masalah sosial terjadi karena faktor ekonomi, kepribadian, lingkungan
masyarakat dan negara. Bentuk-bentuk masalah sosial antara lain kebodohan,
pengangguran, kemiskinan, kejahatan, pertikaian dan kenakalan remaja.
Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk menyelesaikan
masalah sosial, antara lain: pemberian kartu Askes, raskin, dana BOS, BTL,
sekolah terbuka, pendidikan luar sekolah, pemberian bantuan modal usaha.
B. Kerangka Berpikir
Penggunaan model pembelajaran yang tepat akan mempengaruhi
pencapaian hasil belajar siswa. Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)
merupakan salah satu model pembelajaran inovatif yang dapat digunakan
dalam pembelajaran IPS.
Pada pembelajaran IPS melalui PBM, masalah yang dijadikan topik
pembelajaran di kelas adalah masalah yang memiliki konteks kehidupan
nyata. Siswa dihadapkan pada masalah yang membutuhkan pemikiran dan
memecahkan masalah. Untuk itu, menyadari pentingnya kemampuan untuk
mengatasi permasalahan sosial, maka siswa perlu dilatih untuk mengatasi
berbagai masalah sehari-hari. Hal ini dimaksudkan agar jika siswa kelak
menghadapi permasalahan yang sama mereka sudah mempunyai bekal
pengetahuan dan dapat menerapkannya dalam menghadapi masalah dalam
dunia nyata.
Model pembelajaran berbasis masalah dapat memudahkan siswa dalam
memahami materi IPS. Siswa dapat menggunakan pengetahuan yang mereka
miliki tentang dengan kehidupan sehari-hari. Dengan model pembelajaran
ini, siswa akan melakukan kegiatan belajar secara aktif dan mereka juga
terlatih untuk memproses informasi. Selain itu, penerapan model
pembelajaran berbasis masalah dapat mengurangi dominasi guru pada proses
pembelajaran, karena model ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk
terlibat dalam kegiatan pembelajaran. Mereka belajar bersama dalam
kelompok dan mengembangkan pengetahuan yang telah dimiliki
masing-masing anak untuk memahami permasalahan sosial yang telah disajikan guru.
Semakin banyak keterlibatan siswa dalam pembelajaran, maka siswa akan
semakin terlatih dalam menghadapi berbagai macam persoalan sosial dalam
kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, dengan menggunakan model
pembelajaran ini diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar IPS siswa,
C. Hipotesis
Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka berpikir dapat dirumuskan hipotesis
sebagai berikut
1. Model Pembelajaran Berbasis Masalah dapat meningkatkan motivasi
belajar IPS siswa
2. Model Pembelajaran Berbasis Masalah dapat meningkatkan prestasi
BAB III
METODE PENELITIAN
A.
Setting Penelitian
1.
Tempat penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran
2010/2011 di SD Kanisius Demangan Baru, Jln.Demangan Baru No. 22,
Depok, Sleman.
2.
Subjek penelitian
Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas IVB SD
Kanisius Demangan Baru semester genap tahun pelajaran 2010/2011,
dengan jumlah 37 siswa.
3.
Objek penelitian
Dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui seberapa jauh hasil belajar
siswa SD Kanisius Demangan Baru tahun pelajaran 2010/2011 dalam
peningkatan motivasi dan prestasi belajar
pada materi “pentingnya
Masalah-
masalah Sosial Di Lingkungan Setempat”dengan model
pembelajaran berbasis masalah dilihat dari indikator nilai rata-rata
ulangan.
4.
Waktu penelitian
Waktu yang dibutuhkan untuk melaksanakan penelitian tindakan kelas ini
adalah 5 bulan, yaitu dari bulan Februari sampai dengan bulan Juli tahun
pelajaran 2010/2011.
B.
Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) dengan
menggunakan model penelitian Tagart dan Kemmis dengan tahapan:
perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Model penelitian ini dapat
digambarkan sebagai berikut.
Gambar 1 : Model Penelitian Tagart dan Kemmis
(diadaptasi dari Kasbolah, 1998: 18)
C.
Pelaksanaan Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan dua siklus dimana setiap
siklus dilaksanakan 2 pertemuan (2x2 JP). Setiap siklus terdiri dari 4 tahapan
yaitu persiapan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi.
OBSERVASI REFLEKSI
TINDAKAN
PERENCANAAN PERENCANAAN
TINDAKAN
REFLEKSI
1.
Persiapan
a.
Permintaan ijin kepada Kepala SD Kanisius Demangan Baru
Permintaan ijin di sini dimaksudkan agar kegiatan penelitian dapat
berjalan dengan lancar oleh persetujuan pihak sekolah dan
mendapatkan data yang sesuai.
b.
Wawancara
Wawancara dilakukan dengan guru kelas IV. Wawancara di sini
dimaksudkan untuk mencari informasi tentang kondisi awal motivasi
dan prestasi belajar siswa dan kendala-kendala yang dialami guru
dalam menyampaikan materi belajar. Informasi-informasi diperoleh
dengan hasil wawancara dari para guru.
c.
Identifikasi masalah.
Setelah diperoleh data dari hasil wawancara maka peneliti dapat
mengidentifikasi masalah yang terjadi dan menentukan tindak
lanjutnya.
d.
Menyusun Silabus, RPP, LKS, dan media belajar.
e.
Merancang bahan ajar tentang masalah sosial
f.
Membuat kisi-kisi dan soal untuk tes atau evaluasi
g.
Mempersiapkan media
2.
Pelaksanaan
Kegiatan pelaksanaan terdapat prosedur-prosedur. Prosedur
a.
Prosedur umum
Secara umum kegiatan pembelajaran ini didasarkan pada
sistematika sebagai berikut:
1) Kegiatan awal
Kegiatan ini merupakan kegiatan yang dilakukan guru pada
awal pembelajaran, yaitu mengucapkan salam, mengecek kehadiran
siswa dan yang terpenting adalah mengadakan apersepsi untuk
menarik perhatian siswa agar lebih bersemangat mengikuti proses
pembelajaran.
2) Kegiatan Inti
Kegiatan ini berisi tentang langkah-langkah pembelajaran yang
akan diberikan kepada siswa. Langkah-langkah pembelajaran tersebut
juga harus runtut, jelas, dan sistematis supaya siswa dapat menerima
pembelajaran yang diberikan guru dengan mudah. Selain itu dalam
kegiatan inti guru juga memberikan soal evaluasi untuk mengetahui
sejauh mana kemajuan prestasi belajar siswa.
3) Kegiatan Akhir
Kegiatan ini berupa kegiatan penutup dimana guru dan siswa
dapat menyimpulkan hasil pembelajaran yang telah dilakukan dan
mengadakan refleksi untuk mengetahui apakah siswa masih
b.
Prosedur Khusus
Siklus 1
1)
Perencanaan
Rencana tindakan siklus I dengan menggunakan model
pembelajaran berbasis masalah. Dalam rencana pembelajaran tersebut
ditentukan indikator dan tujuan pembelajaran, kegiatan guru dan siswa,
materi pembelajaran, dan evaluasi hasil pembelajaran.
Pembelajaran siklus I terdiri dari dua pertemuan atau 4 jam
pelajaran. Hasil dari pengamatan terhadap siswa pada siklus I ini sebagai
dasar menentukan tindakan berikutnya. Adapun rencana tindakan siklus
1 tersebut secara rinci meliputi:
a)
Menentukan standar kompetensi, kompetensi dasar, dan materi
pokok pembelajaran yang dituangkan dalam silabus
b)
Merencanakan pembelajaran yang akan diterapkan dengan
menggunakan model pembelajaran berbasis masalah
c)
Menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
d)
Menyiapkan sumber dan media pembelajaran
e)
Membuat Lembar Kerja Siswa
f)
Membuat soal tes siklus I dan kunci jawaban
g)
Menyusun penilaian
2)
Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan mengacu pada RPP dengan
langkah-langkah sebagai berikut :
Pertemuan 1 (2 JP)
a)
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran.
b)
Siswa dibagi menjadi 8 kelompok, masing-masing kelompok
beranggotakan 5 siswa ( ada 1 kelompok 4 siswa)
c)
Tanya jawab mengenai pengertian masalah sosial
d)
Guru membagikan gambar-gambar mengenai masalah sosial
pada masing-masing kelompok untuk didiskusikan.
e)
Masing-masing kelompok menjawab pertanyaan yang telah
diberikan oleh guru
f)
Pembahasan LKS (tugas kelompok)
Guru membimbing siswa untuk mengambil kesimpulan
g)
Pembahasan materi mengenai pengertian masalah sosial dan
macam-macam masalah sosial yang terjadi di lingkungan
setempat
Pertemuan 2 (2JP)
a)
Mengulang garis bersar materi pada pertemuan pertama
b)
Siswa mengerjakan soal evaluasi
3)
Pengamatan
Selama proses pelaksanaan tindakan 1, dilakukan pengamatan
atau observasi yang berfokus pada masalah penelitian. Observasi
yang dilakukan peneliti adalah mencatat pengamatan pada lembar
observasi yang dilakukan oleh teman sejawat.
Pada proses pengamatan, pengamat melakukan hal-hal sebagai
berikut:
a)
Mengobservasi kegiatan siswa dalam proses pembelajaran
b)
Mengobservasi kegiatan siswa dalam proses berkomunikasi
dengan anggota kelompok
c)
Melakukan penilaian hasil kerja kelompok dan individu
d)
Melakukan pengumpulan data dan menghitung persentasi
keberhasilan hasil belajar
4)
Tahap Refleksi
Dalam tahap refleksi ini peneliti mengkaji kembali secara
seksama dari catatan lembar observasi dan hasil tes siswa yang
pertama dari teman sejawat dan didiskusikan bersama. Hal ini
dilakukan dengan tujuan memahami data yang telah terkumpul untuk
dijadikan sebagai bahan merevisi tindakan 1 dan merancang tindakan
selanjutnya. Adapun hasil diskusi dipergunakan untuk menetapkan
tindakan yang perlu diperbaiki dan tindakan refleksi selalu dilakukan
dilakukan pada tahap refleksi antara lain: 1) mengidentifikasi
kesulitan dan hambatan pelaksanaan pembelajaran pada siklus
pertama 2) memperbaiki tindakan berdasarkan kesulitan dan
hambatan yang ditemukan serta pengolahan nilai yang diperoleh
siswa.
Siklus II
1)
Rencana Tindakan Siklus II
Pada perencanaan siklus ini dilaksanakan pembelajaran dua kali
pertemuan selama 2 x 40 menit dikarenakan tindakan siklus I belum
berhasil. Pada tahap ini peneliti merencanakan tindakan yang akan
dilakukan, antara lain :
a)
Merencanakan pembelajaran yang akan diterapkan dengan
menggunakan model pembelajaran berbasis masalah.
b)
Menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran.