• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN

A. Kajian Teori

DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Kajian Teori 1. Hakikat Belajar

Belajar adalah berlatih, berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu. Belajar bagi seseorang adalah terjadinya perubahan tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman. Menurut Azhar Arsyad (2005), belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada setiap orang sepanjang hidupnya. Proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi antara seseorang dengan lingkungannya. Oleh karena itu, belajar dapat terjadi kapan saja dan di mana saja. Salah satu pertanda bahwa seseorang itu telah belajar adalah adanya perubahan tingkah laku pada diri orang itu mungkin disebabkan oleh terjadinya perubahan pada tingkat pengetahuan, keterampilan, atau sikapnya.

Slameto (2003) mengatakan bahwa, belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya;sedangkan menurut Ausubel dalam Ratna Wilis (1995), belajar bermakna merupakan suatu proses mengaitkan informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat pada struktur kognitif seseorang. Jadi, proses belajar tidak sekadar menghafal konsep-konsep atau fakta-fakta belaka (root learning), namun

berusaha menghubungkan konsep-konsep tersebut untuk menghasilkan pemahaman yang utuh (meaningfull learning), sehingga konsep yang dipelajari akan dipahami secara baik dan tidak mudah dilupakan. Peta konsep merupakan alat yang dapat digunakan untuk mengetahui apa yang telah diketahui oleh siswa sekaligus menghasilkan proses belajar bermakna.

Paul Suparno (2002) berpendapat bahwa, belajar adalah lebih merupakan suatu proses untuk menemukan sesuatu, daripada suatu proses untuk mengumpulkan sesuatu. Belajar bukanlah suatu kegiatan mengumpulkan fakta-fakta, tetapi suatu perkembangan pemikiran yang berkembang dengan membuat kerangka pengertian yang baru (kontruktivisme).

Cronbach dalam Sumadi Suryabrata (1993) mengatakan:”Learning is shown by a change in behavior as a result of experience”, yaitu bahwa belajar ditunjukkan dengan perubahan dalam tingkah laku sebagai hasil pengalaman dan belajar yang sebaik-baiknya adalah dengan mengalami, dan dalam mengalami itu si pelajar mempergunakan panca inderanya. Sesuai dengan pendapat ini adalah Harold Spears dalam Sumadi Suryabrata (1993), ia mengatakan “Learning is to observe, to read, to imitate to try something themselves, to listen, to follow direction”. Menurutnya hal yang dipentingkan dalam belajar adalah mengamati, membaca, menirukan, mencoba sendiri, mendengarkan , dan mengikuti petunjuk. Pendapat ini dipertegas oleh Mc.Geok dalam Sumadi Suryabrata (1993), yang mengatakan bahwa “ Learning is change performance as a result of practice”, yang berarti belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil latihan.

Pengertian belajar menurut Yusufhadi Miarso dalam Tomas Suharmanto (2006): Belajar adalah proses komunikasi. Siswa yang sedang belajar berarti terlibat komunikasi dengan berbagai hal, baik yang pernah dialami maupun hal-hal yang bersifat baru. Proses komunikasi ini tidak terbatas, artinya bersifat bebas, siswa dapat saja berkomunikasi dengan benda-benda dan alam sekitarnya, atau siswa berkomunikasi dengan masyarakat dan lingkungan sosialnya.

Menurut Haris Mujiman (2006), paradigma kontruktivisme merupakan komponen pertama konsep belajar mandiri. Paradigma ini adalah landasan konsep. Kegiatan belajar yang berlandaskan paradigma ini dilandasi penggunaan pengetahuan yang telah dimiliki untuk mengolah informasi yang masuk, sehingga terbentuk pengetahuan baru, menuju ke pembentukan sesuatu kompetensi yang dikehendaki pembelajar. Hazel and Papert (1991) mengatakan bahwa belajar adalah membangun pengetahuan dan belajar adalah “knowledge dependent “ serta pembelajaran yang telah dimiliki digunakan untuk membentuk pengetahuan baru.

Menurut Eko Sulistya (2003), belajar dapat lebih bermakna dan bermanfaat apabila peserta didik menggunakan semua alat indra, mulai dari telinga, mata, sekaligus berpikir mengolah informasi dan ditambah dengan mengerjakan sesuatu.

Dari berbagai pendapat di atas, terdapat beberapa hal pokok sehubungan dengan belajar yaitu:

a. Belajar adalah proses interaksi antara seseorang dengan lingkungannya sehingga terjadi perubahan pada tingkat pengetahuan, keterampilan, atau sikapnya.

b. Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan.

c. Belajar bermakna merupakan suatu proses mengaitkan informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat pada struktur kognitif seseorang.

d. Belajar merupakan suatu proses untuk menemukan sesuatu, daripada suatu proses untuk mengumpulkan sesuatu sehingga timbul pemikiran yang berkembang dengan membuat kerangka pengertian yang baru (kontruktivisme).

e. Belajar ditunjukkan dengan perubahan dalam tingkah laku sebagai hasil pengalaman dan belajar yang sebaik-baiknya adalah dengan mengalami, dan dalam mengalami itu si pelajar mempergunakan panca inderanya

f. Belajar adalah mengamati, membaca, menirukan, mencoba sendiri, mendengarkan , dan mengikuti petunjuk.

g. Belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil latihan.

h. Belajar berarti terlibat komunikasi dengan berbagai hal, baik yang pernah dialami maupun hal-hal yang bersifat baru. Proses komunikasi ini tidak terbatas, artinya bersifat bebas, siswa dapat saja berkomunikasi dengan benda-benda dan alam sekitarnya, atau siswa berkomunikasi dengan masyarakat dan lingkungan sosialnya.

i. Belajar adalah menggunakan pengetahuan yang telah dimiliki seseorang untuk mengolah informasi yang masuk, sehingga terbentuk pengetahuan baru, menuju ke pembentukan sesuatu kompetensi yang dikehendaki pembelajar.

j. Belajar adalah membangun pengetahuan dan belajar adalah “knowledge dependent “ serta pembelajaran yang telah dimiliki digunakan untuk membentuk pengetahuan baru.

k. Belajar dapat lebih bermakna dan bermanfaat apabila peserta didik menggunakan semua alat indra, mulai dari telinga, mata, sekaligus berpikir mengolah informasi dan ditambah dengan mengerjakan sesuatu.

Berdasarkan uraian di atas, belajar adalah merupakan proses seseorang untuk memperoleh kecakapan, keterampilan, dan sikap. Belajar juga merupakan suatu proses perubahan tingkah laku melalui interaksi antara individu dengan lingkungannya dan kegiatan belajar merupakan faktor yang secara integral dalam proses pembelajaran di sekolah yang menghasilkan perubahan-perubahan pengetahuan baru yang lebih bermakna, pemahaman utuh, keterampilan, dan sikap.

Teori belajar yang paling berpengaruh dalam pembelajaran Fisika adalah teori belajar kontruksivisme. Menurut teori ini siswa tidak menerima begitu saja pengetahuan dari orang lain, tetapi siswa secara aktif membangun pengetahuannya, dan terus menerus mengasimilasi serta mengakomodasi informasi baru. Dengan kata lain, penekanan kontruksivisme adalah peran aktif siswa dalam membangun pemahaman mereka, baik secara individu maupun kelompok. Belajar dapat lebih bermakna dan bermanfaat apabila peserta didik menggunakan semua alat indra dan mengaitkan informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat pada struktur kognitif seseorang, sekaligus berpikir mengolah informasi-informasi tersebut secara optimal sehingga menghasilkan pemahaman yang utuh (meaningfull learning)

2. Hakikat Pembelajaran

a. Metode Pembelajaran Fisika

Teori dan praktik ibarat dua sisi mata uang, sisi satu dengan sisi yang lainnya saling memberi dasar dan mendukung keberhasilan dalam proses belajar mengajar pada umumnya dan terutama pada bidang Fisika khususnya. Pembelajaran Fisika akan lebih bermakna ketika terjadi interaksi yang harmonis dan komunikatif antara guru dan siswa. Selama ini strategi mengajar yang diterapkan di Indonesia sebagian besar masih menggunakan metode ceramah, yaitu metode pembelajaran yang dilakukan dengan menyampaikan pesan dan informasi (bahan ajar) secara satu arah melalui suara, mungkin dilengkapi gambar, grafik dan tulisan pada papan tulis .

Hasil penelitian Pollio dalam Eko Sulistyo (2003) menunjukkan bahwa di dalam pengajaran yang menggunakan metode ceramah, peserta didik mampu berkonsentrasi penuh sekitar 60% dari waktu yang ada. Menurut penelitian Hartley dan Davies dalam Eko Sulistyo (2003), mengenai metode ceramah menunjukkan bahwa perhatian peserta didik meningkat sampai 10 menit pertama pengajaran, dan menurun setelah itu; sedangkan McKeachie dalam Eko Sulistyo (2003), memperoleh hasil bahwa peserta didik mampu mengingat 70% informasi yang disampaikan oleh pengajar pada 10 menit pertama pengajaran, tetapi pada 10 menit terakhir mereka hanya mampu mengingat 20% dari materi yang disampaikan.

Menurut Mulyasa (2005), pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks dan melibatkan berbagai aspek yang saling berkaitan. Oleh karena itu, untuk menciptakan belajar yang kreatif dan menyenangkan diperlukan berbagai

keterampilan membelajarkan atau keterampilan mengajar. Turney dalam Mulyasa (2005), menjelaskan untuk keterampilan mengajar yang sangat berperan dan menentukan kualitas pembelajaran, yaitu:(1). keterampilan bertanya, (2).memberi penguatan, (3).mengadakan variasi, (4).menjelaskan, (5). membuka dan menutup pelajaran, (6).membimbing diskusi kelompok kecil, (7). mengelola kelas, 8).mengajar kelompok kecil dan perorangan

Fisika merupakan salah satu mata pelajaran dari IPA. IPA mencakup dua hal yaitu IPA sebagai produk dan IPA sebagai proses. IPA sebagai produk meliputi sekumpulan pengetahuan yang terdiri atas fakta-fakta, konsep-konsep dan prinsip-prinsip IPA;sedangkan IPA sebgai proses meliputi keterampilan-keterampilan dan sikap-sikap ilmiah. Sebagai variasi pembelajaran Fisika, digunakan variasi Media Pembelajaran dan Sumber Belajar, yaitu Power Point disertai Animasi dan Modul dilengkapi dengan Alat Peraga Fisika sederhana yang bertujuan untuk: (1). Mengatasi kebosanan dan meningkatkan perhatian siswa. (2). Agar siswa selalu antusias, tekun, dan penuh partisipasi. (3).Memberikan kesempatan bagi perkembangan bakat siswa terhadap berbagai hal baru dalam pembelajaran.(4). Memupuk partisipasi dan perilaku positip siswa. (5). Memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar sesuai dengan tingkat perkembangan dan kemampuannya. Variasi dalam penggunaan Media Pembelajaraan dan Sumber Belajar tersebut dibedakan menjadi: (1).Variasi alat dan bahan yang dapat dilihat (Visual), (2).Variasi alat dan bahan yang dapat didengar (Audio), (3).Variasi alat dan bahan yang dapat diraba dan dimanipulasi (Tactual). Menurut Mirza Satriawan (2003), dari segi penginderaan, dua indera yaitu

penglihatan dan pendengaran merupakan penginderaan yang paling berperan dalam transfer informasi.

Asumsi sentral konstruktivisme adalah bahwa belajar itu menemukan. Guru menyampaikan informasi kepada siswa, lalu siswa melakukan melakukan proses mental atau kerja otak atas informasi tersebut agar informasi itu masuk ke dalam pemahaman mereka. Konstruksivisme berangkat dari masalah (biasanya muncul dari siswa sendiri) dan untuk selanjutnya guru membantu siswa menyelesaikan dan menemukan langkah-langkah pemecahan masalah itu. Menurut Mirza Satriawan (2003), proses berpikir setidaknya melibatkan empat hal, yaitu: (1) adanya obyek atau realita yang dipikirkannya, (2) adanya proses pengindraan dengan indra yang dapat membawa informasi tentang realita/obyek kepada otak, (3) adanya otak yang sehat, dan , (4) adanya informasi sebelumnya yang terkait dengan obyek atau realitas tersebut. Konstruktivisme didasarkan pada teori belajar kognitif yang menekankan pada pembelajaran kooperatif, pembelajaran generatif, strategi bertanya, inkuiri, atau menemukan dan keterampilan metakognitif lainnya (belajar bagaimana seharusnya belajar). Piaget dan Vigotsky dalam Nur dan Wulandari (2001) menekankan bahwa perubahan kognitif hanya terjadi jika konsepsi-konsepsi yang telah dipahami sebelumnya diolah melalui proses dalam upaya memperoleh informasi baru. Paul Suparno (2002) berpendapat bahwa, dalam prinsip kontruktivis, seorang guru punya peran sebagai mediator dan fasilitator yang membantu agar proses belajar siswa berjalan dengan baik. Adapun fungsi sebagai mediator dan fasilitator dapat dijabarkan sebagai berikut:

1) menyediakan pengalaman belajar, yang memungkinkan siswa ikut bertanggung jawab dalam membuat desain, proses, dan penelitian.

2) Memberikan kegiatan-kegiatan yang merangsang keingintahuan siswa, membantu mereka untuk mengekspresikan gagasan mereka dan mengkomunikasikan ide ilmiahnya, Watt & Pope (1989). Guru perlu menyediakan pengalaman konflik. Pengalaman konflik dapat berwujud pengalaman anomali yang bertentangan dengan pemikiran atau pengalaman awal siswa. Pengalaman seperti menantang siswa untuk berpikir mendalam, menurut Tobin, Tippins & Gallard (1994).

3) Memonitor, mengevaluasi dan menunjukkan , apakah pemikiran siswa itu jalan atau tidak. Guru menunjukkan dan mempertanyakan apakah pengetahuan siswa itu berlaku untuk menghadapi persoalan baru yang berkaitan. Guru membantu dalam mengevaluasi hipotesa dan kesimpulan siswa.

Pembelajaran yang bernaung dalam konstruktivisme adalah kooperatif. Salah satu aktivitas yang terdapat dalam kooperatif adalah Belajar Bersama (learning together), yaitu; melibatkan siswa yang bekerja dalam kelompok beranggotakan empat atau lima siswa untuk menangani tugas tertentu. Selanjutnya, mereka melaporkan tugas itu. Aktivitas belajar bersama ini lebih mengarah pada pembinaan kerjasama dan keberhasilannya.

b. Pendekatan PAIKEM

Menjadi guru kreatif, professional, dan menyenangkan dituntut untuk memiliki kemampuan mengembangkan pendekatan dan memilih metode

pembelajaran yang efektif. Menciptakan iklim pembelajaran yang interaktif dan kondusif serta menyenangkan itu merupakan hal-hal yang penting agar siswa termotivasi untuk bersikap kreatif dan inovatif. Sebagai seorang pendidik, profesionalisme seorang guru bukanlah pada kemampuannya mengembangkan ilmu pengetahuan, tetapi lebih menekankan pada kemampuannya untuk melaksanakan pembelajaran yang menarik dan bermakna bagi siswanya. Perkembangan ilmu pengetahuan berlangsung semakin cepat sehingga tak mungkin para guru mengajarkan semua fakta dan konsep kepada siswa, sudah jelas target pencapaian kurikulum tak akan tercapai. Kalaupun toh semua fakta dan konsep itu dijejalkan kepada siswa dan guru merupakan satu-satunya sumber informasi, akan berakibat siswa tidak dilatih menemukan konsep sehingga yang terjadi tidak lebih hanyalah transfer of knowledge, bukan transfer of learning.

Menurut Degeng dalam Sugiyanto (2007), daya tarik suatu mata pelajaran (pembelajaran) ditentukan oleh dua hal: (1). oleh mata pelajaran itu sendiri, dan (2). oleh cara mengajar guru. Oleh karena itu tugas profesional seorang guru adalah menjadikan pelajaran yang sebelumnya tidak menarik menjadikannya menarik, yang dirasakan sulit menjadi mudah, yang tadinya tak berarti menjadi bermakna. Para psikolog berpendapat bahwa para siswa mudah memahami konsep-konsep yang rumit dan abstrak jika disertai dengan contoh-contoh konkret yang wajar sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi, misalnya perputaran jarum jam, hubungan roda dan gir pada sepeda dan sebagainya. Tugas guru bukan men”transfer” pengetahuan,

melainkan menyiapkan situasi yang menggiring siswa untuk bertanya, mengamati, mengadakan eksperimen, serta menemukan fakta dan konsep sendiri.

Semua konsep yang telah ditemukan melalui penyelidikan ilmiah masih tetap terbuka untuk dipertanyakan, dipersoalkan, dan direvisi. Siswa perlu dilatih dan dibina untuk berfikir dan bertindak secara kreatif. Pengembangan konsep hendaknya selalu dikaitkan dengan pengembangan sikap dan nilai. Oleh karena itu, pengembangan keterampilan memproseskan perolehan akan berperan sebagai wahana penyatukait antara pengembangan konsep dan pengembangan sikap dan nilai.

Menurut Mulyasa (2005), sedikitnya terdapat lima pendekatan pembelajaran yang perlu dipahami guru untuk dapat mengajar dengan baik, yaitu:(1).Pendekatan Kompetensi., (2).Pendekatan Keterampilan Proses, (3).Pendekatan Lingkungan, (4). Pendekatan Kontekstual, (5). Pendekatan Tematik. Pendekatan yang penulis pilih adalah Pendekatan Kompetensi karena seorang guru yang profesional diharapkan menguasai empat kompetensi, yaitu: (1). Kompetensi profesional, (2). Kompetensi paedogogi, (3). Kompetensi kepribadian, (4), Kompetensi sosial. Menurut Sugiyanto (2007), kompetensi profesional dan paedogogi adalah kompetensi yang berhubungan dengan penyelesaian tugas-tugas keguruan dan pembelajaran. Beberapa kemampuan tersebut adalah kemampuan dalam penguasaan landasan kependidikan, psikologi pengajaran, penguasaan materi pelajaran, penerapan berbagai metode dan strategi pembelajaran, kemampuan dalam merancang dan memanfaatkan berbagai media/sumber belajar, kemampuan dalam menyusun program pembelajaran, kemampuan dalam mengevaluasi pembelajaran, kemampuan dalam mengembangkan

kinerja pembelajaran. Jika ke empat kompetensi tersebut dikuasai para guru, maka berbagai peran guru dalam pembelajaran diharapkan dapat dilaksanakan secara optimal, yaitu sebagai:(1). Sumber belajar (agen pembelajaran), (2) Fasilitator, (3). Pengelola, (4) Demonstator, (5). Pembimbing, (6). Motivator, (7). Inovator, (8). Evaluator, (9). Kreator.

Adapun metode pembelajaran Fisika yang tepat untuk menentukan efektivitas dan efisiensi pembelajaran adalah penekanannya pada interaksi siswa, rasa ingin tahu, kreativitas dan keterampilan-keterampilan yang dimilikinya sebagai roda penggerak untuk memproseskan perolehan agar siswa mampu menemukan dan mengembangkan sendiri fakta dan konsep serta menumbuhkan dan mengembangkan sikap dan nilai yang dituntut. Penerapan metode pembelajaran yang relevan dan bervariasi tersebut akan sangat membantu siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran adalah Pendekatan PAIKEM. Seluruh irama gerak atau tindakan dalam proses belajar-mengajar dengan pendekatan PAIKEM ini akan menciptakan kondisi cara belajar siswa aktif dan mandiri.

Pendekatan PAIKEM (Pembelajaran yang Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan) merupakan pendekatan yang mengupayakan memberikan layanan pembelajaran yang optimal pada proses belajar (transfer of learning), aktivitas dan kreativitas siswa memperoleh pengetahuan, keterampilan , nilai dan sikap, serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Mengingat bahwa setiap siswa memiliki potensi yang berbeda, maka salah satu tugas guru sebagai fasilitator

adalah memberikan kemudahan kepada siswa untuk menciptakan lingkungan yang kondusif agar semua siswa dapat berkembang secara optimal.

1) Aktif

Dalam pelaksanaaan PAIKEM, pembelajaran dilaksanakan dengan mengaktifkan siswa dan guru hanyalah sebagai fasilitator, pelatih, motivator, dan evaluator. Keaktifan siswa didorong oleh kemauan untuk belajar karena adanya tujuan yang ingin dicapai (azas motivasi) dan akan berkembang jika dilandasi dengan pendayagunaan potensi yang dimilikinya. Suasana kelas dapat mendorong atau mengurangi aktivitas siswa. Oleh karena itu suasana kelas harus dikelola agar dapat merangsang aktivitas dan kreativitas belajar siswa. Kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan untuk mendorong aktivitas dan kreativitas dalam pembelajaran tersebut, antara lain: diskusi kelompok, pengamatan, penelitian, praktikum, tanya jawab, studi kasus, bermain peran dan kegiatan-kegiatan lain yang dapat menunjang tercapainya tujuan pembelajaran tersebut.

Tugas guru dalam mengaktifkan siswa antara lain sebagai:

a) Fasilitator, yaitu menyediakan tugas untuk siswa , LKS (Lembar Kerja Siswa), Modul, Materi Presentasi (Power Point, Flash, Transparansi), soal-soal untuk menguji kemampuan siswa, carta, dan fasilitas lain yang diperlukan siswa.

b) Pelatih, yaitu melatih siswa dalam belajar cara berpikir dan bekerja dalam IPA (Fisika), berdialog dengan siswa untuk memperbaki miskonsepsi (pemahaman yang keliru) dan cara-cara berpikir yang kurang logis dan sistimatis (ilmiah).

c) Motivator, yaitu memotivasi siswa dan membentuk aturan belajar yang memotivasi siwa dalam belajar dan bersikap. Penguasaan kompetensi diharapkan dapat menumbuhkan rasa puas terhadap hasil belajar, sehingga motivasi belajar semakin berkembang.

d) Evaluator, guru mengevaluasi pembelajarannya dan mengevaluasi kompetensi siswa dalam pembelajaran.

Kriteria-kriteria yang harus dipenuhi dalam pembelajaran untuk mengaktifkan siswa sebagai berikut:

a) Ada kegiatan yang dapat dilakukan siswa.

Dalam pembelajaran Fisika, siswa diminta untuk melakukan suatu kegiatan. Siswa memerlukan sumber belajar berupa buku, , LKS (Lembar Kerja Siswa), Modul, Materi Presentasi (Power Point, Flash, Transparansi), soal-soal untuk menguji kemampuan siswa, carta, peristiwa alam sehari-hari dalam percobaan, lingkungan, produk teknologi, dan fasilitas lain yang diperlukan siswa.

b) Siswa mengetahui apa yang harus dipikirkan dan dilakukannya

Dengan cara berpikir dan bekerja yang dilatihkan gurunya siswa akan mengetahui apa yang harus dipikirkan dan dilakukan dalam mempelajari Fisika.

c) Menarik perhatian siswa

Guru membuat kegiatan-kegiatan yang secara umum menarik perhatian siswa. Pertanyaan-pertanyaan yang menantang dan menyentuh keperluan siswa sehari-hari dapat digunakan untuk menarik perhatian siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya.

2) Inovatif

Dalam PAIKEM, guru harus berupaya menghapus kebiasaan kurang baik pada diri siswa yang cenderung merespon pembelajaran hanya “tell me what to do”, menerima apa adanya atau hanya patuh melakukan perintah guru semata, sehingga tidak nampak aktivitas belajar proaktif dari dalam diri siswa sendiri. Kecenderungan demikian dapat ditafsirkan seolah-olah guru adalah segala-galanya dan terkesan mendominasi siswa, padahal penyebabnya bisa muncul dari diri siswa sendiri sebagai akibat kebiasaan selalu “nrimo” atau takut berbeda pendapat dengan gurunya. Untuk mengantisipasi hal ini guru perlu mengembangkan pendekatan pembelajaran yang ber- inovasi. Inovasi ini bertujuan untuk: (1). Merespon pengembangan pembelajaran agar dapat mencapai sasaran, (2). Mencari solusi atas persoalan aktual yang dihadapi siswa agar dapat dicari penyelesaiannya dalam pembelajaran. Dengan demikian jelaslah bahwa inovasi pembelajaran yang dilakukan oleh seorang guru akan menumbuhkan motivasi belajar siswa, yang pada gilirannya dapat meningkatkan prestasi belajarnya.

3) Kreatif

Dalam PAIKEM, pembelajaran Fisika diupayakan meningkatkan kreativitas siswa, dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam membentuk gagasan-gagasan baru atau mengembangkan gagasan yang sudah ada, misalnya dengan cara membelajarkan siswa untuk berpikir dan bekerja dengan objek atau fenomena. Hal ini tidak berarti pembelajaran dilaksanakan di laboratorium dengan

peralatan lengkap,di kelas pun, dan hanya dengan kapur, spidol, papan tulis, atau bahkan bekas ballpoint dan batupun dapat dibelajarkan untuk menghadapi objek dan fenomena, yaitu dengan cara siswa memikirkan objek dan fenomena alam yang dipelajarinya, serta membuat model, misalnya alat peraga, gambar, diagram, grafik, desain animasi, dan sebagainya, yang menggambarkan objek dan fenomena tersebut. Pembelajaran kreatif ini diharapkan dapat meningkatkan kompetensi siswa dalam menggunakan rumus-rumus.

Kriteria-kriteria yang harus dipenuhi dalam pembelajaran untuk mengkreatifkan siswa sebagai berikut:

a). Siswa memiliki keinginan untuk mencoba tugasnya

Suatu kegiatan yang menantang siswa dan belum pernah ditemukan siswa sebelumnya serta bersifat kompetisi seringkali dapat menumbuhkan keinginan siswa untuk mencoba melakukan kegiatan tersebut. Keinginan siswa untuk dapat menyelesaikan masalah dengan caranya sendiri dapat digunakan sebagai peluang bagi guru untuk menumbuhkan keinginan siswa. Pengetahuan yang telah dimiliki siswa dan cara berpikir dan bekerja yang telah dimilikinya dapat membuat siswa ingin mencoba kemampuannya dalam menyelesaikan masalah yang menjadi tugasnya.

b). Siswa memiliki kesempatan dan keleluasaan (bebas,tetapi mengikuti aturan main) menentukan apa yang akan dipikir dan dilakukannya

Walaupun cara berpikir dan bekerja dalam Fisika mengikuti aturan-aturan tertentu, tetapi dapat bervariasi sesuai dengan masalah yang dihadapi siswa dan

sudut pandang siswa dalam menyelesaikan masalah tersebut. Bervariasinya sudut pandang akan menumbuhkan cara berpikir dan bekerja yang bervariasi yang akan menumbuhkan kreativitas siswa.

c). Siswa memiliki kompetensi untuk melakukannya

Pengetahuan dan keterampilan yang telah dimiliki siswa merupakan kompetensi siswa untuk melakukan kegiatan kreatifnya. Jika siswa kandas dalam berkreasi, guru dapat membantu siswa menunjukkan langkah-langkah berpikir dan bekerja melalui dialog interaktif dengan siswa. Urutan kegiatan yang tepat pada setiap langkah pembelajaran memungkinkan siswa memiliki kompetensi yang diperlukan untuk berkreasi dalam mempelajari dan menyelesaikan masalah

Dokumen terkait