BELAJAR FISIKA DITINJAU DARI KREATIVITAS SISWA
(Studi Kasus Konsep Gerak Melingkar pada Siswa Kelas X Semester I di SMA Negeri 7 Surakarta Tahun Pelajaran 2006/2007)
TESIS
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Pendidikan Sains
Minat Utama Fisika
Oleh:
Nicolaus Dolly Simon Kusdwiutomo S.830905007
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
ii
BELAJAR FISIKA DITINJAU DARI KREATIVITAS SISWA
(Studi Kasus Konsep Gerak Melingkar pada Siswa Kelas X Semester I di SMA Negeri 7 Surakarta Tahun Pelajaran 2006/2007)
Disusun oleh:
Nicolaus Dolly Simon Kusdwiutomo S.830905007
Telah disetujui oleh Tim Pembimbing Dewan Pembimbing
Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal
Pembimbing I Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd. ... ... NIP 130814560
Pembimbing II Drs. Haryono, M.Pd. ... ... NIP 130529712
Mengetahui
Ketua Program Pendidikan Sains,
iii
BELAJAR FISIKA DITINJAU DARI KREATIVITAS SISWA
(Studi Kasus Konsep Gerak Melingkar pada Siswa Kelas X Semester I di SMA Negeri 7 Surakarta Tahun Pelajaran 2006/2007)
Disusun oleh:
Nicolaus Dolly Simon Kusdwiutomo S.830905007
Telah disetujui dan disahkan oleh Tim Penguji Pada tanggal: ...
Jabatan Nama Tanda Tangan Ketua : Dr. Ashadi ...
Sekretaris : Dra. Suparmi, MA, Ph.D ...
Anggota Penguji : 1. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd. ... 2. Drs. Haryono, MPd. ...
Surakarta. ... Mengetahui:
Direktur PPS UNS Ketua Program Studi
Pendidikan Sains,
iv
NIM : S830905007
Menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa tesis berjudul Pengaruh Pembelajaran Fisika dengan Media Power Point Disertai Animasi dan Modul Dilengkapi Alat Peraga terhadap Prestasi Belajar Fisika Ditinjau dari Kreativitas Siswa (Studi Kasus Konsep Gerak Melingkar pada Siswa Kelas X Semester I di SMA Negeri 7 Surakarta Tahun Pelajaran 2006/2007) adalah betul-betul karya saya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya, dalam tesis tersebut diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.
Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dari tesis tersebut.
Surakarta, Juli 2008 Yang membuat pernyataan,
v
karunia dan pertolongan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan tesis ini. Dalam menyelesaikan tesis ini, peneliti banyak mendapat bantuan, bimbingan, dan pengarahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini peneliti menyampaikan terima kasih kepada yang peneliti hormati:
1. Prof. Drs. Suranto Tjiptowibisono, M.Sc.,Ph.D. Direktur PPs UNS yang telah memberikan izin penyusunan tesis ini;
2. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd., Ketua Program Studi Pendidikan Sains sekaligus bertindak sebagai pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, petunjuk, dan pengarahan dengan penuh kesabaran dan ketelatenan sehingga tesis ini dapat diselesaikan;
3. Drs. Haryono, M.Pd. selaku pembimbing II tesis ini yang telah memberikan bimbingan, petunjuk, dan pengarahan dengan penuh kesabaran dan ketelatenan sehingga tesis ini dapat diselesaikan;
4. Para Dosen Program Studi Pendidikan Sains yang telah banyak memberikan pendalaman ilmu dan masukan berharga demi kesempurnaan tulisan ini;
vi
kesempatan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi;
7. Rekan-rekan mahasiswa Pendidikan Sains Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta, terutama Mas Wahyu Hari Kristiyanto, Bu Erwin, Mbak Sri Lestari atas partisipasi dan kerjasamanya dalam bentuk diskusi dan sharing idea dengan penulis.
8. Secara pribadi, terima kasih yang sedalam-dalamnya disampaikan kepada isteriku terkasih Bernadetha Sri Hardiyanti, S.Pd. dan anak-anakku tercinta Dominico Bertho Dyan Utama dan Emanuel Christiantony Dyan Utama yang selalu memberikan dorongan, baik moril maupun spirituil, semangat dan pengorbanan yang tiada henti. Tanpa semangat dan motivasi mereka, tesis ini tidak akan terselesaikan.
Akhirnya, penulis hanya dapat berdoa semoga Tuhan Yang Maha Esa melimpahkan berkat dan rahmat-Nya kepada semua pihak tersebut di atas, dan mudah-mudahan tesis ini bermanfaat bagi pembaca.
Surakarta, Juli 2008
vii
Optimisme adalah keyakinan yang membawa pada pencapaian. Tak ada yang dapat dilakukan tanpa harapan dan kepercayaan diri
(Helen Keller)
Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi bangkit kembali setiap kali kita jatuh
(Confusius)
The challenge is a gold chance Tantangan adalah sebuah peluang emas
viii
Kupersembahkan karya sederhana ini teruntuk:
Ayahnda (almarhum) yang kukagumi teladannya Ibunda yang penuh perhatian
ix
JUDUL ………..… i
PENGESAHAN PEMBIMBING... ii
PENGESAHAN PENGUJI TESIS ... iii
PERNYATAAN ... iv
KATA PENGANTAR ... v
MOTTO ... vii
PERSEMBAHAN ... viii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR LAMPIRAN……… xvi
ABSTRAK ... xix
ABSTRACT ... xxi
BAB I PENDAHULUAN ……….. 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 9
C. Pembatasan Masalah... 10
D. Perumusan Masalah ... 11
E. Tujuan Penelitian ... 11
F. Manfaat Penelitian ... 12
BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN PENGAJUAN HIPOTESIS ……… 14
A. Kajian Teori ... 14
1. Hakikat Belajar... 14
2. Hakikat Pembelajaran ... 19
x
a. Multimedia Berbasis Komputer ... 36
b. Media Pembelajaran Yang Tidak Diproyeksikan ... 37
c. Power Point dan Animasi ... 39
d. Modul dan Alat Peraga Fisika Sederhana ... 40
4. Hakikat Kreativitas ... 41
5. Hakikat Prestasi Belajar... 50
6. Materi Pembelajaran Fisika... 51
B. Penelitian yang Relevan ... 56
C. Kerangka Berpikir ... 57
1. Pengaruh Media Power Pointdisertai Animasi dan Modul dilengkapi Alat Peraga terhadap Prestasi Belajar Fisika... 57
2. Pengaruh Kreativitas Tinggi dan Kreativitas Rendah terhadap Prestasi Belajar Fisika... 59
3. Interaksi antara Media Power Point disertai Animasi , Modul dilengkapi Alat Peraga dan Kreativitas terhadap Prestasi Belajar Fisika... 60
D. Pengajuan Hipotesis ... 62
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 63
A. Tempat dan Waktu Penelitian... 63
B. Metode Penelitian ... 63
C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel... 64
D. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel... 66
E . Instrumen Penelitian... ... 67
F. Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian, dan hasilnya ... 69
xi
BAB IV HASIL PENELITIAN ... 74 A. Deskripsi Data ... 74
1. Prestasi Belajar Fisika Siswa yang Diajar dengan MediaPower Pointdisertai Animasi (Kolom 1 =
A1) ... 75 2. Prestasi Belajar Fisika Siswa yang Diajar dengan
Media Modul dilengkapi Alat Peraga (Kolom 2 =
A2)... 76 3. Prestasi Belajar Fisika Siswa yang Memiliki
Kreativitas Tinggi (Baris 1 = B1)... 78 4. Prestasi Belajar Fisika Siswa yang Memiliki
Kreativitas Rendah (Baris 2 = B2)... 79 5. Prestasi Belajar Fisika Siswa yang Diajar dengan
MediaPower Pointdisertai Animasi bagi Kelompok Siswa yang Memiliki Kreativitas Tinggi (Sel 1 =
A1B1)... 81 6. Prestasi Belajar Fisika Siswa yang Diajar dengan
MediaPower Pointdisertai Animasi bagi Kelompok Siswa yang Memiliki Kreativitas Rendah (Sel 2 =
A1B2)... 82 7. Prestasi Belajar Fisika Siswa yang Diajar dengan
Media Modul dilengkapi Alat Peraga bagi Kelompok Siswa yang Memiliki Kreativitas Tinggi (Sel 3 =
A2B1)... 84 8. Prestasi Belajar Fisika Siswa yang Diajar dengan
Media Modul dilengkapi Alat Peraga bagi Kelompok Siswa yang Memiliki Kreativitas Rendah (Sel 4 =
xii
C. Pengujian Hipotesis ... 94
1. Pengaruh MediaPower Pointdisertai Animasi dan Media Modul dilengkapi Alat Peraga terhadap Prestasi Belajar Fisika... 95
2. Pengaruh Kreativitas Tinggi dan Kreativitas Rendah terhadap Prestasi Belajar Fisika... 95
3. Interaksi antara Media Power Point disertai Animasi , Modul dilengkapi Alat Peraga dan Kreativitas terhadap Prestasi Belajar Fisika... 96
D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 105
E. Keterbatasan Penelitian ... 111
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ... 113
A. Simpulan... ... 113
B. Implikasi Penelitian... 114
C. Saran ... 117
DAFTAR PUSTAKA ………. 120
xiii
1 Daftar Nilai Murni Fisika Kelas X Semester 1 2005/2006... 2 2 Penetapan Perlakuan Tiap Kelompok Eksperimen dan Kontrol.. 67 3 Distribusi Frekuensi Skor Prestasi Belajar Fisika Siswa yang
Diajar dengan Media Power Point disertai Animasi (A-1)... 75 4 Distribusi Frekuensi Skor Prestasi Belajar Fisika Siswa yang
Diajar dengan Media Modul dilengkapi Alat Peraga (A-2)... 77 5 Distribusi Frekuensi Skor Prestasi Belajar Fisika Siswa yang
Memiliki Kreativitas Tinggi (B-1)... 78 6 Distribusi Frekuensi Skor Prestasi Belajar Fisika Siswa yang
Memiliki Kreativitas Rendah (B-2)... 80 7 Distribusi Frekuensi Skor Prestasi Belajar Fisika Siswa yang
Diajar dengan Media Power Point disertai Animasi bagi
Kelompok Siswa yang Memiliki KreativitasTinggi (A1B1).... 81 8 Distribusi Frekuensi Skor Prestasi Belajar Fisika Siswa yang
Diajar dengan Media Power Point disertai Animasi bagi Kelompok Siswa yang Memiliki Kreativitas Rendah (A1B2)...
83 9 Distribusi Frekuensi Skor Prestasi Belajar Fisika Siswa yang
Diajar dengan Media Modul dilengkapi Alat Peraga bagi
Kelompok Siswa yang Memiliki Kreativitas Tinggi (A2B1) 84 10 Distribusi Frekuensi Skor Prestasi Belajar Fisika Siswa yang
Diajar dengan Media Modul dilengkapi Alat Peraga bagi
xiv
1 Alur Berpikir... 61 2 Rancangan Eksperimen Faktorial 2 x 2 ... 64 3 Histogram Frekuensi Skor Prestasi Belajar Fisika Siswa yang
Diajar dengan Media Power Pointdisertai Animasi (A-1)... 76 4 Histogram Frekuensi Skor Prestasi Belajar Fisika Siswa yang
Diajar dengan Media Modul dilengkapi Alat Peraga (A-2)... 77 5 Histogram Frekuensi Skor Prestasi Belajar Fisika Siswa yang
Memiliki Kreativitas Tinggi (B-1)... 79 6 Histogram Frekuensi Skor Prestasi Belajar Fisika Siswa yang
Memiliki Kreativitas Rendah (B-2)... 80 7 Histogram Frekuensi Skor Prestasi Belajar Fisika Siswa yang
Diajar dengan Media Power Point disertai Animasi bagi
Kelompok Siswa yang Memiliki Kreativitas Tinggi (A1B1)... 82 8 Histogram Frekuensi Skor Prestasi Belajar Fisika Siswa yang
Diajar dengan Media Power Point disertai Animasi bagi
Kelompok Siswa yang Memiliki Kreativitas Rendah (A1B2).. 83 9 Histogram Frekuensi Skor Prestasi Belajar Fisika Siswa yang
Diajar dengan Media Modul dilengkapi Alat Peraga bagi
Kelompok Siswa yang Memiliki Kreativitas Tinggi (A2B1)... 85 10 Histogram Frekuensi Skor Prestasi Belajar Fisika Siswa yang
Diajar dengan Media Modul dilengkapi Alat Peraga bagi
xv
Lampiran 1A. Kisi-kisi Tes Prestasi Belajar Fisika mengenai Gerak
Melingkar (Sebelum Ujicoba)... 124
Kisi-kisi Tes Prestasi Belajar Fisika mengenai Gerak Melingkar (Setelah Ujicoba)... 125
1B. Kisi-kisi Tes Kreativitas Verbal... 126
Lampiran 2A. Tes Prestasi Belajar Fisika... 127
2B. Tes Kreativitas Verbal... 139
Lampiran 3A. Hasil Analisis Validitas Butir Soal Tes Prestasi Belajar Fisika... 150
Lampiran 3B. Hasil Analisis Reliabilitas Tes Prestasi Belajar Fisika... 156
Lampiran 4A. Pola Urut (Matrik) Skenario Pelaksanaan Pembelajaran Fisika dengan Media Power Point disertai Animasi ... 159
Lampiran 4B. Pola Urut (Matrik) Skenario Pelaksanaan Pembelajaran Fisika dengan Media Modul dilengkapi Alat Peraga ... 160
Lampiran 5. Silabus ... 161
Lampiran 6. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 163
Lampiran 7. Data Induk Penelitian (Skor Tes Prestasi Belajar Fisika)... 170
Lampiran 8A. Hasil Perhitungan Uji Normalitas Data Skor Prestasi Belajar Fisika dari Siswa yang Diajar dengan Media Power Point disertai Animasi (A-1)(Kelas Eksperimen)... .... 171
8B. Hasil Perhitungan Uji Normalitas Data Skor Prestasi Belajar Fisika dari Siswa yang Diajar dengan Media Modul dilengkapi Alat Peraga (A-2)(Kelas Pembanding).. ... 173
xvi
8E. Hasil Perhitungan Uji Normalitas Data Skor Prestasi Belajar Fisika dari Siswa yang Diajar dengan Media Power Point disertai Animasi untuk Yang Memiliki
Kreativitas Tinggi (A1B1/Sel-1) ... 179 8F. Hasil Perhitungan Uji Normalitas Data Skor Prestasi
Belajar Fisika dari Siswa yang Diajar dengan Media Power Point disertai Animasi untuk Yang Memiliki
Kreativitas Rendah (A1B2/Sel-2)... 180 8G. Hasil Perhitungan Uji Normalitas Data Skor Prestasi
Belajar Fisika dari Siswa yang Diajar dengan Media Modul dilengkapi Alat Peraga untuk Yang Memiliki
Kreativitas Tinggi (A2B1/Sel-3)... 181 8H. Hasil Perhitungan Uji Normalitas Data Skor Prestasi
Belajar Fisika dari Siswa yang Diajar dengan Media Modul dilengkapi Alat Peraga untuk Yang Memiliki
Kreativitas Rendah (A2B2/Sel-4) 182
Lampiran 9. Hasil Perhitungan Uji Homogenitas Varians ... 183 Lampiran 10A. Hasil Skor Tes Kreativitas Siswa Kelas X-2, X-8 SMA
Negeri 7 Surakarta (Kelas Eksperimen)... 185 Lampiran 10B. Hasil Skor Tes Kreativitas Siswa Kelas X-1, X-4 SMA
Negeri 7 Surakarta (Kelas Pembanding/Kontrol)... 186 Lampiran 11. Tabel Kerja untuk Melakukan Analisis Perhitungan
dengan Teknik Statistik Anava Dua Jalan... 187
Lampiran 12. Hasil Perhitungan Analisis Statistik Deskriptif... 189 Lampiran 13A. Rangkuman Besaran-besaran Statistik yang Diperlukan
xvii
Hipotesis... 193 Lampiran 14A. Media Pembelajaran Fisika dengan Power Point disertai
Animasi ...
202
Lampiran 14B. Media Pembelajaran Fisika dengan Modul dilengkapi Alat Peraga ....
214
xviii
Peraga terhadap Prestasi Belajar Fisika Ditinjau dari Kreativitas Siswa (Studi Kasus Konsep Gerak Melingkar pada Siswa Kelas X Semester I di SMA Negeri 7 Surakarta Tahun Pelajaran 2006/2007). Tesis: Program Studi Pendidikan Sains, Minat Utama Fisika, Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) ada tidaknya pengaruh pembelajaran Fisika dengan media power point disertai animasi dan pembelajaran Fisika dengan media modul dilengkapi alat peraga terhadap prestasi belajar fisika; (2) ada tidaknya pengaruh kreativitas tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar fisika; dan (3) ada tidaknya interaksi antara pembelajaran Fisika dengan media power point disertai animasi, modul dilengkapi alat peraga dan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar fisika.
Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan desain faktorial 2x2. Populasi penelitian ini adalah siswa SMA Negeri 7 Surakarta kelas X semester 1 tahun pelajaran 2006-2007;sedangkan sampel penelitian diambil sebanyak 80 siswa, yang dirinci 40 siswa untuk kelas eksperimen dari kelas X-2 dan X-8 dan 40 siswa yang lain untuk kelas pembanding dari kelas X-1 dan X-4. Sampel tersebut diambil dengan teknik random sampling. Instrumen pelaksanaan penelitian berupa Power Point dan Modul. Teknik pengumpulan data digunakan tes, berupa tes prestasi belajar fisika dan tes kreativitas verbal. Teknik analisis data menggunakan Analisis Varian Dua Jalur (ANAVA) pada taraf signifikansi α = 0,05.
Hasil analisis menunjukkan bahwa:(1) Terdapat pengaruh pembelajaran Fisika dengan media power pointdisertai animasi dan modul dilengkapi alat peraga terhadap prestasi belajar fisika (Fhitung =17,92 > Ftabel =3,97); (2) Terdapat pengaruh yang signifikan pada prestasi belajar Fisika antara siswa yang memiliki kreativitas tinggi dan rendah (Fhitung =144,84 > Ftabel =3,97); (3) Terdapat interaksi pengaruh antara pembelajaran Fisika dengan media power point disertai animasi, modul dilengkapi alat peraga dan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar fisika (Fhitung=21,99 > Ftabel =3,97).
xix
Apparatus to Achievement Learn Physics Evaluated From Studennt’s Creativity. (Case Study at Circle Motion Concept on Student Class of X in the First Semester in SMA Negeri 7 Surakarta School’s Year 2006/2007). Thesis. Program Study:Education of Science. Consentration:Physics. Pasca Master of University Sebelas Maret Surakarta.2008
This research aim to know: (1) there is the influence of power point media enclosed Animation and module media completed Apparatus to achievement learn physics; (2) there is the influence of high and low creativity to achievement learn physics; (3) there is the interaction between power point media enclosed Animation, module media completed Apparatus and student’s creativity to achievement learn physics.
This research methodelogy used the experiment method of 2x2 factorial design. This population is the students of SMA Negeri 7 Surakarta, Class X, the First Semester, 2006/2007. The sample of research is taken 80 students. Included 40 students for the experiment from class X-2 and X-8 and 40 another students for the comparison is class X-1 and X-4. This sample is taken with the random sampling technique. Instruments of research set of Power Point enclosed Animation and Module completed Apparatus. The data collecting used the test, included the achievement in learning physics and verbal creativity. Technique analyses data the utilized is Analyst of Varian (ANAVA) two cell band at level of significant α = 0.05.
The result of this research is:(1) There is the influence of media power point and media module to achievement learn physics (Fcalculate=17,92 > Ftable=3,97); (2) There is the influence of high and low creativity to achievement learn physics (Fcalculate=144,84 > Ftable=3,97); (3) There is the the interaction betweenpower point media enclosed Animation, module media completed Apparatus and student’s creativity to achievement learn physics. (Fcalculate=21,99 > Ftable=3,97).
1
A. Latar Belakang Masalah
Pembelajaran sangatlah dibutuhkan seseorang dalam rangka aktualisasi diri. Pembelajaran yang bermakna diharapkan dapat mengembangkan berbagai aspek, antara lain; kognitif, afektif, psikomotorik, spiritual dan sosial. Agar tujuan pembelajaran dapat terlaksana dengan baik, maka diperlukan adanya sinergisitas antara komponen-komponen yang terkait, antara lain; kurikulum, metode mengajar, sistem belajar, iklim belajar yang sejuk dan menyenangkan, kondusif, serta alat peraga dan media pembelajaran yang representative dan sebagainya.
Adalah suatu kenyataan bahwa mata pelajaran Fisika merupakan suatu mata pelajaran yang sulit dipelajari dan dipahami bagi siswa. Hal ini antara lain disebabkan oleh karena mata pelajaran Fisika tersebut sarat dengan konsep-konsep abstrak yang tidak setiap siswa mudah menangkap dan memahaminya. Realita ini terlihat pada hasil belajar siswa kelas X semester 1 SMA Negeri 7 Surakarta tahun pelajaran 2005/2006
Tabel.1: Daftar Nilai Murni Fisika Klas X Semester.1 2005/2006.
No Kelas Jumlah Siswa Nilai Tertinggi Nilai Terendah Nilai rerata
1 A 42 82 40 59
2 B 42 88 44 63
3 C 41 84 40 61
4 D 42 72 61 62
5 E 42 75 61 61
6 F 42 85 30 57
7 G 40 78 36 51
8 H 40 78 40 56
331 59
Keterangan:
SKBM (Standard Ketuntasan Belajar Minimal) atau KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) untuk Fisika Klas X Semester.1 2005/2006 adalah: 61
Menurut Mirza Setiawan (2003), dalam perkembangannya Fisika menjadi sekumpulan konsep tentang alam fisis yang merupakan satu kesatuan pemahaman terjalin secara rapi dan logis dan tidak terpisah-pisahkan, sehingga pemahaman terhadap suatu konsep Fisika tidak bisa diperoleh tanpa memahami konsep-konsep yang terkait dengannya. Ini menyebabkan pemahaman terhadap konsep-konsep Fisika harus dibangun secara sistematis dan terstruktur agar memudahkan seseorang memahaminya secara lengkap.
Gerak melingkar merupakan salah satu konsep Fisika tentang dinamika gerak yang penerapannya di dalam kehidupan sehari-hari sangat luas, baik itu dalam ruang lingkup mikro maupun makro. Berdasarkan pengalaman peneliti dan rekan guru sesama bidang studi Fisika yang mengajarkan konsep gerak melingkar pada siswa kelas X semester 1 di SMA Negeri 7 Surakarta dua tahun terakhir ini, belum memuaskan karena sebagian besar siswa masih mengalami kesulitan memahami dan mempelajari penerapan konsep gerak melingkar. Para siswa biasanya terbentur pada beberapa kendala sehubungan dengan gerak melingkar, antara lain tentang: bagaimana memahami gerak jarum jam, gerak roda, gerak gir sepeda, gerak pembalap ketika di tikungan sirkuit, gerak penumpang drum mollen, gerak satelit, gerak bumi mengitari matahari, dan sebagainya. Oleh karena itu, para guru Fisika seyogyanya memilih pendekatan yang lebih tepat untuk mengajarkan Fisika, khususnya Gerak Melingkar.
Menyenangkan). Pendekatan PAIKEM tepat digunakan karena Pendekatan PAIKEM tersebut dapat mengembangkan kreativitas siswa. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Conny Setiawan (1985), bahwa Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) yang dipraktikkan adalah cara belajar siswa aktif yang mengembangkan keterampilan memproseskan perolehan. Karena itu, pengembangan keterampilan memproseskan akan berperan sebagai wahana penyatukait antara pengembangan konsep, sikap, dan nilai. Proses belajar mengajar yang dilakukan guru selama ini hanya berorientasi pada penguasaan materi pelajaran, namun tidak memperhatikan pada substansi, makna atau nilai serta arti fisis yang terkandung pada materi pelajaran tersebut. Demikian juga kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh guru Fisika SMA lebih menekankan pada pencapaian target Kurikulum dan kurang menekankan pada pemahaman konsep Fisika. Guru hanya memindahkan muatan-muatan informasi pengetahuan dan siswa juga cenderung menghafalkan materi konsep-konsep Fisika dan bukan pada subtansi ,makna dan arti fisisnya. Sebagian guru menganggap bahwa pengetahuan dapat dipindahkan dari guru kepada siswa dalam bentuk yang serba sempurna. Hal ini berakibat pelajaran Fisika diajarkan kepada siswa dalam bentuk suatu himpunan prosedur yang statis, seperti dalam menyelesaikan soal-soal Fisika diajarkan dengan langkah-langkah yang kaku dan apabila siswa menggunakan langkah atau cara penyelesaian lain yang berbeda dari guru, dianggap langkah penyelesaian tersebut kurang benar.
dipahami dan motivasi belajarnya menurun serta faktor kreativitasnya kurang berkembang, lebih-lebih materi tersebut merupakan konsep-konsep yang abstrak. Selain faktor tersebut, tanpa peran aktif siswa, yang terjadi hanyalah transfer of knowledge bukan transfer of learning. Transfer of learning adalah suatu proses pembelajaran yang lebih menitikberatkan pada terjadinya proses belajar. Pola pikir pembelajaran pada siswa perlu diubah, dari hanya sekedar memahami konsep dan prinsip keilmuan (transfer of knowledge), siswa juga harus memiliki kemampuan untuk berbuat sesuatu dengan menggunakan konsep dan prinsip keilmuan yang telah dikuasainya. Kiranya sudah menjadi rahasia umum bahwa Fisika merupakan mata pelajaran yang tidak menyenangkan. Hal ini antara lain disebabkan karena mata pelajaran tersebut sarat dengan konsep-konsep abstrak yang tidak setiap siswa mudah menangkapnya.Untuk membantu kelompok siswa ini perlu dibuat visualisasi agar konsep-konsep yang abstrak tersebut mudah dilihat dan dipahami.
mengajarpun guru dan siswa justru ditantang untuk mendesain media pembelajaran, baik dalam bentuk riil seperti memodifikasi alat peraga
sederhana maupun dalam bentuk visualisasi seperti animasi, dan berimprovisasi menciptakan metode pembelajaran dengan pendekatanPAIKEM (Pembelajaran Aktif, Innovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan). PAIKEM adalah metode yang mendukung siswa menjadi aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan dalam pembelajaran. agar kondisi belajar kondusif dan menjadikan siswa termotivasi untuk aktif belajar dan bersikap ilmiah untuk kreatif dan inovatif.
Suasana kelas diharapkan akan lebih hidup apabila guru menerapkan multi metode inovasi dan komunikasi dua arah yang harmonis, yaitu metode yang bervariasi selain metode yang sudah ada secara kolaborasi positip. Upaya guru dalam hal ini adalah berimprovisasi untuk menciptakan kondisi belajar yang kondusif agar dapat menjadikan peserta didik termotivasi untuk aktif belajar dan bersikap ilmiah, dengan cara menerapkan variasi metode pembelajaran inovatif, seperti; metode eksplorasi (menggali pengalaman siswa sehari-hari), metode sharing (berbagi pengalaman yang pernah dialami siswa dan guru satu dengan yang lain, baik antar siswa maupun dengan guru), metode resitasi (penugasan pembuatan alat peraga sederhana dan pembuatan desain animasi), metode simulasi (memperagakan alat peraga sederhana yang dibuatnya atau mempresentasikan animasi yang didesainnya) dan metode to take the latest information (mengambil informasi terkini) melalui pemberdayaan Internet pada situs atau Website tertentu, seperti : www.e-dukasi.net atau www.e-smartschool.com dan situs yang lain yang relevan dengan bahan ajar secara bertahap dan berkesinambungan.
Untuk membantu siswa perlu kiranya dirancang suatu bahan ajar yang benar-benar memuat penjelasan konsep-konsep yang benar dan mudah dipahami. Bahan ajar yang dimaksud adalah berupa Power Point disertai varisasi visualisasi animasi dan Modul dilengkapi dengan alat peraga.. Penggunaan komputer mikro yang sudah memasyarakat dapatlah dibuat program-program pembelajaran yang sederhana namun representative sebagai wujud nyata visualisasi ; seperti Power Point, dan sebagainya atau memungut informasi terkini dari Internet; berupa animasi Flash, gambar, table, grafik dan sebagainya.Dengan pembuatan alat peraga sederhana sebagai pelengkap Modul, para siswa bisa bereksperimen mensimulasikan dan mensinkronisasikan antara konsep abstrak yang ada pada modul dengan alat peraga tersebut.
Sehubungan dengan latar belakang masalah di atas, penulis ingin meneliti dan mengetahui sejauh mana efektivitas penerapan pendekatan PAIKEM melalui media pembelajaran Power Point disertai animasi dan Modul dilengkapi alat peraga terhadap prestasi belajar Fisika dengan kreativitas siswa pada kelas X semester 1 di SMA Negeri 7 Surakarta tahun pelajaran 2006/2007 pada konsep Gerak Melingkar yang bertujuan agar dapat menggali semua potensi yang ada pada diri peserta didik secara maksimal dan optimal serta memberikan hasil pembelajaran yang berkualitas.
melalui Pembelajaran yang Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAIKEM) agar siswa termotivasi menjadi kreatif dan inovatif.
B. Identifikasi Masalah
Fenomena-fenomena yang berkaitan dengan masalah penelitian berdasarkan latar belakang masalah di atas,dapat diidentifikasikan sebagai berikut:
1. Realitas Prestasi belajar Fisika siswa SMA rendah karena pemahaman terhadap konsep-konsep abstrak Fisika sangat rendah, seperti konsep Gerak Melingkar. 2. Kecenderungan peran guru yang dominan sehingga dalam proses belajar
mengajar hanya terjadi komunikasi satu arah saja
3. Metode pembelajaran Fisika yang digunakan oleh guru monoton dan kaku serta kurang melibatkan peran aktif siswa dalam proses pembelajaran dan respons guru terhadap perkembangan metode dan media pembelajaran kurang progesif karena cenderung mapan dan mantap menggunakan metode ceramah saja.
4. Upaya-upaya yang perlu ditempuh guru untuk meningkatkan pemahaman siswa tentang konsep Gerak Melingkar dalam mata pelajaran Fisika, yang merupakan salah satu dari IPA, antara lain dengan pendekatan PAIKEM (Pembelajaran yang
Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan) karena peranan model pembelajaran yang diterapkan guru berkaitan erat dengan hasil belajar siswa. 5. Media Pembelajaran yang diterapkan adalah Power Point disertai animasi dan
6. Dengan adanya pendekatanPAIKEM (Pembelajaran yang Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan) dengan media Power Point disertai animasi dan Modul dilengkapi alat peraga, diharapkan terjadinya transfer of learning.
7. Prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satu diantaranya adalah kreativitas siswa.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah di atas, dalam penelitian ini perlu dibatasi permasalahan penelitian sebagai berikut:
1. Subjek Penelitian
Subjek yang akan diteliti adalah siswa kelas X SMA Negeri 7 Surakarta semester 1 Tahun Pelajaran 2006/2007
2. Objek Penelitian
a. Pendekatan Pembelajaran Fisika yang diterapkan adalah Pendekatan PAIKEM.. b. Media Pembelajaran yang digunakan adalah Power Point disertai animasi dan
Modul dilengkapi alat peraga..
d. Pembelajaran Fisika yang akan diteliti adalah pembelajaran pada konsep Gerak Melingkar yang akan dilaksanakan untuk siswa kelas X semester 1 pada tahun pelajaran 2006/2007 di SMA Negeri 7 Surakarta.
e. Hasil belajar yang akan diukur pada penelitian ini adalah kemampuan kognitif saja;sedangkan pengukuran afektif dan psikomotorik siswa hanya digunakan sebagai bahan pertimbangan..
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, masalah penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :
1. Apakah terdapat pengaruh media Power Point disertai animasi dan Modul dilengkapi alat peraga terhadap prestasi belajar fisika siswa kelas X semester 1 SMA Negeri 7 Surakarta tahun pelajaran 2006/2007?
2. Apakah terdapat pengaruh kreativitas tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar fisika siswa kelas X semester 1 SMA Negeri 7 Surakarta tahun pelajaran 2006/2007?
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menjelaskan:
1. Ada tidaknya pengaruh media Power Point disertai animasi dan Modul dilengkapi alat peraga terhadap prestasi belajar fisika siswa kelas X semester 1 SMA Negeri 7 Surakarta tahun pelajaran 2006/2007.
2. Ada tidaknya pengaruh kreativitas tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar fisika siswa kelas X semester 1 SMA Negeri 7 Surakarta tahun pelajaran 2006/2007.
3. Ada tidaknya interaksi antara media Power Point disertai animasi, Modul dilengkapi alat peraga dan kreativitas terhadap prestasi belajar fisika siswa kelas X semester 1 SMA Negeri 7 Surakarta tahun pelajaran 2006/2007.
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini memiliki beberapa manfaat, baik secara teoretis maupun secara praktis. Kedua jenis manfaat tersebut diuraikan sebagai berikut:
1. Manfaat Teoretis
dapat diketahui pentingnya variabel-variabel itu terhadap pembelajaran dan prestasi belajar fisika
2. Manfaat Praktis
Secara praktis, hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh beberapa pihak, antara lain diuraikan sebagai berikut:
a. Bagi Siswa, manfaat penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa tinggi peningkatan prestasi belajar siswa setelah Pendekatan PAIKEM dengan media Power Point disertai animasi dan Modul dilengkapi alat peraga diterapkan guru dalam pembelajaran.
b. Bagi Guru, menggugah guru agar peka terhadap perkembangan iptek dan mau bersikap proaktif menjadi innovator, kreator, mediator, dan fasilitator, sekaligus sebagai pembelajar yang prima dan berkualitas sehingga guru mampu mengupayakan terciptanya suasana belajar mengajar yang komunikatif, kreatif dan menyenangkan sehingga tercipta transfer of learning, yaitu pembelajaran yang menitikberatkan pada proses belajar yang tidak hanya melalui pemahaman, hafalan, dan analisis saja namun juga melalui observasi, imajinasi, eksplorasi dan refleksi serta kreativitas.
14
DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Kajian Teori 1. Hakikat Belajar
Belajar adalah berlatih, berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu. Belajar
bagi seseorang adalah terjadinya perubahan tingkah laku atau tanggapan yang
disebabkan oleh pengalaman. Menurut Azhar Arsyad (2005), belajar adalah suatu
proses yang kompleks yang terjadi pada setiap orang sepanjang hidupnya. Proses
belajar itu terjadi karena adanya interaksi antara seseorang dengan lingkungannya.
Oleh karena itu, belajar dapat terjadi kapan saja dan di mana saja. Salah satu pertanda
bahwa seseorang itu telah belajar adalah adanya perubahan tingkah laku pada diri
orang itu mungkin disebabkan oleh terjadinya perubahan pada tingkat pengetahuan,
keterampilan, atau sikapnya.
Slameto (2003) mengatakan bahwa, belajar adalah suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya;sedangkan menurut Ausubel dalam Ratna Wilis (1995), belajar
bermakna merupakan suatu proses mengaitkan informasi baru pada konsep-konsep
relevan yang terdapat pada struktur kognitif seseorang. Jadi, proses belajar tidak
berusaha menghubungkan konsep-konsep tersebut untuk menghasilkan pemahaman
yang utuh (meaningfull learning), sehingga konsep yang dipelajari akan dipahami secara baik dan tidak mudah dilupakan. Peta konsep merupakan alat yang dapat
digunakan untuk mengetahui apa yang telah diketahui oleh siswa sekaligus
menghasilkan proses belajar bermakna.
Paul Suparno (2002) berpendapat bahwa, belajar adalah lebih merupakan
suatu proses untuk menemukan sesuatu, daripada suatu proses untuk mengumpulkan
sesuatu. Belajar bukanlah suatu kegiatan mengumpulkan fakta-fakta, tetapi suatu
perkembangan pemikiran yang berkembang dengan membuat kerangka pengertian
yang baru (kontruktivisme).
Cronbach dalam Sumadi Suryabrata (1993) mengatakan:”Learning is shown by a change in behavior as a result of experience”, yaitu bahwa belajar ditunjukkan dengan perubahan dalam tingkah laku sebagai hasil pengalaman dan belajar yang
sebaik-baiknya adalah dengan mengalami, dan dalam mengalami itu si pelajar
mempergunakan panca inderanya. Sesuai dengan pendapat ini adalah Harold Spears
dalam Sumadi Suryabrata (1993), ia mengatakan “Learning is to observe, to read, to imitate to try something themselves, to listen, to follow direction”. Menurutnya hal yang dipentingkan dalam belajar adalah mengamati, membaca, menirukan, mencoba
sendiri, mendengarkan , dan mengikuti petunjuk. Pendapat ini dipertegas oleh
Pengertian belajar menurut Yusufhadi Miarso dalam Tomas Suharmanto
(2006): Belajar adalah proses komunikasi. Siswa yang sedang belajar berarti terlibat
komunikasi dengan berbagai hal, baik yang pernah dialami maupun hal-hal yang
bersifat baru. Proses komunikasi ini tidak terbatas, artinya bersifat bebas, siswa dapat
saja berkomunikasi dengan benda-benda dan alam sekitarnya, atau siswa
berkomunikasi dengan masyarakat dan lingkungan sosialnya.
Menurut Haris Mujiman (2006), paradigma kontruktivisme merupakan komponen
pertama konsep belajar mandiri. Paradigma ini adalah landasan konsep. Kegiatan
belajar yang berlandaskan paradigma ini dilandasi penggunaan pengetahuan yang
telah dimiliki untuk mengolah informasi yang masuk, sehingga terbentuk
pengetahuan baru, menuju ke pembentukan sesuatu kompetensi yang dikehendaki
pembelajar. Hazel and Papert (1991) mengatakan bahwa belajar adalah membangun
pengetahuan dan belajar adalah “knowledge dependent “ serta pembelajaran yang telah dimiliki digunakan untuk membentuk pengetahuan baru.
Menurut Eko Sulistya (2003), belajar dapat lebih bermakna dan bermanfaat apabila
peserta didik menggunakan semua alat indra, mulai dari telinga, mata, sekaligus
berpikir mengolah informasi dan ditambah dengan mengerjakan sesuatu.
Dari berbagai pendapat di atas, terdapat beberapa hal pokok sehubungan
dengan belajar yaitu:
a. Belajar adalah proses interaksi antara seseorang dengan lingkungannya sehingga
b. Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh
suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan.
c. Belajar bermakna merupakan suatu proses mengaitkan informasi baru pada
konsep-konsep relevan yang terdapat pada struktur kognitif seseorang.
d. Belajar merupakan suatu proses untuk menemukan sesuatu, daripada suatu proses
untuk mengumpulkan sesuatu sehingga timbul pemikiran yang berkembang
dengan membuat kerangka pengertian yang baru (kontruktivisme).
e. Belajar ditunjukkan dengan perubahan dalam tingkah laku sebagai hasil
pengalaman dan belajar yang sebaik-baiknya adalah dengan mengalami, dan
dalam mengalami itu si pelajar mempergunakan panca inderanya
f. Belajar adalah mengamati, membaca, menirukan, mencoba sendiri,
mendengarkan , dan mengikuti petunjuk.
g. Belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil latihan.
h. Belajar berarti terlibat komunikasi dengan berbagai hal, baik yang pernah dialami
maupun hal-hal yang bersifat baru. Proses komunikasi ini tidak terbatas, artinya
bersifat bebas, siswa dapat saja berkomunikasi dengan benda-benda dan alam
sekitarnya, atau siswa berkomunikasi dengan masyarakat dan lingkungan
sosialnya.
i. Belajar adalah menggunakan pengetahuan yang telah dimiliki seseorang untuk
mengolah informasi yang masuk, sehingga terbentuk pengetahuan baru, menuju
j. Belajar adalah membangun pengetahuan dan belajar adalah “knowledge dependent “ serta pembelajaran yang telah dimiliki digunakan untuk membentuk pengetahuan baru.
k. Belajar dapat lebih bermakna dan bermanfaat apabila peserta didik menggunakan
semua alat indra, mulai dari telinga, mata, sekaligus berpikir mengolah informasi
dan ditambah dengan mengerjakan sesuatu.
Berdasarkan uraian di atas, belajar adalah merupakan proses seseorang
untuk memperoleh kecakapan, keterampilan, dan sikap. Belajar juga merupakan suatu
proses perubahan tingkah laku melalui interaksi antara individu dengan
lingkungannya dan kegiatan belajar merupakan faktor yang secara integral dalam
proses pembelajaran di sekolah yang menghasilkan perubahan-perubahan
pengetahuan baru yang lebih bermakna, pemahaman utuh, keterampilan, dan sikap.
Teori belajar yang paling berpengaruh dalam pembelajaran Fisika adalah
teori belajar kontruksivisme. Menurut teori ini siswa tidak menerima begitu saja
pengetahuan dari orang lain, tetapi siswa secara aktif membangun pengetahuannya,
dan terus menerus mengasimilasi serta mengakomodasi informasi baru. Dengan kata
lain, penekanan kontruksivisme adalah peran aktif siswa dalam membangun
pemahaman mereka, baik secara individu maupun kelompok. Belajar dapat lebih
bermakna dan bermanfaat apabila peserta didik menggunakan semua alat indra dan
mengaitkan informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat pada struktur
kognitif seseorang, sekaligus berpikir mengolah informasi-informasi tersebut secara
2. Hakikat Pembelajaran
a. Metode Pembelajaran Fisika
Teori dan praktik ibarat dua sisi mata uang, sisi satu dengan sisi yang
lainnya saling memberi dasar dan mendukung keberhasilan dalam proses belajar
mengajar pada umumnya dan terutama pada bidang Fisika khususnya. Pembelajaran
Fisika akan lebih bermakna ketika terjadi interaksi yang harmonis dan komunikatif
antara guru dan siswa. Selama ini strategi mengajar yang diterapkan di Indonesia
sebagian besar masih menggunakan metode ceramah, yaitu metode pembelajaran
yang dilakukan dengan menyampaikan pesan dan informasi (bahan ajar) secara satu
arah melalui suara, mungkin dilengkapi gambar, grafik dan tulisan pada papan tulis .
Hasil penelitian Pollio dalam Eko Sulistyo (2003) menunjukkan bahwa di
dalam pengajaran yang menggunakan metode ceramah, peserta didik mampu
berkonsentrasi penuh sekitar 60% dari waktu yang ada. Menurut penelitian Hartley
dan Davies dalam Eko Sulistyo (2003), mengenai metode ceramah menunjukkan
bahwa perhatian peserta didik meningkat sampai 10 menit pertama pengajaran, dan
menurun setelah itu; sedangkan McKeachie dalam Eko Sulistyo (2003), memperoleh
hasil bahwa peserta didik mampu mengingat 70% informasi yang disampaikan oleh
pengajar pada 10 menit pertama pengajaran, tetapi pada 10 menit terakhir mereka
hanya mampu mengingat 20% dari materi yang disampaikan.
Menurut Mulyasa (2005), pembelajaran merupakan suatu proses yang
kompleks dan melibatkan berbagai aspek yang saling berkaitan. Oleh karena itu,
keterampilan membelajarkan atau keterampilan mengajar. Turney dalam Mulyasa
(2005), menjelaskan untuk keterampilan mengajar yang sangat berperan dan
menentukan kualitas pembelajaran, yaitu:(1). keterampilan bertanya, (2).memberi
penguatan, (3).mengadakan variasi, (4).menjelaskan, (5). membuka dan menutup
pelajaran, (6).membimbing diskusi kelompok kecil, (7). mengelola kelas, 8).mengajar
kelompok kecil dan perorangan
Fisika merupakan salah satu mata pelajaran dari IPA. IPA mencakup dua hal
yaitu IPA sebagai produk dan IPA sebagai proses. IPA sebagai produk meliputi
sekumpulan pengetahuan yang terdiri atas fakta-fakta, konsep-konsep dan
prinsip-prinsip IPA;sedangkan IPA sebgai proses meliputi keterampilan-keterampilan dan
sikap-sikap ilmiah. Sebagai variasi pembelajaran Fisika, digunakan variasi Media
Pembelajaran dan Sumber Belajar, yaitu Power Point disertai Animasi dan Modul dilengkapi dengan Alat Peraga Fisika sederhana yang bertujuan untuk: (1). Mengatasi
kebosanan dan meningkatkan perhatian siswa. (2). Agar siswa selalu antusias, tekun,
dan penuh partisipasi. (3).Memberikan kesempatan bagi perkembangan bakat siswa
terhadap berbagai hal baru dalam pembelajaran.(4). Memupuk partisipasi dan
perilaku positip siswa. (5). Memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar sesuai
dengan tingkat perkembangan dan kemampuannya. Variasi dalam penggunaan Media
Pembelajaraan dan Sumber Belajar tersebut dibedakan menjadi: (1).Variasi alat dan
penglihatan dan pendengaran merupakan penginderaan yang paling berperan dalam
transfer informasi.
Asumsi sentral konstruktivisme adalah bahwa belajar itu menemukan. Guru
menyampaikan informasi kepada siswa, lalu siswa melakukan melakukan proses
mental atau kerja otak atas informasi tersebut agar informasi itu masuk ke dalam
pemahaman mereka. Konstruksivisme berangkat dari masalah (biasanya muncul dari
siswa sendiri) dan untuk selanjutnya guru membantu siswa menyelesaikan dan
menemukan langkah-langkah pemecahan masalah itu. Menurut Mirza Satriawan
(2003), proses berpikir setidaknya melibatkan empat hal, yaitu: (1) adanya obyek atau
realita yang dipikirkannya, (2) adanya proses pengindraan dengan indra yang dapat
membawa informasi tentang realita/obyek kepada otak, (3) adanya otak yang sehat,
dan , (4) adanya informasi sebelumnya yang terkait dengan obyek atau realitas
tersebut. Konstruktivisme didasarkan pada teori belajar kognitif yang menekankan
pada pembelajaran kooperatif, pembelajaran generatif, strategi bertanya, inkuiri, atau
menemukan dan keterampilan metakognitif lainnya (belajar bagaimana seharusnya
belajar). Piaget dan Vigotsky dalam Nur dan Wulandari (2001) menekankan bahwa
perubahan kognitif hanya terjadi jika konsepsi-konsepsi yang telah dipahami
sebelumnya diolah melalui proses dalam upaya memperoleh informasi baru. Paul
Suparno (2002) berpendapat bahwa, dalam prinsip kontruktivis, seorang guru punya
1) menyediakan pengalaman belajar, yang memungkinkan siswa ikut bertanggung
jawab dalam membuat desain, proses, dan penelitian.
2) Memberikan kegiatan-kegiatan yang merangsang keingintahuan siswa, membantu
mereka untuk mengekspresikan gagasan mereka dan mengkomunikasikan ide
ilmiahnya, Watt & Pope (1989). Guru perlu menyediakan pengalaman konflik.
Pengalaman konflik dapat berwujud pengalaman anomali yang bertentangan
dengan pemikiran atau pengalaman awal siswa. Pengalaman seperti menantang
siswa untuk berpikir mendalam, menurut Tobin, Tippins & Gallard (1994).
3) Memonitor, mengevaluasi dan menunjukkan , apakah pemikiran siswa itu jalan
atau tidak. Guru menunjukkan dan mempertanyakan apakah pengetahuan siswa
itu berlaku untuk menghadapi persoalan baru yang berkaitan. Guru membantu
dalam mengevaluasi hipotesa dan kesimpulan siswa.
Pembelajaran yang bernaung dalam konstruktivisme adalah kooperatif.
Salah satu aktivitas yang terdapat dalam kooperatif adalah Belajar Bersama (learning together), yaitu; melibatkan siswa yang bekerja dalam kelompok beranggotakan empat atau lima siswa untuk menangani tugas tertentu. Selanjutnya, mereka
melaporkan tugas itu. Aktivitas belajar bersama ini lebih mengarah pada pembinaan
kerjasama dan keberhasilannya.
b. Pendekatan PAIKEM
Menjadi guru kreatif, professional, dan menyenangkan dituntut untuk
pembelajaran yang efektif. Menciptakan iklim pembelajaran yang interaktif dan
kondusif serta menyenangkan itu merupakan hal-hal yang penting agar siswa
termotivasi untuk bersikap kreatif dan inovatif. Sebagai seorang pendidik,
profesionalisme seorang guru bukanlah pada kemampuannya mengembangkan ilmu
pengetahuan, tetapi lebih menekankan pada kemampuannya untuk melaksanakan
pembelajaran yang menarik dan bermakna bagi siswanya. Perkembangan ilmu
pengetahuan berlangsung semakin cepat sehingga tak mungkin para guru
mengajarkan semua fakta dan konsep kepada siswa, sudah jelas target pencapaian
kurikulum tak akan tercapai. Kalaupun toh semua fakta dan konsep itu dijejalkan
kepada siswa dan guru merupakan satu-satunya sumber informasi, akan berakibat
siswa tidak dilatih menemukan konsep sehingga yang terjadi tidak lebih hanyalah
transfer of knowledge, bukan transfer of learning.
Menurut Degeng dalam Sugiyanto (2007), daya tarik suatu mata pelajaran
(pembelajaran) ditentukan oleh dua hal: (1). oleh mata pelajaran itu sendiri, dan (2).
oleh cara mengajar guru. Oleh karena itu tugas profesional seorang guru adalah
menjadikan pelajaran yang sebelumnya tidak menarik menjadikannya menarik, yang
dirasakan sulit menjadi mudah, yang tadinya tak berarti menjadi bermakna. Para
psikolog berpendapat bahwa para siswa mudah memahami konsep-konsep yang rumit
dan abstrak jika disertai dengan contoh-contoh konkret yang wajar sesuai dengan
situasi dan kondisi yang dihadapi, misalnya perputaran jarum jam, hubungan roda
melainkan menyiapkan situasi yang menggiring siswa untuk bertanya, mengamati,
mengadakan eksperimen, serta menemukan fakta dan konsep sendiri.
Semua konsep yang telah ditemukan melalui penyelidikan ilmiah masih tetap terbuka
untuk dipertanyakan, dipersoalkan, dan direvisi. Siswa perlu dilatih dan dibina untuk
berfikir dan bertindak secara kreatif. Pengembangan konsep hendaknya selalu
dikaitkan dengan pengembangan sikap dan nilai. Oleh karena itu, pengembangan
keterampilan memproseskan perolehan akan berperan sebagai wahana penyatukait
antara pengembangan konsep dan pengembangan sikap dan nilai.
Menurut Mulyasa (2005), sedikitnya terdapat lima pendekatan pembelajaran
yang perlu dipahami guru untuk dapat mengajar dengan baik, yaitu:(1).Pendekatan
Kompetensi., (2).Pendekatan Keterampilan Proses, (3).Pendekatan Lingkungan, (4).
Pendekatan Kontekstual, (5). Pendekatan Tematik. Pendekatan yang penulis pilih
adalah Pendekatan Kompetensi karena seorang guru yang profesional diharapkan
menguasai empat kompetensi, yaitu: (1). Kompetensi profesional, (2). Kompetensi
paedogogi, (3). Kompetensi kepribadian, (4), Kompetensi sosial. Menurut Sugiyanto
(2007), kompetensi profesional dan paedogogi adalah kompetensi yang berhubungan
dengan penyelesaian tugas-tugas keguruan dan pembelajaran. Beberapa kemampuan
tersebut adalah kemampuan dalam penguasaan landasan kependidikan, psikologi
pengajaran, penguasaan materi pelajaran, penerapan berbagai metode dan strategi
pembelajaran, kemampuan dalam merancang dan memanfaatkan berbagai
media/sumber belajar, kemampuan dalam menyusun program pembelajaran,
kinerja pembelajaran. Jika ke empat kompetensi tersebut dikuasai para guru, maka
berbagai peran guru dalam pembelajaran diharapkan dapat dilaksanakan secara
optimal, yaitu sebagai:(1). Sumber belajar (agen pembelajaran), (2) Fasilitator, (3).
Pengelola, (4) Demonstator, (5). Pembimbing, (6). Motivator, (7). Inovator, (8).
Evaluator, (9). Kreator.
Adapun metode pembelajaran Fisika yang tepat untuk menentukan
efektivitas dan efisiensi pembelajaran adalah penekanannya pada interaksi siswa,
rasa ingin tahu, kreativitas dan keterampilan-keterampilan yang dimilikinya sebagai
roda penggerak untuk memproseskan perolehan agar siswa mampu menemukan dan
mengembangkan sendiri fakta dan konsep serta menumbuhkan dan mengembangkan
sikap dan nilai yang dituntut. Penerapan metode pembelajaran yang relevan dan
bervariasi tersebut akan sangat membantu siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran
adalah Pendekatan PAIKEM. Seluruh irama gerak atau tindakan dalam proses belajar-mengajar dengan pendekatan PAIKEM ini akan menciptakan kondisi cara belajar siswa aktif dan mandiri.
Pendekatan PAIKEM (Pembelajaran yang Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan) merupakan pendekatan yang mengupayakan memberikan layanan pembelajaran yang optimal pada proses belajar (transfer of learning), aktivitas dan kreativitas siswa memperoleh pengetahuan, keterampilan , nilai dan
sikap, serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Mengingat bahwa setiap
adalah memberikan kemudahan kepada siswa untuk menciptakan lingkungan yang
kondusif agar semua siswa dapat berkembang secara optimal.
1) Aktif
Dalam pelaksanaaan PAIKEM, pembelajaran dilaksanakan dengan mengaktifkan siswa dan guru hanyalah sebagai fasilitator, pelatih, motivator, dan
evaluator. Keaktifan siswa didorong oleh kemauan untuk belajar karena adanya
tujuan yang ingin dicapai (azas motivasi) dan akan berkembang jika dilandasi dengan
pendayagunaan potensi yang dimilikinya. Suasana kelas dapat mendorong atau
mengurangi aktivitas siswa. Oleh karena itu suasana kelas harus dikelola agar dapat
merangsang aktivitas dan kreativitas belajar siswa. Kegiatan-kegiatan yang dapat
dilakukan untuk mendorong aktivitas dan kreativitas dalam pembelajaran tersebut,
antara lain: diskusi kelompok, pengamatan, penelitian, praktikum, tanya jawab, studi
kasus, bermain peran dan kegiatan-kegiatan lain yang dapat menunjang tercapainya
tujuan pembelajaran tersebut.
Tugas guru dalam mengaktifkan siswa antara lain sebagai:
a) Fasilitator, yaitu menyediakan tugas untuk siswa , LKS (Lembar Kerja Siswa),
Modul, Materi Presentasi (Power Point, Flash, Transparansi), soal-soal untuk menguji kemampuan siswa, carta, dan fasilitas lain yang diperlukan siswa.
b) Pelatih, yaitu melatih siswa dalam belajar cara berpikir dan bekerja dalam IPA
(Fisika), berdialog dengan siswa untuk memperbaki miskonsepsi (pemahaman
c) Motivator, yaitu memotivasi siswa dan membentuk aturan belajar yang
memotivasi siwa dalam belajar dan bersikap. Penguasaan kompetensi diharapkan
dapat menumbuhkan rasa puas terhadap hasil belajar, sehingga motivasi belajar
semakin berkembang.
d) Evaluator, guru mengevaluasi pembelajarannya dan mengevaluasi kompetensi
siswa dalam pembelajaran.
Kriteria-kriteria yang harus dipenuhi dalam pembelajaran untuk
mengaktifkan siswa sebagai berikut:
a) Ada kegiatan yang dapat dilakukan siswa.
Dalam pembelajaran Fisika, siswa diminta untuk melakukan suatu kegiatan.
Siswa memerlukan sumber belajar berupa buku, , LKS (Lembar Kerja Siswa),
Modul, Materi Presentasi (Power Point, Flash, Transparansi), soal-soal untuk menguji kemampuan siswa, carta, peristiwa alam sehari-hari dalam percobaan,
lingkungan, produk teknologi, dan fasilitas lain yang diperlukan siswa.
b) Siswa mengetahui apa yang harus dipikirkan dan dilakukannya
Dengan cara berpikir dan bekerja yang dilatihkan gurunya siswa akan mengetahui
apa yang harus dipikirkan dan dilakukan dalam mempelajari Fisika.
c) Menarik perhatian siswa
Guru membuat kegiatan-kegiatan yang secara umum menarik perhatian siswa.
Pertanyaan-pertanyaan yang menantang dan menyentuh keperluan siswa
sehari-hari dapat digunakan untuk menarik perhatian siswa dalam melakukan kegiatan
2) Inovatif
Dalam PAIKEM, guru harus berupaya menghapus kebiasaan kurang baik pada diri siswa yang cenderung merespon pembelajaran hanya “tell me what to do”, menerima apa adanya atau hanya patuh melakukan perintah guru semata, sehingga
tidak nampak aktivitas belajar proaktif dari dalam diri siswa sendiri. Kecenderungan
demikian dapat ditafsirkan seolah-olah guru adalah segala-galanya dan terkesan
mendominasi siswa, padahal penyebabnya bisa muncul dari diri siswa sendiri sebagai
akibat kebiasaan selalu “nrimo” atau takut berbeda pendapat dengan gurunya. Untuk mengantisipasi hal ini guru perlu mengembangkan pendekatan pembelajaran yang
ber- inovasi. Inovasi ini bertujuan untuk: (1). Merespon pengembangan pembelajaran
agar dapat mencapai sasaran, (2). Mencari solusi atas persoalan aktual yang dihadapi
siswa agar dapat dicari penyelesaiannya dalam pembelajaran. Dengan demikian
jelaslah bahwa inovasi pembelajaran yang dilakukan oleh seorang guru akan
menumbuhkan motivasi belajar siswa, yang pada gilirannya dapat meningkatkan
prestasi belajarnya.
3) Kreatif
Dalam PAIKEM, pembelajaran Fisika diupayakan meningkatkan kreativitas siswa, dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam membentuk
gagasan-gagasan baru atau mengembangkan gagasan yang sudah ada, misalnya
dengan cara membelajarkan siswa untuk berpikir dan bekerja dengan objek atau
peralatan lengkap,di kelas pun, dan hanya dengan kapur, spidol, papan tulis, atau
bahkan bekas ballpoint dan batupun dapat dibelajarkan untuk menghadapi objek dan
fenomena, yaitu dengan cara siswa memikirkan objek dan fenomena alam yang
dipelajarinya, serta membuat model, misalnya alat peraga, gambar, diagram, grafik,
desain animasi, dan sebagainya, yang menggambarkan objek dan fenomena tersebut.
Pembelajaran kreatif ini diharapkan dapat meningkatkan kompetensi siswa dalam
menggunakan rumus-rumus.
Kriteria-kriteria yang harus dipenuhi dalam pembelajaran untuk
mengkreatifkan siswa sebagai berikut:
a). Siswa memiliki keinginan untuk mencoba tugasnya
Suatu kegiatan yang menantang siswa dan belum pernah ditemukan siswa
sebelumnya serta bersifat kompetisi seringkali dapat menumbuhkan keinginan
siswa untuk mencoba melakukan kegiatan tersebut. Keinginan siswa untuk dapat
menyelesaikan masalah dengan caranya sendiri dapat digunakan sebagai peluang
bagi guru untuk menumbuhkan keinginan siswa. Pengetahuan yang telah dimiliki
siswa dan cara berpikir dan bekerja yang telah dimilikinya dapat membuat siswa
ingin mencoba kemampuannya dalam menyelesaikan masalah yang menjadi
tugasnya.
b). Siswa memiliki kesempatan dan keleluasaan (bebas,tetapi mengikuti aturan main)
menentukan apa yang akan dipikir dan dilakukannya
Walaupun cara berpikir dan bekerja dalam Fisika mengikuti aturan-aturan
sudut pandang siswa dalam menyelesaikan masalah tersebut. Bervariasinya sudut
pandang akan menumbuhkan cara berpikir dan bekerja yang bervariasi yang akan
menumbuhkan kreativitas siswa.
c). Siswa memiliki kompetensi untuk melakukannya
Pengetahuan dan keterampilan yang telah dimiliki siswa merupakan kompetensi
siswa untuk melakukan kegiatan kreatifnya. Jika siswa kandas dalam berkreasi,
guru dapat membantu siswa menunjukkan langkah-langkah berpikir dan bekerja
melalui dialog interaktif dengan siswa. Urutan kegiatan yang tepat pada setiap
langkah pembelajaran memungkinkan siswa memiliki kompetensi yang
diperlukan untuk berkreasi dalam mempelajari dan menyelesaikan masalah
Fisika.
4) Efektif
Waktu pembelajaran di kelas, di laboratorium, dan di lingkungan sudah
seharusnya digunakan seefektif dan seefisien mungkin untuk meningkatkan
kompetensi siswa dalam Fisika. Cara untuk mengefektifkan dan mengefisienkan
pembelajaran adalah dengan melatih siswa dalam belajar cara belajar Fisika, yaitu
dengan meningkatkan kompetensi siswa dalam menganalisis konsep, menganalisis
objek dan fenomena, dan membuat model. Ketiga kompetensi ini merupakan
kompetensi yang umum yang dapat digunakan untuk memahami dan menerapkan
konsep-konsep Fisika. Dengan cara ini waktu pembelajaran dapat dibuat relatif
dengan lancar dan benar;sedangkan kompetensi siswa dalam belajar Fisika dapat
ditingkatkan dengan baik dan benar, karena siswa tidak hanya mempelajari
konsep-konsep Fisika, tetapi juga cara berpikir dalam Fisika yang mengikuti pola pikir
konsep-konsep Fisika tersebut.
Kriteria-kriteria yang harus dipenuhi dalam pembelajaran untuk
mengkreatifkan siswa sebagai berikut:
a). Siswa mengetahui cara berpikir dan berbuat dalam melaksanakan tugas yang
harus dikerjakannya.
Dalam PAIKEM guru melatihkan cara berpikir dan bekerja dalam mempelajari Fisika dan menyelesaikan masalah;sedangkan siswa menggunakan cara yang
dilatihkan gurunya untuk mempelajari Fisika dari suatu sumber belajar.
Setiap siswa dapat belajar sendiri mempelajari Fisika dari sumber belajarnya,
tetapi kefektifan hasil belajar siswa kurang terjamin, jika siswa tidak mengetahui
bagaimana cara mempelajari Fisika.
b). Siswa berpikir dan berbuat mengikuti suatu metode yang dapat membuatnya
berhasil.
Untuk keefektifan pembelajaran, guru hanya mengajarkan cara berpikir dan
bekerja dalam Fisika. Siswa menggunakan cara-cara yang diajarkan gurunya itu
5) Menyenangkan
Pembelajaran Fisika tidak akan berhasil dengan baik, bila siswa bersikap pasif.
Perbaikan sikap siswa pada saat-saat mereka belajar sangat diperlukan untuk
keberhasilan pembelajaran. Hal-hal yang sulit dan membingungkan siswa dan
pembelajaran Fisika yang monoton, misalnya terus-menerus diceramahi dan
diberi latihan soal, seringkali membuat siswa malas belajar. Oleh karena itu,
PAIKEM membantu guru dalam pembelajaran Fisika dengan cara yang dapat membuat siswa menyadari bahwa Fisika bukan mata pelajaran yang sulit,
bervariasi dalam penggunaan alat bantu pembelajaran, dan kegiatan yang
membuat siswa termotivasi untuk mempelajari Fisika.
Kriteria-kriteria yang harus dipenuhi dalam pembelajaran untuk
menyenangkan siswa adalah sebagai berikut:
a). Guru memperlakukan siswa dengan perkataan dan perbuatan yang menyenangkan
siswa
Menyenangkan atau tidaknya siswa belajar banyak bergantung pada bagaimana
guru memperlakukan siswanya. Oleh karena itu, guru perlu memperhatikan
perkataan dan perbuatannya dalam memperlakukan siswanya. Hendaklah guru di
depan kelas dijadikan ”panutan”,dalam pepatah Jawa:”ing ngarso sung tulodo”. b). Aturan belajar yang dapat membuat siswa saling menyenangkan.
Ketidaksenangan siswa dalam belajar dapat datang dari temannya sendiri. Teman
yang suka mengganggu atau mengolok-olok dapat membuat siswa tidak betah
membuat aturan main untuk membiasakan siswa saling menghargai dan saling
membantu dalam melaksanakan tugas belajarnya. Permainan dalam pembelajaran
seperti yang digunakan dalam pembelajaran kooperatif, misalnya:Jigsaw, STAD, TGT dan tulisan-tulisan yang dipampang di dinding untuk saling menghargai, tidak saling mencemoohkan, dan kata-kata lain yang dapat membuat siswa saling
menyenangkan dapat digunakan di kelas. Hendaklah guru memberi motivasi
belajar dan menganjurkan pada siswanya untuk menjadi ”tutor sebaya” satu dengan yang lain dengan ”saling asah, asuh, dan asih”. Hal ini berarti di dalam mengelola kelas guru merupakan motivator atau di dalam pepatah Jawa ”ing madyo mangun karso”.
c). Menarik minat siswa
Hal-hal yang sulit dan membingungkan siswa, dan pembelajaran siswa yang
monoton, misalnya terus-menerus diceramahi dan diberi latihan soal, seringkali
membuat siswa malas mempelajari Fisika. Oleh karena itu, pembelajaran Fisika
seharusnya dapat dilakukan dengan cara yang dapat membuat siswa menganggap
bahwa Fisika itu adalah mata pelajaran yang tidak sulit. Di samping penggunaan
alat bantu mengajar (media pembelajaran) yang bervariasi, baik media yang
mutakhir maupun alat peraga yang sederhana namun representatif, mengajarkan
konsep dengan pemanfaatan Fisika dalam kehidupan sehari-hari atau dalam dunia
teknologi dapat membantu menarik minat siswa dan mendorong untuk lebih giat
belajar. Hal ini berarti guru hendaklah di belakang sebagai pendorong, dalam
Adapun kendala-kendala yang mungkin dihadapi guru dalam PAIKEM, antara lain:
a). Ada istilah yang kurang dikenal siswa
Dalam suatu pernyataan lisan maupun tertulis setiap istilah yang digunakan untuk
menjelaskan/menginformasikan sesuatu harus sudah dikenal dan dipahami siswa
pengertiannya. Bila satu istilah saja yang digunakan dalam berkomunikasi tidak
dikenal siswa dapat dipastikan penjelasan/informasi itu tidak akan dipahami oleh
siswa. Istilah tidak akan dapat diperoleh siswa dari hasil pengamatan atau
percobaan. Oleh karena itu, istilah harus dijelaskan langsung kepada siswa atau
melalui buku teks.
b). Ada pengetahuan yang terlewat
Seperti yang dikemukakan di dalam teori-teori belajar, pemahaman siswa
terhadap pelajaran yang baru dipengaruhi oleh pengetahuan yang telah
dimilikinya yang menunjang siswa dalam memahami pelajaran baru. Oleh karena
itu, pembelajaran harus mengikuti urutan konsep-konsep yang teratur sesuai
dengan urutan untuk memahami memahami konsep-konsep itu.
c). Tidak tahu apa yang harus dipikirkan, dari mana mulai memikirkannya, dan
bagaimana memikirkannya
Memahami suatu penjelasan/informasi tidak hanya memerlukan pengetahuan, ,
tetapi juga memerlukan pemikiran untuk menghubungkan konsep yang sudah
dimiliki siswa dengan fakta dan masalah, sehingga siswa dapat membentuk
disusun dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan yang membantu siswa memikirkan
hubungan antara konsep yang sudah dimiliki siswa dengan konsep yang baru
dipelajari.
d). Tidak ada gambaran mental
Penjelasan/informasi lisan atau tertulis tidak memberikan gambaran yang utuh
terhadap isi penjelasan/informasi tersebut. Hal itu dapat membuat siswa kurang
paham, salah paham, atau tidak paham dengan penjelasan/informasi dari gurunya.
Oleh karena itu, dalam pembelajaran diperlukan benda-benda nyata, percobaan,
model, atau gambar yang dapat membantu siswa memahami konsep-konsep
Fisika yang dipelajarinya.
e). Emosi siswa terganggu
Gangguan emosi pada siswa dapat menyebabkan siswa kurang perhatian, kurang
mau berpikir untuk memahami konsep-konsep yang dipelajarinya. Oleh karena
itu, guru harus berusaha menenangkan emosi siswa dengan cara memberikan
perhatian atau penghargaan kepada siswa dan membuat aturan yang dapat
membuat siswa-siswa saling menghargai satu sama lain.
3. Pemanfaatan Media Pembelajaran
Media adalah alat yang berfungsi untuk menjadi perantara dalam
menyampaikan informasi atau pesan; sedangkan media pembelajaran berfungsi
sebagai alat bantu dalam proses belajar-mengajar. Menurut Gagne dalam Sadiman
merangsangnya untuk belajar;sedangkan Briggs dalam Sadiman (2002) berpendapat
bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang
siswa untuk belajar.
Selanjutnya Sadiman dalam Anthony Wijaya (2006) mengatakan bahwa media
pembelajaran didefinisikan sebagai sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan
pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan,
perhatian dan minat siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi. Media
pembelajaran ini dapat berupa buku, poster, foto slide, kaset audio, VCD, TV, radio,
komputer dan alat peraga. Menurut Azhar Arsyad (2005), pengertian media dalam
proses belajar-mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau
elektronis untuk menangkap, memproses,dan menyusun kembali informasi visual
maupun verbal. Adapun Heinich dkk (1996), mengatakan bahwa klasifikasi jenis
media pembelajaran adalah: (1) Yang tidak diproyeksikan, (2) Yang diproyeksikan,
(3) Audio, (4) Video, (5) Multimedia Berbasis Komputer, (6). Multimedia Kit.
a. Multimedia Berbasis Komputer
Multimedia Berbasis Komputer adalah:(1) media yang dioperasikan melalui
komputer, yang biasa dikenal sebagai perangkat lunak (soft ware), seperti hypermedia, video interaktif, CD-ROM, dan sebagainya, (2) media yang
mengintegrasikan berbagai bentuk materi seperti; teks, gambar, grafis, animasi dan suara yang dioperasikan dengan komputer. Adapun program aplikasinya berbentuk
Menurut Widha Sunarno (1998), penggunaan model animasi simulasi
dengan bantuan komputer mengakibatkan siswa lebih tertarik dan merasa
senang;sedangkan menurut Sayling Wen dalam Thomas Suharmanto (2006), Animasi
komputer juga dapat mempercepat pemahaman dan menyesuaikan dengan tingkat
kecepatan berpikir siswa. Adapun menurut Ninik Hardiati, dkk (2004), “animasi
simulasi komputer adalah menggerakkan gambar benda melalui komputer dengan
menggunakan program tertentu”. Media pembelaj