1. Semantik Al-Qur‟an Toshihiko Izutsu
Semantik didefinisikan sebagai study of meaning (studi tentang makna). Penafsiran secara semantik merupakan sebuah tafsir yang termasuk kedalam corak kebahasaan. Pentingnya menggunakan ilmu semantik bagi kajian al-Qur‟an ialah agar dapat mengungkapkan makna yang tersirat dan konsep pada pemaknaannya dari suatu ayat Al-Qur‟an terhadap kata dasarnya, sehingga dapat ditemukan kata kuncinya serta dapat mengetahui unsur-unsurnya dalam memahami Al-Qur‟an.
Toshihiko Izutsu memiliki metodologi yang bisa digunakan untuk menganalisis Al-Qur‟an memakai pendekatan semantik dengan beberapa tahap. Beberapa tahap tersebut yaitu menentukan kata kunci, menentukan makna dasar serta makna relasional, sinkronik dan diakronik serta terakhir akan mendapatkan pandangan dunia/weltanschauung.
a. Kata Kunci
Langkah pertama Izutsu dalam mengembangkan skema pendekatan semantik Al-Qur‟an ialah mengidentifikasi kata kunci, dari
16 Ummu Asma, Dahsyatnya Kekuatan Sabar, Cet I (Jakarta: Belanoor, 2010).
kosakata Al-Qur‟an yang dianggap sebagai struktur konseptual dari dasar weltanschauung (pandangan dunia) Al-Qur‟an.17 Yang dalam pengertian ialah kata yang memainkan peran menentukan dalam penyusunan struktur konseptual dasar pandangan dunia Al-Qur‟an.18 Kata kunci oleh Izutsu disebut dengan istilah “kata fokus” yaitu kata kunci penting yang membatasi bidang konseptual relatif independen serta berbeda dalam termonologi disebut sebagai medan semantik.19 b. Makna Dasar dan Makna Relasional
Pengertian semantik adalah sebuah upaya memahami Al-Qur‟an dengan menguraikan kategori semantik dari sebuah kata hingga pada teori sebuah makna. Selanjutnya yaitu membuat makna dasar serta makna relasional dari kata tersebut. Makna dasar adalah sesuatu yang melekat pada kata itu sendiri, yang selalu terbawa dimana pun kata itu ditempatkan.
Sedangkan makna relasional adalah sesuatu yang konotatif yang berikan dan ditambahkan pada makna yang sudah ada dengan meletakkan kata itu pada posisi khusus dalam bidang khusus dengan relasi yang berbeda. Menganalisis sebuah makna relasional perlu memakai dua metode analisis, yaitu analisis sintagmatik serta paradigmatik. Analisis sintagmatik merupakan analisa untuk mencari
17 Toshihiko Izutsu, Relasi Tuhan dan Manusia, terj. Agus Fakhri (dkk) (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1997), 3.
18 Izutsu, Relasi Tuhan dan Manusia, hal. 18.
19 Izutsu, Relasi Tuhan dan Manusia, hal. 22.
makna yang terdapat pada kata melalui cara melihat kata itu berada di depan dan belakang kata tersebut.
c. Aspek Sinkronik dan Diakronik
Aspek sinkronik merupakan sudut pandang masa saat kata itu lahir serta berkembang guna mendapatkan sistem kata statis. Melalui sudut pandang, akan diketahui unsur lema terlepas pada suatu bahasa, selanjutnya timbul unsur yang baru mendapatkan tempat di sistem bahasa itu.20
Diakronik ialah suatu pandangan pada bahasa menitik beratkan kepada unsur waktu. Secara diakronik kosakata membuat kumpulan kata masing-masing dapat berkembang serta tumbuh melalui caranya.
Bisa jadi dalam suatu waktu kosakata bermakna penting di kehidupan serta waktu dapat mengalami distorsi makna sebab terdapat kata baru.
Atau juga kata bisa bertahan dalam waktu yang lama bagi masyarakat penggunanya.21
Toshihiko membagi menjadi tiga periode waktu, yaitu yang pertama waktu pra Qur‟ânik (Jahiliyah), yaitu masa pra Islam yang berpusat pada tiga sistem kata yang berbeda, yaitu sistem kata baduwi murni, pedagang, dan kosakata yang digunakan oleh Yahudi-Kristen.
Kedua ialah waktu Qur‟ânik (masa turunnya Al-Qur‟an), dan yang terakhir ialah pada waktu pasca Qur‟an. Agar dapat mengetahui
20 Fauzan Azima, “Semantik Al-Qur‟an (Sebuah Metode Penafsiran)”, Jurnal Pemikiran dan Kemanusiaan 1, No. 1 (2017), 53.
21 Izutsu, Relasi Tuhan dan Manusia, 35.
makna sinkronik serta diakronik kosakata dipakai dalam Al-Qur‟an, khususnya pada pra Qur‟ânik bisa dipakai syair biasanya dipakai orang Arab yang bisa ditemukan pada kitab syair atau pun pada kamus-kamus. Dan masa Qur‟ânik serta pasca Qur‟ânik bisa memakai kitab asbab al-nuzul, tafsir serta literatur Islam yang lainnya seperti teologi, fiqh, dan lain-lain.22
d. Weltanschauung
Toshihiko Izutsu mengatakan bahwa dalam menganalisis unsur dasar serta relasional pada istilah-istilah kunci mesti dilaksanakan melalui cara sedemikian rupa agar saat berhsail, aspek khusus bisa diperjelas oleh kombinasi dua aspek makna kata, satu segi signifikan dengan budaya yang dilewati. Ketika sampai semua analisis dapat memudahkan merevisi kepada tingkat analitik struktur semua budaya tersebut sebagai konsepsi masyarakat benar-benar ada. Ini yang dikatakan oleh Izutsu “weltanschauung semantik” budaya.23
Weltanshauung ialah tujuan akhir semantik Toshihiko Izutsu dimana yang berartikan kajian mengenai sifat serta struktur pandangan dunia suatu zaman penting dalam sejarah, diperoleh dari memakai alat analisis metodologis pada konsep kebudayaan utama yang sudah dilahirkan oleh bangsa serta telah bersatu kedalam kata kunci bahasa itu sendiri. Lebih lanjutnya semantik dari gagasan Izutsu bukan hanya
22 Alva Alvavi Makmuna, “Konsep Pakaian Menurut Al-Qur‟an (Analisis Semantik Kata Libas, Siyab dan Sarabil dalam Al-Qur‟an Perspektif Toshihiko Izutsu)” (Thesis, IAIN Tulungagung, 2015), 5.
23 Izutsu, Relasi Tuhan dan Manusia, 17.
berupa pemahaman makna harfiahnya saja tetapi juga bermaksud untuk mengungkap sisi kebudayaan yang terdapat didalamnya.
Weltanshauung dalam artian sederhananya yaitu Izutsu sebagai suatu pandangan masyarakat yang memakai bahasa tersebut, bukan hanya digunakan sebagai alat berbicara serta berpikir saja, namunyang terpenting pengkosepan serta penafsiran dunia meliputinya.24
2. Biografi Toshihiko Izutsu
Toshihiko Izutsu lahir pada tanggal 4 Mei tahun 1914 di Tokyo dan meninggal di Kamakura pada tanggal 7 Januari 1993 diusia 79 tahun.
Berasal dari keluarga yang taat, ia telah mengamalkan ajaran Zen Budhisme sejak kecil. Bahkan pengalaman bertafakur dari praktik Zen mulai dari muda telah turut memengaruhi cara berpikirnya dalam menelaah pemikiran filsafat dan mistisisme.25 Ia menyelesaikan pendidikan tingkat perguruan tinggi di Universitas Keio Tokyo. Di tempat inilah dia juga mengabdikan dirinya sebagai dosen dan mengembangkan karir sebagai seorang intelektual yang diakui di dunia. Ia mengajar disini dari tahun 1954 sampai dengan 1968 dan mendapatkan gelar Profesor Madya pada tahun 1950. Akhirnya, ia juga mendapatkan gelar profesornya di universitas yang sama.
Toshihiko Izutsu adalah seorang sarjana yang jenius, Ia menguasai berbagai bahasa dunia. Ia menguasai lebih dari 30 bahasa, termasuk
24 Izutsu, Relasi Tuhan dan Manusia, 3.
25 Ahmad Sahidah Rahem, Tuhan, manusia dan Alam dalam Al-Qur’an; Pandangan Toshihiko Izutsu. (Pulau Pinang, Universitas Sains Malaysia Press, 2014), hal.138.
bahasa Persia, Sansekerta, Cina, Yunia, dan Rusia. Kemampuan Izutsu dalam bidang bahasa memungkinkannya untuk melakukan penelitian terhadap kebudayan-kebudayaan dunia dan menjelaskan secara spesifik berbagai sistem keagamaan dan filsafat melalui bahasa aslinya. Keluasan pengetahuan Izutsu memungkinkan untuk melihat persoalan dari berbagai perpektif, sehingga dapat melahirkan pandangan yang menyeluruh tentang satu masalah.26 Izutsu mampu mengkhatamkan Al-Qur‟an dalam kurun waktu satu bulan sesudah mempelajari bahasa Arab, hal yang menakjubkan lainnya dari Izutsu ialah kerja kerasnya mampu membuat terjemahan pertama Al-Qur‟an dari bahasa Arab ke bahasa Jepang pada tahun 1958.
Berkaitan dengan bagaimana beliau memahami kajian teks-teks Islam, William C Chittick memberikan testimoni bahwa hal ini tidak boleh dilepaskan dari kehidupan masa kecilnya, dimana beliau dipaksa bapaknya untuk mempraktikkan zen. Toshihiko merasa sangat tidak nyaman dengan pengalaman ini. Kemudian ia memutuskan untuk memasuki sebuah bidang yang sejauh mungkin dari pendekatan Zen dalam memahami realitas, dan oleh karena itu ia memilih linguistik. Sejak itulah, Toshihiko Izutsu mulai mempelajari beberapa bahasa asing,27 dan pada usianya menginjak delapan belas tahun dia telah mengajar bahasa Rusia di tingkat Universitas.
26 Fathurrahman, Al-Qur’an dan Tafsirnya dalam perspektif Toshihiko Izutsu, Tesis, (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2010), hal. 67.
27 Fathurrahman, Al-Qur’an dan Tafsirnya dalam perspektif Toshihiko Izutsu, 2010, hal. 68.
Sebagai seorang sarjana intelektual, Toshihiko telah berhasil menerbitkan banyak buku dan esai meskipun ia melakukan banyak perjalanan dari Jepang ke Eropa, Amerika dan dunia Islam lainnya. Karya-karya awalnya tentang bahasa al-Qur‟an dan teologi Islam belum tertandingi dalam bahasa Eropa. Kajiannya terhadap filsafat Islam akhir dan tokoh-tokohnya seperti Sabziwari merupakan temuan baru. Di usianya yang cukup tua dengan berbagai aktifitas keilmuan yang padat akhirnya Izutsu menghembuskan nafas terakhirnya pada 7 Januari 1993 di Kamakura, Jepang.
Adapun beberapa karya-karya Toshihiko Izutsu yang berhasil ia selesaikan, diantaranya:
a. Ethico-Religious Concepts in the Quran. Telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Agus Fahri Husein, dkk dengan judul Konsep –konsep Etika Religius dalam Qur‟an
b. The Concept of Belief in Islamic Theology: A Semantical Analysis of Iman and Islam. Buku ini telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Agus Fahri Husein, dkk dengan judul Konsep Kepercayaan dalam Teologi Islam: Analisis Semantik Iman dan Islam.
c. God and Man in the Koran: Semantics of the Koranic Weltanschauung. Buku ini juga telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan judul Relasi Tuhan dan Manusia: Pendekatan Semantik terhadap al-Qur‟an oleh Agus Fahri Husein, dkk.
d. Sufism and Taoism: A Comparative Study of Key Philosophical Concepts
e. Creation and the Timeless Order of Things: Essays in Islamic Mystical Philosophy
f. Toward a Philosophy of Zen Buddhism
g. Language and Magic. Studies in the Magical Function of Speech (1956)
h. The Metaphysics of Sabzvârî, diterjemahkan dari bahasa Arab oleh Mehdi Mohagheg dan Toshihiko Izutso, Delmar, New York, 1977.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian merupakan langkah-langkah dalam mencari, merumuskan, menggali data, menganalisis, membahas dan menyimpulkan masalah dalam penelitian. Secara umum metode penelitian merupakan sebuah cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Maka dari itu, setiap kegiatan ilmiah agar lebih terarah dan rasional diperlukan suatu metode yang sesuai dengan objek yang dikaji. Karena metode sendiri berfungsi sebagai pedoman dalam mengerjakan sesuatu untuk mencapai hasil yang memuaskan.
Adapun metode dan langkah-langkah yang dilakukan penulis dalam penelitian ini adalah:
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini adalah penelitian kepustakaan (library research) bertujuan untuk mengumpulkan data-data informasi dengan bantuan beragam material yang terletak di perpustakaan. Tegasnya library research membatasi kegiatannya hanya pada data-data koleksi perpustakaan saja tanpa memerlukan penelitian lapangan.
Data tersebut dapat berupa buku, ensiklopedia, kitab tafsir, artikel, jurnal dan lain sebagainya.28
28 Mestika Zed, Metode Penelitian Kepustakaan (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2004), hal. 2.
Penelitian ini digolongkan pada penelitian kepustakaan, jadi penelitian ini termasuk pada penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif-analisis.29 Adapun pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan linguistik (Bahasa). Pendekatan linguistik atau bahasa yang dimaksud pada penelitian ini adalah dengan pendekatan semantik.
B. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang sangat penting dalam suatu penilitian. Karena jenis penelitian ini adalah library research (penelitian kepustakaan), maka untuk pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan studi dokumentasi, yaitu Teknik pengumpulan data dengan menghimpun serta menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar, ataupun elektronik.30 Maka penelitian ini dapat diperoleh dari sumber-sumber tertulis, yaitu sumber data primer dan sekunder. Sumber data primer adalah rujukan diamati dan dianalisis yang bersifat pokok. Sedangkan sumber sekunder merupakan sumber-sumber dari data lain yang menjadi pendukung untuk melengkapi data primer.
1. Sumber Data Primer
Data primer yaitu data yang bisa didapatkan dari sumber otentik (asli) atau pertama.31 Dalam penelitian ini, penulis menggunakan sumber
29 S, Margono, Metode Penelitian Pendidikan Komponen MKDK. (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), hal 37.
30 Natalina Nilamsari, “Memahami Studi Dokumen dalam Penelitian Kualitatif”, Jurnal Moestopo Wacana, Vol. XXI No. 2(2014).
31 Jonathan Sarwono, Metodologi Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2006), hal. 123
data primer yaitu Al-Qur‟an dan terjemahannya, kitab-kitab tafsir, dan kamus- kamus.
2. Sumber Data Sekunder
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan sumber data sekunder yaitu mengadakan evaluasi terhadap data-data yang berkaitan dengan penelitian ini. Seperti buku-buku semantik, dalam hal ini penulis menggunakan buku Toshihiko Izutsu Relasi Tuhan dan Manusia, Pengantar Semantik Bahasa Indonesia karya Abdul Chaer, dan Dahsyatnya Kekuatan Sabar karya Ummu Asma, serta beberapa jurnal dan skripsi yang berkaitan dengan tema pembahasan.
C. Teknik Analisa Data
Untuk mengetahui urutan dari data-data yang telah diperoleh maka diperlukan analisis data. Peneliti memakai metode deskriptif-analisis, yakni pengumpulan sertapenyusunan datanya berbentuk deskriptif serta analisis data yang diperolehdari perpustakaan. Analisis data ini memakai tahapan sebagai berikut:
1. Mengumpulkan ayat-ayat yang berkaitan dengan kata sabar 2. Mencari makna dasar dan makna relasional dari kata sabar
3. Memaparkan perkembangan makna sabar waktu pra Qur‟anik dan pasca Qur‟anik. Selanjutnya menentukan weltanschauung (pandangan dunia) melalui kata sabar dalam Al-Qur‟an.