• Tidak ada hasil yang ditemukan

A. KAJIAN TEORI

1. HAKIKAT PEMBIAYAAN PENDIDIKAN

a. Konsep pembiayaan pendidikan

Biaya pendidikan merupakan salah satu komponen masukan instrumental (instrumental input) yang sangat penting dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Dalam setiap upaya pencapaian tujuan pendidikan, biaya pendidikan memiliki peranan yang sangat menentukan. Hampir tidak ada upaya pendidikan yang dapat mengabaikan peranan biaya. Sehingga dapat dikatakan bahwa tanpa biaya proses pendidikan di sekolah tidak akan berjalan. Biaya (cost) dalam pengertian ini memiliki cakupan yang luas, yakni semua jenis pengeluaran yang berkenaan dengan penyelenggaraan pendidikan baik dalam bentuk uang maupun barang dan tenaga. Dalam pengertian ini, misalnya iuran siswa adalah jelas merupakan biaya, tetapi sarana fisik buku sekolah dan guru juga adalah biaya. Bagaimana biaya itu direncanakan, diperoleh, dialokasikan dan dikelolamerupakan persoalan pembiayaan dan pendanaan pendidikan (educational finance).1

1

Supriadi, dedi, Prof, Dr, Satuan Biaya Pendidikan (dasar dan menengah) cet ke-2, Bandung; PT.Remaja Rosdakarya, 2004 hal; 3-4

7 Biaya merupakan suatu unsur yang menentukan dalam mekanisme penganggaran, penentuan biaya akan mempengaruhi tingkat efisiensi dan efektifitas kegiatan dalam suatu organisasi yang akan mencapai suatu tujuan tertentu.2

Dari definisi diatas dapatlah dikemukakan pembiayaan pendidikan dapat diartikan sebagai keseluruhan pengeluaran yang harus dikeluarkan seorang siswa sebelum mengikuti proses pendidikan.

Hampir tidak ada upaya pendidikan yang dapat mengabaikan peranan biaya, sehingga dapat dikatakan bahwa tanpa biaya proses pendidikan (di sekolah) tidak akan berjalan.

b. Ruang lingkup pembiayaan pendidikan

Biaya pendidikan merupakan salah satu komponen masukan instrumental yang sangat penting dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Secara konseptual, besarnya biaya yang digunakan (misalnya; untuk kegiatan akademik dan pembinaan kesiswaan) dan kemampuan dalam penyediaan anggaran merupakan petunjuk kelayakan (feasibility) sebuah institusi persekolahan. Institusi pendidikan dan pelatihan harus mampu menggaransi bahwa setiap item kegiatan yang akan dilakukan didukung oleh kemampuan financial yang memadai.

Menurut Danim, pembiayaan pendidikan mencakup 4 aspek antara lain:

1) Pembelajaan capital (capital expenditures), adalah pengeluaran lembaga

pendidikan untuk mendapatkan aset-aset yang dibutuhkan seperti: tanah, bangunan atau peralatan-peralatan berat yang bersifat mayor lainnya.

2) Pembelanjaan rutin (current expenditures), adalah pengeluaran lembaga

pendidikan yang berlangsung secara kontinu dan bersifat berulang-ulang untuk memperlancar operasi program akademik dan non akademik

2

Syaiful syagala, manajemen berbasis sekolah dan masyarakat, Jakarta; Nimas Multima, 2004. hal; 175

8 3) Pembelanjaan pendidikan (educational expenditures) merupakan bagian dari pembelanjaan pendidikan dan pembelanjaan umum dari lembaga pendidikan, yang terkait langsng dengan kepentingan pembelanjaan dan kesejahteraan siswa 4) Pembelanjaan pendidikan dan umum (educational and general expenditures),

merupakan pembelanjaan rutin lembaga pendidikan yang bersifat mendukung kegiatan pendidikan dan pembelajaran penelitian dan pengembangan, penelitian-penelitian terorganisasi serta pelayaan kepada masyarakat.

c. Klasifikasi pembiayaan pendidikan

Biaya pendidikan adalah seluruh pengeluaran yang berupa sumber daya (input) baik berupa barang (natural atau berupa uang yang ditujukan untuk menunjang proses belajar mengajar. Klasifikasi biaya secara garis besar terbagi menjadi dua; 1) biaya uang (money cost) dan biaya kesempatan (oppprtunity cost) Biaya uang dari suatu kegiatan ekonomi adalah biaya pendidikan yang riil dikeluarkan oleh penyelenggaraan pendidikan seperti gaji tenaga kependidikan dan gaji tenaga non kependidikan. Biaya bahan dan peralatan serta biaya sering disebut gedung. Sedangkan biaya kesempatan yang sering disebut sebagai biaya alternative adalah biaya uang yang menghilang.

Dalam kaitannya dengan dana pendidikan, Thomas (1985) mengungkapkan adanya klasifikasi dana dalam pendidikan antara lain sebagai berikut:

a. Dana langsung dan dana tak langsung.

Dana langsung adalah segala pengeluaran yang secara langsung menunjang penyelenggaraan pendidikan. Sedangka dana tak lengsung adalah pengeluaran yang tidak secara langsung menunjang proses pendidikan tersebut terjadi di sekolah. Misalnya: biaya hidup siswa, biaya transportasi ke sekolah, biaya jajan, biaya kesehatan dan harga kesempatan.

9

b. Dana masyarakat dan dana pribadi.

Dana masyarakat adalah dana yang dikeluarkan oleh masyarakat untuk pendidikan baik melalui sekolah maupun melalui pajak yang dihimpun oleh pemerintah kemudian digunakan untuk membiayai pendidikan atau pengeluaran rumah tangga.

c. Dana bentuk uang dan bukan dana bentuk uang .

Dalam konteks perencaan pendidikan pemahaman terhadap berbagai aspek pembiayaan pendidikan sangatlah penting. Pemahaman dimaksud merentang dari hal-hal yang sifatnya mikro (satuan pendidikan) hingga yang makro (nasional), antara lain meliputi sumber-sumber pembiayaan pendidikan, sistem dan mekanisme pengalokasiannya, efektifitas dan efesiensi dalam penggunaannya, akuntabilitas hasilnya diukur dari perubahan-perubahan kuantitatidf dan kualitatif.3

Konsep pembiayaan pendidikan yang dimaksud oleh penulis dalam skripsi ini adalah pendidikan dalam operasionalnya tidak dapat diepaskan dari masalah biaya atau moneter. Biaya pendidikan yang dikeluarkan untuk penyelenggaraan pendidikan tidak akan tampak hasilnya secara nyata dalam waktu yang relatif singkat. Oleh karena itu uang yang dikeluarkan oleh pemerintah, masyarakat, maupun orang tua (keluarga) untuk menghasilkan pendidikan atau membeli pendidikan bagi anaknya harus dipandang sebagai investasi.

Dalam hal ini bagaimana perencanaan, sumber dana, distribusi dan pengawasan atau evaluasi, serta pertanggung jawaban kepala sekolah dalam mengelola pembiayaan pendidikan di MA An-Najah Petukangan Selatan Jakarta Selatan.

3

Supriadi, dedi, Prof, Dr, Satuan Biaya Pendidikan (dasar dan menengah), cet-2 , Bandung; PT. Remaja Rosdakarya, 2004, hal; 4

10

2. PERENCANAAN PEMBIAYAAN PENDIDIKAN

Perencanaan (planning) adalah: 1) pemilihan penetapan tujuan-tujuan organisasi, 2) penentuan strategi, kebijaksanaan, proyek, program, prosedur, metoda, sistem, anggaran dan standar yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan. Pada dasarnya perencanaan kreatif merupakan pekerjaan penentuan factor-faktor, kekuatan, pengaruh dan hubungan-hubungan dalam pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.

Sebelum mengerjakan seseuatu harus disusun terlebih dahulu dalam suatu perencanaan, dengan maksud untuk melancarkan pencapaian tujuan, termasuk dalam mengelola menajemen keuangan di sekolah. Arti dari manajemen keuangan itu sendiri adalah tindakan pengurusan tata usaha keuangan yang meliputi pencatatan, perencanaan, pertanggungjawaban dan pelaporan untuk mewujudkan tertib administrasi keuangan. Manajemen keuangan sekolah merupakan bagian dari kegiatan pembiayaan pendidikan yang secara keseluruhan menuntut kemampuan

sekolah untuk merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi serta

mempertanggungjawabkan secara efektif dan transparan. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah, manajemen keuangan merupakan potensi yang sangat menentukan dan merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam manajemen pendidikan itu sendiri.

Rencana-rencana dibutukan untuk memberikan kepada organisasi tujuan-tujuannya dan menetapkan prosedur terbaik Untuk pencapaian tujuan-tujuan itu. Disamping itu, rencana memungkinkan;

a. organisasi bisa memperoleh dan mengikat sumber daya yang diperlukan untuk mencapai tujuan-tujuan.

b. para anggota organisasi untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan yang konsisten dengan berbagai tujuan dan prosedur terpilih, dan

c. kemajuan dapat terus dimonitor dan diukur, sehingga tindakan korektif dapat diambil bila tingkatan kemajuan tidak memuaskan.

11 Planning dapat dirumuskan oleh Piet Sahertian sebagai langkah persiapan yang diarahkan kepada tujuan dan bertitik kulminasi pada suatu keputusan yang berfungsi sebagai landasan bagi langkah tindakan selanjutnya.4

Dalam sebuah perencanaan pembiayaan pendidikan, perlu adanya penyusunan anggaran yang merupakan langkah-langkah positif untuk merealisasikan rencana yang telah disusun. Pada dasarnya, penyusunan anggaran merupakan negosiasi atau kesepakatan antara puncak pimpinan yang dalam hal ini adalah kepala sekolah dengan bawahan dalam menentukan besarnya alokasi biaya suatu penganggaran pada sekolah, perencanaan anggaran itu tertuang pada rencana anggaran pendapatan belanja sekolah (RAPBS).

RAPBS mencerminkan kekuatan sekolah dalam membiayai penyelenggaraan pendidikannya sekaligus menggambarkan rata-rata status sosial ekonomi keluarga para siswa. RAPBS terdiri atas rencana pendapatan dan pengeluaran atau belanja sekolah. Dalam rencana pendapatan, terdapat komponen sumber dari pemerintah, siswa (terutama dari iuran rutin sekolah, atau lazim disebut iuran BP3) dan sumbangan masyarakat lainnya. Sementara itu untuk pengeluaran terdapat komponen gaji guru (pegawai) yang biasanya paling dominan dan non gaji (pemeliharaan dan pengadaan sarana penunjang.

RAPBS juga ditentukan oleh sejumlah siswa sekolah yang jumlah siswanya besar akan mendapatkan dana yang lebih besar pula dari iuran siswa yang dikelola oleh sekolah bersama BP3 atau komite sekolah.

Pada era manajemen berbasis sekolah (MBS) sekarang badan

penyelenggaraan pendidikan (BP3) dihapus dan fungsinya diwadahi dalam komite sekolah. Namun pada kenyataannya, RAPBS juga tidak dengan sendirinya mencerminkan keseluruhan dana yang mendukung penyelenggaraan pendidikan di sekolah, karena dalam kenyataannya banyak dana lain yang dikelola oleh sekolah

4

12 tetapi tidak dicatat dalam RAPBS atau tidak langsung dikelola oleh sekolah namun dikeluarkan oleh keluarga siswa untuk membiayai kebutuhan sekolah.

Dalam dunia pendidikan (sekolah) sangat terpengaruhi oleh berbagai perubahan, baik dalam aspek politik, sosial budaya, ekonomi, tehnologi, industry, maupun informasi. Pembaharuan dalam aspek-aspek tersebut menuntut para pengambil keputusan kebijakan pendidikan menyesuaikan diri dengan perubahan tersebut. Dengan demikian, dalam penyusunan RAPBS penting untuk diperhatikan berbagai peluang pembiayaan pendidikan. Strategi pembiayaan pendidikan dalam penyusunan RAPBS dimulai dengan mengkaji perubahan-perubahan peraturan perundang-undangan, tuntutan peningkatan mutu pendidikan yang mungkin membuka peluang dalam hubungan ini pemberian kewenangan kepada kepala sekolah (otonomi) untuk mengelola keuangan sekolah yang menjadi tanggung jawabnya menjadi sangat strategis.

Dalam strategi RAPBS sangat dipengaruhi oleh misi dan factor lingkungan pendidikan (sekolah). Lingkungan pendidikan dapat digolongkan menjadi lingkungan internal dan lingkungan eksternal. Lingkungan internal sekolah mencakup tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, kelengkapan fasilitas, dan biaya yang tersedia di setiap sekolah. Sedangkan lingkungan eksternal sekolah mencakupp kondisi sosial ekonomi dan aspirasi masyarakat. Keadaan sosial ekonomi orangtua, globalisasi informasi dan tehnologi dan industri yang berkkembang sangat cepat sehingga sangat berpengaruh terhadap pendidikan. Analisis factor internal sekolah sangat diperlukan dalam menyusun RAPBS. Analisis keefektifan biaya (cost effectiveness analysis) merupakan cara terbaik dalam menyusun RAPBS yang berorientasi terhadap skala prioritas dan mutu.5

Kemudian proses pengembangan RAPBS pada umumnya menempuh langkah-langkah pendekatan dengan prosedur sebagai berikut;

5

Fattah, Nanang, Dr, Ekonomi dan Pembiayaan Pendidikan, cet-3,Bandung; PT. Remaja Rosdakarya, 2004, Hal; 56

13 a. Pada tingkat kelompok kerja, pada tingkat sekolah kelompok kerja terdiri dari para pembantu kepala sekolah memiliki tugas antaralain melakukan identifikasi kebutuhan-kebutuhan biaya yang harus dikeluarkan, selanjutnya diklasifikasikan dan dilakukan perhitungan sesuai dengan kebutuhan.

b. Pada tingkat kerjasama dengan komite sekolah, kemudian melakukan rapat pengurus dan rapat anggota dalam rangka mengembangkan kegiatan yang harus dilakukan sehubungan dengan pengembangan RAPBS

c. Sosialisasi dan legalitas, pada tahap ini kelompok kerja melakukan konsultasi dan laporan pada pihak pengawas, serta mengajukan usulan RAPBS kepada kantor Inspeksi Pendidikan untuk mendapat pertimbangan dan pengesahan.6

Partisipasi public dalam pengelolaan sekolah menjadi salah satu cara pencegahan penyelewengan anggaran dana. Menurut coordinator divisi monitoring

pelayanan public yang juga seorang penulis buku “Sekolah Harapan, Sekolah anti

korupsi”. Menambahkan, diperlukan actor-aktor aktif di sekolah untuk menjamin

transparasi dana sekolah, “melibatkan kepala sekolah, guru, komite sekolah, dana

masyarakat dalam penyusunan RAPBS partisipatif”.7

Di dalam menyusun rencana anggaran, harus ada seseorang yang bertanggungjawab untuk mengarahkan dan mengkoordinasikan seluruh proses penganggaran organisasi yang bekerja dibawah arahan tim anggaran. Penyusunan anggaran dalam suatu organisasi biasanya dikoordinasikan oleh tim anggaran dan departemen anggaran. Tim atau komite anggaran anggotanya terdiri atas manajer divisi dan manajer lainnya yang melaksanakan fungsi-fungsi pokok kegiatan suatu organisasi atau unit organisasi. Tim anggaran berperan dalam pemeriksaan anggaran yang dibuat, memberikan tuntutan kebijakan dan tujuan anggaran, mengasistensi

6

Mulyasa, E, Dr.M.Pd, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, Bandung; PT. Remaja Rosdakarya, 2006. h.200-201

7www.antikorupsi.org

14 unit-unit penyusunan anggaran, menyelesaikan berbagai konflik anggaran, menyetujui anggaran final (sebelum disetujui oleh dewan komisaris), serta memonitor kerja aktual dari pelaksanaan anggaran.

Dibawah ini merupakan contoh konsep pembiayaan sekolah umumnya untuk waktu satu tahun akademik.

Untuk pembiayaan kurikulum dan pembelajaran berbagai kegiatan secara sederhana dapat dilihat rinciannya pada tabel;8

Tabel 2 Pokok budget Projek Perencanaan Projek Pengkoordinasian Projek Pelaksanaan Projek Pengendalian Kurikulum Penyusunan Kurikulum Rapat MGMP Perubahan Kurikulum Menuju KTSP Undangan Rapat Penyusunan SAP Rapat MKKS Penyusunan SAP Kontekstual Transport Rapat Buku Pegangan Guru Rapat Guru

Bidang Studi dan Rumpun Penyusunan Buku pegangan Guru Daftar Hadir Buku Pegangan Siswa Rapat dengan Komite Sekolah Pengadaan Buku Pegangan Siswa Notulen Rapat Metode Pembelajaran Koordinasi sekolah dengan dunia bisnis Pengayaan materi metode Pembelajaran (laporan pertaggungjawaban keuangan) 8

Dr. Harsono, Pengelolaan Pembiayaan Pendidikan, Yogyakarta; Pustaka Bok Publisher. 2007. Hal; 58-63

15 guru Media pembelajaran Pengadaan media pembelajaran

Buku, barang, alat

PBM Jadwal pembelajaran Rapat guru lengkap Tatap muka di kelas Arsip jadwal Rencana kegiatan guru bidang studi Pembentukan pembimbing studi wisata Belajar di laboratorium Arsip pedoman praktek, petunjuk karyawisata Pedoman praktek Pembentukan panitia karyawisata

Studi wisata Laporan praktek

dan karya wisata Pedoman karyawisata Rapat pengelola lab Penelitian siswa

Evaluasi Jadwal ujian

Formatif

Rapat guru Pelaksanaan

tes dan ujian

Nilai formatif Ujian sumatif Pembentukan

panitia tes dan ujian Pelaksanaan ME Nilai sumatif Ujian Nasional Pelaksanaan Akreditasi Sekolah Nilai Ebtanas

Kartu tes Sertifikat evaluasi

program

Tata tertib Sertifikat evaluasi

manajerial

Adapun untuk budget kesiswaan rinciannya pada tabel berikut ini; Tabel 3

Budget pokok

Perencanaan Pengkoordinasikan Pelaksanaan Pengendalian

Siswa baru Promosi Rapat komite

sekolah, pimpinan sekolah, guru, Publikasi melalui media elektronik dan Software dan hardware SPMB

16

karyawan lengkap cetak atau

media lainnya Penetapan target siswa baru Konsultasi dengan Dinas Pendidikan Penyusunan Sistem Informasi PSB Dokumen pendaftaran Pembentukan panitia PSB Pelaksanaan pendaftaran, seleksi, dan pengumuman Dokumen informasi dan penerimaan Jadwal kegiatan panitia Pemberian tanda terima kepada calon yang memenuhi syarat Daftar siswa baru yang teregistrasi sesuai kalender Organisasi siswa Pembentukan organisasi kesiswaan yang baik Rapat pimpinan sekolah, bidang kesiswaan dan perwakilan siswa senior Pembentukan tata tertib dan persyaratan pembentukan organisasi siswa Dokumen-dokumen yang berkaitan dengan pembentukan organisasi kesiswaan Pembinaan semua organisasi kesiswaan yang baik Pemilihan umum siswa pengajuan calon kepada kepala sekolah dan penetapan susunan kepengurusan Dokumen pengesahan organisasi kesiswaan Pengelolaan output Rencana pembentukan organisasi alumni Rapat pimpinan dengan perwakilan alumni Pembentukan organisasi alumni, jaringan Dokumen alumni

17

alumni, dan

pelacakan alumni

3. SUMBER DANA PEMBIAYAAN PENDIDIKAN

Sumber dana pendidikan adalah pihak-pihak yang memberikan bantuan subsidi dan sumbangan yang diterima setiap tahunnya oleh lembaga sekolah dari sumber resmi dan diterima secara teratur. Adapun sumber penerimaan tersebut terdiri dari pemerintah pusat (APBN), pemerintah daerah (APBD), orangtua murid (BIP3), dan masyarakat. Penerimaan yang bersumber dari pemerintah pusat terdiri dari gaji, subsidi atau bantuan pembiayaan penyelenggaraan SDN (SBPP-SDN), dan dana operasional perawatan (DOP).

Adapun menurut buku Pembiayaan pendidikan di Indonesia membagi empat golongan sumber dana antaralain;

1) hasil penerimaan umum pemerintah, pada dasarnya merupakan sumebr yang terpenting untuk pembiayaan pendidikan. Termasuk dalam golongan ini semua penerimaan pemerintah disemua tingkat pemerintahan, baik pajak, bantuan luar negeri maupun pinjaman oleh pemerintah. Besarnya biaya dan penerimaan pemerintah tersebut ditentukan oleh aparat keuangan pemerintah ditingkat pusat maupun daerah, yang dipertimbangkan berdasarkan prioritas-prioritas pendidikan dibandingkan dengan kegiatan pemerintah dibidang lainnya.

2) penghasilan pemerintah khusus diperuntukan pendidikan, meskipun itu merupakan suatu bagian dari penerimaan pemerintah, perlu dipisahkan dalam pembahasan ini. Termasuk dalam golongan ini bantuan atau pinjaman dari luar negeri yang diperuntukkan pendidikan, seperti bantuan UNICEF atau UNISCO, pinjaman dari Bank Dunia dan sebagainya.

18 3) iuran sekolah, adalah pembayaran orang tua murid langsung kepada sekolah, berdasarkan jumlah anak mereka yang dididik di sekolah tersebut. Keputusan mengenai sekolah yangmana anak-anak mereka akan dididik dan apakah iuran sekolah tersebut akan dibayar adalah hak orangtua murid, walaupun jumlah iuran itu biasanya ditentukan oleh pemerintah atau sekolah atau Yayasan. Peranan orangtua murid dalam menentukan jumlah itu biasanya terbatas kepada keanggotaannya badan sekolah, Yayasan, dan sebagianya.

4) sumbangan-sumbangan sukarela lainnya, termasuk juga sumbangan perseorangan. Sumbangan dari masyarakat, panti darma atau badan agama (baik dalam negeri maupun luar negeri), berupa uang tunai, barang, jasa-jasa, hadiah-hadiah, pinjamandan segala usaha sekolah sendiri untuk mengumpulkan dana.9

Hubungan Pembantuan

Keterbatasan pemerintah dan institusi pendidikan menyediakan dan mengalokasikan dana menuntut adanya upaya kreatif untuk memperoleh bantuan dana dari sumber luar. Diluar kerangka sumber dana institusi seperti telah disebutkan, aliran dana dari sumber luar dapat diperoleh dengan cara hubungan pembantuan. Dana tersebut diharapkan dapat digunakan secara efektif dan efisien. Beranjak dari pengalaman yang ada, model hubungan pembantuan yang diharapkan dapat mengambil manfaat secara edukasional atau ekonomis, yaitu model agrimen, model pensponsoran, dan model pemerintahan. Deskripsi masing-masing model tersebut antara lain;

1. Model agrimen.

Pada model ini bantuan manusia dan sumber capital dicapai dengan agrimen diantara dua institusi tanpa kehilangan identitas institusinya. Rasional dari model ini adalah fleksibilitas, kesukarelaan berkolaborasi, dan memelihara keragaman. Pada model ini, masing-masing institusi bebas untuk membawa partner akademik

9

Daroesman, Ruth, pembiayaan Pendidikan Di Indonesia, Jakarta; PT.Badan Penerbit Indonesia Raya, 1975, Hal; 21-23

19 dan fasilitas dari institusinya, tanpa ada hambatan dilihat dari identitas organisasi. Bentuk kerjasamanya antaralain;

a. Konsorsium lintas lembaga

b. Konsorsium lintas departemen

c. Pengembangan staf bersama-sama

d. Kerjasama program penelitian

e. Layanan resiprokal, dan

f. Penggunaan bangunan secara bersama-sama, dsb.

2. Model pensponsoran.

Pada model ini merepresentasikan aransemen diantara sebuah organisasi besar, yang sudah benar-benar mapan, dan bonafide dalam pendanaan dengan sebuah organisasi lain yang sangat memerlukan bantuan dana. Lembaga yang bertindak sebagai sponsor berhak menentukan criteria aspek akademik dan peralatan yang diperlukan sebagai persyaratan pemberian bantuan. Pola pensponsoran ini menguntungkan karena membuka peluang optimalisasi sumber daya yang ada dari lembaga sponsor untuk menghilangkan kejenuhan yang potensial.

3. Model pemerintahan,

Model ini merupakan sebuah model ketika pemerintah menjadi penyandang dana sekaligus menjalankan tugas pokok dan fungsi sebagai penyelenggara proyek. Dengan pola ini akan didapat beberapa keuntungan, antara lain;

a. Sumber-sumber relative terkonsentrasi pada satu institusi, tidak tersebar pada banyak institusi.

b. Adanya konsentrasi sumber-sumber mendorong kualitas tinggi dalam bidang pembelajaran, penelitian, pengabdian, layanan kesiswaan.

c. Aksibilitas sumber fasilitas membantu optimism penggunaan

20 d. Pola manajemen tunggal memungkinkan gerak pekerjaan dilakukan secara

cepat.10

4. DISTRIBUSI PEMBIAYAAN PENDIDIKAN

Ada beberapa Peran tingkat ketersediaan dana penyelenggaraan pendidikan diantaranya, sebagai berikut;

a. Peran Ketersediaan Biaya untuk Ketenagaan

b. Peran ketersediaan dana untuk pengadaan dan pemanfaatan sarana –prasarana c. Peran ketersediaan dana untuk biaya operasional11

Dalam buku dasar-dasar perencanaan pendidikan dijelaskan bahwa ada beberapa komponen yang perlu dibiayai pada penyelenggaraan pendidikan di sekolah, komponen-komponen itu antaralain;

1) Untuk pelaksanaan pelajran per-murid atau perkelas 2) Untuk tata usaha sekolah

3) Untuk kesejahteraan pegawai

4) Untuk porseni (pecan olahraga dan seni) sekolah

5) Untuk penyediaan buku laporan pendidikan

6) Untuk penyelenggaraan UAN

7) Untuk pengadaan STTB

8) Untuk supervise

9) Untuk pembinaan pengelolaann subsidi atau bantuan

10)Untuk pendataan.12

10

Danim Sudarwan, Prof.Dr. Visi Baru Manajemen Sekolah, Jakarta; Bumi Aksara, 2008. Hal; 149-150

11www.google.com

(Asri Physic 07_UNHALU Makalah pembiayaan pendidikan.mht)

12

21 Seluruh komponen haruslah memperoleh perhatian yang sama, karena seluruh komponen akan saling berkaitan dan seluruhnya mendukung tercapainya mutu pendidikan di sekolah itu sendiri. Komponen di atas, belum sepenuhnya memenuhi segala kebutuhan dari penyelenggaraan pendidikan di sekolah, misalnya untuk pemeliharaan sekolah belum dimasukkan pada komponen tersebut.

Pendanaan untuk pemeliharaan sekolah, dananya dimasukkan dalam program inpres sekolahdan untuk pemeliharaan sekolah sebesar 51% prosentase dana yang diberikan oleh pemerintah dapat diketahui berdasarkan data yang dikutip dari buku studi model pembiayaan pendidikan dasar 9tahun, antara lain sebagai berikut;

a. pemeliharaan sekolah 51,88%

b. penyelenggaraan pelajaran 12,26%

c. kesejahteraan pegawai 16,90%

d. tata usaha 5,70%

e. penyelenggaraan EBTA, pengadaan STTB 5,20%

5. EVALUASI TERHADAP PENGGUNAAN PEMBIAYAAN PENDIDIKAN

Sebelum membahas mengenai evaluasi terhadap penggunaan pembiayaan pendidikan di sekolah, terlebih dahulu peneliti akan membahas mengenai pengawasan terhadap anggaran pendidikan.

Konsep Pengawasan

Konsep dasar tentang pengawasan anggaran bertujuan untuk mengukur, membandingkan, menilai alokasi biaya dan tingkat penggunaannya. Dengan kata lain, pengawasan anggaran diharapkan dapat mengetahui sampai dimana tingkat efektivitas dan efesiensi dari penggunaan sumber-sumber dana yang tersedia. Pertanyaan pokok yang berkaitan dengan pengawasan anggaran adalah seberapa besar tingkat kesesuaian antara biaya yang dialokasikan untuk setiap komponen dalam anggaran dengan realisasi anggaran. Apabila terdapat ketidaksesuaian antara

22 rencana dengan realisasinya, maka perlu diambil tindakan-tindakan perbaikan dan jika perlu diproses secara hukum.

Pengawasan adalah menetapkan standar pelaksanaan dibandingkan dengan standard an mengoreksi kesenjangan-kesenjangan maka proses pengawasan tidak akan terlaksana tanpa informasi.13 Tujuan dari pengawasan itu sendiri adalah membantu mempertahankan hasil atau output yang sesuai dengan syarat-syarat sistem.

Prinsip-Prinsip Pengawasan

Dalam kebijakan umum pengawasan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Rakernas, 1999), dinyatakan bahwa sistem pengawasan harus berorientasi pada hal-hal berikut:

a) Sistem pengawasan funsional yang dimulai sejak perencanaan yang

menyangkut aspek penilaian kehematan, efisiensi, efektivitas yang mencakup keseluruhan aktivitas program disetiap bidang organisasi.

b) Hasil temuan pengawasan harus ditindaklanjuti dengan koordinasi antara

Dokumen terkait