• Tidak ada hasil yang ditemukan

A. Deskripsi Teoritik 1. Menulis a. Konsep Menulis

Menurut Bloom yang dikutip Zulela H. M. Saleh,

“keterampilan atau skill adalah kualitas proses dari pekerjaan atau

kegiatan yang dilakukan oleh mereka yang memiliki pengetahuan dan menggunakan pengetahuannya untuk menangani masalah atau situasi baru”.1

Kemudian menurut Tarigan, keterampilan berbahasa mempunyai empat komponen, yaitu: keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, keterampilan menulis.2

Keterampilan menulis berkaitan dengan kegiatan seseorang dalam memilih, memilah dan menyusun pesan untuk di transaksikan itu dapat berwujud ide (gagasan), kemauan, keinginan, perasaan, ataupun informasi.Selanjutnya, pesan tersebut dapat menjadi isi sebuah tulisan yang ditransaksikan kepada pembaca.Melalui sebuah tulisan, pembaca dapat memahami pesan yang di transaksikan serta tujuan penulisan.

Menulis bukanlah keterampilan yang diwariskan dari leluhur.Terbukti bahwa tidak semua orang memiliki keterampilan menulis.Keterampilan menulis hanya dimiliki orang-orang tertentu.Ini dapatdibuktikan tidak setiap hasil tulisan dapat dipandang sebagai hasil kegiatan seseorang dalam menulis.3

1

Zulela H. M. Saleh, Terampil Menulis Di Sekolah Dasar, (Tangerang: Pustaka Mandiri, 2013), h.26

2

H. G. Tarigan, Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung: Angkasa, 2008), h.1

3

Isah Cahyani dan Hodijah, Kemampuan Berbahasa Indonesia di SD,

(Bandung: UPI Press, 2007), h. 125.

Ada beberapa pengertian tentang menulis menurut beberapa ahli mengenai pengertian menulis yaitu sebagai berikut:

1) Menurut Mc Crimmon yang dikutip Kundharu Saddhono dan St. Y. Slamet, “menulis merupakan kegiatan menggali pikiran dan perasaan mengenai suatu subjek, memilih hal-hal yang akan ditulis, menentukan cara menuliskannya sehingga pembaca dapat memahaminya dengan mudah dan jelas”.4

2) Menurut Suparno dan M. Yunus, “menulis adalah suatu kegiatan

penyampaian pesan (komunikasi) dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat medianya.5

3) Menurut Sokolik sebagaimana dikutip oleh Zulela H. M. Saleh, “menulis adalah kombinasi antara proses dan produk. Prosesnya yaitu pada saat mengumpulkan ide-ide sehingga tercipta tulisan yang dapat terbaca oleh pembaca yang merupakan produk dari kegiatan yang dilakukan penulis”.6

Berdasarkan beberapa pengertian tentang menulis yang telah dikemukakan, maka dapat disimpulkan bahwa menulis adalah suatu keterampilan berbahasa yang mudah dipahami yang digunakan sebagai alat komunikasi untuk mengungkapkan ide-ide, gagasan, buah pikiran dan perasaan yang diungkapkan dalam bahasa tulis.

b. Kegunaan Menulis

Banyak keuntungan yang didapatkan dari keterampilan menulis.Menurut Akhadiah dkk., dalam pendidikan bahasa dan sastra

4

Kundharu Saddhono dan Y. Slamet, op. cit., h. 151.

5

Ibid.

6

8

Indonesia di kelas tinggi tulisan Novi Resmini dkk., ada delapan kegunaan menulis yaitu sebagai berikut7:

1. Mampu mengembangkan pola berfikir dalam menggali pengetahuan dan pengalamannya.

2. Mampu mengembangkan pola bernalar, menghubungkan, serta membanding-bandingkan fakta sehingga menimbulkan gagasan baru.

3. Mampu memperluas wawasan penulisan secara teoritis mengenai fakta-fakta yang berhubungan.

4. Mampu mengorganisasikan gagasan secara sistematis serta mengungkapkannya secara tersurat.

5. Penulis akan dapat meninjau serta menilai gagasannya sendiri secara objektif.

6. Dengan menulis memudahkan untuk memecahkan permasalahan, mampu menganalisis secara tersurat dalam konteks yang lebih konkret.

7. Penulis terdorong untuk terus belajar secara aktif.

8. Kegiatan menulis mampu membiasakan untuk berfikir dan berbahasa secara tertib dan benar.

Dari penjelasan mengenai kegunaan menulis diatas dapat disimpulkan bahwa menulis mampu mengembangkan gagasan/ide penulis secara lebih luas, kritis, dan sistematis sehingga mampu menyampaikannya secara tersurat.

c. Tujuan Menulis

Menurut Hugo Hartig dalam Tarigan, menyatakan tujuan menulis adalah sebagai berikut8:

7

Novi Resmini dan Dadan Juanda,Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Tinggi, (Bandung: UPI Press, 2007), h. 117.

8

1. Assignment Purpose (Tujuan Penugasan)

Tujuan penugasan ini sebenarnya tidak mempunyai tujuan sama sekali. Penulis, menulis sesuatu karena ditugaskan, bukan atas kemauan sendiri (misalnya para siswa yang diberi tugas menerangkan buku).

2. Altruistick Purpose (Tujuan Alturistik)

Penulis bertujuan menyenangkan pembaca, menghindarkan kedukaan para pembaca, ingin menolong pembaca memahami, menghargai perasaan dan penalarannya, ingin membuat hidup para pembaca lebih mudah dan lebih menyenangkan dengan karyanya itu.

3. Persuasive Purpose (Tujuan Persuasif)

Tulisan yang bertujuan meyakinkan para pembaca akan kebenaran gagasan yang diutarakannya.

4. Informational Purpose (Tujuan Informasional)

Tulisan yang bertujuan memberikan informasi atau keterangan atau penerangan kepada para pembaca.

5. Self-expressive Purpose (Tujuan Pernyataan Diri)

Tulisan yang bertujuan memperkenalkan atau menyatakan diri sang pengarang kepada para pembaca.

6. Creative Purpose (Tujuan Kreatif)

Tujuan penulisan ini erat kaitannya dengan tujuan pernyataan diri.Tulisan ini bertujuan mencapai nilai-nilai artistic dan nilai-nilai kesenian.

7. Problem-Solving Purpose (Tujuan Pemecahan Masalah)

Tulisan ini bertujuan memecahkan masalah yang dihasapi.Penulis menjelaskan, menjernihkan serta menjelajahi serta meneliti secara cermat pikiran-pikiran dan gagasan-gagasan sendiri agar dapat dimengerti dan diterima oleh para pembaca.

10

d. Macam-macam Menulis di SD

Macam-macam menulis yang dapat diajarkan di SD dapat dijelaskan sebagai berikut9:

1. Menurut tingkatannya

a. Menulis permulaan (kelas 1 dan 2) b. Menulis lanjut (kelas 3-6)

2. Menurut isi/bentuknya

a. Karangan Verslag (laporan), umumnya diberikan di kelas kelas rendah, misalnya: menceritakan kembali (secara tertulis) apa-apa yang dialami dalam Pengajaran Lingkungan.

b. Karangan Fantasi: mengeluarkan isi jiwa sendiri (ekspresi jiwa),

misalnya: “Cita-citaku Setelah Tamat SD”, “Seandainya Aku

Jadi Presiden”.

c. Karangan Reproduksi: umumnya bersifat menceritakan atau menguraikan suatu perkara yang telah dipelajari atau dipahami, seperti hal-hal yang mengenai Astronomi, Gejala Alam, atau menuliskan dengan kata-kata sendiri tentang apa yang telah dibaca, dan lain-lain.

d. Karangan Argumentasi: karangan berdasarkan alasan tertentu. Siswa dibiasakan menyatakan pendapat ataupun pikirannya berdasarkan alasan yang sesuai pendapatnya.

3. Menurut susunannya a. Karangan terikat : puisi b. Karangan bebas : prosa

c. Karangan setengah bebas setengah terikat

9

e. Proses Menulis dalam Pembelajaran Menulis

Sebagai suatu proses, menulis merupakan keterampilan mekanis yang dapat dipahami dan dipelajari. Menulis sebagi suatu keterampilan dasar yang memiliki beberapa tahapannya, yakni pramenulis (prewriting), menulis konsep (drafting), merevisi (revising), mengedit (editing), dan publikasi (publishing)10.

1. Pramenulis (prewriting)

Pada tahap pramenulis siswa berusaha mengemukakan apa yang akan mereka tulis. Gagasan yang akan ditulis siswa berkitan erat dengan pengetahuan siswa. Dalam hal ini guru dapat menggunakan berbagai strategi untuk membantu siswa menemukan gagasan untuk tulisannya.Tentu saja gagasan yang nantinya ditemukan siswa merupakan bahan tulisan yang diminati.

Untuk menemukan suatu hal yang diminati dan sesuai dengan keinginan siswa, guru dapat melakukan curah pendapat dengan siswa membahas mengenai tema dan topik tulisan yang sesuai.

Pramenulis sebagai satu tahapan dari rangkaian proses yang akan tampak ketika seorang penulis mengenali, menggali, memahami, dan menyeleksi pengetahuan awalnya sesuai dengan topik tulisannya. Berikut ini beberapa kegiatan pramenulis:

1. Siswa memilih topik.

2. Menemukan dan mengorganisasikan gagasan. 3. Mengidentifikasi untuk siapa ia menulis. 4. Mengetahui tujuan ia menulis.

5. Memilih bentuk dan komposisi yang tepat berdasarkan audien dan tujuan.

Topik yang akan ditulis siswa akan lebih baik bila sesuai dengan minatnya. Karena dalam menulis melibatkan pengalaman si penulis

10

12

dalam tulisannya. Apabila topik yang akan ditulis dibatasi atau ditentukan terlebih dahulu maka proses menulis akan menjadi terbatas dan tidak sesuai dengan minat siswa. Siswa akan kesulitan menemukan gagasan dan mengorganisasikan gagasan yang dipola oleh guru. 2. Menulis Konsep (drafting)

Pada tahap ini siswa membuat konsep kerangkanya dalam bentuk dasar.Tulisan kasar inilah penulis berupaya untuk menarik pembaca dengan tulisannya.Dengan demikian konsep tulisan yang masih kasar ini lebih mengutamakan isi bukan hal-hal yang bersifat mekanis. Siswa dibiarkan menuangkan gagasanya apa adanya dan sebebas mungkin. Tidak harus terikat dengan ejaan, tanda baca, kesalahan berbahasa, atau kerapian tulisan.Membiarkan siswa menumpahkan gagasan yang ada di kepalanya. Hal ini bertujuan agar siswa tidak ragu-ragu, karena pada tahap merivis akan diperbaiki, diubah,dan disusun ulang.

3. Merevisi (revising)

Pada tahap perbaikan siswa membaca kembali tulisannya untuk selanjutnya menambah, mengganti, atau menghilangkan sebagian ide berkaitan dengan penggarapan tulisannya.Siswa berkesempatan untuk merivisi kekeliruan yang dibuatnya, baik kekeliruan dalam penempatan gagasan, penyusunan tulisan, atau terkait dengan isi tulisan.

4. Mengedit (editing)

Mengedit merupakan tahap penyempurnaan tulisan yang dilakukan sebelum dipublikasikan.Pada tahap ini siswa mengedit kesalahan mekanikal yang dibuatnya pada waktu menulis draf kasar.Pengeditan lebih diarahkan pada ejaan, tanda baca, dan kesalahan mekanikal lainnya.Pelaksanaan pengeditan bisa dibekali buku-buku teori yang terkait dengan ejaan misalnya Ejaan Yang Disempurnakan.

Setelah semua tahap telah terlewati, maka tahap terakhir adalah publikasi. Kegiatan ini dapat dilakukan melalui kegiatan penugasan untuk membacakan hasil karangan atau ditempel pada majalah dinding sekolah atau di depan kealas. Jadi publikasi yang dimaksud pada tahap ini adalah menyampaikan hasil tulisannya pada audien, bisa di kelas, kepada teman lainya, kepada orang tua, sehingga memperoleh kesadaran bahwa ia adalah pengarang.

Berdasarkan isi dan proses menurut Pappas dalam Novi Resmini dkk, menyatakan bahwa proses menulis memiliki sifat dinamis, interkatif, dan konstruktif. Dinamis karena menulis sangat dimungkinkan adanya perubahan dan pengubahan-pengubahan setelah berinteraksi dengan teks, diri sendiri, atau orang.11

Atas dasar ciri itu, pembelajaran proses menulis di sekolah dasar perlu ditampakkan dalam perencanaan, pengorganisasian kegiatan pembelajaran. Dalam menyusun perencanaan pembelajaran menulis, guru perlu mempertimbangkan karakteristik proses berfikir siswa dalam mengolah, menghayati, dan mengkonseptualisasikan isi pembelajarannya. Sedangkan pengorganisasian kegiatan pembelajaran menulis, secara ideal selain memberikan peluang belajar secara individual, juga memberikan peluang belajar menulis secara kooperatif. 2. Puisi

a. Pengertian Puisi

Dalam Puisi dan Metodologi Pengajaran, B. P Situmorang membeberkan bahwa perkataan puisi berasal dari bahasa Yunani yang juga dalam bahasa Latin poietes (Latin poeta).Mula-mula artinya pembangun, pembentuk, pembuat.Asal kata dari poieo atau poio atau

11

Novi Resmini, Nenden Sundari dan Yayah Churiyah,Membaca dan Menulis di SD: Teori dan Pengajarannya, Bandung: UPI Press, 2006), h. 122.

14

poeo yang artinya membangun, menyebabkan, menimbulkan, menyair.Kemudian arti puisi semakin dipersempit mejadi hasil seni sastra, yang kata-katanya disusun menurut irama, sajak, dan kata kiasan.12

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), puisi dimaknai sebagai ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, matra, rima, serta penyusunan larik dan bait.13

Menurut Waluyo puisi adalah bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dan disusun dengan mongensentrasikan struktur fisik dan struktur batinnya.14

Menurut Djago Tarigan puisi anak adalah puisi yang sesuai dengan lingkungan anak-anak.Baik dari segi temanya, penggunaan bahasanya, pemakaian katanya dan berisi nilai-nilai yang bersifat mendidik.15

Puisi mampu mengungkapkan secara lebih banyak daripada sekadar apa yang tertulis dan sekaligus ditulis dan di ekspresikan lewat bahasa yang khas puisi yang lain daripada bahasa keseharian. Artinya, bahasa puisi itu singkat dan padat, dengan sedikit kata-kata mampu membangkitkan analogi atau tafsiran makna yang lebih luas.Hanya saja, untuk puisi anak intensitas keluasan makna itu tampaknya belum seluas puisi orang dewasa, karena daya jangkau imajinasi anak dalam hal pemaknaan puisi masih terbatas.Demikian juga kemampuan anak

12

Antilan Purba, Sastra Indonesia Kontemporer, (Yogyakarta:Graha Ilmu, 2012), h. 9.

13

Ibid.,h.10.

14

Wahyudi Siswanto, Pengantar Teori Sastra, (Jakarta: Grasindo, 2008), h. 108.

15

Djago Tarigan, Pendidikan Keterampilan Berbahasa, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2003), h. 10.43.

dalam hal penggunaan bahasa, dilihat dari bentuk ungkapan kebahasaan puisi anak tentunya masih lebih sederhana.16

Dalam puisi anak aspek emosi selalu sejalan dengan cerapan indera.Artinya, berbagai luapan emosi anak dipengaruhi oleh tanggapan inderanya terhadap sesuatu yang ada di sekeliling karena daya jangkau imajinasi anak masih terbatas. Kemudian dalam puisi anak baik apa yang diungkapkan maupun seleksi bahasa yang dipilih, misalkan menyangkut penggunaan ungkapan dan citraan, mencerminkan perasaan dan pengalaman anak. Puisi anak, baik dalam hal bahasa maupun makna yang diungkapkan masih polos, lugas, apa adanya.17

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa puisi adalah pengungkapan pikiran dan perasaan seseorang ke dalam sebuah tulisan dengan menggunakan bahasa yang dipadatkan dan memperhatikan struktur fisik dan struktur batinnya.

b. Unsur-unsur Puisi a. Tema

Tema adalah gagasan pokok yang dikemukakan oleh penyair melalui puisinya.Tema mengacu pada penyair.Pembaca sedikit banyak harus mengetahui latar belakang penyair agar tidak salah menafsirkan tema puisi tersebut.18

b. Diksi

Diksi adalah pemilihan kata-kata yang dilakukan oleh penyair dalam puisinya.Karena puisi adalah bentuk karya sastra

16 Ibid.,h. 313. 17 Ibid. 18

Herman J. Waluyo, Apresiasi Puisi, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2005), h. 17.

16

yang dengan sedikit kata-kata dapat mengungkapkan banyak hal, kata-katanya harus dipilih secermat mungkin.19

Penggunaan diksi berbeda-beda tergantung pada tujuan akhir yang hendak dicapai seorang penulis.Untuk puisi anak diksi yang dipergunakan lebih sering bermakna denotative.Hal ini karena puisi anak harus benar-benar menggunakan bahasa anak yang sederhana dan lugas.

c. Pengimajian

Imaji adalah kata atau kelompok kata yang dapat mengungkapkan pengalaman indrawi, seperti penglihatan, pendengaran dan perasaan. Imaji dapat dibagi menjadi tiga: imaji suara (auditif), imaji penglihatan (visual), dan imaji raba atau sentuh (imaji taktil). Imaji dapat mengakibatkan pembaca seakan-akan melihat, mendengar, dan merasakan seperti yang dialami penyair.20

Artinya, bagaimana cara menulis puisi dalam menyuguhkan pengalaman batin kepada pembaca agar pembaca seoah-olah ikut melihat, mendengar, menyentuh, dan mengalami sendiri peristiwa yang dibacanya melalui puisi tersebut.

d. Rasa

Rasa yaitu sikap pengarang terhadap pokok permasalahan yang terkandung dalam puisinya. Rasa disebut juga sebagai emosional, misalnya: sedih, senang, marah., gembira, dll.21

19

Wahyudi Siswanto., op. cit, h. 114.

20

Ibid.,h. 118.

21

e. Kata-Kata Konkrit

Kata konkret adalah kata-kata yang dapat ditangkap dengan indra. Dengan kata konkret akan memungkinkan imaji muncul.22

Penulis dituliskan dengan kata-kata yang konkret untuk membangkitkan imajinasi pembaca, kata-kata harus diperjelas.Penggunaan kata-kata konkrit bukan hanya nyata dan jelas, tetapi juga padat.

f. Rima/Bunyi

Rima adalah pengulangan bunyi yang berselang pada puisi.Dalam kepustakaan Indonesia, ritme atau irama adalah turun naiknya suara secara teratur, sedangkan rima atau sajak adalah persamaan bunyi.23Rima dapat menjadikan puisi lebih indah dan menjadikan makna lebih kuat.

g. Nada dan Suasana

Nada dalam puisi adalah sikap penyair terhadap pembacanya.Dari sikap itu terciptalah suasana puisi.Ada puisi bernada sinis, protes, menggurui, memberontak, main-main, sungguh-sungguh, patriotic, belas kasih (memelas), takut, mencekam, santai, masa bodoh, pesimis, humor, mencemooh, kharismatik, dan sebagainya.24

h. Amanat Puisi

Amanat, pesan atau nasihat merupakan kesan yang ditangkap pembaca setelah membaca puisi.Amanat dirumuskan sendiri oleh pembaca.Sikap dan pengalaman pembaca sangat berpengaruh kepada amanat puisi. Cara menyimpulkan amanat puisi sangat berkaitan dengan cara pandang pembaca terhadap

22

Ibid.,h. 119.

23

Djago Tarigan., op. cit, h. 10.48.

24

18

suatu hal. Meskipun ditentukan berdasarkan cara pandang pembaca, amanat tidak dapat lepas dari tema dan isi puisi yang dikemukakan penyair.25

c. Langkah-Langkah dalam Menulis Puisi

Dalam pembuatan puisi tidak langsung menulis puisi pada media yang akan digunakan, tetapi juga harus mempunyai tahap-tahap menulis puisi dengan baik dan benar. Berikut adalah langkah-langkah dalam menuls puisi:26

a. Amati objek/sesuatu yang akan ditulis. b. Menentukan tema.

c. Menulis tema tersebut menjadi judul puisi. d. Mengembangkan menjadi sebuah puisi.

e. Menyusun tiap kalimat berurutan kebawah, satu baris berisi satu kalimat yang tidak terlalu panjang.

f. Jika ada kalimat yang panjang, perpendek dengan membuang kata tugas satu menjadi kalimat inti.

g. Mencari kalimat atau kata yang bisa diganti dengan kata yang memiliki intensitas makna lebih kuat dan lebih imajinatif.

h. Memperbaiki kata tiap kalimat jika dianggap masih kurang memenuhi keindahan bunyi dan boleh juga mempergunakan gaya bahasa.

3. Media Pembelajaran

a. Pengertian Media Pembelajaran

Secara harfiah kata media memiliki arti “perantara” atau pengantar.Association for Education and Communication Technology

25

Ibid.,h. 40.

26

(AECT) mendefinisikan media yaitu segala bentuk yang dipergunakan untuk suatu proses penyaluran informasi. Sedangkan Education Association (NEA) mendefinisikan sebagai benda yang dapat dimanipulasikan, dilihat, didengar, dibaca atau dibicarakan beserta instrument yang dipergunakan dengan baik dalam kegiatan belajar mengajar, dapat mempengaruhi efektifitas program instructional.27

Dalam aktivitas pembelajaran, media dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang dapat membawa informasi dan pengetahuan dalam interaksi yang berlangsung antara pendidik dengan peserta didik.28

Media pembelajaran dapat dipahami sebagai segala sesuatu yang dapat menyampaikan dan menyalurkan pesan dari sumber secara terencana sehingga tercipta lingkungan belajar yang kondusif dimana penerimanya dapat melakukan proses belajar secara efesien dan efektif.29

Dari definisi-definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian media pembelajaran merupakan sesuatu yang bersifat menyalurkan pesan dan dapat merangsang pikiran, perasaan, dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar. Penggunaan media secara kreatif akan memungkinkan siswa untuk belajar lebih baik dan dapat meningkatkan performan mereka sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.

b. Fungsi Media Pembelajaran

Media mempunyai fungsi sebagai alat bantu dalam kegiatan belajar mengajar yakni berupa sarana yang dapat memberikan

27

Basyiruddin Usman, Media Pembelajaran, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), h.1.

28

Pupuh Faturrohman dan Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung, 2007), h.65.

29

Yudhi Munadi, Media Pembelajaran, (Jakarta: Gaung Persada Press Jakarta, 2012), h.7.

20

pengelaman visual kepada siswa dalam rangka mendorong motivasi belajar, memperjelas, dan mempermudah konsep komplek dan abstrak menjadi sederhana, konkret, dan mudah dipahami. Dengan demikian media dapat berfungsi untuk mempertinggi daya serap anak terhadap materi pembelajaran.30

c. Kriteria Pemilihan Media

Media merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan kegiatan proses belajar mengajar. Karena beraneka ragamnya media tersebut, maka masing-masing media mempunyai karakteristik yang berbeda-beda.

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam memilih media, diantaranya yaitu:31

1. Media yang dipilih selaras dan menunjang tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

2. Aspek materi menjadi pertimbangan yang dianggap penting dalam memilih media.

3. Kondisi siswa dari segi subjek belajar menjadi perhatian yang serius bagi guru dalam memilih media yang sesuai dengan kondisi siswa. 4. Ketersediaan media di sekolah atau memungkinkan bagi guru

mendesain sendiri media yang akan digunakan.

5. Media yang dipilih dapat menjelaskan apa yang akan disampaikan kepada siswa, dengan kata lain tujuan yang ditetapkan dapat dicapai secara optimal.

Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa kriteria pemilihan media harus dikembangkan sesuai dengan tujuan yang inin

30

Basyiruddin Usman., op.cit., h. 21.

31

dicapai oleh seorang pendidik dengan pertimbangan kondisi dan keterbatasan yang ada dalam lingkungan pembelajaran.

d. Pemanfaatan Lingkungan Sebagai Media Pembelajaran

Media jika dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi, yang menyebabkan siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap.Jadi menurut pengertian ini, guru, teman sebaya, buku teks, lingkungan sekolah dan luar sekolah, bagi seorang siswa merupakan media.

Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (KUBI) lingkungan diartikan sebagai bulatan yang melingkungi (melingkari). Dalam kamus Bahasa Inggris perististilahan lingkungan ini cukup beragam diantaranya ada istilah circle, area, surroundings, sphere, domain, range, dan environtment, yang artinya kurang lebih berkaitan dengan keadaan atau segala sesuatu yang ada disekitar atau sekeliling.32

Lingkungan adalah sesuatu yang ada di alam sekitar yang memiliki makna dan memberikan pengaruh tertentu kepada individu.33Lingkungan merupakan kesatuan ruang dengan semua benda dan keadaan makhluk hidup lainnya. Lingkungan yang ada disekitar anak-anak merupakan salah satu sumber belajar yang dapat dioptimalkan untuk pencapaian proses dan hasil pendidikan yang berkualitas. Jumlah sumber belajar yang tersedia dilingkungan ini tidaklah terbatas, sekalipun pada umumnya tidak dirancang secara sengaja untuk kepentingan pendidikan.

Pembelajaran di luar kelas bertujuan untuk mengarahkan peserta didik untuk mengembangkan bakat dan kreativias mereka

32

Husamah, Pembelajaran Luar Kelas Outdoor Learning, (Jakarta: Prestasi Pustakaraya, 2013), h. 2.

33

Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2013), h.195.

22

luasnya di alam terbuka.Selain itu, kegiatan belajar mengajar di luar kelas juga bertujuan memberikan ruang kepada mereka untuk mengembangkan inisiatif personal mereka.34

Lingkungan yang berada sekitar kita baik sekolah maupun luar sekolah dapat dijadikan sebagai sumber belajar.Media lingkungan merupakan media yang ekonomis, namun dapat digunakan untuk hasil yang maksimal. Media ini memiliki banyak kelebihan jika dibandingkan dengan media-media lain, salah satunya dapat menghilangkan kejenuhan siswa karena terus belajar di ruangan kelas. Belajar di alam seitar tentunya akan lebih menyenangkan dan menimbulkan motivasi belajar yang lebih tinggi bagi para siswa. Hal ini tentunya akan menghasilkan dampak yang positif bagi pembelajaran.35

Untuk mencapai hasil yang optimum dari proses belajar-mengajar, salah satu hal yang sangat disarankan adalah digunakannya media yang bersifat langsung dalam bentuk realita, dengan begitu akan memberikan rangsangan yang amat penting bagi siswa dalam mempelajari berbagai hal, terutama yang menyangkut pengembangan keterampilan tertentu.36

Seiring dengan perkembangan zaman, guru dituntut untuk lebih inovatif dalam menghadirkan proses pembelajaran yang memiliki nuansa menyenangkan sehingga mampu mengikat hati para siswanya untuk belajar. Menggunakan media lingkungan dalam proses pembelajaran menulis puisi merupakan salah satu jalan untuk mendukung hal tersebut. Belajar sesuai dengan kenyataan yang ada di

Dokumen terkait