A. Manajemen Peserta Didik 1. Pengertian Manajemen
Manajemen bersal dari bahasa Latin dari kata “manus” yang artinya “tangan” dan agere berarti melakukan. Kata ini digabung menjadi kata managere bermakna menangani sesuatu, mengatur, membuat sesuatu menjadi seperti diinginkan dengan mendayagunakan seluruh sumberdaya yang ada. Kata managere diterjemahkan kedalam Bahasa Inggris yaitu dari kata to manage dengan kata bendanya managemen dan manager untuk orang yang melakukan kegiatan manajemen (Asmendri, 2012:1).
Secara etimologis (etimos= asal usul kata, logos= ilmu atau kajian), ensiklopedia bebas Wekepedia menjelaskan bahwamanajemen berasal dari kata dalam bahasa Prancis Kuno “management”, yang berarti “seni melaksanakan dan mengatur”. Oleh karena itu, Mary Parker Follet, telah mendefenisikan manajemen sebgai seni menyelesaikan oekerjaan melalui orang lain. Definisi ini bermakna bahwa seorang manajer bertugas mengatur dan mengarahkan oranguntuk secara sinergis mencapai tujuan organisasi (Supran, 2015:41).
Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa manajemen adalah seni yang dilakukan untuk mengatur atau membuat sesuatu menjadi yang seperti diinginkan dengan pemanfaatan seluruh sumberdaya dengan baik dan benar yairu mulai dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, evaluasi dari kegiatan yang akan dilaksanakan.
“Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan pengguna sumberdaya organisasi lain agar tercapai tujuan organisasi
yang telah ditetapkan” (Stooner, Dalam Prim, 2013:33).Manajemen sering didefenisikan sebagai “pecapaian tujuan melalui orang lain”. Kedengarannya memeng terlalu sederhana, tetapi memberi kita gambaran tentang beberapa hal mendasar. Pertama berkaitan dengan pencapaian tujuan”. Manajemen selalu berkaitan dengan sebuah usaha untuk encapai tujuan tertentu dan bukan semata-mata sebuah posisi atau jabatan di dalam perusahaan. Banyak orang memiliki jabatan “manajer”, kan tetapi dalam kenyataan mereka hanya menjalankan kedudukan dan bukan mengarahkan sesuatu kearah pencapaian tujuan yang tertentu (Pasrizal, H, 2015:1).
Hesey dan Blanchard, mengemukakan manajemen adalah proses kerjasama antara individu dan kelompok serta sumber daya lainnya dalam mencapai tujuan organisasi adalah sebagai aktivitas manajemen. Dengan kata lain, aktivitas manajerial hanya ditemukan dalam wadah sebuah organisasi, baik organisasi bisnis, pemerintahan, sekolah, industri, rumah sakit (Syafruddin, 2005:41).
Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemamfaatan sumberdaya manusia secara efektif, yang didukung oleh sumber-sumber lain dalam suatu organisasi untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam pengertian ini, ada sistem yang yang terdapat dalam manajemen, yaitu sistem organisasi dan sisitem manajerial organisasi. Sistem organisasi berhubungan dengan model atau pola keorganisasian yang dianut, sedangakan sisitem manajerial berkaitan dengan pola-pola pengorganisasian, kepemimpinan dan kerjasama yang diterapkan oleh para anggota organisasi (Hikmat, 2014:11).
Menurut (Hendri dalam Fazis, M, 2014:3).Manajemen adalah seni dalam mengambil keputusan, artinya manajemn merupakan kemampuan, kemahiran, atau keterampilan menerapkan prinsip-prinsip serta teknik dalam memanfaatkan sumberdaya secara berdaya guna untuk merealisasikan tujuan, sedangkan manajemen sebagai suatu seni, disini memandang bahwa didalam mencapai suatu tujuan diperlukan
kerjasama dengan orang lain, jadi bagaimana memerintahkan kepada orang lain agar mau bekerja sama. Pada hakikatnyakegiatan manusia umumnya mengatur, mengatur disini diperlukan sesuatu seni, bagaimana orang lain memerlukan pekerjaan untuk mencapai tujuan bersama. Fungsi manajemen sebagai seni adalah untuk mencapai tujuan yang nyata, mendatangkan hasil dan manfaat.
Berdasarkan uraian di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa manajemen adalah suatu proses yang dimulai dari perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengawasan dan evaluasi terhadap seluruh sumebr daya yang ada di suatu sekolah maupun instansi lain agar tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai secara efektif dan efisien.
a. Fungsi Manajemen
(Andang, 2014:24). Menyatakan bahwa kegiatan atau fungsi manajemen, meliputi perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), motivasi (motivating), penataan staf (stafing), pengarahan atau komando (directing atau comanding), memimpin (leading), koordinasi (coordinating), pengendalian (controlling), pelaporan (reporting)berikut penjelasanya:
1) Perencanaan (planning)
Pramudi Atmusudirjo memberikan definisi perencanaan sebagai perhitungan dan penentuan tentang sesuatu yang akan dijalankan dalam mencapai tujuan tertentu, oleh siapa, dan bagaimana. Dalam perspektif pendidikan adalah suatu penerapan yang rasional dari analisis sistematis proses perkembangan pendidikan dengan tujuan agar pendidikan itu lebih efektif dan efesien serta sesuai dengan kebutuhan dan tujuan para bawahan dan masyarakat. (Andang, 2014:24)
Perencanaan merupakan salah satu syarat mutlak bagi setiap kegiatan manajemen. Tanpa perencanaan atauplanning,
pelaksanaan suatu kegiatan mengalami kesulitan atau bahkan kegagalan dalam mencapai mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Di dalam setiap perencanaan ada dua faktor yang harus diperhatikan, yaitu faktor tujuan dan faktor sarana, baik sarana personel maupun sarana material. (Asmendri, 2012:15).
Dari uraian diatas penulis menyimpulkan perencanaan atau planning adalah langkah pertama atau hal pertama yang harus dilakukan dalam melaksanakan suatu kegiatan agar tidak mengalami kesulitan atau kegagalan, dan tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai secara efektif dan efisien
2) Pengorganisasian (organizing)
Fungsi pengorganisasian diartikan sebagai kegiatan membagi tugas kepada orang-orang yang terlibat dalam kerja sama untuk memudahkan pelaksanaan kerja. Pelaksanaan fungsi pengorganisasian dapat memanfaatkan struktur yang sudah dibentuk dalam organisasi.artinya, deskripsi tugas yang akan dibagikan adalah berdasarkan tugas dan fungsi struktur yang ada dalam suatu organisasi. Pengorganisasian suatu tugas dapat melancarkan alokasi sumber daya dengan kombinasi yang tepat untuk mengimplementasikan rencana. Dalam pengorganisasian, terdapat beberapa langkah yang harus diperhatikan, diantaranya: menetukan tugas-tugas harus dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi, membagi seluruh beban kerja menjadi kegiatan-kegiatan yang dapat dilaksanakan oleh perorangan atau kelompok, menggabungkan pekerjaan para anggota dengan cara yang rasionaldan efesien, menetapkan mekanisme untuk mengorganisasikan pekerjaan dalam satu kesatuan yang harmonis, melakukan monitoring dan mengambil langkah-langkah penyesuaian untuk mempertahankan serta meningkatkan efektivitas.
Pengorganisasian merupakan pengelompokan kegiatan yang diperlukan, yakni penetapan susunan organisasi serta tugas dan fungsi dari setiap unit yang ada dalam organisasi, serta menetapkan kedudukan dan sifat hubungan antara masing-masing unit. Pengorganisasian dapat dirumuskan sebagai keseluruhan aktivitas manajemen dalam pengelompokan orang-orang serta penetapan tugas, fungsi, wewenang, serta tanggung jawab masing-masing dengan tujuan terciptainya aktivitas- aktivitas yang berdaya guna dan berhasil dalam pencapaian tujuan yang telah ditentukan terlebih dahulu (Manullang, 2012:10).
Berdasarkan uraian diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa pengorganisasian merupakan suatu kegiatan pembagian tugas yang dilakukan dalam suatu organisasi yang tujuannya untuk mempermudahdan memperlancar pekerjaan setiap bidang di lembaga pendidikan atau sekolah, agar tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai secara efektif dan efisien. 3) Fungsi Motivasi (Motivating)
Pelaksanaan fungsi motivasi sangat penting dalam menjalankan roda organisasi.motivasi merupakan dorongan untuk berbuat, untuk menjalankan program, dan untuk bengkit dari keterpurukan. Motivasi yang kuat dalam menjalankan suatu program merupakan modal dalam mencapai keberhasilan suatu program.Seorang manajer harus mampu memberikan motivasi kepada anggotanya agar memiliki semangat kerja dalam mencapai keberhasilan.Pemberian motivasi kepada anggota tidak hanya dalam bentuk menyemangati spirit kerja dengan kata-kata, tetapi yang jauh lebih besar adalah menyediakan atau menciptakan kebutuhan-kebutuhan atau alat-alat yang memuaskan anggota sehingga pelaksanaan kegiatan organisasi dapat dilakukan secara maksimal.Dalam
memotivasi anggota, seorang manajer dituntut untuk mengetahui kebutuhan anggota secara fundamental.
4) Fungsi Penataan Staf (Stafing)
Fungsi penataan staf sebenarnya sama dengan fungsi assembling atau recoard, yaitu fungsi yang dilakukan dengan menepatkan orang-orang untuk melaksanakan tugas dalam mencapai tujuan dengan menggunakan prinsip menempatkan orang sesuai dengan keahlian. Kesesuaian tugas diberikan berdasarkan keahlian akan mendukung pelaksanaan tujuan tercapai secara efektif. Apabila anggota yang diberikan suatu tugas belum memahami dan tidak memiliki keahlian, dalam fungsi stafing, seorang manajer dituntut untuk memeberikan latihan dan pengembangan agar anggota mampu memberikan daya guna maksimal dalam organisasi.
5) Fungsi Pengarahan atau Komando (Directing atau Commanding)
Fungsi ini dilakukan sebagai usaha untuk memberikan bimbingan, saran dan perintah dalam pelaksanaan tugas masing-masing bawahan agar dapat berjalan sesuai yang direncanakan dan berada pada jalur yang ditetapkan. Sebuah program yang sudah masuk dalam perencanaan dan dapat mencapai hasil sesuai dengan target yang sudah ditetapkan. Pada dasarnya, pengarahan selalau berkaitan dengan beberapa hal, antara lain terbangunnya motivasi kepada bawahan dalam mengarahkan proritas kerja, ditanamkanaya motivasi kepada bawahan yang diorientasikan pada pencapaian prestasi kerja, dan terjadinya dinamika kelompok sehingga mengharuskan keterlibatan atasan untuk mnanganinya.
6) Fungsi Memimpin (Leading)
Fungsi ini mendorong manajer untuk menerima orang lain agar bertindak sesuai dengan tujuan yang ditetapkan.
Dalam fungsi ini, terdapat beberapa langkah yang bisa dilakukan, antara lain: mengambil keputusan, mengadakan komunikasi agar ada bahasa yang sama antara manajer dan bawahan, memberi semangat inspirasi orang-orang yang menjadi anggota kelompoknya, dan memperbaiki pengetahuan dan sikap-sikap bawahan agar mereka terampil dalam usaha mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
7) Fungsi Koordinasi (Coordinating)
Fungsi koordinasi adalah fungsi dengan melakukan kerja sama dalam melaksanakan tugas-tugas yang berbeda sehingga tidak terdapat pekerjaan yang sama yang dikerjakan oleh orang berbeda. Dalam fungsi ini sangat menghindari terjadinya pembekakan, terbengkalai, atau terjadi kekosongan tugas yang dapat menyebabkan kurang berfungsinya strukrur-struktur tugas yang dibagikan sehingga mencapai tujuan bersama dapat dilakukan secara efektif dan efesien.
8) Fungsi Pengendalian (Controlling)
Fungsi pengendalian dilakukan untuk mengadakan penilaian dan koreksi mengenai segala hal yang berhubungan dengan pelaksanaan tugas.Fungsi ini meliputi penentuan standar, supervisi dan mengukur penampilan atau pelaksanaan terhadap standar dan memberikan keyakinan bahwa tujuan organisasi tercapai, sampai akhir.Oleh Karena itu, pengendalian juga meliputi monitoring dan evaluasi.Kegiatan ini sangat erat kaitanya dengn perencanaan karena melalui pengendalian maka efektivitas manajemen dapat diukur.
9) Fungsi Pelaporan (Reporting)
Fungsi ini mengharuskan semua kegiatan manajemen mulai dari awal sampai akhir harus melalui pelaporan, baik secara tertulis maupun lisan.Perkembangan hasil kegiatan atau kendala yang dihadapi disampaikan kepada semua komponen
yang terlibat dalam aktiviitas manajemen sehingga masing-masing dapat mengetahui pencapaian kerja yang telah dilakukan.Kendala-kendala yang dihadapi selama pelaksanaan kegiatan direfleksikan secara bersama sehingga diharapkan kegiatan di masa mendatang dapat dihindari atau diminimalisasi.
2. Manajemen Peserta Didik
a. Pengertian Manajemen Peserta Didik
Manajemen peserta didik merupakan penataan dan pengaturan terhadap kegiatan yang berkaitan dengan peserta didik sejak peserta didik masuk sekolah sampai keluar atau lulus dari sekolah. Manajemen peserta didik selain melakukan pencatatan data peserta didik dan meliputi aspek-aspek yang secara operasional dapat diguanakan untuk membantu kelancaran pertumbuhan dan perkembangan peserta didik melalui proses pendidikan di sekolah (Badrudin, 2014: 23).
Manajemen peserta didik dikatakan sebagai suatu layanan yang memusatkan perhatian pada pengaturan, pengawasan dan layanan siswa di kelas dan di luar kelas seperti: pengenalan, pendaftaran, layanan individual seperti pengembangan keseluruhan kemampuan, minat, kebutuhan sampai ia matang di sekolah.
Berdasarkan pendapat diatas, penulis menyimpulkan bahwa manajemen peserta didik adah suatu proses pengaturan terhadap peserta didik mulai dari peserta didik masuk sampai dengan lulus, dan memberikan layanan untuk mengembangkan minat, bakat dan menyediakan kebutuhan yang di butuhkan oleh peserta didik.
Manajemen peserta didik dapat diartikan sebagai usaha pengaturan terhadap peserta didik, mulai dari peserta didik masuk sekolah sampai dengan mereka lulus. Yang diatur secara langsung adalah segi yang berkenaan dengan peserta didik. Pengaturan
terhadap segi lain peserta didik dimaksudkan untuk memberikan layanan sebaik mungkin kepada peserta didik (Impron,A, 2012:6).
Berdasarkan uraian diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa manajemen peserta didik adalah suatu proses pengaturan terhadap kegiatan peserta didik, yaitu mulai dari peserta didik masuk sekolah sampai lulus, dengan memberikan pelayanan yang baik agar membantu kelancaran pertumbuhan dan perkembangan peserta didik dengan baik.
Peserta didik menurut ketentuan umum Undang-Undang RI tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi dirinya melalui prses pendidikan pada jenjang, jalur dan jenis pendidikan tertentu. Pada taman kanak-kanak disebut dengan anak didik, sedangkan pendidikan dasar dan menengah disebut dengan siswa, sementara pada perguruan tinggi disebut dengan mahasiswa (Imron,A, 2012:5).
Peserta didik adalah sosok manusia sebagai ndividu/pribadi (manusia seutuhnya). Individu diartikan orang yang tidak tergantung dari orang lain, dalam arti benar-benar seorang pribadi yang menentukan diri sendiri dan tidak dipaksa dari luar, mempunyai sifat-sifat dan keinginan sendiri (Ahmad, A dalam Asmendri, 2014:3).
Peserta didik merupakan salah satu komponen manusia yang menempati posisi sentral dalam proses pendidikan. Dipandang dalam segi kedudukannya peserta didik adalah makhluk yang sedang dalam proses perkembangan dan pertumbuhan menurut fitrahnya masing-masning. Dalam perspektif pedagogis, peserta didik diartikan sebagai makhluk homo educandum, makhluk yang mengajarkan pendidikan. Dengan pengertian ini, peserta didik dipandang sebagai manusia yang memiliki potensi-potensi, sehingga memrlukan binaan dan bimbingan untuk
mengaktualisasikannya agar dapat menjadi manusia yang sempurna.
Perspektif islam, peserta didik adalah individu yang sedang tumbuh dan berkembang, baik secara fisik, psikologis, sosial dan religius dalam mengarungi kehidupan didunia dan di akhirat kelak. Dalam pandangan tasawuf peserta didik sering kali disebut murid atau talib. Secara etimologis berarti orang yang menghendaki. Abuddin Nata mengartikan murid adalah orang yang menginginkan atau membutuhkan sesuatu. Sedangkan menurut arti terminologi murid adalah pencari hakikat dibawah bimbingan dan arahan seorang pembimbing spiritual(Sukring, 2013: 89).
Berdasarkan uraian diatas penulis dapat menimpulkan peserta didik adalah individu/pribadi yang menempuh pendidikan melalui jalur dan jenjang pendidikan mulai dari Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar sampai dengan Perguruan Tinggi, agar dapat mengembangkan potensi, bakat dan minat dari seorang peserta didik.
b. Ruang Lingkup Manajemen Peserta Didik 1) Perencanaan Peserta Didik
Pembinaan peserta didik pada sekolah/madrasah haruslah diarahkan kepada pencapaian tujuan dan fungsi pendidikan nasioanl. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3 pendidikan nasioanal berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta kepribadian bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdasakan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa, berqkhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, serta bertanggung jawab.
2) Kedisiplinan Peserta Didik
Kehadiran peserta didik di sekolah/madrasah adalah hal yang sangat penting karena berlangsungnya proses pendidikan menghendaki keterlibatan langsung antara pendidik dan peserta didik. Dengan demikian perlu adanya pengaturan terhadap kehadiran dan ketidak hadiran peserta didik di sekolah/madrsah.
3) Bimbingan dan Konseling
Menurut Mortensen dan Schmuller yang dikutip oleh Ibrahim bahwa pelaksanaan pendidikan di sekolah perlu melibatkan bimbingan yang terarah. Pengertian bimbingan menurut Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1990 “bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada siswa dalam rangka upaya menemukan pribadi, mengenali lingkungan, dan merencanakan masadepan, bimbingan diberikan oleh guru pembimbing”.
a) Personalia bimbingan
Menurut Sujanto (2007), personalia atau tenaga bimbingan diangkat sekolah/madrasah adalah kepala sekolah/madrasah, wakil kesiswaan, guru bimbingan guru mata pelajaran, wali kelas, dan pengawas.
b) Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS)
Salah satu bentuk kegiatan peserta didik di sekolah/madrasah adalah organisasi siswa intra sekolah (OSIS) adalah untuk meningkatkan iman dan taqwa, menjunjung tinggi kebudayaan nasional, meningkatkan prestasi, apresiasi dan kreasi seni sebagai dasar pembentukan luhur, serta mempertinggi semngat kebangsaan.
(Badrudin, 2014:24). Menyatakan bahwa tujuan dan fungsi manajemen pserta didik yaitu, bertujuan untuk mengatur kegiatan-kegiatan peserta didik agar menunjng proses pembelajaran di sekolah/masdrasah sehingga proses pembelajaran berjalan lancar, tertib, teratur, dan dapat memberikan kontribusi bagai pencapaian tujuan pembelajaran dan tujuan sekolah/madrasah secara efektif dan efisien. Secara khusus, manajemen peserta didik bertujuan untuk:
a. Meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan psikomotor peserta didik
b. Menyalurkan dan mengembangkan kemampuan umum (kecerdasan), bakat dan minat peserta didik
c. Menyalurkan aspirasi, harapan dan memenuhi kebutuhan peserta didik
d. Peserta didik mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan hidup yang lebih lanjut dapat belajar dengan baik dan mencapai cita-cita mereka.
Fungsi manajemen peserta didik secara khusus dirumuskan sebagai berikut:
1. Fungsi yang berkenaan dengan pengembangan individualitas peserta didik, yaitu agar mereka dapat mengembangkan potensi-potensi individualitasnya tanpa banyak terhambat. Potensi-potensi bawaan tersebut meliputi: kemampuan umum (kecerdasan), kemampuan khusus (bakat).
2. Fungsi yang berkenaan dengan pengembangan fungsi sosial peserta didik, yaitu agar peserta didik dapat mengadakan sosialisasi dengan sebayanya, orang tua dan keluargaya, dengan lingkungan sosial sekolahnya dan lingkungan sosial masyarakat.
3. Fungsi yang berkenaaan dengan penyaluran aspirasi dan harapan peserta didik, yaitu peserta didik dapat menyalurkan
hobi, kesenangan, dan minat. Hobi dan minat peserta didik perlu disalurkan karena dapat menunjang perkembangan diri peserta didik secara keseluruhan.
4. Fungsi yang berkenaan dengan pemenuhan kebutuhan dan kesejahteraan peserta didik ialah agar peserta didik sejahtera dalam hidupnya.
d. Prinsip-prinsip manajemen peserta didik
(Prihatin, E, 2011:11).Menyatakan bahwa adapun prinsip-prinsip manajemen peserta didik yaitu:
a. Manajemen peserta didik sebagai bagian dari keseluruhan manajemen sekolah. Sehingga harus mempunyai kesamaan visi, misi dan tujuan manajemen sekolah secara keseluruhan. Penetapan manajemen peserta didik ditetapkan pada kerangka manajemen sekolah, tidak boleh ditmpat di luar sekolah
b. Segala bentuk kegiatan manajemen peserta didik harus mengembangkan visi pendidikan dalam rangka mendidik peserta didik
c. Kegiatan manajemen peserta didik harus diupayakan untuk mempersatukan peserta didik yang mempunyai aneka ragam latar belakang dan mempunyai bakat yang berbeda. Perbedaan diantara peseeta didik tidak diarahkan pada konflik diantara mereka, akan tetapi justru untuk mempersatukan dan saling memahami dan menghargai.
d. Kegiatan manajemen peserta didik harus dipandang sebagai uapaya pengaturan terhadap pembimbingan peserta didik, diperlukan kerjasama yang baik dan harmonis antara pembimbing dan yang dibimbing atau peserta didik.
e. Kegiatan manajemen peserta didik harus mendorong dan mengacu kemandirian peserta didik, dimana kemandirian akan memotivasi anak untuk selalu tergantung pada orang lain, dan dapat melakukan segala kegiatan secara mandiri. Hal itu sangat
bermanfaat bagi peserta didik dilingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat.
e. Penerimaan peserta didik baru
1) Kebijakan penerimaan peserta didik baru
Kebijakan operasional penerimaan peserta didik baru memuat aturan mengenai jumlah peserta didik yang dapat diterima disuatu sekolah. Penentuan mengenai jumlah peserta didik, tentu juga didasarkan atas kenyataan-kenyataan yang ada di sekolah (faktor kondisional sekolah). Faktor kondisional sekolah tersebut meliputi: daya tampung kelas baru, kriteria mengenai siswa yang diterima, anggaran yang tersedia, sarana dan prasarana yang ada, tenaga kependidikan yang tersedia, peserta didik yang tinggal dikelas satu (Asmendri, 2014:38).
Kebijakan penerimaan peserta didik, juga memuat sistem pendaftaran dan seleksi atau penjaringan yang akan diberlakukan untuk peserta didik. Kebijakan ini juga berisi waktu pendaftaran, kapan dmulai dan kapan diakhiri, selanjutnya juga memuat personalia-personalia yang akan terlihat adalam pendaftaran, seleksi dan penerimaan peserta didik.
Kebijakan penerimaan peserta didik ini dibuat berdasarkan petunjuk-petunjuk yang diberikan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota. Petunjuk demikian harus dipedomani karena ia memang dibuat dalam rangka menempatkan calon peserta didik sebagaimana yang diinginkan atau yang diidealkan (Imron,A, 2012:42).
2) Sistem penerimaan peserta didik
Ada dua sistem peneriaan peserta didik baru. Pertama, dengan menggunakan sistem promosi, sedangkan yang kedua dengan menggunakan sistem seleksi. Promosi adalah upaya untuk memberitahukan atau menawarkan produk atau jasa
dengan tujuan untuk menarik konsumen atau mengonsumsinya (Menurut Rangkuti 2009).Tujuan dari promosi diantaranya memodifikasi tingkah laku, memberitahu, membujuk dan mengingatkan. Maka yang dimaksud dengan sistem promosi dalam penerimaan peserta didik adalah penerimaan peserta didik, yang sebelumnya tanpa menggunakan seleksi. Mereka yang mendaftar sebagai peserta didik diterima semua begitu saja. Sehingga mereka yang mendaftar sebagai peserta didik tidak ada yang ditolak. Sistem promosi demikian, secara umum berlaku pada sekolah-sekolah yang pendaftarannya kurang dari jatah atau daya tampung yang ditentukan.
Kedua adalah sistem seleksi. Sistem seleksi ini dapat dibagi menjadi tiga macam. Pertama, seleksi berdasarkan Penelusuran Minat dan Kemampuan (DANEM), dan yang ketiga seleksi berdasarkan hasil tes masuk (Asmendri, 2014:39).
3) Kriteria penerimaan peserta didik baru
Ada tiga kriteria penerimaan peserta didik. Pertama, kriteria acuan patokan (standard criterian referenced), yaitu suatu penerimaan peserta didik yang didasarkan atas patokan-patokan yang telah ditentukan sebelumnya. Kedua, kriteria acuan norma (norm criterian referenced), yaitu penerimaan calon peserta didik yang didasarkan atas keseluruhan potensi calon peserta didik yang mengikuti seleksi. Dalam hal ini sekolah menetapkan kriteria sekolah menetapkan kriteria penerimaan berdasarkan prestasi keseluruhan peserta didik.
Ketiga, kriteria yang didasarkan atas daya tampung sekolah/madrasah, sekolah terlebih dahulu menentukan berapa jumlah diterima. Setelah sekolah menentukan, kemudian merangking prestasi siswa mulai dari prestasi paling tinggi paling rendah (Imron, A, 2012:45).
4) Prosedur Penerimaan Peserta Didik Baru
Penerian peserta didik termasuk salah satu aktivitas penting dalam manajemen peserta didik. Sebab aktivitas penerimaan ini menentukan seberapa kualitas input yang dapat diterima oleh sekolah
Adapun langkah-langkah penerimaan peserta didik adalah sebagai berikut:
a) Pembentukan panitia penerimaan peserta didik baru